Anda di halaman 1dari 92

SKRIPSI

PENERAPAN SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAYARAN ANGGARAN


RUTIN TERHADAP KELANCARAN PENERBITAN SURAT
PERINTAH MEMBAYAR (SPM) PADA DINAS
KETENAGAKERJAAN KOTA MAKASSAR

ERWIN ANTASARI
10573 03639 12

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2018
PENERAPAN SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAYARAN ANGGARAN
RUTIN TERHADAP KELANCARAN PENERBITAN SURAT
PERINTAH MEMBAYAR (SPM) PADA DINAS
KETENAGAKERJAAN KOTA MAKASSAR

ERWIN ANTASARI
10573 03639 12

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(S1) Pada Jurusan Akuntansi

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2018
ABSTRAK

Erwin Antasari, 2017. Penerapan Sistem dan Prosedur Pembayaran


Anggaran Rutin Terhadap Kelancaran Penerbitan Surat Perintah Membayar
(SPM) pada Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bawah arahan pembimbing I
Andi Rustam dan pembimbing II Muh. Nur Rasyid
Sistem dan Prosedur Pembayaran Anggaran Rutin Terhadap Kelancaran
Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) pada Dinas KetenagaKerjaan Kota
Makassar merupakan instansi/lembaga pelayanan publik/umum. Penelitian ini
Bertujuan Untuk Mengetahui Sistem dan Prosedur yang diterapkan Dalam
Instansi Pemerintah di Dinas KetenagaKerjaan Kota Makassar.
Untuk mengetahui Sistem dan Prosedur Pembayaran Anggaran Rutin
maka Penelitian ini Menggunakan Metode Kualitatif Untuk Menjelaskan Secara
Terperincih Sistem Dan Prosedur Yang di Terapkan pada Dinas Ketenaga Kerjaan
Kota Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian dari metode yang diterapkan dapat
disimpulkan bahwa Sistem dan Prosedur Pembayaran Anggaran Rutin Terhadap
Kelancaran Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) Pada Dinas
Ketenagakerjaan Kota Makassar belum efektif dikarenakan kurangnya prasarana
yang memadai serta meningkatkan perhatian kepada para karyawan dalam rangka
memantapkan pelaksana sistem dan prosedur sesuai dengan pengarahan dan
pembinaan secara berkala dan terus menerus.utamanya dalam pengurusan
SPP/SPM.

Kata kunci : penerapan, sistem, prosedur SPM


ABSTRACT

Erwin Antasari, 2017. Role System and Payment Procedure Routine


Budget Against the Smooth Issuance of Paying Order (SPM) at the Department
of Manpower of the City of Makassar. Faculty of Economics and Business
University of Muhammadiyah Makassar. Under the direction of supervisor I Andi
Rustam and mentor II Muh. Nur Rasyid.
System and Procedure of Payment of Routine Budget to Smooth Issuance
of Payment Order (SPM) at Makassar Manpower Office is a public service
institution. This Research Aims To Know The System and Procedures
Implemented In Government Agencies in the Office of Manpower of the City of
Makassar.
To know the System and Payment Procedure of Routine Budget then This
Research Using Qualitative Method To Describe In System And Procedure That
Applied To Manpower Department Of Work Of Town Of Makassar.
Based on the results of research of the applied method can be concluded
that the System and Procedure of Payment of Routine Budget to Smooth Issuance
of Paying Order (SPM) At the Manpower Office of Makassar City has not been
effective due to lack of adequate infrastructure and increased attention to
employees in order to strengthen the implementers of systems and procedures in
accordance with the direction and guidance on a regular basis and continuous.
Primarily in the management of SPP / SPM.

Keywords: Role, System, SPM Procedure


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulisan skripsi dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar, dengan judul: Penerapan Sistem dan Prosedur

Pembayaran Anggaran Rutin Terhadap Kelancaran Penerbitan Surat

Perintah Membayar Pada Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar. dapat

diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang

telah mendorong dan membimbing peneliti baik secara materi maupun moril.

Oleh karena itu, peneliti ini menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman,SE,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Ismail Badollahi SE.,M.Si.Ak.CA selaku ketua Jurusan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr.H.Andi Rustam, SE., MM.Ak.CA selaku pembimbing I atas waktu

yang telah diluangkan untuk memberi arahan, bimbingan, arahan, motivasi,


dan diskusi yang dilakukan selama dalam proses menyelesaikan tugas akhir

ini.

5. Bapak Muh. Nur Rasyid, SE., MM selaku pembimbing II atas waktu yang

telah diluangkan untuk memberi arahan, bimbingan, arahan, motivasi, dan

diskusi yang dilakukan selama dalam proses menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Orang tuaku yang saya hormati dan sayangi Bapak Ramli dan Ibu Nur

Hayati serta saudara saudariku dan semua keluarga dan kerabat yang tidak

bisa disebutkan satu per satu terima kasih atas pengorbanan, perhatian, kasih

sayang, dan limpahan materi serta do’a yang selalu mengiringi langkah

hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Bapak H. Alimuddin, S.Sos sebagai administratur serta seluruh karyawan

Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar yang telah meluangkan waktunya

dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di

perusahaan tersebut.

8. Teman-teman seangkatan Akuntansi 2012, terkuhusus kepada sahabatku

Fitriani, Nayyub, Kamiluddin yang sama-sama berjuang mulai dari awal

perkuliahan serta do’anya. Sehingga membantu dalam proses pembuatan

skripsi yang penulis lakukan. Yang senantiasa memberi semangat dan nasehat

untuk selalu berjuang dan tidak kenal putus asa.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan tidak sempat disebutkan satu

persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat imbalan dari-Nya tiada

imbalan yang dapat diberikan oleh penulis, hanya kepada Allah SWT.,
penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama

ini bernilai ibadah disisin-Nya Amin.

Makassar, Februari 2018

Peneliti.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

ABSTRAK .............................................................................................................iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 7

A. Pengertian Sistem......................................................................................... 7
B. Pengertian Prosedur ................................................................................... 13

C. Pengertian Anggaran .................................................................................. 15

D. Penganggaran Instansi/Lembaga................................................................ 17

E. Anggaran Rutin .......................................................................................... 21

F. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 27

G. Kerangka Pikir ........................................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 29

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 29

B. Jenis Dan Sumber Data .............................................................................. 29

C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 30

D. Definisi operasional variabel ..................................................................... 31

E. Metode Analisis ......................................................................................... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .............................................. 34

A. Sejarah Perusahaan..................................................................................... 34

B. Visi dan Misi .............................................................................................. 37

C. Struktur Organisasi..................................................................................... 38

BAB V HASIL ENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 39

A. Hasil Peneltian ........................................................................................... 39

B. Pembahasan ................................................................................................ 41
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 71

A. Simpulan .................................................................................................... 71

B. Saran........................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74

RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

4.1 Mekanisme Pengeluaran Kas .................................................................................... 46

4.2 Flowchart Sistem dan Prosedur ................................................................................. 48


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Kerangka pikir ................................................................................................. 26

Gambar 2.Struktur Organisasi ......................................................................................... 36

Gambar 3. Proses Penerbitan Surat SPM ......................................................................... 41

Gambar 4. Arus Penyelesaian SPP/SPM ........................................................................... 65


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesuksesan suatu kepemerintahan dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

karakter Good Governance dipemerintahan tersebut. Good Governance

sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu peyelenggara manajemen

pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip

demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana

investasi,dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,

menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political

framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha (World Bank). Demi tercapainya

Good Governance, otonomi kota menuntut pemerintahan kota untuk lebih

memberikan pelayanan publik yang didasarkan pada asas-asas pelayanan

publik yang meliputi transparansi dan akuntailitas. Selama ini pelaporan

keuangan pemerintah, baik dipusat maupun di kota terkesan belum

memenuhi kebutuhan informasi pemakainya, kurangnya informasi yang

dihasilkan dan kesalahan dalam penajian laporan pertanggungjawaban

mengakibatkan tidak terwujudnya transparansi dan akuntabilitas yang sesuai

dengan harapan masyarakat.

Pemerintah kota diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban

yang menggunakan sistem akuntansi yang berujuan untuk meningkatkan


akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan pemerintah melalui

penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintah sebagai

manfaat dari sistem akuntansi keuangan kota berdasarkan standar akuntansi

pemerintahan.

Pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerah setiap awal tahun

anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) yang merupakan gambaran

tentang penerimaan dan pengeluaran daerah selama satu tahun anggaran,

selanjutnya pada akhir tahun anggaran pemerintah daerah diwajibkan

menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun periode. Belanja daerah

atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah dalam anggaran

pendapatan belanja daerah (APBD) merupakan salah satu faktor pendorong

pertumbuhan ekonomi daerah. Belanja dikategorikan dalam dua hal yaitu

belanja langsung dan belanja tidak langsung.

Pencatatan kegiatan pengelolaan keuangan , pemerintah pusat

menetapkan beberapa peraturan terkait denfgan sistem dan prosedur

akuntansi keuangan daerah yaitu berupa peraturan menteri dalam negeri

No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, dan

selanjunya telah diubah dengan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59

Tahun 2007, dan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

No. 21 Tahun 2011. Bahwa prosedur akuntansi yang diterapkan dalam


lingkungan pemerintah daerah meliputi prosedur akuntasi penerimaan kas,

pengeluaran kas, akuntansi asset dan akuntansi selain kas.

Dalam penganggaran, dengan tegas dinyatakan bahwa penganggaran

negara yang meliputi pendapatan dan belanja negara perlu ditata dalam

suatu sistem anggaran yang mampu meningkatkan penyelenggaraan negara

baik tugas umum pemerintahan maupun tugas pembangunan.

Penganggaran rutin dan pembangunan perlu lebih diserasikan serta

dimantapkan menurut perencanaan penganggaran yang berlanjut, bertahap

dan makin meningkat dengan orientasi hasil guna yang maksimal.

Dalam sebuah instansi diperlukan adanya pengelolaan kas yang tepat

karena pengelolaan kas akan berpengaruh pada kegiatan operasional

instansi. Kegiatan operasional ini akan berpengaruh pada pendapatan yang

akan diperoleh instansi/lembaga. Pendapatan tersebut akan dikurangi

dengan beban pokok penjualan dan beban opeasional atau beban lainnya

sampai diperoleh laba dan rugi. Dengan kata lain, pengelolaan kas ini

berpengaruh pada kemampuan instansi untuk menghasilkan keuntungan

(profitabilitas). Perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat profitabilitas

tinggi berarti tinggi pada efisiensi penggunaan modal kerja (kas) yang

digunakan instansi tersebut. Adanya dana (kas) yang cukup sangat penting

bagi suatu perusahaan untuk memungkinkan bagi instansi beroperasi

dengan seekonomis mungkin dan instansi tidak akan mengalami kesulitan

atau menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis


atau kekacauan keuangan. (penelitian ini merupakan hasil replikasi dari

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi Indrayani pada Kantor

Perbendaharaan da Kas Negara Kota Makassar).

Perbedaan penelitian terdahulu dengan sekarang yaitu pada tempat

yang diteliti. Yaitu, pada penelitian terdahulu dilakukan pada KPKN Kota

Makassar sedangkan peneltian sekarang di fokuskan pada DISNAKER Kota

Makassar.

Kas diperlukan perusahaan baik untuk membiayai operasi perusahaan

sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.

Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus kas kembali

dari kas yang telah diinvestasikan pada aktiva. Dengan demikian kas akan

dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga

tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan.

Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat

likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan maka

semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan

mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban

finansialnya. Namun bukan berarti perusahaan harus mempertahankan jumlah

persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas akan

mengakibatkan banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil

profitabilitas. Selain kas, elemen modal kerja adalah inventory atau

persediaan barang dan piutang. Inventory atau persediaan barang serta

piutang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang juga
selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terus-menerus mengalami

perubahan. Namun di dalam penelitian ini, penulis hanya berfokus kepada

efektivitas pengelolaan kas dengan melihat dari tingkat perputaran kas

perusahaan.

Untuk dapat menjaga dan meningkatkan kelancaran penerbitan Surat

Perintah Membayar (SPM) tersebut, maka sistem pembayaran anggaran

khusus dalam penulisan ini anggaran rutin hendaknya lebih dimantapkan

hingga dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dalam rangka

turut menunjang kebijaksanaan pemerintah dibidang penganggaran

khususnya dan pembangunan dibidang keuangan pada umumnya.

