TUGAS QUIS
10
Nama : Didik Eko Budi S
NIM : 521201036
DAFTAR ISI
iv
3.5 Pengumpulan Data ............................................................................... 27
3.6 Data Primer .......................................................................................... 27
3.6.1 Survai Geometrik Simpang .............................................................. 27
3.6.2 Survai Lampu Lalu Lintas................................................................ 28
3.6.3 Survai Volume Lalu Lintas .............................................................. 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 30
4.1 Denah Simpang .................................................................................... 30
4.2 Fluktuasi Volume Lalu Lintas .............................................................. 31
4.3 Gambar Diagram Waktu Siklus Simpang ............................................. 33
4.4 Penentuan Jam Puncak ......................................................................... 34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................... 35
5.1 Simpulan .............................................................................................. 35
5.2 Saran .................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 36
LAMPIRAN A PETA, LAYOUT DAN POTONGAN SIMPANG .................. 37
LAMPIRAN B FORMULIR, DATA HASIL SURVEI DAN ANALISIS ........ 41
LAMPIRAN C DOKUMENTASI ................................................................... 48
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jenis-jenis pergerakkan ...............................................................3
Gambar 2.2 Contoh siklus pergerakan lalu lintas pada simpang bersinyal.......5
Gambar 2.3 Prinsip rerouting pada jaringan jalan...........................................5
Gambar 2.4 Titik konflik utama dan kedua pada simpang empat lengan .........6
Gambar 2.5 Titik konflik dan jarak untuk keberangkatan dan kedatangan ......9
Gambar 2.6 Pengaturan dua fase ....................................................................10
Gambar 2.7 Pengaturan tiga fase ....................................................................10
Gambar 2.8 Pengaturan tiga fase dengan early start ........................................10
Gambar 2.9 Pengaturan tiga fase dengan early cut off ....................................11
Gambar 2.10 Pengaturan empat fase ................................................................11
Gambar 2.11 Penentuan tipe pendekat..............................................................12
Gambar 2.12 Model dasar untuk arus jenuh .....................................................13
Gambar 2.13 So untuk pendekat tipe O tanpa lajur belok kanan terpisah ..........14
Gambar 2.14 Perhitungan jumlah antrian NQmax dalam smp.............................20
Gambar 2.15 Penetapan tundaan lalu lintas rata-rata ........................................21
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian ...................................................................26
Gambar 4.1 Fluktuasi Volume Lalu Lintas pada Kaki Barat ...........................31
Gambar 4.2 Fluktuasi Volume Lalu Lintas pada Kaki Timur ..........................31
Gambar 4.3 Fluktuasi Volume Lalu Lintas pada Kaki Utara ...........................32
Gambar 4.4 Fluktuasi Volume Lalu Lintas Kaki Selatan ................................32
Gambar 4.5 Diagram Waktu Siklus ................................................................33
Gambar A.1 Peta lokasi simpang Gatsu – Supratman ..................................... 37
Gambar A.2 Layout Simpang Gatsu – Supratman .......................................... 38
Gambar A.3 Potongan A – A Kaki Barat ........................................................ 38
Gambar A.4 Potongan B – B Kaki Utara ........................................................ 39
Gambar A.5 Potongan C – C Kaki Timur ....................................................... 39
Gambar A.6 Potongan D – D Kaki Selatan ..................................................... 39
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Membuat gambar denah dan potongan simpang Gatsu - Supratman.
2. Membuat fluktuasi arus lalu lintas setiap kaki simpang.
3. Membuat gambar diagram waktu siklus simpang tersebut.
4. Mengetahui jam puncak pada simpang tersebut.
1. Simpang Jl. Gatot Subroto – Jl. Ngurah Rai – Jl. Supratman – Jl. Raya
Batubulan selanjutnya di sebut Simpang Gatsu – Supratman.
2. Lokasi penelitian dilakukan pada kawasan simpang bersinyal Gatsu -
Supratman dengan mengabaikan kondisi simpang lain yang terdekat.
3. Untuk jl. Raya Batubulan disebut dengan kaki Timur, untuk Jl. Supratman
disebut kaki Barat, untuk Jl. Gatsu disebut kaki Utara, dan untuk Jl. Ngurah
Rai disebut kaki Selatan.