Namun kenyataan yang dihadapi dewasa ini pada Kantor Perbendaharaan

dan Kas Negara Makassar dirasakan bahwa pelaksanaan pembayaran

anggaran belanja Negara, khususnya anggaran rutin belum berjalan dengan

lancar, maka dari itu perlu ditinjau sistem pembayaran anggaran rutin

tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mencoba mengupayakan jalan

keluar dari masalah yang dihadapi melalui penulisan ini dengan memilih

judul skripsi : “Penerapan Sistem Dan Prosedur Pembayaran Anggaran

Rutin Terhadap Kelancaran Penerbitan Surat Perintah Membayar

(SPM) Pada Dinas Ketenaga Kerjaan kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana sistem dan prosedur

pembayaran anggaran rutin terhadap kelancaran penerbitan surat perintah

membayar pada Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar “ ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah Untuk mengetahui sistem

dan prosedur pembayaran anggaran rutin terhadap kelancaran penerbitan

surat perintah membayar pada Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Untuk memberikan masukan pada Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar

dalam meninjau kembali sistem dan prosedur pembayaran anggaran rutin

terhadap penerbitan surat perintah membayar.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang ingin

mengetahui sistem dan prosedur pembayaran anggaran rutin pada Dinas

Ketenaga Kerjaan Kota Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)

adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang

dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau

energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk

menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model

matematika seringkali bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan

yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak,

contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan

dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling

berhubungan sehingga membentuk suatu negara di mana yang berperan

sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari,

dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk

banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi

beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah

sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka.


Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan,

masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik

serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk

sebuah sistem :

1. Tujuan

Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak.

Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa

tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan

antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.

2. Masukan

Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem

dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal

yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh

masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak

berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).

3. Proses

Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari

masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa

informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna,
misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat

berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas

pembedahan pasien.

4. Keluaran

Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi,

keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

5. Batas

Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan

daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi,

ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepak bola

mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain.

Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan,

gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah

sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku

sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan

dapat mengurangi keterbatasan dana.

6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik

Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan

menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik


ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya

adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.

7. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan bisa

berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau

menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja

harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan

operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga,

karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem.

Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori:

 Atas dasar keterbukaan:

o sistem terbuka, di mana pihak luar dapat mempengaruhinya.

o sistem tertutup.

 Atas dasar komponen:

o Sistem fisik, dengan komponen materi dan energi.

o Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide.

 Menurut Heckert (1990:138) yang dimaksud dengan anggaran adalah:

 ”Perencanaan dapat dijelaskan sebagai suatu kesempatan untuk

mempertimbangkan dan mencoba harta yang bernilai (termasuk manusia

dan bahan) dari sebuah perusahaan sebelum meningkatkan resiko.”


 Saputro (2008:138), mendefinisikan anggaran adalah sebagai berikut:

 Sebagai sistem yang otonom karena mempunyai sasaran serta cara-cara

tersendiri yang merupakan suatu kebulatan dan cara yang berbeda degan

sasaran serta cara kerja sistem lain yang ada dalam perusahaan, tetapi

juga dapat dianggap sebagai suatu sub sistem yakni bagian dari sistem

lain yang lebih besar.

 Selanjutnya Soepangat (2009:160) mengemukakan bahwa: “Anggaran

adalah suatu daftar atau pernyataan terperinci tentang penerimaan dan

pengeluaran yang diharapkan dalam jangka waktu untuk memudahkan

pengambilan keputusan.”

 Menurut Syamsi (2008:20), anggaran adalah sebagai berikut: “Suatu

rencana yang meliputi bermacam-macam kegiatan dari berbagai tindakan

untuk jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam angka atau satuan

uang.”

 Dari pengertian di atas dijelaskan bahwa perencanaan merupakan suatu

yang harus diterapkan manajemen sebelum berlangsungnya kegiatan

operasional perusahaan. Hal tersebut berguna bagi perusahaan karena

dapat mengurangi ketidakpastian di masa depan dan dapat merupakan

suatu bantuan yang nyata kepada pimpinan perusahaan di dalam

menetapkan tujuan-tujuan dan kebijaksanaan serta mengambil

keputusan dalam menetapkan cara dan kerja sama pada pelaksanaannya.


Pentingnya peranan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam Sistem

Anggaran

o Sebagai upaya mewujudkan proses peksanaan kegiatan dalam

organisasi agar efektif, efisien, dan ekonomis

o Penyelenggaran proses kerja dapatberjalan dengan past, berbagai

bentuk penyimpangan maka dapat ditelusuri dan ditemukan

penyebabnya

Adapun manfaat SOP dalam lingkup penyelenggaran kegiatan pada sistem

anggaran antara lain :

1. Sebagai Standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaan yan menjadi tugasnya.

2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan

oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan

tanggungjawab individual pegawai dan organisasi secara keseluruhan.

4. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada

intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan

pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari.

5. Meningkatkan akuntanbilitas pelaksaan tugas.


6. Mencitakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai

cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu

mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.

7. Memastikan pelaksanaan tugas dapat berlangsung dalam berbagai

situasi.

8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada user, baik dari sisi mutu,

waktu dan prosedur.

9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus

dikuasai oleh pegawai dala melaksanakan tugasnya.

10. Memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi pegawai.

11. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

12. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.

Dasar hukum penetapan Standar Operasional Posedur (SOP) berdasarkan

keputusan Dirjen Prbendaharaan Nomor KEP-287/PB/2015, dimana SOP ini

sangat berperan penting dalam suatu paket proses kerja dengan langkah-

langkah yang distandarkandan harus diikuti agar tujuan

perusahaan/organisasi dapat tercapai.

B. Pengertian Prosedur

Prosedur tidak hanya melibatkan aspek finansial saja, tetapi aspek

manajemen juga memiliki peranan penting. Maka setiap perusahaan


memerlukan suatu prosedur yang baik untuk menyelesaikan kegiatan atau

aktivitas operasional sehingga keputusan yang diambil harus tepat, efektif

dan efisien agar perusahaan tidak mendapat kerugian dan konsumen tidak

dirugikan.

Adapun beberapa pengertian prosedur menurut para ahli, yaitu:

1. Menurut Mulyadi (2010:5) prosedur adalah suatu kegiatan klerikal,

biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu department atau lebih,

yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi

perusahaan yang terjadi berulang-ulang.”

2. Menurut Zaki Baridwan (2009:30) prosedur merupakan suatu urutan-

urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang

dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya

perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang

sedang terjadi.

3. Sedangkan Komaruddin (2011:52) berpendapat bahwa :

“Prosedur merupakan suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola

tetap dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebulatan.

Misal prosedur membuat surat pada suatu perusahaan. Dalam kegiatan ini

terdapat suatu rangkaian ketentuan-ketentuan mengenai cara menyusun

konsep surat, cara mengetik pada kertas surat, atau cara menakliknya yang

kesemuanya telah pasti”.


4. Prosedur (procedure) didefinisikan oleh Lilis Puspitawati dan Sri Dewi

Anggadini (2011:23) dalam buku yang berjudul “Sistem Informasi

Akuntansi” sebagai berikut: “Serangkaian langkah/kegiatan klerikal yang

tersusun secara sistematis berdasarkan urutan-urutan yang terperinci

dan harus diikuti untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan”.

Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur

merupakan suatu urutan yang tersusun yang biasanya melibatkan beberapa

orang dalam suatu bagian department atau lebih, serta disusun untuk menjamin

penanganan secara seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang

terjadi berulang-ulang.

C. Pengertian Anggaran

Anggaran merupakan rencana keuangan periodik yang disusun

berdasarkan program yang telah disahkan dan merupakan rencana tertulis

mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan

umumnya dinyatakan dalam satuan moneter untuk jangka waktu tertentu.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran

1. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan.

2. Data-data tahun sebelumnya

3. Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi

4. Pengetahuan tentang tak tik, sebagai pesaing dan gerak gerik pesaing
5. Kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah

6. Penelitian untuk pengembangan perusahaan

Tujuan Disusunnya Anggaran

1. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan

investasi dana.

2. Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan

3. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana

sehingga dapat memudahkan pengawasan

4. Merasionalkan sumber dana dan investasi dana agar dapat mencapai

hasil yang maksimal.

5. Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran,

lebih jelas dan nyata terlihat

6. Menampung dan menganalisis serta memutusakan setiap usulan yang

berkaitan dengan keuangan.

Manfaat Anggaran

1. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.

2. Dapat digunakan sebagai alat penilaian kelebihan dan kekurangan

pegawai

3. Dapat memotivasi karyawan karena ada tujuan/sasaran yang akan dicapai

4. Menimbulkan rasa tanggung jawab pegawai


5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu

6. Sumber daya yang dapat dimanfaatkan seefisien mungkin

Kelemahan Anggaran

1. Aggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi sehingga mengandung

unsur ketidakpastian.

2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang dan tenaga.

3. Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran, dapat

menggerutu dan menentang. Sehingga pelaksanaan anggaran menjadi

kurang efektif.

D. Penganggaran Instansi/Lembaga

Pengaggaran instansi/lembaga merupakan kegiatan dalam menghasilkan

anggaran serta proses kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi

budget seperti fungsi pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat

pengawasan kerja.

Proses Penyusunan Anggaran

1. Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun

anggaran.

2. Pengolahan data dan informasi yang telah dikumpulkan untuk melakukan

penaksiran-penaksiran.
3. Menyusun anggaran serta menyajikannya secara sistematis.

4. Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran

5. Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan kerja

dengan melakukan penilaian.

6. Pengolahan dan penganalisaan data untuk menghasilkan kesimpulan

terhadap kegiatan kerja yang telah dilaksanakan serta menyusun

kebijakan-kebijakan sebagai tindak lanjut dari kesimpulan yang telah di

ambil.

Berikut ini beberapa jenis dari anggaran

Di bawah ini jenis-jenis anggaran beserta pengertiannya secara singkat

dan jelas:

1. Anggaran Penjualan

Anggaran ini memuat mengenai rencana penjualan selama

periode/waktu anggaran (pada umumnya satu tahun), yang dinyatakan

dalam satuan uang dan juga kuantitas penjualan. Anggaran ini disusun

berdasarkan Proyeksi Penjualan yang dibuat oleh perusahaan. Anggaran

Penjualan sering disebut juga sebagai anggaran kunci dalam proses

penyusunan anggaran, sebab anggaran tersebut merupakan dasar dari

penyusunan jenis-jenis anggaran yang lain, diantaranya yaitu: Anggaran

Produksi, Anggaran Kas , Anggaran Biaya Nonproduksi, serta Anggaran

Rugi-Laba.
Definisi dari anggaran penjualan adalah suatu anggaran yang

menerangkan secara terperinci dan juga teliti tentang penjualan

perusahaan dimasa dating, dimana didalamnya terdapat rencana tentang

jenis-jenis barang, jumlah, harga, waktu maupun tempat penjualan

barang tersebut.

2. Anggaran Produksi

Anggaran ini memuat mengenai rencana-rencana unit yang diproduksi

selama periode anggaran. Taksiran produksi ini ditentukan berdasarkan

rencana penjualan maupun persediaan yang diharapkan. Anggaran

produksi merupakan dasar dari penyusunan anggaran biaya produksi,

diantaranya yaitu anggaran: biaya overhead pabrik, biaya bahan baku dan

juga biaya tenaga kerja langsung. Anggaran produksi dapat juga dipakai

sebagai dasar penyusunan Anggaran Persediaan ataupun sebaliknya.

3. Anggaran Biaya Bahan Baku

Anggaran ini mengenai taksiran bahan baku yang dibutuhkan dalam

proses produksi, yang dinyatakan dalam satuan uang dan kuantitas bahan

baku. Lalu dari anggaran ini akan diketahui pembelian bahan baku yang

dianggarkan, yang selanjutnya dipakai sebagai dasar penyusunan

Anggaran Kas dan Rugi-Laba.

4. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Anggaran ini mengenai taksiran biaya tenaga kerja langsung selama

waktu (priode) anggaran, yang selanjutnya dipakai sebagai dasar dalam


penyusunan Anggaran Kas dan Rugi-Laba. Biasanya untuk menyusun

perhitungan biaya tenaga kerja langsung ini dikenal 2 (dua) macam dasar

perhitungan, diantaranya upah per unit produk, serta upah per jam.

5. Anggaran overhead pabrik

Anggaran ini mengenai taksiran biaya overhead pabrik selama periode

anggaran yang dipakai dalam penyusunan Anggaran kas dan Rugi-Laba.

6. Anggaran Persediaaan

Anggaran ini mengenai persediaan perusahan dalam satu periode (waktu)

tertentu. Anggaran persediaan yaitu merupakan anggaran yang

merencanakan secara terperinci dan jelas berapa nilai persediaan ada

periode yang akan datang. Sedangkan pada perusahaan manufaktur

persediaan yang ada terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu persediaan material

persediaan barang setengah jadi, dan juga persediaan barang jadi.

7. Anggaran Biaya Produksi

Anggaran ini terdiri dari Anggaran biaya pemasaran dan juga anggaran

biaya administrasi serta umum yang masing-masing memuat mengenai

taksiran biaya pemasaran, biaya administrasi dan juga umum. Anggaran

ini juga dipakai sebagai dasar penyusunan anggaran kas dan rugi-laba.

8. Anggaran Program

adalah anggaran operasi yang disusun berdasarkan berbagai program

utama perusahaan yang berupa jenis ataupun keluarga produk (misalkan

program penelitian dan juga pengembangan). Anggaran program pada


umumnya dipakai untuk menganalisis keselarasan diantara berbagai

program perusahaan.

9. Anggaran Pertanggung Jawaban

Adalah anggaran operasi yang disusun berdasarkan pusat pertanggung

jawaban yang terdapat di dalam perusahaan. Program pertanggung

jawaban ini digunakan sebagai alat pengendalian setiap manajer dan juga

sebagai pusat pertanggung jawaban yang dipimpinnya.

10. Anggaran Pengeluaran Modal

Anggaran ini berisi mengenai rencana perubahan aktiva tetap perusahaan

selama periode (waktu) anggaran. Anggaran ini disusun berdasarkan dari

proyeksi penjualan, serta dipakai sebagai dasar penyusunan anggaran:

kas, biaya overhead pabrik, dan biaya nonproduksi.

11. Anggaran Kas

Anggaran ini memuat taksiran sumber dan juga penggunaan kas selama

periode (waktu) anggaran. Anggaran ini disusun dari anggaran operasi

dan pengeluaran modal, dan juga dipakai sebagai dasar penyusunan

anggaran Neraca. Serta penyusunan anggaran kas bagi suatu perusahaan

sangatlah penting sekali, artinya bagi penjagaan likuiditas perusahaan itu.

12. Anggaran Rugi-Laba

Anggaran ini berisi mengenai taksiran rugi maupun laba perusahaan

selam periode (waktu) anggaran. Anggaran rugi-laba ini disusun dari


anggaran operasi, danjuga dipakai sebagai dasar penyusunan anggaran

neraca.

13. Anggaran Neraca

Anggaran yang berisi mengenai rencana posisi keuangan (aktiva, utang,

dan modal) perusahaan pada awal dan akhir periode anggaran. Anggaran

neraca ini disusun dari anggaran kas dan anggaran rugi-laba, dan dipakai

untuk dasar penyusunan anggaran perubahan posisi keuangan.

14. Anggaran Perubahan Posisi Keuangan

Anggaran ini isinyat mengenai rencana perubahan utang, aktiva, modal

perusahaan selama periode (waktu) anggaran. Anggaran ini disusun dari

anggaran neraca.

E. Anggaran Belanja Rutin

Di dalam pembagian atau klasifikasi belanja, maka belanja rutin termasuk atau

sama dengan biaya administasi dan umum. Jadi belanja rutin adalah biaya

yang dikeluarkan perusahaan untuk lingkungan kantor meliputi belanja

pagawai, belanja barang dan pemeliharan serta yang lainya yang

berhubungan dengan administrasi kantor.

Dalam Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1969 yang di implementasikan pada

tahun 2007, dinyatakan bahwa “Anggaran belanja rutin memuat seluruh

pengeluaran aparatur pemerintah sehari-hari yang tiap tahun diperlukan


untuk mengamankan dalam menjamin kelangsungan tugas dan kewajiban

secara efektif.”

Untuk lebih jelasnya, maka anggaran rutin dapat dibagi 4( empat) yaitu:

1. Belanja pengawai

Yaitu semua pengeluaran yang langsung berhubungan dengan pegawai

dan menjadi penghasilan bagi pegawai baik berupa uang maupun dalam

bentuk barang pangan.

2. Belanja Barang

Yaitu semua pengeluaran yang langsung di manfaatkan untuk keperluan

kantor baik untuk keperluan sehari-hari maupun inventaris kantor atau

pengeluaran yang berbentuk langganan dan jasa maupun dalam bentuk

pengeluaran lainnya.

3. Biaya Pemeliharaan

Yaitu meliputi pengeluaran untuk pemanfaatan mempertahankan daya

guna, baik berupa barang-barang bergerak maupun barang yang tidak

bergerak dalam rangka kelangsungan tugas dan kewajiban pemerintah.

4. Biaya Perjalanan Dinas

Biaya ini meliputi pengeluaran untuk perjalanan dinas biasa dalam rangka

operasional dan pengawasan kedaerah-daerah.


Jadi anggaran rutin adalah suatu anggaran yang diberikan setiap tahun yang

besarnya ditetapkan oleh pemerintah yang digunakan untuk kelancaran

kegiatan pemerintah sehari-hari, dikeluarkan untuk melayani kepentingan

umum dan kesejahteraan masyarakat. Karena itu dalam anggaran rutin perlu

dipertimbangkan faktor-faktor yang mendapat prioritas, guna membiayai

kegiatan pelaksanaan pada pemerintah dalam melayani kebutuhan masyarakat.

a. Belanja langsung

Belanja langsung (Direct expenditure), ialah kegiatan belanja daerah yang

dianggarkan dan berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan

program dan kegiatan pemerintah daerah. Belanja jenis ini, pada umumnya

dibagi menjadi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

Jenis belanja langsung yaitu :

1. Belanja pegawai

Belanja pegawai langsung biasanya digunakan untuk pengeluaran

honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan

daerah.

2. Belanja barang dan jasa

Belanja barang dan jasa langsung digunakan untuk pengeluaran dalam

bentuk pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12


bulan dan pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan

pemerintahan daerah

3. Belanja modal

Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam

kegiatan pemerintahan, seperti tanah, mesin, bangunan, jalan, irigasi dan

aset tetap lainnya

b. Belanja tidak langsung

Belanja tidak langsung (Indirect expenditure), ialah kegiatan belanja daerah

yang dianggarkan dan tidak memiliki hubungan apapun secara langsung

dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja jenis ini, pada umumnya

dibagi menjadi belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,

belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga

Jenis belanja tidak langsung

1. Belanja pegawai

Belanja pegawai tidak langsung merupakan belanja kompensasi yang

diberikan dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya

yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Belanja bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga

utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang, sesuai dengan

perjanjian pinjaman berjangka yang terdiri dari jangka pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang.

3. Belanja subsidi

Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi

kepada perusahaan atau lembaga tertentu agar harga jual produksi dan

jasa yang dihasilkan, dapat terjangkau oleh masyarakat luas.

4. Belanja hibah

Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam

bentuk uang, barang dan jasa kepada pemerintah maupun pemerintah

daerah lainnya, dan kelompok masyarakat serta perorangan yang secara

spesifik telah memiliki peruntukan yang jelas.

5. Bantuan sosial

Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan

dalam bentuk uang dan barang kepada masyarakat, dengan tujuan untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

6. Belanja bagi hasil

Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang

bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau

pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan


pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

7. Bantuan keuangan

Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan

yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,

pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari

pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah

daerah lainnya dalam rangka pemerataan atau peningkatan kemampuan

keuangan daerah.

8. Belanja tidak terduga

Belanja tidak terduga merupakan tindakan belanja untuk kegiatan yang

bersifat tidak biasa atau tidak diharapkan akan terjadi seperti

penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak

diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan

penerimaan daerah tahun sebelumnya, yang telah ditutup.

F. Penelitian Terdahulu

Dwi Indrayani/2010 dengan judul “Tinjauan Sistem dan Prodesur Anggaran

Rutin Terhadap Kelancaran Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)

pada Kantor Perbendahaaran dan Kas Negara Kota Makassar”. Bertujuan

untuk mengetahui Sistem dan Prosedur Pembayaran Rutin Terhadap

Kelancaran Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) Kota Makassar.


Menggunakan metode kualitatif yaitu mendeskripsikan tentang sistem

pembayaran anggaran rutin dalam rangka penerbitan surat perintah

membayar (SPM) pada Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

Makassar. Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya menguraikan

faktor yang sama yaitu sistem dan prosedur pembayaran anggaran

rutin, perbedaannya, pada objek yang di teliti aitu pada peneiti

sebelumnya objek yang di teliti adalah KPKN Kota Makassar dan

pada peneliti sekarang adalah DISNAKER Kota Makassar.

G. Kerangka Pikir

Pemerinah Kota Makassar Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar

terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu sistem dan prosedur

pembayaran anggaran rutin, untuk menjaga kelancaran penerbitan surat

perintah membayar (SPM) maka digunakan metode deskriptif kualitatif

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang bagaimana sistem

dan prosedur anggaran rutin diterapkan untuk tetap menjaga tingkat

pengaruh kembali terhadap Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar.

Untuk memberikan landasan teori yang memadai bagi penelitian,

diperlukan suatu kerangka pemikiran yang bersumber dari penalaran atas

sejumlah teori. Oleh karena itu, kerangka konseptual yang digunakan dapat

digambarkan pada model berikut :


Gambar 1 Kerangka Pikir

Pemerintah Kota Makassar Dinas


Ketenagakerjaan Kota Makassar

System Dan Prosedur


Pembayaran Anggaran Rutin

Penerbitan Surat Perintah


Membayar

Hasil

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Daerah penelitian ini dilakukan pada : Dinas Ketenaga Kerjaan Kota

Makassar, yang beralamat di jl. A.P.Pettarani no.72 Kota Makassar provinsi

Sulawesi selatan. Sedangkan waktu penelitian di mulai setelah usulan

proposal ini disetujui dalam waktu kurang lebih 2 (dua) bulan. Di mulai

pada bulan mei sampai bulan juli 2016.


B. Jenis dan Sumber data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah Data kuantitatif, yaitu data yang

diperoleh dari kantor yang berupa laporan. Data kuantitaif yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai sistem dan

prosedur yang di gunakan untuk tetap manjaga penerbitan Surat Perintah

Membayar.

2. Sumber data

Kerangka teoritis dalam menunjang penelitian ini, tergantung pada cara

pengumpulan data yang diperoleh melalui hasil penelitian. Dalam hal ini

penulis mengemukakan jenis dan sumber data penulisan adalah :

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui para petugas atau

aparat yang berwenang.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari laporan tertulis dalam bentuk buku-

buku, diktat atau dokumen-dokumen lainnya sebagai pendukung

data primer.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menyusun skripsi ini, maka penulis menggunakan beberapa metode

penelitian, yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu suatu penelitian yang dilakukan pada perpustakaan dengan

membaca buku-buku literatur guna memperoleh, mengumpulkan data dan

menilai data yang lebih akurat untuk membantu penulis dalam

mengembangkan topik bahasan yang berkaitan dengan judul yang penulis

pilih.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penulis melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian

dengan cara :

a. Pengamatan (Observasi)

Yaitu penulis menggunakan pengamatan langsung terhadap objek

yang diteliti guna memperoleh bahan dan data-data dalam

menganalisa masalah yang ada.

b. Pencatatan

Yaitu penulis mengadakan pencatatan mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan masalah objek yang diteliti dengan hasil survei

yang dilakukan. Sehingga, hasil pancatatan yang di peroleh sesuai

dengan informasi yang di dapat dari tempat penelitian.

c. Wawancara
Yaitu penulis melakukan sesi wawancara untuk mendapatkan

informasi mengenai objek penelitian secara real guna memperoleh

informasi tentang objek yang diteliti.

D. Definisi Operasional Variabel

1. Sistem

Berdasarkan tinjauan literatur pada pembahasan sebelumnya,

sistem adalah berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani

(sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau

elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran

informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini

sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang

berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling

berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-

item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara

merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti

provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara di

mana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada

dinegara tersebut.