4. Dasar analisis dalam pelaporan ini berdasarkan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) 1997.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Simpang jalan terdiri dari dua kategori utama yaitu Simpang sebidang dan
Simpang tak sebidang (Saodang, 2004).
a. Simpang sebidang (At Grade Intersection)
Yaitu pertemuan dua atau lebih jalan raya dalam satu bidang yang
mempunyai elevasi yang sama. Simpang jalan pada pertemuan sebidang
ini sangat potensial untuk menjadi :
1. Titik pusat konflik lalu lintas, yang saling bertemu
2. Penyebab kemacetan, akibat perubahan kapasitas
3. Tempat terjadinya kecelakaan
4. Konsentrasi kendaraan dan penyebrang jalan
b. Simpang tak sebidang (Grade Separated Intersection)
Yaitu Simpang dimana jalan yang satu dengan yang lainnya tidak saling
3
bertemu dalam satu bidang dan mempunyai beda tinggi antara
keduanya. Tujuan dari pembangunan simpang tidak sebidang ini adalah
untuk menghilangkan konflik dan mengurangi volume lalu lintas yang
menggunakan daerah yang digunakan secara bersama-sama (shared
area), mengurangi hambatan, memperbesar kapasitas, menambah
keamanan dan kenyamanan.
4
masing-masing arah pergerakan lalu lintas pada setiap periode tertentu.
Contohnya adalah pengaturan siklus pergerakan lalu lintas (Gambar 2.2)
pada Simpang dengan lampu lalu lintas/signalized intersection
(Departemen P.U., 1997).
Gambar 2.2 Contoh siklus pergerakan lalu lintas pada Simpang bersinyal
Sumber: Departemen P.U. (1997)
2. Solusi space-sharing
Prinsip dari solusi jenis ini adalah dengan merubah konflik pergerakan
dari crossing menjadi jalinan atau weaving (kombinasi diverging dan
merging). Contohnya adalah bundaran lalu lintas (roundabout) seperti
pada Gambar 2.3. Prinsip roundabout ini juga bisa diterapkan pada
jaringan jalan yaitu dengan menerapkan larangan belok kanan pada
Simpang. Dengan adanya larangan belok kanan di suatu Simpang, maka
konflik di Simpang dapat dikurangi. Untuk itu, sistem jaringan jalan
harus mampu menampung kebutuhan pengendara yang hendak belok
kanan, yakni dengan melewatkan kendaraan melalui jalan alternatif yang
pada akhirnya menuju pada arah yang dikehendaki (Gambar 2.3). Prinsip
ini dikenal dengan istilah rerouting.
5
Gambar 2.4 Titik konflik utama dan kedua pada Simpang empat lengan
Sumber: Departemen P.U. (1997)
6
Simpang dan secara keseluruhan mengakibatkan penggunaan Simpang tidak
efektif. Oleh sebab itu perlu diperhitungkan untuk mengalirkan beberapa arus
secara bersamaan untuk mempertinggi efisiensi penggunaan Simpang dengan
tidak mengurangi pada aspek keselamatan.
Pengendalian alat pemeberi isyarat lalu lintas dapat dilakukan dengan
cara- cara sebagai berikut (Departemen P.U., 1997):
1. Waktu tetap
Alat pemberi isyarat lalu lintas dikendalikan berdasarkan waktu yang
telah ditetapkan lebih dahulu, berdasarkan hasil survei sebelumnya.
2. Dipengaruhi oleh arus lalu lintas
Pengendaliannya dipengaruhi oleh arus lalu lintas sehingga penggunaan
Simpang menjadi lebih efektif dan waktu tunggu yang lebih pendek.
3. Koordinasi antar alat pemberi isyarat lalu lintas
Hal ini terjadi pada Simpang yang berdekatan sehingga alat pemberi
isyarat lalu lintas akan sangat bermanfaat bila lalu lintas pada Simpang
tersebut dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga hambatan total pada
semua Simpang dapat dikoordinasikan dengan baik.
4. Pengendalian daerah dengan komputer (Area Traffic Control)
Simpang yang dikendalikan dengan computer terjadi pada daerah
Simpang yang luas, sehingga waktu tambahan pada daerah yang
bersangkutan dapat diminimalkan.