2. Prosedur

Prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau

operasi yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang baku

(sama) agar selalu memperoleh hasil yang sama dari keadaan yang
sama, semisal prosedur kesehatan dan keselamatan kerja.Lebih

tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian aktivitas, tugas-

tugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan

dan proses-proses, yang dijalankan melalui serangkaian pekerjaan yang

menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah

akibat. Sebuah prosedur biasanya mengakibatkan sebuah perubahan.

Prosedur dapat diartikan juga :

a. Instruksi atau resep, serangkaian perintah yang menunjukkan

bagaimana menyiapkan atau membuat sesuatu.

b. Subrutin atau metode ( ilmu komputer ), sebuah sub program yang

merupakan bagian dari program yang besar

c. Algoritma, dalam matematika dan ilmu komputer, serangkaian operasi

atau penghitung untuk menyelesaian tugas tertentu.

d. Prosedur operasi standar

e. Prosedur hukum

f. Prosedur parlemen

2. Kelancaran

Berdasarkan tinjauan literatur pada pembahasan sebelumnya,

Kelancaran merupakan hal yang diinginkan oleh setiap orang dalam

menjalankan kegiatan apapun. Karena dengan kelancaran maka tujuan

yang diinginkan atau direncanakan pun bisa tercapai tanpa gangguan apa

pun. Penulis hanya mampu menyebutkan pengertian kelancaran menurut


satu ahli saja yaitu menurut Poerwadarminta. Menurutnya, “ Kelancaran

adalah keadaan lancarnya sesuatu ”.

E. Metode Analisis

Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu :

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

yaitu membandingkan sistem dan prosedur yang dijalankan dengan hasil yang

telah dikelolah selama periode yang telah di tentukan.


BAB IV

GAMBARAN UMUM PEUSAHAAN

Gambaran Umum Perusahaan

A. Sejarah Singkat Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar

Departemen yang diserahi tugas untuk menangani masalah Tenaga Kerja

berulangkali mengalami perubahan, baik berupa pembentukan baru, penyesuian

maupun penggabungan. Perubahan organisasi tersebut disebabkan oleh

berkembangnya.

Dalam periode perang kemerdekaaan yang terjadi pada masa kabiner

presidential, masalah perubahan berada pada dibawah dan ditangani oleh

kementrian sosial. Keadaan ini terus berlanjut sampai pada masa kabinet Syarir

III. Pergantian kabinet yang terjadi berulang kali, serta lahirnya partai-partai

politik yang mewarnai gerakan kaum buruh menjadikan penanganan masalah

perburuhan semakin pelit, apalagi disertai oleh memburukya keadaan ekonomi

dalam keadaan perang.

Maklumat presiden No.7 Th.1947 yang diumumkan pada tanggal 3 Juli

1947 tentang susunan Kabinet Syarifuddin bahwa menteri perburuhan belum

dapat melakukan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan ketetapan mengenai

apa yang menjadi tugas pokoknya. Dengan dikeluarkannya penetapan pemerintah

No.3 Th. 1947 tanggal 25 Juli 1947, eksistensi tugas pokok kementrian sosial,

termasuk didalamnya pelimpahan organisasi jawatan perburuhan personil dan

mata aggarannya. Oleh karena itu, tanggal 25 Juli berdasarkan keputusan menteri
tenaga kerja No.Kep.28/MEN/1992 ditetapkan sebagai “hari jadi” Departemen

Tenaga Kerja.

Pada periode demokrasi Liberal, Pemerintah Republik Indonesia Serikat

(RIS), Organisasi kementrian Perburuhan tidak lagi mencakup urusan social. Pada

masa RIS, Negara Kesatuan Republik Indonesia di Yogyakarta merupakan Negara

bagian dari RIS, sehingga pada masa itu ada menteri Perbruhan di Yogyakarta.

Setelah RIS bubar struktur organisasi Kementrian Perburuhan tampak lebih

lengkap karena mencakup struktur organisasi tingkat pusat sampai tingkat daerah

dan resort dengan uraian tugas yang jelas. Ditingkat pusat organisasi Kementrian

Perburuhan terdiri dari dua Direktorat Tenaga Kerja (PMP 79 Tahun 1954).

Periode Demokrasi terpimpin dengan dikeluarkannya dekrit Presiden 5

Juli 1959 telah membuat babak baru dalam tata kehidupan kenegaraaan pada awal

Demokrasi terpimpin. Kementrian perburuhan berada dalam naungan Menteri Inti

Bidang Produksi dan dipimpin oleh seorang Menteri muda berubah menjadi

menteri perburuhan dengan dibantu oleh 4 pembantu menteri yang kemudian

bertambah menjadi 5 pembantu Menteri. Dalam periode ini kehidupan kenegaraan

diwarnai oleh kehidupan partai yang terpusat dalam pola Nasakom yang

memberikan angin kepada PKI untuk bergerak dan berupaya untuk mendominasi

segala posisi dalam organisasi pemerintahan yang ada.

Periode Orde Baru merupakan transisi, sejalan dengan itu terjadi

perubahan nama organisasi kementrian berubah menjadi Departemen Tenaga

Kerja. Struktur Organisasi Departemen Tenaga Kerja berdasarkan Presidium


Kabinet Ampera No.75/U/II/1996 mengalami penyempurnaan termasuk

Departemen Tenga Kerja yang diatur dengan keputusan Presiden pada masa

transisi yaitu masa penerbitan dan pembersihan aparatur pemerintahan dari yang

terlibat G 30 S/PKI tercatat tiga kali pergantian Kabinet.

Dalam perkembangannya organisasi Departemen Nakertranskop

mengalami perubahan dengan dipindahkan urusan koperasi ke Departemen

Perdagangan. Kemudian disempurnakan kembali setelah masalah urusan

transmigrasi dilimpahkan ke Departemen Transmigrasi. Penyempurnaan

organisasi semula menganut pendekatan “Holding Company Type” beralih

kependekatan “Integrated Type”. Struktur organisasi yang baru diatur dalam

keputusan Menteri Tenaga Kerja NO. Kep-525/Men/1984 yang mengacu pada

Kepres Tehun 1997, dan masa Kabinet Pembangunan VI.

Organisasi Departemen Tenga Kerja bertambah 2 (dua). Unit Eselon I

yaitu Direktorat Jenderal Binalattas dan Badan Perencanaan dan Pengembangan

Tenaga Kerja. Perkembngan organisasi tersebut disebabkan oleh berkembangnya

beban kerja, sehingga Pelita VI telah dirumuskan kebijaksanaan SAPTA KARYA

UTAMA, dan sekarang menjadi DASA KARYA.

Sehubungan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah secara efektif 1

Januari 2001, sesuai Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang kewenangan

Propinsi sebagai daerah Otonomi.

Departemen Tenaga Kerja Kota Makassar secara resmi menggabung

pemerintah kota Makassar dengan nama Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar.
Berdasarkan Perda Kota Makassar tahun 2004 pembentukan susunan organisasi

dan Tata Kerja serta Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar.

B. Visi dan Misi Organisasi

I. Visi

Menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang profesional dalam

memberikan pelayanan ketenagakerjaan.

II. Misi

Memberikan pelayanan ketenagakerjaan yang memuaskan bagi tenaga

kerja, pengusaha dan masyarakat.


C. STRUKTUR ORGANISASI

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS KETENAGA KERJAAN KOTA MAKASSAR

Kepala Dinas Tenaga Kerja

Sekretaris

Kelompok

Jabatan Fungsional
Kepala Sub. Bagian Kepala Sub. Bagian Kepala Sub.
Umum & Kepegawaian Keuangan Perlengkapan

Kabid. Penempatan Perluasan Kabid. Pembinaan Pelatihan dan Kabid. Pembinaan Hubungan Industrial Kabid. Pengawasan
dan Perencanaan Tenaga Kerja Produktifitas Tenaga Kerja dan Syarat – syarat Kerja
Ketenagakerjaan

Kasi. Perencanaan Kepala Seksi Pembinaan Kepala Seksi Hubungan Industrial & Kepala Seksi Pengawasan dan Norma
Tenaga Kerja Lembaga Tenaga Kerja Syarat – syarat Kerja Kerja

Kepala Seksi Pelatihan dan Kepala Seksi Penyelesaian Kepala Seksi Pengawasan Keselamatan
Kepala Seksi Perluasan
Keterampilan Tenaga Kerja Perselisihan Hubungan Industrial & Kesehatan Kerja (K3)
Kerja

Kepala Seksi Peningkatan Kepala Seksi Kepala Seksi


Kepala Seksi
Produktifitas Kerja
Kesejahteraan Pekerja Perlindungan Ketenagakerjaan
Penempatan Tenaga Kerja
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Pelaksanaan Sistem dan Prosedur Pembayaran Anggaran

Rutin.

Pada dasar setiap lembaga pemerintahan dalam melaksanakan kegiatan

yang bersifat pengurusan lembaga publik selalu di dasari pada aturan perundang-

undangan yang ditetapkan oleh lembaga pijakannya, termasuk dalam hal ini Dinas

Ketenaga Kerjaan Kota Makassar.

Pelaksanaan sistem dan prosedur pembayaran anggaran rutin yang

dijalankan oleh Disnaker Kota Makassar landasan pelaksanaannya di dasari oleh

peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah direvisidengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, dan sebagai implementasi dari

diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 4 Tahun 2009 tentang

pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

Ketentuan umum yang telah dijalankan berdasarkan Peraturan Walikota

Makassar Tentang sistem dan prosedur Pengelolaan keuangan daerah Kota

Makassar berdasarkan pasal 1 yaitu:

1. Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonsia

2. Daerah adalah Kota Makassar

3. Pemeintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Makassar yang terdiri

dari walikota dan perangkat daerah Kota Makassar


4. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Selatan

5. Waliota adalah Walikota Makassar

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kota Makassar yang selanjutnya disingkat DPRD

7. Sekretariat Daerah adalah unsur staf Pemerintah Kota Makassar yang

dipimpin oleh sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada walikota

8. Sekretariat DPRD adalah unsur pelayanan DPRD dalam menyelenggaran

tugas, wewenang, hak dan kewajiban DPRD, dipimpin oleh sekretaris

DPRD dan secara operasonal berada dibawah dan bertanggngjawab

kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggungjawab

kepada Walikota melalui sekretaris Daerah

Namun demikian secara hirarki perundang-undangan untuk mendukung

realisasi pelaksanaan APBN maka pemerintah kota telah mengeluarkan

Keputusan Peraturan yang telah diputuskan oleh Menteri Dalam Negeri Nomor

13 Tahun 2006 ebagai pedoman dalam melakukan pengeolaan keuangan daerah.

Di dalam Keputusan Peraturan Menteri Dalam Negei Nomor 13 Tahun

2006 ini ditetapkan tentang pedoman pokok, pedoman pelaksanaan Anggaran

Belanja Rutin, pedoman Pelaksanaan Anggaran Belanja Pembangunan dan

ketentuan penutup disertai dengan penjelasannya dan lampiran-lampirannya.

Dalam hal pengeluaran anggaran maka pengeluaran anggaran harus di

dasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut :


a. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang

disyaratkan.

b. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, Program / kegiatan serta fungsi

setiap depertemen / lembaga.

c. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan

memperhatikan kemampuan/potensi nasional.

Berdasarkan ketetapan diatas maka realisasi pelaksanaan Anggaran

Pandapatan dan Belanja Negara telah digariskan dalam prisip-prinsip yang harus

dipatuhi termasuk pada sistem dan prosedur pembayaran anggaran rutin dengan

maksud agar realisasi pengeluaran anggaran negara tersebut dapat mencapai hasil

dan tujuan dengan setepat-tepatnya dan menghindari segala pemborosan serta

dengan menekankan pada penggunaan hasil produksi dalam negeri.

B. Sistem dan Prosedur Pembayaran Anggaran Rutin dan Proses

Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM).

a. Sistem Berjalan

1. Tinjauan umum

Pada bagian ini di uraikan secara detail sistem berjalan pada Dinas

Ketenaga Kerjaan Kota Makassar terutama pada transaksi SPM (surat

perintah membayar) dan SP2D (surat perintah pencairan dana). Unit

yang terlibat dalam sistem ini adalah bendahara pengeluaran Dinas

Ketenaga Kerjaan Kota Makassar.


2. Batasan sistem

i. Proses input ( SPM dan SP2D )

Bendahara pengeluaran Disnaker Kota Makassar melakukan

penginputan data-data yang ada Surat Perintah Membayar mulai dari

nomor SPM., tanggal SPM, jenis SPM, kode program , kode kegiatan,

kode akun, nilai SPM (rupiah), potongan (pajak), dan nama Direktorat

yang mengajukan SPM.

Bendahara pengeluaran Disnaker Kota Makassar mengajukan Surat

Perintah Membayar (SPM) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara Kota Makassar untuk mendapatkan pengesahan atau pencairan

dana yang dikeluarkannya Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) ole

KPPN Kota Makassar.

Bendahara pengeluaran Disnaker Kota Makassar menginput SP2D

yang telah disahkan oleh KPPN Kota Makassar mulai dari nomor

SPM, tanggal SPM, nilai SPM, jenis SPM, nama Direktorat (unit

kerja) yang mengajukan pencairan, nomor SP2D dan tanggal SP2D.

ii. Output

Setelah peginputan selesai bendahara pengeluaran Disnaker Kota

Makassar dapat memilah dan menginpentarisir direktorat-direktorat

yang sudah melakukan pengajuan berdasarkan kegian yang sudah

ditentukan dan melihat penyerapan anggarn pada masng-masing unit

kerja sebagai bahan laporan kepada pimpinan.


iii. Pengguna

Pengguna pada sistem berjalan adalah bendahara pengeluaran Dinas

Ketenaga Kerjaan Kota Makassar.

iv. Simpan data

Data yang sudah diinput oleh bendahara pengeluaran Dinas Keenaga

Kerjaan Kota Makassar disimpan dikomputer dengan memakai

Microsoft Accses.

Gambar 2

Proses Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)

1
SPM
Bendahara Input

SPM

Kantor KPPN 2
SP2D
Kota Makassar Input

SP2D

SP2D

Laporan
Bendahara 3
Pengeluaran SP2D
Laporan
SP2D
b. Deskripsi Output

1. Nama arus data : laporan SPM an SP2D

Alias : SPM dan SP2D

Bentuk data : berkas/kertas cetakan

Arus data : SPM dan SP2D poses 1.0

Proses 1.0 – bendahara pengeluaran

Penjelasan : SPM yang elah dikeluarkan SP2Dnya

Volume : 1 lembar

Isi : nomor SPM + tgl SPM + nomor SP2D + tgl SP2D + uraian

SP2D + jumlah SPM + pajak + nomor SP2D + tgl SP2D +

jumlah SP2D + kode program + AKUN + unit kerja

2. Nama arus data : laporan AKUN

Alias : AKUN

Bentuk data : berkas/kertas cetakan

Arus data : SPM dan SP2D poses 1.0

Proses 1.0 – bendahara pengeluaran

Penjelasan : AKUN pengajuan pada masing-masing Direktorat

Volume : 1 lembar

Isi : nomor SPM + tgl SPM + nomor SP2D + tgl SP2D + uraian

SP2D + jumlah SPM + pajak + nomor SP2D + tgl SP2D +

jumlah SP2D + kode program + AKUN + unit kerja


3. Nama arus data : Laporan Direktorat

Alias : Direkrorat

Bentuk data : berkas/kertas cetakan

Arus data : SPM dan SP2D poses 1.0

Proses 1.0 – bendahara pengeluaran

Penjelasan : pengajuan pencairan pada masing-masing Direktorat

Volume : 1 lembar

Isi : nomor SPM + tgl SPM + nomor SP2D + tgl SP2D + uraian

SP2D + jumlah SPM + pajak + nomor SP2D + tgl SP2D +

jumlah SP2D + kode program + AKUN + unit kerja

4. Nama arus data : laporan jenis SPM

Alias : jenis SPM

Bentuk data : berkas/kertas cetakan

Arus data : SPM dan SP2D poses 1.0

Proses 1.0 – bendahara pengeluaran

Penjelasan : jenis SPM (bendahara ataupihak ketiga)

Volume : 1 lembar

Isi : nomor SPM + tgl SPM + nomor SP2D + tgl SP2D + uraian

SP2D + jumlah SPM + pajak + nomor SP2D + tgl SP2D +

jumlah SP2D + kode program + AKUN + unit kerja


c. Permasalahan sistem secara umum

Permasalahan-permasalahan sistem yang diteliti dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Performance : masih kurang ideal untuk sebuah sistem bila dari segi

tampilan

Information : masih kurang infomatif untuk laporan ang dihasilkan

Economic : masih kurang dari segi laporan yang dihasilkannya

Control : masih kuang dari laporan yang dihasilkan

Efficiency : masih kurang dari segi lapora yang dihasilkan

Service : masih kurang dari segi laporan yang dihasilkan

C. Mekanisme Pengeluaran Kas

Setelah dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat

daerah (DPA-SKPD) disetujui oleh pejabat yang berwenang, selanjutnya

kepala satuan kerja pengelolah keuangan daerah atas nama kepala daerah

menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD) yang berfungsi sebagai

otorisasi yang menjadi dasar ketersediaan dana dan pencairan dana oleh

setiap satuan kerja perangkat daerah.

Pengajuan Surat Perintah Pembayaran (SPP) baik itu SPP-

UP/GU/TU/LS setelah SPP lengkap dan sah yaitu penerbitan surat

perintah membayar (SPM) oleh kuasa pengguna anggaran (kepala SKPD),

kemudian SPM diajukan kepada BUD sebagai dasar penerbitan surat

perintah pencairan dana (SP2D). Penerbitan SP2D dilakukan setelah BUD


meneliti kelengkapan SPM. Penerbitan SP2D unruk keperluan UP/GU/TU

diserahkan kepada pengguna anggaran sedangkan untuk keperluan

pembayaran langsung diserahkan langsung kepada pihak ketiga oleh BUD

Sistem dan prosedur pengeluaran daerah melalui pengeluaran

UP/GU/TU maupun LS melibatkan beberapa pihak terkait dan

memerlukan beberapa surat/dokumen untuk proses pengeluaran kas serta

membuat surat pertanggungjawaban administratif dan fungsional atas

penggunaan dana. Mekanisme pengeluaran kas dapat diringkas pada tabel

berikut :

Tabel 4.1 Mekanisme Pengelaran Kas

Laporan/doku
No Sistem dan Pihak-pihak Surat/dokumen yang
men yang
. Prosedur terkait digunakan
dihasilkan
1 Pembuatan - Kuasa BUD - Anggaran Kas Pemerintah Surat
Surat - PPKD Daerah penyediaan
Penyediaan - Pengguna - DPA-SKPD dana (SPD)
Dana (SPD) anggaran dilampiri
dengan SPD
untuk belanja
langsung dan
tidak langsung
2 Pengajuan Surat - Bendahara - Surat pengantar SPP- Surat perintah
Permintaan pengeluaran UP/TU/GU/LS pembayaran
Pembayaran - PPK_SKPD - ringkasan SPP-UP/TU/GU/LS (SPP) yang
(SPP) - PPTK - rincian SPP-UP/TU/GU/LS diajukan
- Uang - Salinan SPD kepada
Persediaan - draf surat pernyataan pengguna
(UP) - surat keterangan untuk SPP- anggaran/kuas
- Ganti Uang TU a penguasa
(GU) -lampiran lain yang diperlukan anggaran
- Tambah - lampiran SPP-LS
Uang (TU)
- Langsung
(LS)
3 Penerbitan Surat - PPK-SKPD - Register SPM- Dokumen surat
Perintah - Pengguna UP/TU/GU/LS perintah
Membayar anggaran - Register surat penolakan membayar
(SPM) penerbitan (SPM) (SPM) yang
disahkan oleh
pengguna
anggaran
4 Penerbitan Surat - Kuasa BUD - Register SP2D Dokumen
Perintah - Pengguna - Surat Penolakan SP2D SP2D untuk
Pencairan Dana anggaran - Register surat penolakan menjadi dasar
(SP2D) - Bendahara penerbitan SP2D pelaksanaan
pengeluara - Buku kas penerimaan dan belanja
n SKPKD pengeluaran masing-masing
SKPD
5 Pelaksanaan - Pejabat - Nota pencairan dana (NPD) Surat
belanja untuk Pengelolah - Buku kas umum pengeluaran pertanggungja
penggunaan Teknis - Buku pembantu waban (SPJ)
Uang Persediaan Kegiatan simpanan/bank bendahara
(UP) (PPTK) - Buku pembantu pajak pengeluaran
- Bendahara - Buku pembantu panjar kepada
pengeluara - Rekapitulasi pengeluaran pengguna
n perincian objek anggaran
- PPK-SKPD melalui PPK-
- Penggunaa SKPD
n anggaran
6 Pembuatan surat - Bendahara -
Surat pengesahan LPJ bendahara
pertanggungjaw pengeluara pertanggungjawaban pengeluaran
aban (SPJ) n bendahara pengeluaran (SPJ kepada
pengeluaran - PPK-SKPD belanja) PA/KPA
- Pengguna- Register penerimaan laporan melalui PPK-
anggaran pertanggungjawaban SKPD
pengeluaran
- Register pengesahan laporan
pertanggungjawaban
pengeluaran
- Register penolakan laporan
pertanggungjawaban
pengeluaran
Sumber : Pemendagri No. 13/2006 dan SE BAKD No. 900/316/BAKD

Berdasarkan hasil ringkasan sistem dan prosedur pengeluaran kas beserta

dokumen dan pihak terkait pada sistem dan prosedur tersebut dapat dibuat

flowchart sebagai berikut :


Tabel 4.2 Flowchart sistem dan prosedur pengeluaran terkait pembuatan

surat penyediaan dana (SPD)

Uraian PA/KUASA PA KUASA BUD PPKD

1. PPKD menyerahkan
Anggaran kas Anggaran kas
dokumen anggaran pemerintah pemerintah
kas pemerintah daerah daerah
daerah dan DPA-
SKPD kepada BUD

DPA-SKPD DPA-SKPD

1. Berdasarkan 2 (dua)
dokumen tersebut.
Rancangan
Kuasa BUD SPD
menyiapkan
rancangan SPD

2. Kuasa BUD
menyerahkan Rancangan
rancangan SPD SPD
kepada PPKD

Organisasi

3. PPKD
mengototrisasi
rancangan SPD dan
menyerahkan SPD SPD
kepada Pengguna
Anggaran/ ketua
pengguna anggaran

Sumber : Surat edaran Ditjen BAKD No. 900316/BAKD


D. Sistem dan prosedur pembayaran anggaran rutin.

Penataan sistem kerja dan pelaksanaan prosedur dalam pembayaran

Anggaran Rutin adalah merupakan upaya penataan atau pengaturan secara tertib

dan teratur mengenai cara pelaksanaan seluruh tugas dan fungsi dalam berbagai

bidang kegiatan pemerintah merupakan salah satu aspek yang penting dalam

menyelenggarakan administrasi negara. Tujuannya adalah agar kegiatan aparatur

pemerintah dapat terlaksana secara berdaya guna, dalam arti dapat mencegah

pemborosan dan keborosan serta menjamin kejelasan proses dan tahap

penyelesaian kegiatan.

Dalam hal pelaksanaan pembayaran sebagai realisasi pelaksanaan

anggaran belanja di Dinas Ketenaga Kejaan Kota Makassar yang berisih tugas

melakukan pembayaran, mengikuti kebijaksanaan sebagai berikut :

1. Disnaker melakukan pembayaran atas dasar :

a. SKO atau DIK/DIP atau dokumen yang dipersamakan yang diterima dari

Menteri Keuangan dalam hal ini Direktur Jenderal Anggaran.

b. SPPR/SPPP sesuai dengan maksud dan jumlah dana yang disediakan

dalam SKO atau DIK/ DIP atau dokumen yang dipersamakan.

2. KPKN menerbitkan surat perintah membayar (SPM) dalam waktu selambat-

lambatnya dua hari kerja untuk anggaran rutin dan satu hari kerja untuk

anggaran pembangunan setelah diterimanya SPPR/SPPP disertai bahan-bahan

yang memenuhi syarat sebagaiman dimaksud dalam pasal 18, dan SPM

berlaku sampai akhir tahun anggaran.


3. Dalam hal KPKN menolak untuk membayar SPPR/SPPP, maka KPKN harus

menyatakan secara tertulis alasan penolakan tersebut kepada bendaharawan

yang bersangkutan selambat-lambatnya satu hari kerja setelah diterimanya

SPPR/SPPP. (Kepres. No.16 Thn. 1994 yang disempunakan pada tahun 2009

Psl. 19, Ayat (1), (2) dan (3).