7
2. Alat pengatur waktu tetap dengan program banyak (multi program)
Perkembangan terbaru sebagai pengembangan alat pengatur waktu tetap
program tunggal (single) adalah alat pengatur waktu tetap dengan
program banyak (multi). Alat pengatur ini relatif fleksibel walaupun tidak
sebaik alat pengatur waktu otomatis (actuated) memiliki kemampuan
cukup baik, yaitu memiliki program waktu lebih dari 8-10 rencana
penyalaan (timing plan) waktu siklus ditambah flashing dalam sehari
dan jumlah fase yang dapat diatur sesuai dengna keinginan. Rencana
penyalaan (timing plan) untuk hari tertentu dan hari khusus seperti Nyepi
dapat diprogramkan.
Lalu lintas pada suatu Simpang yang diatur dengan alat pemeberi isyarat
lalu lintas harus mematuhi aturan yang disampaikan oleh isyarat lampu
tersebut. Keberhasilan dari pengaturan ini dengan alat pemeberi isyarat lalu lintas
ditentukan dengan berkurangnya kecelakaan pada Simpang yang bersangkutan.
8
Prosedur untuk perhitungan rinci:
Waktu merah semua yang diperlukan untuk pengosongan pada akhir setiap
fase harus memberi kesempatan bagi kendaraan terakhir (melewati garis henti
pada akhir sinyal kuning), berangkat dari titik konflik sebelum kedatangan
kendaraan yang datang pertama dari fase berikutnya pada titik yang sama. Jadi
merah semua merupakan fungsi kecepatan dan jarak dari kendaraan yang
berangkat dan yang datang dari garis henti sampai ketitik konflik, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Titik konflik dan jarak untuk keberangkatan dan kedatangan
Sumber: Departemen P.U, (1997)
Titik konflik kritis pada masing-masing fase (i) adalah titik yang
menghasilkan waktu merah semua sebesar:
MERAH SEMUA (2.1)
Dimana:
LEV, LAV : Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk
kendaraan yang berangkat dan datang (m)
lEV : Panjang kendaraan yang berangkat (m)
VEV, VAV : Kecepatan konflik masing-masing untuk kendaraan yang
berangkat dan datang (m/det)
Nilai-nilai yang dipilih untuk VEV, VAV dan lEV tergantung dari komposisi
lalu lintas dan kondisi kecepatan pada lokasi. Nilai-nilai sementara berikut dapat
dipilih dengan ketiadaan aturan di Indonesia akan hal ini.
Kecepatan kendaraan yang datang VAV : 10 m/detik (kendaraan bermotor)
Kecepatan kendaraan yang berangkat VEV : 10 m/detik (kendaraan bermotor)
: 3 m/detik (kendaraan tak bermotor)
: 1,2 m/detik (pejalan kaki)
Panjang kendaraan yang berangkat lEV : 5 m (LV atau HV)
: 2 m (MC atau UM)
Perhitungan dilakukan untuk semua gerak lalu lintas yang bersinyal (tidak
termasuk belok kiri jalan terus). Apabila periode merah semua untuk masing-
masing akhir fase telah ditetapkan, waktu hilang (LTI) untuk simpang dapat
9
dihitung sebagai jumlah dari waktu-waktu antar hijau:
LTI = Σ (MERAH SEMUA + KUNING) I = ΣIGi (2.2)
Panjang waktu kuning pada sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia
biasanya adalah 3,0 detik (Departemen P.U., 1997).