Kebijakan tersebut diatas, mewajibkan kepada KPKN untuk hanya

melakukan pembayaran atas dasar SKO atau DIK/DIP atau dokumen yang

dipersamakan dengan SKO atau DIK/DIP tersebut, yang diterima dari Menteri

Keuangan yang dalam hal ini adalah Direktur Jenderal Anggaran Departemen

Keuangan RI.

Permintaan pembayaran tersebut diajukan oleh bendaharawan rutin

dengan SPPR (Surat Perintah Pembayaran Rutin) dan oleh bendaharawan proyek

dengan SPPP (Surat Perintah Pembayaran Proyek) yang isi harus sesuai dengan

maksud dan jumlah dana yang disediakan dalam SKO atau DIK/DIP ataupun

dokumen lainnya yang dipersamakan.

Dengan berdasar kepada SPPR/SPPP yang diajukan oleh bendaharawan

rutin atau bendaharawan proyek yang telah disertai dengan bahan-bahan yang

memenuhi syarat yaitu bahan-bahan yang terdiri dari :

1. Surat Perintah kerja (SPK) / Kontrak pengadaan barang dan jasa.

2. Kuitansi.

3. Berita Acara Prestasi Pekerjaan / Penyerahan barang.

4. Surat Pernyataan dari Kepala Kantor/satuan kerja/Pemimpin Proyek/bagian

Proyek bahwa penetapan rekanan bersangkutan telah dilakukan (melalui


pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung) menurut

ketentuan yang berlaku untuk pekerjaan / pembelian barang di atas Rp.

15.000.000.00 (lima belas juta rupiah).

Apabila syarat tersebut di atas telah dipenuhi, maka KPKN menerbitkan

SPM. Penerbitan SPM oleh KPKN ini dilakukan selambat-lambatnya dua hari

kerja setelah diterimanya SPPR untuk anggaran ruitin dan satu hari kerja

seterimanya SPPP untuk anggaran pembangunan.

Apabila KPKN menolak untuk membayar SPPR ataupun SPPP tersebut

oleh karena satu dan lain sebab, maka penolakan KPKN harus dinyatakan /

disampaikan secara tertulis kepada bendaharawan rutin/proyek bersangkutan.

Pernyataan penolakan tersebut harus disampaikan selambat-lambatnya satu hari

kerja setelah diterimanya SPPR atau SPPP yang disertai alasan penolakannya.

Dalam hubungannya dengan penulisan skripsi ini yaitu berkaitan dengan

pembayaran anggaran belanja rutin pada kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

Makassar, maka kebijaksanaan dalam realisasi pelaksanaan anggaran Belanja

Rutin, secara umum mengikuti kebijaksanaan yang telah dipaparkan di atas,

dengan ketentuan tersendiri yang ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan

Anggaran Belanja rutin, antara lain :

1. Untuk melaksanakan anggaran belanja rutin, Departemen/Lembaga mengisi

DIK sesuai dengan contoh dan petunjuk pengisian yang ditetapkan oleh

Menteri Keuangan.

2. DIK berlaku sebagai dasar pelaksanaan anggaran belanja rutin setelah

mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan atau pejabat yang dikuasakan.


Jadi untuk melaksanakan anggaran belanja rutin, maka setiap Departemen

dan Lembaga-Lembaga harus mengisi DIK. Pengisian DIK tersebut harus sesuai

dengan contoh petunjuk yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Untuk DIK Departemen, ditandatangani oleh Menteri dari Departemen

bersangkutan, dan untuk DIK Lembaga ditandatangani oleh Ketua Lembaga

bersangkutan, atau dapat juga oleh sekertaris Jenderal Departemen /Lembaga

bersangkutan atas nama Menteri / Ketua Lembaganya.

Sedangkan DIK Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara/Panitera Mahkamah

agung.

Selanjutnya DIK yang berlaku sebagai dasar pelaksanaan anggaran belanja

rutin ini telah disahkan oleh Menteri Keuangan, ditetapkan sebagai berikut :

1. Departemen Keuangan menyampaikan DIK yang telah disahkan kepada :

a. Departemen/Lembaga;

b. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);

c. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).

Selanjutnya masing-masing Departemen dan Lembaga yang telah

menerima DIK dari Departemen Keuangan tersebut menyampaikan lebih lanjut

kepada Direktorat Jenderal dan satuan kerjanya serta Inspektorat Jenderal dan

Unit pengawasan pada Lembaga.

Dengan berdasarkan DIK yang telah ada pada masing-masing Departemen

dan Lembaga serta KPKN yang dalam hal ini KPKN Makassar, maka realisasi

pelaksanaan anggaran belanja rutin telah dapat dilakukan dengan mengikuti

ketentuan-ketentuan yang telah diuraikan di muka, antara lain dengan pengajuan


SPPR oleh bendaharawan DHARMAWATY, SP pada instansi/satuan kerja

kepada KPKN Makassar untuk kemudian diterbitkan SPMnya sesuai dengan

jumlah dan batas waktu yang ditetapkan dalam kebijaksanaan pembayaran

anggaran rutin.

Dalam pelaksanaan Anggaran Belanja Rutin ini perlu diperhatikan pula

kebijaksanaan yang telah ditetapkan mengenai:

Departemen/lembaga pada tiap awal tahun anggaran, menyusun


daftar susunan kekuatan pegawai (formasi) dalam dan luar negeri bagi tiap
unit organisasi sampai pada tiap kantor/satuan kerja dalam batas belanja
pegawai dalam anggaran belanja masing-masing dan selambat-lambatnya
tanggal 30 April menyampaikannya kepada Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara. (Kepres. No. 16 Tahun 1994 yang
disempurnakan pada tahun 2009, Psl. 50 : ayat (1) )
Formasi tersebut di atas dimaksud untuk menghitung dan menetapkan

anggaran belanja rutin untuk keperluan belanja pegawai, baik pegawai di dalam

negeri, maupun pegawai di luar negeri, yang harus disahkan oleh Menteri Negara

Pendayagunaan Anggaran Negara.

Sebelum disahkan, maka formasi pegawai tersebut terlebih dahulu

didengarkan pertimbangan dari Menteri Keuangan dan Kepala Badan

Administrasi Kepegawaian Negara, dan dalam hal menyangkut formasi pegawai

di luar negeri di dengar pula pertimbangan dari Menteri Luar Negeri. Pengesahan

formasi pegawai tersebut oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara,

selambat-lambatnya pada akhir bulan berikutnya.

KPKN hanya diperkenanakan melakukan pembayaran upah pegawai

harian/ tenaga honorer, apabila untuk keperluan tersebut telah tersedia dana dalam
DIK/SKO yang bersangkutan (Keppres. No.16 Thn. 1994 yang disempurnakan,

psl. 50 : ayat (11).

Jadi bagi pegawai harian maupun tenaga honorer, tidak dapat dibayarkan

upah oleh KPKN termasuk dalam hal ini KPKN Makassar, kecuali apabila untuk

keperluan tersebut dananya telah ada tersedia dalam DIK/SKO

Departemen/Lembaga dimana pegawai harian atau tenaga honorer tersebut

bekerja.

Selain anggaran belanja rutin untuk belanja pegawai sebagaimana disebut

diatas, maka yang termasuk pula dalam pelaksanaan anggaran belanja rutin ini

adalah:

1. Untuk belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas serta

subsidi dan bantuan diusahakan penghematan dengan memperhatikan

pembatasan-pembatasan sebagaimana tercantum dalam DIK yang

bersangkutan serta ketentuan tentang penggunaan jenis pegeluaran

sebagaimana dimaksud dalam petunjuk pengisian DIK.

2. Biaya untuk pakaian seragam atau pakaian kerja hanya dapat dibebankan pada

Anggaran Belanja Negara atas persetujuan Menteri Keuangan setelah

memperoleh pertimbangan dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara. (Keppres. No.16 Thn.1994, psl. 55 : Ayat (1) dan (2).

Jadi keseluruhan yang termasuk dalam realisasi pelaksanaan anggaran

belanja rutin ini adalah :

1. Belanja Pegawai
2. Upah pegawai harian/tenaga honorer sepanjang telah tersedia dananya dalam

DIK/SKO yang bersangkutan.

3. Belanja Barang

4. Belanja Pemeliharaan

5. Belanja Perjalanan Dinas

6. Subsidi dan Bantuan,dan

7. Biaya untuk pakaian Seragam/Pakaian kerja yang telah mendapat persetujuan

Menteri Keuangan.

Dalam hubungannya dengan penulisan dan pembahasan dalam skripsi ini,

hanya akan meliputi Belanja Barang, Belanja Pemeliharaan, Belanja Penjalanan

Dinas, Subsidi dan bantuan serta biaya untuk Pakaian Seragam/Pakaian Kerja

yang telah mendapat persetujuan dari menteri Keuangan.

E. Proses Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)

Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) oleh Dinas Ketenaga Kerjaan

Kota Makassar dalam hal ini termasuk Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar,

didasarkan atas SKO atau DIK/DIP ataupun dokumen yang dipersamakan yang

diterimanya dari Menteri Keuangan, yang dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal

Anggaran.

Yang dimaksudkan dengan dokumen yang dipersamakan adalah :

Surat Keputusan Kepegawaian yang diterima oleh Disnaker dari pejabat

yang berwewenang menandatanganinya dipersamakan dengan SKO untuk

keperluan Pembayaran gaji, tunjangan,dan uang duka. Dokumen yang


dipersamakan dengan DIP adalah daftar isian pembiayaan proyek (DIPP).

(Keppres. No.16 Thn.1994 yang disempurnakan pada tahun 2009, Penjelasan Psl.

19 : Ayat (1).

Kemudian SPM tersebut dapat diterbitkan atas dasar Surat Permintaan

Pembayaran Rutin (SPPR) atau Surat Permintaan Pembayaran Pembangunan

(SPPP) yang harus sesuai dengan jumlah dan maksud dari dana yang disediakan

dalam SKO atau DIK/DIP atau dokumen yang dipersamakan sebagaimana telah

disebut di atas.

Penerimaan SPM tersebut harus dilakukan selambat-lambatnya dalam

waktu satu hari kerja untuk pembayaran anggaran pembangunan dan dua hari

kerja untuk anggaran rutin, setelah diterimanya SPPP atau SPPR.

Dalam Surat Edaran Direktoral Jenderal Anggaran Departemen Keuangan

Nomor SE-39/a/1990, tanggal 14 Maret 1994 yang disempurnakan pada tahun

2009, diyatakan sebagai berikut :

a. Pembayaran atas beban APBN melalui Bendaharawan Umum oleh

DHARMAWATY, SP pada umumnya dilakukan dengan penerbitan SPM.

Jika di masa lalu terdapat dua jenis SPM atas beban anggaran yaitu SPM

beban tetap, dan SPM beban sementara, maka untuk selanjutnya hanya ada

satu jenis SPM yaitu SPM yang bersifat sama dengan beban SPM tetap gaya

lama.

b. Untuk pengeluaran sehari-hari kepada bendaharawan dapat dibayar uang

muka kerja semacam UUDP gaya lama, yang dalam sistem baru disebut Uang
Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD) dengan sifat-sifat sebagai

berikut :

1. UYHD belum membebani mata anggaran pengeluaran (MAK) dari

anggaran yang tersedia dalam DIK/DIP/SKO Departemen/Lembaga

bersangkutan, melaikan sebagai uang muka kerja/ arthakarya, atas beban

mata anggaran khusus.

2. UYHD mempunyai sifat berdaur ulang (revolving) dengan pengertian

bahwa dana UYHD yang telah digunakanuntuk pengeluaran daapt diganti

kembali dengan penerbitan SPM terhadap Pengeluaran tersebut atas beban

mata anggaran pengeluran (MAK) dalam DIK/DIP/SKO bersangkutan

sehingga jumlah UHYD menjadi puli kembali.

c. Untuk membayar dengan nilai yang relatif besar, dilakukan dengan SPM biasa

(SPM beban tetapgaya lama), yaitu SPM Langsung (SPM-LSP). (SE. Ditjen

Anggaran Dep. Keu. No. SE-39/a/1990).