1. Dua Fase
Adalah pengaturan lampu lalu lintas dengan menggunakan dua fase
tanpa memisahkan arus terlawan, seperi Gambar 2.6 berikut:
2. Tiga Fase
Adalah pengaturan lampu lalu lintas dengan tiga fase pergerakan lalu
lintas seperti Gambar 2.7 berikut:
10
4. Tiga Fase dengan Early Cut Off
Adalah pengaturan lampu lalu lintas tiga fase dengan memutuskan
lebih awal gerak belok kanan, untuk menaikkan kapasitas untuk gerak
lurus seperti Gambar 2.9 berikut:
5. Empat Fase
Adalah pengaturan lampu lalu lintas dengan empat fase dengan arus
berangkat dari satu-persatu pendekat pada saatnya masing-masing
seperti Gambar 2.10 berikut:
11
Tipe Keterangan
Contoh pola-pola pendekat
Pendekat
Terlindung Arus berangkat Jalan satu arah Jalan satu arah Simpang T
P tanpa konflik
dengan lalu
lintas dari arah
berlawanan
Terlawan Arus berangkat Jalan dua arah, arus berangkat dari arah-arah
O dengan konflik berlawanan dalam fase yang sama. Semua belok
dengan lalu kanan tidak terbatas.
lintas dari arah
berlawanan
12
2.11 Arus Jenuh
Arus jenuh adalah besarnya keberangkatan antrian di dalam suatu
pendekat selama kondisi yang ditentukan (Departemen P.U., 1997). Hubungan
antara waktu hijau efektif dengan besarnya keberangkatan antrian pada suatu
periode hijau jenuh penuh dapat dilihat ada Gambar 2.12.
13
Gambar 2.13 So untuk pendekat tipe O tanpa lajur belok kanan terpisah
Sumber: Departemen P.U. (1997)
14
b. Faktor Lingkungan atau Hambatan Samping (FSF)
Faktor hambatan samping ialah interaksi antara arus lalu lintas dan
kegiatan di samping jalan yang menyebabkan pengurangan terhadap arus
jenuh di pendekat (Departemen P.U., 1997). Faktor hambatan samping
dapat dilihat pada Tabel 2.4 sebagai fungsi dari jenis linkungan jalan,
tingkat hambatan samping dan rasio kendaraan tak bermotor (KTB) yang
dapat disurvei langsung dilapangan.
Tabel 2.5 Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan
kendaraan tak bermotor (FSF)
Lingkungan Hambatan Rasio Kendaraan Tak Bermotor (KTB)
Tipe fase
jalan samping
0.00 0.05 0.1 0.15 0.2
Terlawan 0.93 0.88 0.84 0.79 0.74 0.7
Tinggi
Terlindung 0.93 0.91 0.88 0.87 0.85 0.81
Komersial Terlawan 0.94 0.89 0.85 0.80 0.75 0.71
Sedang
(COM) Terlindung 0.94 0.92 0.89 0.88 0.86 0.82
Terlawan 0.95 0.90 0.86 0.81 0.76 0.72
Rendah
Terlindung 0.95 0.93 0.90 0.89 0.87 0.83
Terlawan 0.96 0.91 0.86 0.81 0.78 0.72
Tinggi
Terlindung 0.96 0.94 0.92 0.89 0.86 0.84
Pemukiman Terlawan 0.97 0.92 0.87 0.82 0.79 0.73
Sedang
(RES) Terlindung 0.97 0.95 0.93 0.90 0.87 0.85
Terlawan 0.98 0.93 0.88 0.83 0.80 0.74
Rendah
Terlindung 0.98 0.96 0.94 0.91 0.88 0.86
Tinggi/ Terlawan 1.00 0.95 0.9 0.85 0.80 0.75
Akses
Sedang/
Terbatas (RA)
Rendah Terlindung 1.00 0.98 0.95 0.93 0.9 0.88
Sumber : Departemen P.U. (1997)
15
c. Faktor Jarak Parkir Tepi Jalan (FP)
Faktor jarak parkir tepi jalan dapat disesuaikan dengan rumus sebagai
berikut :
FP = [Lp/3 – (Wa-2) x (Lp/3 – g ) Wa]/g (2.6)
Dimana:
FP = Faktor jarak parkir tepi jalan
Wa = Lebar pendekat (m)
g = Waktu hijau (detik)
Lp = Jarak antara garis henti dan kendaraan yang parkir pertama (m)
d. Faktor Penyesuaian Belok Kanan (FRT)
Faktor koreksi terhadap arus belok kanan pada pendekat yang ditinjau,
dapat dihitung dnegan rumus:
FRT = 1 + PRT x 0,26 (2.7)
Dimana:
PRT = QRT/Qtotal, Rasio untuk lalu lintas yang berbelok ke kanan
e. Faktor Penyesuaian Belok Kiri (FLT)
Faktor koreksi terhadap arus belok kiri pada pendekat yang ditinjau, dapat
dihitung menggunakan rumus:
FLT = 1 – PLT x 0,16 (2.8)
Dimana:
PLT = QLT/Qtotal, Rasio untuk lalu lintas yang berbelok kiri
16
2.13 Waktu Siklus dan Waktu Hijau
Waktu siklus dan waktu hijau meliputi Waktu Siklus Sebelum
Penyesuaian, Waktu Hijau, dan Waktu Siklus yang Disesuaikan.
2.13.1 Waktu Siklus Sebelum Penyesuaian (cua)
Waktu siklus adalah waktu untuk urutan lengkap dan indikasi sinyal
(Departemen P.U., 1997). Waktu siklus sebelum penyesuaian (cua) untuk
pengendalian waktu tetap dapat dihitung menggunakan rumus:
cua = (1,5 x LTI+5)/(1-IFR) (2.12)
Dimana:
cua = Panjang siklus sebelum penyesuaian (detik)
LTI = Jumlah waktu yang hilang setiap siklus (detik)
FR = Arus dibagi dengan arus jenuh (Q/S)
FRcrit = Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat
pada suatu fase sinyal
IFR = ∑(FRcrit) = Rasio arus simpang = Jumlah FRcrit dari
seluruh fase pada siklus tersebut.
Waktu siklus yang didapat kemudian disesuaikan dengan waktu siklus
yang direkomendasikan seperti Tabel 2.6.
Jika waktu siklus lebih rendah dari waktu yang disarankan, akan
menyebabkan kesulitan bagi para pejalan kaki untuk menyebrang jalan. Siklus
yang melebihi 130 detik harus dihindari kecuali pada kasus sangat khusus
(simpang sangat besar). Karena hal itu sering kali menyebabkan kerugian dalam
kapasitas keseluruhan. Jika perhitungan menghasilkan waktu siklus yang jauh
lebih tinggi dari batas yang disarankan, maka hal ini menandakan bahwa kapasitas
dari denah simpang tersebut adalah tidak mencukupi.
17
PRi = Rasio Fase FRcrit / ∑(FRcrit)
Syarat untuk waktu hijau minimal adalah 10 detik, apabila lebih kecil dari
10 detik dapat mengakibatkan pelanggaran lampu lalu lintas yang berlebihan dan
kesulitan bagi pejalan kaki untuk menyebrang jalan, dan bila disesuaikan harus
dimasukkan dalam waktu siklus.
18
Kendaraan Berat (KB) 1,3 1,3
Kendaraan Ringan (KR) 1,0 1,0
Sepeda Motor (SM) 0,2 0,4
Sumber: Departemen P.U. (1997)
Dimana :
NQ2 = Jumlah smp yang datang dari fase merah.
GR = Rasio hijau.
c = Waktu siklus (detik).
Qmasuk = Arus lalu lintas yang masuk diluar LTOR (smp/jam).
Jumlah kendaraan antri menjadi :
NQ = NQ1 + NQ2 (2.19)
19
dengan menggunakan Gambar 2.14. Untuk perencanaan disarankan POL ≤ 5%,
untuk operasi suatu nilai POL = 5 – 10 % mungkin dapat diterima:
QL = (NQmax x 20)/Wmasuk (2.20)
1. Tundaan lalu lintas (DT) yaitu akibat interaksi antar lalu lintas pada
Simpang dengan faktor luar seperti kemacetan pada hilir (pintu keluar) dan
20
pengaturan manual oleh polisi, dengan rumus:
(2.25)
Atau
(2.26)
(2.27)
Dimana:
c = Waktu siklus (detik)
C = Kapasitas (smp/jam)
DS = Derajat kejenuhan
GR = Rasio hijau (g/c) (detik)
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
21
Qtotal = Arus lalu lintas yang masuk total termasuk QLTOR
(smp/jam)
DI = Tundaan rata-rata simpang (detik/smp)
(Q x DI) = Jumlah Tundaan rata-rata tiap pendekat (detik/smp
2.15 Tingkat Pelayanan Simpang
Tingkat pelayanan Simpang adalah suatu ukuran kuantitatif yang
memberikan gambaran dari pengguna jalan mengenai kondisi lalu lintas aspek
dari tingkat pelayanan dapat berupa kecepatan dan waktu tempuh, kepadatan,
tundaan kenyamanan, keamanan, dan lain - lain (TRB, 1994). Pada analisis
kapasitas didefinisikan enam tingkat pelayanan. Hubungan tundaan (delay)
dengan tingkat pelayanan terbaik A dan tingkat pelayanan F yang terburuk.
Hubungan tundaan (delay) dengan tingkat pelayanan sebagai acuan penilaian
Simpang, seperti Tabel 2.8 berikut :
22
ini dijadikan sebagai batas tundaan yang sudah tidak bisa diterima.
Tundaan besar ini dihasilkan dari panjang siklus yang panjang, serta
rasio Q/C yang tinggi, dan kemacetan terjadi disetiap kaki Simpang.
6. Tingkat pelayanan F berarti operasi pada simpang memiliki tundaan
lebih besar dari 60,0 detik peerkendaraan. Pada tingkat pelayanan F ini
tundaan sudah tidak dapat diterima, hal ini biasanya karena terjadinya
kejenuhan pada simpang akibat arus melalui simpang melampaui
kapasitas simpang dan dapat juga karena panjang siklus yang terlalu
panjang.
23
dari masing-masing pendekat dan pembahasan mengenai perubahan-
perubahan yang apabila kapasitas simpang tidak mencukupi (meliputi:
perubahan fase sinyal, dan pelarangan pergerakan belok kanan).
5. Formulir SIG V untuk tundaan,
Panjang antrian dan jumlah kendaraan terhenti. Formulir ini
memperlihatkan hasil analisis dari data yang telah dimasukkan dalam
formulir sebelumnya. Pada formulir ini didapat perilaku lalu lintas pada
simpang bersinyal berupa antrian, jumlah kendaraan terhenti, dan
tundaan. Dari besarnya tundaan dapat ditentukan tingkat pelayanan pada
simpang bersinyal.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Studi Pendahuluan
Studi Pustaka
Pemilihan Lokasi
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
25
A
Pengolahan Data
Analisis Data
26
Tahap pertama yang dilakukan sebelum melakukan survai adalah
pemilihan lokasi. Beberapa alasan dipilihnya simpang bersinyal Gatsu -
Supratman sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
1. Simpang bersinyal Gatsu - Supratman terletak di Denpasar Timur, Kota
Denpasar yang merupakan salah satu jalan penghubung antara Kota
Denpasar dan Gianyar sehingga banyaknya kendaraan yang melewati
simpang tersebut.
2. Simpang bersinyal Gatsu - Supratman sebagai salah satu penghubung jalan
antar kota, memiliki tingkat volume lalu lintas cukup padat sehingga
seringkali terjadi kemacetan terutama pada jam-jam sibuk.
27
hal – hal yang tidak diinginkan kepada kelompok survai. Untuk lebih jelasnya
penempatan posisi pengukuran ditampilkan pada Gambar 3.2 dibawah ini
28
(UM). Untuk lebih jelasnya Pembagian tempat pengamatan ditampilkan pada
Gambar 3.3 dibawah ini.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
4.2 Fluktuasi Volume Lalu Lintas
Data dari volume lalu lintas didapatkan dari hasil survei volume lalu lintas
yang dilakukan pada lokasi simpang bersinyal Gatsu - Supratman. Dimana
simpang ini terbagi menjadi 4 kaki simpang. Pada tiap kaki simpang terdiri dari 2
arah 3 lajur dan terdapat median. Kendaraan digolongkan sesuai dengan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, yaitu terdiri dari : Kendaraan Ringan
(LV), Kendaraan Berat (HV), Sepeda Motor (MC) dan Kendaraan Tak Bermotor
(UMC).
Berikut ini merupakan grafik fluktuasi volume lalu lintas kendaraan
bermotor selama 2 jam dari pukul 10.00 – 12.00 dan diagram waktu siklus sinyal
simpang bersinyal Gatsu – Supratman :
Dilihat pada Fluktuasi volume lalu lintas Kaki Barat, volume tertinggi
ditunjukkan pada interval pukul 11.45 – 12.00 siang. Dapat diambil kesimpulan
bahwa jam puncak berada pada waktu tersebut.
Komposisi lalu lintas pada Kaki Barat 70,26% merupakan Sepeda motor
(MC), 14,49% merupakan Kendaraan Ringan (LV), dan 7% merupakan
Kendaraan Berat (HV).
31
Dilihat pada Fluktuasi volume lalu lintas Kaki Timur, diagram tertinggi
menunjukkan pada interval pukul 11.45 – 12.00 siang. Dapat diambil kesimpulan
bahwa jam puncak berada pada waktu tersebut.
Komposisi lalu lintas pada Kaki Timur 70,05% merupakan Sepeda motor
(MC), 12,91% merupakan Kendaraan Ringan (LV), dan 7,4% merupakan
Kendaraan Berat (HV).
Dilihat pada Fluktuasi volume lalu lintas Kaki Utara, diagram tertinggi
menunjukkan pada interval pukul 11.45 – 12.00 siang. Dapat diambil kesimpulan
bahwa jam puncak berada pada waktu tersebut.
Komposisi lalu lintas pada Kaki Utara 77,64% merupakan Sepeda motor
(MC), 13,41% merupakan Kendaraan Ringan (LV), dan 7,92% merupakan
Kendaraan Berat (HV).
32
Dilihat pada Fluktuasi volume lalu lintas Kaki Selatan, diagram tertinggi
menunjukkan pada interval pukul 11.45 – 12.00 siang. Dapat diambil kesimpulan
bahwa jam puncak berada pada waktu tersebut.
Komposisi lalu lintas pada Kaki Selatan 77,31% merupakan Sepeda motor
(MC), 12,83% merupakan Kendaraan Ringan (LV), dan 8,98% merupakan
Kendaraan Berat (HV).
Dari hasil pencatatan durasi yang dilakukan pada tiap kaki simpang Gatsu –
Supratman diperoleh seperti pada Tabel 4.3 dimana durasi waktu hijau lebih lama
pada kaki Utara (Kode C) yaitu rata-rata selama 36 detik, waktu merah lebih lama
pada kaki Timur (kode A) yaitu rata-rata selama 130 detik, sedangkan waktu
kuning tiap kaki rata-rata selama 2 detik.
33
Dari diagram diatas simpang tersebut memiliki 4 fase yang artinya
simpang tersebut adalah simpang protected. Dari Gambar 4.6 diperoleh waktu
siklus selama 159 detik, waktu All Red selama 3 detik dan Intergreen selama 5
detik.
Dari hasil Tabel 4.4 di atas lalu lintas simpang bersinyal Gatsu –
Supratman dapat diketahui pada jam puncak terjadi antara pukul 11.00 – 12.00
WITA. Adapun jumlah persentase kendaraan, yaitu MC (motorcycle) sebanyak
50%, LV (light vehicle) sebanyak 30,56%, HV (heavy vehicle) sebanyak 19,44%.
Kendaraan yang mendominasi melewati simpang bersinyal Gatsu - Supratman,
Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur adalah kendaraan motor yang diikuti
kendaraan ringan dan kendaraan berat.
34
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil studi ini menghasilkan beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Denah simpang bersinyal Gatsu – Supratman sebagaimana yang
terdapat pada Gambar 4.1.
2. Fluktuasi arus lalu lintas pada simpang bersinyal sebagaimana
disajikan pada Gambar 4.2 s/d Gambar 4.5.
3. Gambar diagram waktu siklus simpang bersinyal Gatsu – Supratman
sebagaimana terdapat pada Gambar 4.6.
4. Jam puncak pada simpang bersinyal tersebut pada pukul 11.00 – 12.00
WITA.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain :
1. Sebaiknya dilakukan survai pada hari kerja bukan hari libur.
2. Untuk mendapatkan data volume dan pergerakan yang lebih akurat
sebaiknya survai di lakukan lebih dari 2 jam.
35
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2017. Denpasar dalam Angka 2017. Kantor Badan Pusat
Statistik, Denpasar.
Google Maps. 2017. Simpang Jl. By Pass Ngurah Rai – Jl. Gatot Subroto
36