F. Proses SPM berdasarkan Surat – Edaran di atas, melalui mekanisme

sebagai berikut :

Pada perbulaan tahun anggaran, atas dasar DIK/DIP/SKO yang

bersangkutan, maka bendaharawan mengajukan SPP-penyediaan dana UYHD

(SPP-DU) pada KPKN, yang jumlahnya sesuai dengan batas-batas yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Kemudian KPKN akan menerbitkan SPM Giro Bank/Giro Pos kepada

bendaharawan atas beban mata anggaran khusus sebagai penyedian dana UYHD
(SPM-DU). Dana UYHD dapat digunakan untuk berbagai jenis belanja (kecuali

belanja pegawai untuk anggaran belanja rutin)/jenis biaya /mata anggaran

pengeluaran (MAK) yang anggaran tersedia dalam DIK/DIP/SKO bersangkutan,

dengan ketentuan dan UYHD rutin terpisah dari dana UYHD pembangunan.

Selanjutnya setelah dana UYHD digunakan, baik sebagian maupun

seluruhnya, maka untuk mendapatkan dana UYHD lagi, maka bendaharawan

mengajukan SPP Penggantian Dana UYHD (SPP-GU) kepada KPKN dengan

melampirkan semua bukti pengeluaran yang bersangkutan setelah disetujui dan

disahkan oleh Kepala Kantor / satuan Kerja / Pimpinan Proyek / Bagian Proyek /

Atasan Langsung Bendaharawan.

Untuk hal tersebut di atas, maka KPKN mengadakan penelitian /

pengujian terhadap SPP-GU tersebut dan apabila memenuhi syarat, KPKN

menerbitkan SPM Penggantian Data UYHD (SPM-GU) kepada Bendaharaan atas

beban dari mata anggaran pengeluaran (MAK ) sesuai dengan bukti pengeluaran

yang diajukan dan dibayarkan secara giral kepada Bendaharaan bersangkutan

sebagai pengganti Dana UYHD.

Setiap akhir bulan, Kepala Kantor / Satuan Kerja / Pemimpin Proyek /

Bagian Proyek dan Bendaharaan menyampaikan daftar / laporan kepada KPKN

mengenai posisi kredit anggaran dan komposisi dana UYHD dengan melampirkan

saldo bilyet Bank / Pos per akhir bulan yang bersangkutan.

Proses penerbitan SPM berlangsung melalui kegiatan penanganan yang

dimulai pada Loket Penerima SPP, diteruskan ke Pelaksana, kemudian kepada

Kepala Korpel Pembantu, yang selanjutnya dikirimkan kepada Kepala Korpel,


dan penanganan puncak dilakukan oleh Kepala Seksi, dan penyelesaian akhir

adalah pada Unit Pengiriman.

Proses kegiatan penanganan, penyelesaian dan penerbitan SPM

sebagaimana disebutkan diatas, secara terperinci adalah sebagai berikut:

Berdasarkan jawaban dari responden ibu DHARMAWATY, SP


menjelaskan proses penerbitan SPM secara terperinci yaitu pada loket
penerima terjadi kegiatan berlangsung pertama pada bendahara rutin
menyerahkan SPPR kepada kepada kepala unit arsip kemudian di agenda
dan di bukukan dalam register dan diteruskan pada pelaksana pembantu
yang di tangani langsung oleh HASYIM, SE untuk memeriksa dan meneliti
apakah SPPR tersebut telah memenhi persyaratan atau tidak, bila SPPR
telah diperksa dan di teliti kelengkapannya dan telah memenuhi maka akan
dilanjutkan pada kepala korpel pembanu yang di tangani langung oleh
SALMAH, S.Sos bertugas menganalisa dan menguji konsep SPM kemudian
diteruskan pada kepala korpel JARIAH, ST dan diteruskan kepada kepala
seksi yang bertanggungjawab DHARMAWATY, SP selaku kepala sub.
Bagian keuangan untuk menguji kembali konsep SPM dan menguji
kelayakan apakah sudah memenuhi syarat untuk kemudian di terusan
kepada KPKN Kota Makassar

Dari penjelasan diatas dapat di uraiankan hasil dari jawaban responden

oleh DHARMAWATY, SP sebagai berikut:

1. Pada loket penerima di KPKN

Pada loket penerima ini, proses kegiatan berlangsung sebagai berikut:

a. Bendaharawan rutin dalam hal ini yang bertanggungjawab yaitu

DHARMAWATY, SP menyerahkan SPPR kepada Unit Arsip/Ekspedisi

yang berada di bawah Seksi Umum yaitu INDRI FITRIANI A.md

b. Setelah diagenda dan dibukukan dalam register, Kepala Unit

Arsip/Ekspedisi meneruskannya kepada Seksi Perbendaharaan yang

bersangkutan, yang dalam hal ini adalah Seksi Perbendaharaan, yang

langsung di tangani / diproses oleh pelaksana pada Seksi Perbendaharaan,


dalam hal ini yang melaksanakan pengurusan Belanja Barang dan Belanja

Pemeliharaan.

2. Pada Pelaksana pada Korpel Pembantu

Proses kegiatan yang dilakukan oleh Pelaksana pada Korpel Pembantu

(pada Seksi Perbendaharaan) yang ditangani langsung oleh HASYIM, SE

pada Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar yaitu adalah sebagai berikut:

a. Memeriksa dan meneliti apakah SPPR tersebut telah memenuhi

persyaratan atau tidak/belum.

Bila SPPR tersebut tidak/belum memenuhi persyaratan, maka pada saat itu

juga Pelaksanan memberitahukan kepada Kepala Kantor / Unit Kerja yang

bersangkutan dengan :

1. Menyiapkan surat penolakan SPPR tersebut.

2. Mengirimkan/menyampaikan kepada Bendaharawan bersangkutan,

disertai dengan alasan-alasan penolakannya.

3. Surat penolakan SPPR tersebut harus sudah disampaikan/dik irimkan

pada hari yang sama diterimanya SPPR.

4. Tembusan surat penolakan tersebut disampaikan kepada Kantor

Wilayah Direktorat Jendral Anggaran (Kanwil DJA), dalam hal ini

Bidang Tata Usaha Perbendaharaan setempat.

b. Bila SPPR tersebut setelah diperiksa dan diteliti kelengkapannya ternyata

telah memenuhi persyaratan bagi pembayaran SPPR, langsung dibukukan

pada penerimaan / penyelesaian SPPR.


c. Memeriksa apakah jumlah uang yang akan dibayarkan itu, telah tersedia

dananya dalam DIK/SKO bersangkutan.

d. Mencatat dan membubuhkan parafnya pada kartu pengawasan

bersangkutan.

e. Membuat konsep SPM dan membubuhkan parafnya, memberi catatan

seperlunya pada buku penerimaan/penyelsaian SPPR, yaitu:”Selesai

tanggal…)

f. Menyampaikan Konsep SPM tersebut yang dilampirkan dengan dokumen

SPPR dan kartu-kartu yang bersangkutan kepada Kepala Korpel Pembantu

(dalam hal ini pada Seksi Perbendaharaan I).

3. Pada Kepala Korpel Pembantu

Kepala Korpel Pembantu, yang dalam hal ini pada Seksi Perbendaharaan

II yaitu SALMAH, S.Sos, menganalisa dan menguji konsep SPM tersebut

mengenai:

a. Keabsahan dokumen yang dilampirkan.

b. Bagian anggaran / pengesahan pengeluaran pembayaran.

c. Jenis SPM /Kode dan Tahun Anggaran.

d. Jenis BKPK, nomor seri SPM serta kode KAS/BANK/POSnya.

e. Meneliti SPM yang diterbitkan, yaitu:

1. SPM Pengeluaran Anggaran.

2. SPM Pengambilan Uang.

3. SPM Perubahan Uang.


f. Membubuhkan parafnya dan menyampaikan konsep SPM tersebut kepada

Kepala Korpel, yang dalam hal ini pada Seksi Perbendaharaan II.

4. Pada Kepala Korpel

Kepala Korpel JARIAH, ST, yang dalam hal ini pada Seksi

Perbendaharaan II, melaksanakan proses berikut:

a. Memeriksa Dan menguji konsep SPM tersebut.

b. Membubuhkan parafnya pada karut pengawasan yang bersangkutan dan

menetapkan konsep SPM tersebut sepanjang dalam batas wewenangnya

menandatangani asli SPM dan mengirimkan konsep SPM tersebut kepada

Unit Komputer pada Seksi Umum, setelah terlebih dahulu mencatat dalam

buku penerimaan/penyelesaian SPPR dan mengambil lampiran-lampiran

untuk dikembalikan krpada pelaksana.

c. Mengkolnet SPM, dan jika tidak terdapat kesalahan, menandatangani serta

mengirimkan ke Unit Registrasi pada Seksi Umum, setelah terlebih dahulu

dicatat dalam buku penerimaan/penyelesaian SPPR.

Selanjutnya konsep SPM tersebut disampaikan kepada Kepala Seksi, yang

dalam hal ini adalah Kepala Seksi Perbendaharaan II.

5. Pada Kepala Seksi

proses penyelesaian penerbitan SPM ini, adalah pada Kepala Seksi yang

bertanggungjawab yaitu DHARMAWATY, SP selaku Kepala Sub. Bagian

Keuangan, yang dalam hal ini adalah Kepala Seksi Perbendaharaan II, dengan

kegiatan sebagai berikut.

a. Memeriksa dan menguji konsep SPM tersebut.


b. Membubuhkan parafnya karut pengawasan yang bersangkutan, dan

menetapkan konsep SPM tersebut sepanjang batas wewenangnya

menandatangani asli SPM, dan mengirimkan konsep SPM tersebut kepada

Unit Komputer pada Seksi Umum setelah terlebih dahulu mencatat dalam

buku penerimaan/penyelesaian SPPR, sedangkan lampiran-lampirannya

diambil untuk dikembalikan kepada Pelaksana.

c. Mengkolnet SPM dan jika tidak terdapat kesalahan, menandatangani serta

mengirimkannya ke Unit Registrasi pada Seksi Umum, setelah terlebih

dahulu dicatat dalam buku penerimaan/penyelesaian SPPR.

Sebagai penyelesaian terakhir dalam proses penerbitan SPM ini, adalah

setelah ditandatangani oleh pejabat yang berwewenang, oleh Unit

Registrasi/Komputer diberi tanggal dan nomor, dan dimasukkan ke dalam

Daftar Penguji dan Unit Komputer.

Akhirnya SPM dan Daftar Penguji yang telah ditandatangani tersebut

segera disampaikan kepada Unit Pengiriman.

Demikianlah pelaksanaan proses kegiatan penanganan dan penyelesaian

penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM), yang dalam hal ini ketenaga

kerjaan kota Makassar.

G. Pelaksanaan Sistem dan Prosedur Pembayaran Anggaran Rutin dalam

rangka Surat Perintah Membayar (SPM)

Pelaksanaan sistem dan prosedur pembayaran anggaran rutin dalam rangka

Surat Perintah Membayar (SPM) pada Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
Makassar tidak berjalan dengan baik, buktinya dimana Kantor Perbendaharaan

dan Kas Negara Makassar tidak melaksanakan peraturan sistem dan prosedur

yang dikeluarkan oleh Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan

Keputusan Direktur Jenderal Departemen Keuangan Republik Indonesia antara

lain :

d. Surat Edaran Dirjen Anggaran No. SE-39/a/1990 Tgl 14 Maret 1990 tentang

skema arus penyelesaian SPP/SPM dalam suatu prosedur sebagai berikut :

Gambar 3

Arus Penyelesaian SPP/SPM

bendahara Penerimaan SPP Pelaksana

Seksi Sub Seksi Sub Seksi Pembantu

Pengetikan Sub Seksi dan seksi Penyerahan SPM


Komputer

e. SE. Dirjen Anggaran,No. SE- 39/a/1990 ditetapkan bahwa ;

Surat Perintah Membayar (SPM) harus diterbitkan selambat-lambatnya dalam

waktu :

1. 8 jam kerja ; untuk anggaran belanja rutin

2. 6 jam kerja ; untuk anggaran belanja pembangunan


f. Keppres. No. 16 Th. 1994 yang disempurnakan pada tahun 2009 pasal 9 ayat

1, 2 dan 3 sebagai berikut :

1. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara melakukan pembayaran atas

dasar :

a. SKO atau DIK/DIP atau dokumen yang dipersamakan yang

diterima oleh menteri keuangan dalam hal ini Direktur Jenderal

Anggaran

b. SPPR/SPPP sesuai dengan maksud dan jumlah dana yang

disediakan dalam SKO atau DIK/DIP atau dokumen yang

dipersamakan.

2. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara menerbitkan surat perintah

membayar dalam waktu selambat-lambatnya 2 hari kerja untuk anggaran

rutin dan 1 hari kerja untuk anggaran pembangunan setelah diterimanya

SPPR/SPPP di serta bahan-bahan yang memenuhi syarat bagaimana

dimaksud dalam pasal 18, dan Surat Perintah Membayar (SPM) berlaku

sampai akhir tahun anggaran.

3. Dalam hal Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara menolak untuk

membayar SPPR/SPPP, maka Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan tersebut kepada

bendaharawan yang bersangkutan selambat-lambatnya satu hari kerja

SPPR/SPPP.

g. Keppres No. 16 tahun 1994 yang disempurnakan pemerintah pada tahun

2009, pasal 45 ayat 1 dan 4 antara lain :


i. Untuk pelaksanaan anggaran belanja rutin departemen/lembaga mengisi

DIK sesuai dengan petunjuk pengisian yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan

(2) DIK berlaku sebagai dasar pelaksanaan anggaran belanja rutin setelah

mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan atau pejabat yang

dikuasakan.

h. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 217/KMK.D3/1990

tentang mekanisme pembayaran dalam pelaksanaan APBN, yang antara lain

ditetapkan sebagai berikut :

i. Pelaksanaan pembayaran atas beban APBN oleh Disnaker dilakukan

berdasarkan bukti-bukti tagihan/pembayaran yang sah antara lain surat

dokumen yang membuktikan bahwa orang atau badan yang

bersangkutan berhak memperoleh pembayaran dari negara

ii. Pembayaran untuk tagihan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1

dilakukan dengan penerbitan SPM-LS kepada yang berhak.

Dan juga didukung dengan fasilitas peralatan kantor seperti komputer dan

alat lainnya sudah memadai untuk mempercepat penyelesaian penerbitan Surat

Perintah Membayar (SPM), dimana sarana komputer yang ada terhitung mulai

tanggal 27 Desember 1999 yang lalu Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar

telah menggunakan ON LINE SYSTEM dimana masing-masing seksi dapat

merekam secara langsung Surat Perintah Membayar (SPM), sehingga beban kerja

tidak tertumpuh pada bagian komputer saja.


H. Penerapan Standard Operating Procedure (SOP) Sebagai Tindakan

Antisipasi pada Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar

Berdasarkan jawaban dari responden H. ALIMUDDIN ARSYAD, S.Sos


selaku kepala sub. Bagian umum dan kepegawaian memaparkan pentingnya
penerapan SOP pada instansi Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar
sebagai standarisasi langkah-langkah kerja bagi aparatur dalam
menyelesaikan pekerjaan menjadi tugasnya, kemudian meminimalisir
terjadinya kesalahan dan kelalaian yang mengkin dilakukan oleh seorang
aparatur atau pelaksana dalam melaksanakan tugas, sehingga
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab individual aparatur dan organisasi secara keseluruhan, dan
mengurangi adanya intervensi manajemen/atau melewati kewenangannya
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, sehingga meningkatkan akuntabilitas
pelaksanaan tugas, maka diciptakanlah ukuran standar kinerja yang akan
memberikan aparatur cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta
membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan, kemudian
memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat
berlangsung dalam berbagai situasi, dan menjamin konsistensi pelayanan
kepadamasyarakat, baik dari sisi mutu, waktu, dan prosedur.

Berikut penjelasan dari pemaparan responden oleh H. ALIMUDDIN, S.Sos maka

diuraiankanlah penerapan SOP sebagai berikut :

Setiap bisnis atau usaha tentunya memiliki rangkaian proses pada

tiap pekerjaan. Proses pada pekerjaan ini harus dirancang dan

dikembangkan dengan baik. Hal ini untuk menghindari kecelakaan atau

kerusakan selama pekerjaan itu dilaksanakan. Untuk itu perlu dibuat suatu

prosedur tetap yang bersifat standar, sehingga siapa saja dan dimana saja

dilakukan langkah-langkahnya tidak berubah. Prosedur ini dirasa perlu

apalagi dengan perkembangan perusahaan dan kompleksitas bisnis serta

dinamika yang ada. Prosedur yang bersifat standar itu juga sebagai

tindakan antisipasi agar sumber daya manusia (karyawan) baik yang baru

maupun yang lama dapat menjalani pekerjaan mereka sesuai prosedur.


Prosedur standar seperti yang disebutkan diatas dapat disebut

Standard Operating Prosedure atau biasa disingkat SOP. SOP memiliki

beberapa pengertian menurut para ahli. Pengertian SOP menurut Istyadi

Insani, dalam bukunya yang berjudul Standar Opersional Prosedur (SOP)

sebagai pedoman pelaksanaan administrasi perkantoran dalam rangka

peningkatan pelayanan. Pada buku United States Environmental protection

Agency menyatakan bahwa pada hakikatnya miskomunikasi, konflik dan

permasalahan pada pelaksanaan tugas/pekerjaan pada suatu organisasi.

Selanjutnya menurut Gareth R. Jhones dalam buku Organiszational

Theory, menyatakan bahwa SOP merupakan bagian peraturan tertulis yang

membantu untuk mengontrol perilaku anggota organisasi.

Intinya, SOP mengatur bagaimana proses pekerjaan dilakukan,

siapa yang harus mengerjakan, siapa yang bertanggungjawab, siapa yang

memberi persetujuan, kapan dilakukan dilakukan, dokumen apa yang

harus disiapkan dan keterangan pendukung lainnya. Pada dasarnya, SOP

merupakan sebuah alat manajemen untuk membuat keseragaman pola

bisnis, keseragan pola kerja dan keseragaman kualitas dari sebuah proses

atau produk yang akan dibuat atau laksanakan.

Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kerja atau kondisi tertentu dan

petugas dan lingkungan dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan

tertentu.
2. Sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja

dan supervisor.

3. Untuk menghindari kesalahan dan kegagalan. Dengan demikian akan

mengurangi konflik, keraguan, pemborosan, duplikasi, dalam proses

melaksanakan pekerjaan.

4. Merupakan parameter atau tolak ukur untuk menilai mutu pelayanan.

5. Untuk lebuh menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya manusia secara

efektif dan efisien.

6. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang, dan tanggungjawab dari petugas

yang bersangkutan.

7. Sebagai dokumen yang menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja

bilamana terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan

administrasi lainnya. Sehingga bersifat melindungi rumah sakit dan petugas.

8. Sebagai dokumen yang dipakai untuk pelatihan.

9. Sebagai dokumen sejarah bilamana telah dibuat revisi SOP yang baru.

Fungsi SOP sebagai acuan kerja adalah sebagai berikut:

1. Mempermudah pekerjaan petugas/pegawai atau tim/unit kerja.

2. Sebagai dasar hukum bilamana terjadi penyimpangan.

3. Untuk mengetahui dengan jelas hambatan-hambatan yang dialami.

4. Mengarahkan petugas atau pegawai untuk sama-sama lebih disiplin dalam

bekerja.

5. Sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan pekerjaan.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada Dinas Ketenaga

Kerjaan Kota Makassar mengenai sistem dan prosedur pembayaran anggaran rutin

dalam rangka penerbitan Surat Perintah Membayar dapat disimpulkan bahwa :

1. Sistem dan prosedur pembayaran anggaran rutin telah sesuai dengan

mekanisme pembayaran anggaran pendapatan dan belanja negara yang

didasarkan oleh Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

217/KMK. D3/1990 yang antara lain ditetapkan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan pembayaran atas beban APBN oleh Disnaker (Dinas Keteaga

Kerjaan Kota Makassar) dilakukan berdasarkan bukti-bukti

tagihan/pembayaran yang sah, antara lain surat/dokumen yang

membuktikan bahwa orang atau badan yang bersangkutan berhak

memperoleh pembayaran dari negara.

b. Pembayaran untuk tagihan sebagaimana dimaksud ayat 1 dilakukan

dengan penerbitan SPM langsung kepada yang berhak.

2. Pembayaran anggaran rutin untuk penerbitan SPM telah sesuai dengan

peraturan Menteri dalam Negeri no. 13 tahun 2006 tentang pedoman

pengelolaan keuangan yang disempurnakan dengan peraturan Menteri Dalam

Negeri no. 21 tahun 2011


3. Sistem dan prosedur Keuangan yang dilakukan oleh Dinas Ketenagakerjaan

Kota Makassar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Walikota Makassar

No. 69 tahun 2009.


B. Saran

1. Guna terwujudnya pemantapan pelaksanaan sistem dan prosedur

pembayaran anggaran rutin sesuai dengan kebijaksanaan dan ketentuan yang

berlaku, diperlukan ketaatan dan disiplin yang tinggi dari aparat pelaksana

dan para bendaharawan, serta ditunjang pula dengan sarana dan fasilitas

kerja yang memadai, dengan demikian akan tercipta kelancaran penerbitan

Surat Perintah Membayar pada Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Makassar.

2. Dalam hal sarana dan prasarana agar diadakan penambahan atas sarana yang

ada seperti komputer printer dan Ac, sedangkan untuk sarana yang dalam

kondisi rusak segera diadakan perbaikan agar pelaksanaan tugas dapat

berjalan dengan lancar.

3. Peningkatan kemampuan para bendaharawan, kiranya mendapatakan

perhatian dalam rangka lebih memantapkan pelaksanaan sistem dan

prosedur pembayaran anggaran rutin dengan jalan memberikan pengarahan

dan pembinaan secara berkala dan terus menerus, utamanya dalam

pengurusan SPP/SPM.
DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang, 2009, Pokok-pokok Teori Sistem, Jakarta, Rajawali.

Arthika, 2011. Evaluasi Prosedur Pengeluaran Kas Belanja Langsung Pada Dinas
Kebersihan Kota Bitung. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi
Universitas Sam Ratulangi. Manado.(jurnal)

Darise, Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat


Daerah (SKPD) Dan BLU. Edisi Ke-2 Penerbit PT Indeks, Jakarta.

Indrayani, Dwi. 2010. Tinjauan Sistem dan Prodesur Anggaran Rutin Terhadap
Kelancaran Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) pada Kantor
Perbendahaaran dan Kas Negara Kota Makassar. Skripsi tidak
dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Hasanuddin,
Makassar.

Keputusan Presiden Nomor 16, Tahun 1994, Tentang Pelaksanaan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara yang disempurnakan dengan peraturan
pemerintah no.24 Tahun 2009, Jakarta.

Keputusan Menteri Keuangan RI. Nomor 645/KMK.01/1989, Tentang Organisasi


dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Anggaran.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 217/KMK.D3/1990


tentang mekanisme pembayaran dalam pelaksanaan APBN.

Maharani, 2010.Evaluasi Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas


Belanja Langsung Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Minahasa.
Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Sam
Ratulangi, Manado.(jurnal)

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah Yang disempurnakan dengan peraturan
Menteri Dalam Negeri no. 21 Tahun 2011, Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, dan sebagai


implementasi dari diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Makassar
Nomor 4 Tahun 2009 tentang pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi


Pemerintah kemudian disempurnakan dengan peraturan Pemerintah
no.71 Tahun 2010, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Walikota Makassar Nomor 69 Tahun 2009 tentang Sistem
dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, Makassar.

Puspitawati, Lilis. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sugiyono.2011.Statistik Untuk Peneliian. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Surat Edaran Dirjen Anggaran No. SE-39/a/1990 Tgl 14 Maret 1990 tentang
skema arus penyelesaian SPP/SPM dalam suatu prosedur, Jakarta.

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

hhtp://www.ilmu-ekonomi.com/2011/09/pengertian-kas.html

hhtp://www.ilmu-ekonomi.com/2011/06/pengertian-sistem.html

http://www.ilmu-ekonomi.com/2009/11/pengertian-prosedur.html
RIWAYAT HIDUP

Erwin Antasari, Dilahirkan di Kota Makassar tepatnya di

ujung pandang, kelurahan Kassi , Kota Makassar. Pada hari

Jumat tanggal 14 April 1991. Anak ke Empat dari Empat

bersaudara. Pasangan dari Ayah Ramli dan Ibu Nur Hayati.

Peneliti menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar di SD

Negeri Kassi Makassar, pada Tahun 2003. Pada tahun itu juga peneliti melanjutka

pendidikan di SMP Negeri 17 Makasar, dan Tamat pada Tahun 2006, kemudian

melajutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Neger 10 Makassar pada tahun 2006

dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun 2012 peneliti melanjutkan pendidikan di

perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar

(UNIMUH) Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada program studi Akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai