Anda di halaman 1dari 20

ISSN: 2087-0701

Vol. 6 No. 2 April 2016

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Habiburrahman


Kota Bandar Lampung Rahmah Imani

Peran Experiental Marketing Terhadap Loyalitas Konsumen Andala R.P. Barusman


Pada Wisata Kuliner Fina Di Bandar Lampung Nopita Sari

Analisis Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Volume Farida Efriyanti


Penjualan Pada PT. Sangga Buana Seputih Banyak Olivia Wijaya
Lampung Tengah

Analisis Pengaruh Harga Jual dan Biaya Promosi Terhadap Hepiana Patmarina
Nilai Penjualan Motor Yamaha Mio M3 Pada PT. Langgeng M. Faqih Wiratama
Prima Mandiri Di Bandar Lampung

Analisis Studi Kelayakan Rencana Usaha Kuliner Rumah Sapmaya Wulan


Makan Nusantaraku Di Lampung Tengah. Brian

Pengaruh Motivasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Moh. Oktavianur


Kinerja Karyawan Pada CV. Mateng Sari Makmur Di Bandar Oky Alvian Prima Putra
Lampung

JURMABIS Vol. 6 No. 2 Hlm. 120-234 Bandar Lampung ISSN


April 2016 2087-0701
ISSN : 2087-0701

Vol. 6 No. 2 April 2016

Pembina
Dr. Ir. Hi. M.Yusuf Sulfarano Barusman, M.B.A.
Dr. Andala Rama Putra Barusman, S.E., M.A.Ec.
Penanggung Jawab
Dr. Iskandar A.A. S.E., M.M
Ketua Penyunting
Sapmaya Wulan, S.E., M.S.
Penyunting Ahli
Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.S. (Fakultas Ekonomi UNILA)
Dr. Anna Wulandari, S.E., M.M. (STIE IPWIJA)
Dr. Hanes Riady, M.M., M.B.A. ( IBII Jakarta)
Dr. Nur’aeni, M.M. (Fakultas Ekonomi USBRJ)

Penyunting Pelaksana
Ardansyah, S.E., M.M.
Tata Usaha
Hepiana Patmarina, S.E., M.M.

Penerbit
Universitas Bandar Lampung
Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen
Jurnal Manajemen dan Bisnis terbit 2 kali setahun pada bulan Oktober dan April
Artikel jurnal merupakan artikel hasil penelitian (empiris) dan artikel konseptual yang
mencakup kajian bidang Manajemen dan Bisnis.
Alamat Redaksi
Fakultas Ekonomi Universitas Bandar Lampung
Kampus A Jln. Z. A. Pagar Alam No. 26 Labuhan Ratu Bandar Lampung 35142
Telp: 0721-701979 Fax: 0721-701467 Hp: 0811798834 Email: sapmaya.wulan@ubl.ac.id
ISSN : 2087-0701

Vol. 6 No. 2 April 2016


DAFTAR ISI
Analisis Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandar 120-134
Lampung
Habiburrahman
Rahmah Imani

Peran Experiental Marketing Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Wisata 135-154


Kuliner Fina Di Bandar Lampung
Andala R.P. Barusman
Nopita Sari

Analisis Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Pada 155-175


PT. Sangga Buana Seputih Banyak Lampung Tengah
Farida Efriyanti
Olivia Wijaya

Analisis Pengaruh Harga Jual Dan Biaya Promosi Terhadap Nilai Penjualan 176 -191
Motor Yamaha Mio M3 Pada PT Langgeng Prima Mandiri Di Bandar Lampung
Hepiana Patmarina
M. Faqih Wiratama

Analisis Studi Kelayakan Rencana Usaha Kuliner Rumah Makan Nusantaraku 192-215
Di Lampung Tengah
Sapmaya Wulan
Brian

Pengaruh Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan 216- 234
Karyawan Pada CV. Mateng Sari Makmur Di Bandar Lampung
Moh. Oktavianur
Oky Alvian Prima Putra
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 6 No. 2 April 2016 : 120 - 134

ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


(APBD) KOTA BANDAR LAMPUNG

ANALYSIS OF REGIONAL BUDGET (APBD) BANDAR LAMPUNG

Habiburrahman
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bandar Lampung
Jl. ZA. Pagar Alam No. 26 Labuhan Ratu Bandar Lampung 35142
Tel.0721701979 Fax. 0721-701463 Hp.0821-8202-2192,email: Habiburrahman@ubl.ac.id

Rahmah Imani
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Bandar Lampung

ABSTRACT

Budget revenue and Expenditure (APBD) is an annual financial plan of the local government
were discussed and agreed with the Regional Representatives Council (DPRD) and set by
local regulations. The problem in this research are: (1) The budget is often made smaller than
the potential revenue that may be obtained. This is done so that the realization of the budget
revenues greater jumlanya of budget revenue that has been created, as well as the budget is
made larger than the realization of the potential that can be achieved. This resulted in
inefficiency budget. (2) The users of financial statements mostly unable to understand the
accounting and less able to understand and interpret the budget realization report, so it is
necessary that financial performance analysis can be a tool to enable users of financial
statements in understanding and interpreting the budget realization report. The formulation
of the problem in this research is: "how the financial performance Bandar Lampung city
budget? This study aimed to analyze the budget Bandar Lampung-year period 2013-2015. By
using the ratio of Independence, Ratio Effectiveness and Efficiency Ratio, Share and Growth.
The results of the study the average ratio of the independence of Bandar Lampung is located
on the consultative relationship patterns. But the level of effectiveness of the financial
management of Bandar Lampung is fairly effective. While the level of efficiency of financial
management is relatively less efficient. The financial condition of the government of Bandar
Lampung is still not ideal, it can be seen from PAD contribution to the total expenditure
(share) is still low but growth (growth) high PAD. This shows that the region has the
potential to enhance the role of local revenue to total spending.

Keywords: Evaluation, Independence Ratio, Ratio Effectiveness and Efficiency Ratio, Share
and Growth, budget Bandar Lampung

120
Analisis Anggaran Pendapatan ... (Habiburrahman – Rahmah Imani)

ABSTRAK

Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Masalah dalam penelitian ini yaitu: (1)
Anggaran seringkali dibuat lebih kecil dari potensi pendapatan yang mungkin dapat diperoleh.
Hal ini dilakukan agar realisasi anggaran pendapatan lebih besar jumlanya dari anggaran
pendapatan yang telah dibuat, serta anggaran belanja dibuat lebih besar dari potensi realisasi
yang dapat dicapai. Hal ini berakibat terjadi inefisiensi anggaran. (2) Para pengguna laporan
keuangan kebanyakan tidak mampu memahami akuntansi dan kurang dapat memahami serta
mengintepretasikan laporan realisasi anggaran, sehingga perlu analisis kinerja keuangan yang
dapat menjadi alat bantu untuk memudahkan para pengguna laporan keuangan dalam
memahami dan mengintepretasikan laporan realisasi anggaran. Adapun Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “bagaimana kinerja keuangan APBD Kota Bandar Lampung ?
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis APBD Kota Bandar Lampung periode tahun
2013-2015. Dengan menggunakan Rasio Kemandirian, Rasio Efektivitas, dan Rasio
Efisiensi, Share dan Growth. Hasil penelitian rata-rata rasio kemandirian Kota Bandar
Lampung berada pada pola hubungan konsultatif. Namun tingkat efektivitas pengelolaan
keuangan daerah Kota Bandar Lampung terbilang sangat efektif. Sedangkan tingkat efisiensi
pengelolaan keuangan daerah masih terbilang kurang efisien. Kondisi keuangan pemerintah
Kota Bandar Lampung masih belum ideal ,hal ini dapat dilihat dari sumbangan PAD terhadap
total belanja (share) masih rendah namun pertumbuhan (growth) PAD tinggi. Ini menunjukan
bahwa daerah mempunyai potensi untuk meningkatkan peran PAD terhadap total belanja.

Kata kunci: Evaluasi , Rasio Kemandirian, Rasio Efektivitas, dan Rasio Efisiensi, Share dan
Growth, APBD Kota Bandar Lampung.

merencanakan kegiatan pada tahun yang


PENDAHULUAN bersangkutan. Fungsi ini menjadikan APBD
penting karena kegiatan pemerintah daerah
tidak dapat dilaksanakan jika tidak di-
Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah cantumkan dalam APBD.
(APBD) merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang dibahas Salah satu teknik yang paling banyak di-
dan disetujui bersama Dewan Perwakilan gunakan untuk menganalisis APBD adalah
Rakyat Daerah (DPRD) dan ditetapkan Rasio Keuangan. Analisis Rasio Keuangan
dengan per-aturan daerah. Undang-Undang terhadap APBD dilakukan dengan cara me-
No. 32 Tahun 2004 yang mengatur tentang nghitung Kinerja Keuangan Daerah dan
pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia. Kemampuan Keuangan Daerah. Ada be-
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah berapa cara untuk menghitung Kinerja Ke-
merupakan dasar pengelolaan keuangan uangan Daerah, diantaranya adalah dengan
daerah dalam masa 1 tahun terhitung tanggal menghitung Rasio Kemandirian, Rasio
1 Januari sampai dengan tanggal 31 Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Efek-
Desember. Dengan demikian, APBD men- tifitas, Rasio Efisiensi, dan Rasio Keserasian
jadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam Belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah. Sedangkan untuk menghitung Ke-

121
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 6 No. 2 April 2016 : 120 - 134

mampuan Keuangan Daerah, yaitu dengan maupun antara bisnis dan pemerintah
cara menghitung Share dan Growth, Peta (Sundjaja dan Barlian, 2002).
Kemampuan Keuangan Daerah, dan Indeks
Kemampuan Keuangan APBD. Kemudian Manajemen Keuangan. Manajemen ke-
dari masing-masing perhitungan dilakukan uangan dapat diartikan sebagai manajemen
analisis dengan cara membandingkan hasil dana baik yang berkaitan dengan peng-
yang dicapai oleh suatu daerah dari satu alokasian dana dalam berbagai bentuk
periode terhadap periode-periode sebe- investasi secara efektif maupun usaha pe-
lumnya, sehingga dapat diketahui bagai- ngumpulan dana untuk pembiayaan investasi
mana kecenderungan yang terjadi. Analisis atau pembelanjaan efisien (Sartono, 2001).
Rasio Keuangan APBD diharapkan dapat
menjadi suatu dapat menilai kinerja ke- Manajemen keuangan dapat diartikan
uangan Pemerintah Daerah sebagai peng- sebagai semua aktivitas perusahaan yang
ambil kebijakan upaya pembangunan suatu berhubungan dengan usaha-usaha men-
daerah. dapatkan dana dengan biaya yang murah
serta usaha untuk menggunakan dan me-
Masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) ngalokasikan dana tersebut secara efisiensi
Anggaran seringkali dibuat lebih kecil dari (Sutrisno, 2003). Manajemen keuangan atau
potensi pendapatan yang mungkin dapat yang sering pula disebut dengan istilah
diperoleh. Hal ini dilakukan agar realisasi pembelanjaan adalah seluruh aktivitas
anggaran pendapatan lebih besar jumlanya perusahaan dalam rangka memperoleh dana,
dari anggaran pendapatan yang telah dibuat, menggunakan dana dan mengelola aset
serta anggaran belanja dibuat lebih besar (Martono dan Hartijo, 2007). Manajemen
dari potensi realisasi yang dapat dicapai. Hal keuangan adalah kegiatan mem-peroleh
ini berakibat terjadi inefisiensi anggaran. (2) sumber dana dengan biaya yang semurah-
Para pengguna laporan keuangan kebanyak- murahnya dan menggunakan dana seefektif
an tidak mampu memahami akuntansi dan dan seefisien mungkin menciptakan laba dan
kurang dapat memahami serta meng- nilai tambah ekonomi (Darsono, 2010).
intepretasikan laporan realisasi anggaran,
sehingga perlu analisis kinerja keuangan Kinerja Keuangan. Kinerja Keuangan
yang dapat menjadi alat bantu untuk adalah gambaran kondisi keuangan per-
memudahkan para pengguna laporan ke- usahaan pada suatu periode tertentu biasa-
uangan dalam memahami dan meng- nya diukur dengan indikator kecukupan
intepretasikan laporan realisasi anggaran. modal, likuiditas dan profitabilitas per-
usahaan (Jumingan, 2006). Kinerja Ke-
Adapun Rumusan masalah dalam penelitian uangan adalah realisasi pendapatan dan
ini adalah: “bagaimana kinerja keuangan belanja yang disusun berdasarkan basis
APBD Kota Bandar Lampung ? akrual (Darise, 2008). Berdasarkan definisi
kinerja keuangan yang telah dijelaskan dapat
Kerangka Pemikiran disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah
gambaran kondisi keuangan pada periode
Keuangan. Keuangan merupakan ilmu dan tertentu yang diukur dengan beberapa indi-
seni dalam mengelola uang yang mempe- kator dan disusun berdasarkan basis akrual.
ngaruhi kehidupan setiap orang dan setiap Kinerja Keuangan Daerah atau kemampuan
organisasi. Keuangan berhubungan dengan daerah merupakan salah satu ukuran yang
proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan
terlibatdalam transfer uang diantara individu daerah dalam menjalankan otonomi daerah.

122
Analisis Anggaran Pendapatan ... (Habiburrahman – Rahmah Imani)

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ada- uangan (Neraca), Laporan Realisasi


lah salah satu ukuran yang dihasilkan dari Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo
kegiatan atau program sehubungan dengan Anggaran Lebih (SAL), Laporan Ope-
anggaran daerah dan mampu digunakan rasional, Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
untuk melihat kemampuan daerah. Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan
Keuangan.
Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan,
Berkaitan dengan pengukuran kinerja ke- Pelaporan keuangan bukan merupakan
uangan mengandung beberapa tujuan tujuan akhir, tetapi dimaksudkan untuk
(Jumingan, 2006): (1) Mengetahui keber- memberikan informasi yang berguna untuk
hasilan pengelolaan keuangan perusahaan (Government Accounting Standard Board
terutama kondisi likuiditas, kecukupan (GASB, 1998): (1) Membantu memenuhi
modal dan profitabilitas yang dicapai dalam kewajiban pemerintah untuk menjadi akun-
tahun berjalan maupun tahun sebelumnya. tabel terhadap publik. (2) Membantu me-
(2) Mengetahui kemampuan perusahaan menuhi kebutuhan para pengguna laporan
dalam mendayagunakan semua aset yang yang mempunyai keterbatasan kewenangan,
dimiliki dalam menghasilkan profit secara keterbatasan kemampuan atau sumber daya
efisien. Berdasarkan tujuan pengukuran untuk memperoleh informasi dan oleh sebab
kinerja keuangan yang dipaparkan di atas itu mereka menyandarkan pada laporan se-
dapat dilihat bahwa pengukuran kinerja bagai sumber informasi penting. Untuk
keuangan sangat penting dalam menilai tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus
efisiensi dan efektivitas pengelolaan ke- mempertimbangkan kebutuhan para peng-
uangan dan pendayagunaan aset yang di- guna dan keputusan yang mereka buat.
miliki. Pengukuran kinerja keuangan juga Laporan keuangan yang disampaikan se-
mampu mengetahui kekuatan dan ke- tidaknya meliputi: (1) Laporan Realisasi
lemahan kinerja keuangan suatu instansi, APBD, Laporan ini menyajikan informasi
serta mengevaluasi kinerja keuangan dan perbandingan antara realisasi dengan
menetapkan tujuan kinerja masa datang. anggaran pendapatan, belanja, dan pem-
biayaan setiap fungsi, organisasi dan jenis
Laporan Keuangan. Laporan keuangan selama satu tahun anggaran. (2) Neraca,
adalah merupakan hasil dari proses akun- Neraca menyajikan informasi posisi ke-
tansi yang dapat digunakan sebagai alat uangan pemda mengenai aset, kewajiban,
untuk berkomunikasi antara data keuangan dan ekuitas dana pada tanggal akhir tahun
atau aktivitas suatu perusahaan dengan anggaran. (3) Laporan Arus Kas, Laporan
pihak-pihak yang bersangkutan dengan data ini menyajikan informasi kas sehubungan
atau aktivitas perusahaan (Munawir, 2007) dengan aktivitas operasional, investasi, dan
pembiayaan yang menggambarkan saldo
Laporan keuangan sektor publik meliputi awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo
(Mahmudi, 2011) yaitu: Laporan Keuanga akhir kas Pemda selama satu tahun
Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Ke- anggaran. (4) Catatan Atas Laporan Ke-
uangan Pemerintah Daerah (LKPD), uangan, Catatan atas laporan keuangan me-
Laporan Keuangan Kementrian/Lembaga nyajikan informasi yang meliputi penjelasan
(LK-K/L) dan Laporan Keuangan Satuan naratif atau rincian dari angka yang tertera
Kerja Perangkat Daerah (LK-SKPD). dalam laporan realisasi APBD, neraca, dan
laporan arus kas.
Laporan keuangan yang disusun oleh
pemerintah meliputi: Laporan Posisi Ke-

123
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 6 No. 2 April 2016 : 120 - 134

Laporan keuangan merupakan instrumen secara periodik. (2) Manajemen, Membantu


penting bagi pemerintah untuk menunjukan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu
transparansi dan akuntabilitas. Terdapat dua entitas pelaporan dalam periode pelaporan.
alasan mengapa pemerintah perlu mem- (3) Transparansi, Memberikan informasi
publikasikan laporan keuangan yaitu keuangan yang terbuka dan jujur kepada
(Mahmudi, 2011): (1) laporan keuangan me- masyarakat. (4) Keseimbangan Antar-
rupakan alat pengendalian manajemen dan generasi, Membantu mengetahui kecukupan
evalusi kinerja bagi pemerintah secara penerimaan pemerintah pada periode pe-
keseluruhan maupun unit-unit kerja di laporan untuk membiayai pengeluaran yang
dalamnya. (2) Laporan keuangan merupakan dialokasikan dan apakah generasi yang akan
bentuk pertanggungjawaban manajemen ke- datang akan ikut menanggung beban pe-
pada pihak internal, yaitu kepada pihak- ngeluaran tersebut.
pihak di dalam organisasi, misalnya atasan,
pegawai, dan pemeriksa maupun pertnggung Tujuan Laporan Keuangan, tujuan
jawaban eksternal. Kepada pihak-pihak luar penyajian laporan keuangan sektor publik
yang berkepentingan, misalnya masyarakat, adalah (Mahmudi, 2011): (1) Memberikan
investor, kreditor, lembaga donor, pers, serta informasi kepada para pengguna laporan
pihak-pihak lain yang berkepentingan de- keuangan yang digunakan untuk pertim-
ngan laporan tersebut untuk dasar peng- bangan pembuatan keputusan ekonomi,
ambilan keputusan ekonomi, sosial, dan sosial, dan politik. (2) Menunjukan trans-
politik. paransi dan akuntabilitas publik. (3) Mem-
berikan informasi untuk evaluasi kinerja
Peranan Laporan Keuangan. Peraturan manajerial dan organisasi.
Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 Ten-
tang Standar Akuntansi Pemerintahan, Tujuan pelaporan keuangan menurut Per-
laporan keuangan disusun dengan tujuan aturan Pemerintah No 71 Tahun 2010
memberikan informasi yang relevan tentang standar akuntansi pemerintahan.
mengenai posisi keuangan dan transaksi Kerangka konseptual akuntansi peme-
selama satu periode pelaporan. Laporan rintahan yang merupakan salah satu bagian
keuangan digunakan untuk membandingkan dari standar akuntasnsi pemerintahan, di-
beberapa hal seperti: realisasi pendapatan, jelaskan mengenai tujuan pelaporan ke-
belanja, transfer, dan pembiayaan dengan uangan pemerintah. Pelaporan keuangan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai pemerintah seharusnya menyajikan infor-
kondisi keuangan, mengevaluasi entitas masi yang bermanfaat bagi para pengguna
pelaporan, serta membantu menentukan dalam menilai akuntabilitas dan membuat
ketaatan terhadap perundang-undangan. Su- keputusan baik dalam ekonomi, sosial,
atu entitas mempunyai kewajiban untuk maupun politik dengan (Mahmudi, 2011):
melaporkan upaya-upaya yang telah di- (1) Menyediakan informasi tentang sumber,
lakukan dalam pencapaian targetnya serta alokasi, dan penggunaan sumber daya ke-
seberapakah hasil yang telah dicapai oleh uangan. (2) Menyediakan informasi me-
entitas pada suatu periode pelaporan ngenai kecukupan penerimaan periode
keuangan yang bertujuan untuk beberapa berjalan untuk membiayai seluruh penge-
kepentingan: (1) Akuntabilitas, Memper- luaran. (3) Menyediakan informasi me-
tanggung jawabkan pengelolaan sumber ngenai jumlah sumber daya ekonomi yang
daya serta pelaksanaan kebijakan yang di- digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan
percayakan kepada entitas pelaporan dalam serta hasil yang telah dicapai. (4) Me-
mencapai tujuan yang telah ditetapkan nyediakan informi menganai bagaimana

124
Analisis Anggaran Pendapatan ... (Habiburrahman – Rahmah Imani)

entitas pelaporan mendanai seluruh kegiat- sediakan untuk menganggarkan penerimaan


anya dan mencukupi kebutuhan kasnya. (5) daerah yang tidak termasuk dalam jenis
Menyediakan informasi mengenai posisi pajak daerah, retribusi daerah dan hasil
keuangan dan kondisi entitas pelaporan ber- pengelolaan kekayaan daerah dipisahkan.
kaitan dengan sumber-sumber penerimaan-
nya, baik jangka pendek maupun jangka Dana Perimbangan. Dana perimbangan
panjang, termasuk yang berasal dari pungut- adalah dana yang bersumber dari pen-
an pajak dan pinjaman. (6) Menyediakan dapatan APBD yang dialokasikan kepada
informasi mengenai perubahan posisi ke- daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
uangan entitas pelaporan, apakah mengalami dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
kenaikan atau penurunan, akibat dari ke- Dana ini bertujuan untuk menciptakan
giatan dilakukan selama periode pelaporan. keseimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah dan antar
Pendapatan Daerah. Pendapatan Daerah pemerintah daerah. Dana perimbangan
adalah semua penerimaan kas daerah yang terdiri dari: (1) Dana bagi hasil terdiri dari
menambah ekuitas dan pada periode tahun dana bagi hasil yang bersumber dari pajak
anggaran yang bersangkutan yang menjadi dan dana bagi hasil yang bersumber dari
hak pemerintah daerah, dan yang tidak perlu sumber daya alam. Dana bagi hasil
dibayar kembali oleh pemerintah daerah bersumber dari pajak yaitu: Pajak Bumi dan
(Halim, 2007). Pendapatan Daerah di- Bangunan (PBB), Bea Perolehan atas Hak
golongkan menjadi tiga (Darise, 2008). Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 25, pasal 29 wajib
Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan asli pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh
daerah dipungut oleh pemerintahan daerah Pasal 21. Dana bagi hasil sumber daya alam
berdasarkan peraturan daerah dengan yaitu: kehutanan, pertambangan umum, per-
sumber-sumber pemungutan terdiri dari: (1) ikanan, pertambangan minyak bumi, per-
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang tambangan gas bumi, dan pertambangan
dilakukan oleh orang pribadi atau badan panas bumi. (2) Dana Alokasi Umum
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang (DAU) berfungsi sebagai faktor pemerataan
seimbang yang dapat dilaksanakan ber- kapasitas fiskal. DAU suatu daerah dapat
dasarkan Peraturan Perundang-undangan ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal
yang berlaku yang digunakan untuk mem- suatu daerah yang merupakan selisih antara
biayai penyelenggaraan pemerintah daerah kebutuhan daerah dan potensi daerah. (3)
dan pembangunan daerah. (2) Retribusi Dana Alokasi Khusus (DAK) digunakan
Daerah adalah pungutan daerah sebagai untuk membiayai kegiatan-kegiatan khusus
pembayaran atas jasa atau pemberian izin di daerah tertentu yang merupakan urusan
tertentu yang khusus disediakan dan diberi- daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,
kan oleh pemerintah daerah untuk kepen- khususnya untuk membiayai kebutuhan
tingan orang atau badan. (3) Hasil Pe- sarana dan prasarana pelayanan dasar ma-
ngelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisah- syarakat yang belum mencapai standar.
kan terdiri dari: Bagian laba atas penyertaan
modal pada perusahaan milik daerah, bagian Lain-lain Pendapatan yang Sah. Men-
laba atas penyertaan modal pada perusahaan cakup: hibah/ bantuan dari pemerintah, dana
milik pemerintah dan bagian laba atas darurat dari pemerintah dalam rangka
penyertaan modal pada perusahaan milik penang-gulangan korban/ kerusakan akibat
swasta atau kelompok usaha masyarakat. (4) bencana alam, dana bagi hasil pajak dari
Lain–lain Pendapatan Asli Daerah, di- teknis kepada kabupaten/ kota, dana pe-

125
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 6 No. 2 April 2016 : 120 - 134

nyesuaiaan, bantuan keuangan dari teknis daerah untuk mengurangi pengangguran dan
atau dari pemerintah daerah lainnya. pemborosan sumber daya, serta me-
ningkatkan efisiensi dan efektifitas
Belanja Daerah. Belanja Daerah adalah perekonomian
semua pengeluaran kas daerah yang me-
ngurangi ekuitas dana dalam periode tahun Analisis Keuangan Pada APBD. Dalam
anggaran yang bersangkutan, dan tidak akan rangka pengelolaan keuangan daerah yang
diperoleh kembali pembayarannya oleh transparan, jujur, demokratis, efektif, efi-
Pemda (Darise, 2008). Belanja Daerah sien, dan akuntabel, analisis rasio terhadap
terdiri dari: (1) Belanja Aparatur Daerah, APBD perlu dilaksanakan (Halim, 2008).
yang man-faatnya tidak secara langsung Hasil analisis tersebut dapat digunakan
dinikmati oleh masyarakat tetapi dirasakan untuk : (1) Menilai kemandirian keuangan
secara langsung oleh aparatur. (2) Belanja daerah dalam membiayai penyelenggaraan
Pelayanan Publik yang manfaatnya dapat otonomi daerah. (2) Mengukur efisiensi dan
dinikmati secara langsung oleh masyarakat efektifitas dalam merealisasikan pendapatan
umum dan (3) Belanja Bagi Hasil dan daerah. (3) Mengukur sejauh mana aktivitas
Bantuan Keuangan. Pemerintah Daerah dalam membelanjakan
pendapatan daerahnya Mengukur kontribusi
Anggaran Pendapatan dan Belanja masing-masing sumber pendapatan dalam
Daerah (APBD). Menurut Undang-Undang pembentukan pendapatan daerah. (4) Me-
No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan lihat pertumbuhan/perkembangan perolehan
Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan
2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat selama periode waktu tertentu.
dan Daerah, yang dimaksud dengan Ang-
garan Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) adalah rencana keuangan tahunan METODE PENELITIAN
pemerintah daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah
dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan Jenis Penelitian
daerah. Berdasarkan Undang-Undang No.
33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Ke- Penelitian Kepustakaan, Penelitian yang
uangan Pusat dan Daerah pasal 66 ayat 3, dilakukan untuk mengumpulkan data dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah informasi seperti: buku literatur, majalah,
(APBD) memiliki fungsi sebagai berikut: (1) naskah, catatan sejarah, dokumen.
Fungsi Otorisasi. Artinya bahwa anggaran
Penelitian Lapangan, Penelitian yang
daerah menjadi dasar untuk melaksanakan
dilakukan dengan terjun langsung ke objek
pendapatan dan belanja pada tahun yang
penelitian Pemkot Bandar lampung melalui
bersangkutan. (2) Fungsi Perencanaan.
observasi, wawancara, dan pencatatan data.
Artinya bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi menajemen dalam me-
rencanakan kegiatan pada tahun yang Metode Analisis
bersangkutan. (3) Fungsi Pengawasan. Arti-
nya bahwa anggaran daerah menjadi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah,
pedoman untuk menilai apakah kegiatan Kemandirian keuangan daerah yang
penye-langgaraan pemerintahan sesuai dimaksud dalam penelitian ini adalah
dengan ke-tentuan yang telah ditetapkan. (4) kemapuan suatu daerah untuk membiayai
Fungsi Alokasi. Artinya bahwa angaran sendiri kegiatan pemerintahan, pem-

126
Analisis Anggaran Pendapatan ... (Habiburrahman – Rahmah Imani)

bangunan dan pelayanan kepada masyarakat mampu melaksanakan otonomi daerah).


daerahnya. Rumusan rasio kemandirian Pola Hubungan Konsultatif, Dimana campur
daerah (Halim, 2002) yaitu: tangan pemerintah pusat sudah mulai ber-
kurang, karena daerah dianggap sedikit lebih
Pendapatan Asli Daerah mampu, melaksanakan otonomi. Pola
Rasio Kemandirian = x100%
Total Pendapatan Daerah Hubungan Partisipatif, Peranan pemerintah
pusat semakin berkurang, mengingat daerah
Tabel 1. Pola Hubungan dan Tingkat yang bersangkutan tingkat kemandiriannya
Kemandirian Daerah mendekati mampu melaksanakan urusan
Kemampuan Kemandirian Pola otonomi. Pola Hubungan Delegatif, Campur
Keuangan (%) Hubungan tangan pemerintah pusat sudah tidak ada
Rendah 0-25 Instruktif karena daerah telah benar-benar mampu dan
Sekali mandiri dalam melaksanakan urusan oto-
Rendah 25-50 Konsultatif nomi daerah.
Sedang 50-75 Partisipasif
Tinggi 75-100 Delegatif Rasio Efektifitas, Rasio efektivitas meng-
Sumber : Halim 2002 gambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam merealisasikan PAD yang di-
Pola Hubungan Instruktif, Peran pemerintah rencanakan dibandingkan dengan target
pusat lebih dominan daripada kemandirian PAD yang ditetapkan. Rumusan rasio efek-
Pemerintah Daerah (daerah yang tidak tivitas (Halim, 2002) yaitu:

Realisasi Penerimaan PAD


Rasio Efektifita = x100%
Target Penerimaan PAD

Tabel 2. Kriteria Efektifitas Kinerja Rasio Efisiensi, Rasio efisiensi adalah rasio
Keuangan yang menggambarkan perbandingan antara
Persentase Kinerja Kriteria realisasi pengeluaran (belanja daerah) de-
Keuangan (%) ngan realisasi pendapatan daerah. Rasio
Diatas 100 Sangat Efektif efisiensi diukur dengan:
90 – 100 Efektif
80 – 90 Cukup Efektif Realisasi Belanja Daerah
Rasio Efisiensi = x 100%
60 – 80 Kurang Efektif Realisasi Pendapatan Daerah
Dibawah 60 Tidak Efektif
Sumber: Halim 2002.

Tabel 3. Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan


Persentase Kinerja Keuangan (%) Kriteria
Diatas 100 Tidak Efisien
90-100 Kurang Efisien
80-90 Cukup Efisien
60-80 Efisien
Dibawah 60 Sangat Efisien
Sumber : Keputusan Mendagri No. 690.900.327 Tahun 1996

127
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 6 No. 2 April 2016 : 120 - 134

Share and Growth, Adapun elastisitas Pemetaan dan analisis kemampuan ke-
adalah rasio pertumbuhan PAD dengan uangan daerah dengan metode kuadran,
pertumbuhan PDRB. Rasio ini bertujuan yang dimaksud metode kuadran adalah salah
melihat sensitivitas atau elastisitas PAD ter- satu cara menampilkan peta kemampuan
hadap perkembangan ekonomi suatu daerah. keuangan daerah. Masing-masing kuadran
Sedangkan share merupakan rasio PAD ditentukan oleh besaran nilai growth dan
terhadap belanja rutin dan belanja pem- share. Dengan nilai growth dan share maka
bangunan daerah. Rasio ini mengukur dapat diketahui posisinya (pada kuadran
seberapa jauh kemampuan daerah mem- berapa).
biayai kegiatan rutin dan kegiatan pem-
bangunan. Rasio ini dapat digunakan untuk
melihat kapasitas kemampuan keuangan
daerah. dan growth merupakan angka per- HASIL DAN PEMBAHASAN
tumbuhan PAD tahun i dari tahun i-1.

𝑃𝐴𝐷 Analisis Data


𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 = × 100% Analisis yang dilakukan untuk meihat me-
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
nganalisis APBD Kota Bandar Lampung
𝑃𝐴𝐷𝑖 periode tahun 2013-2015. Dengan meng-
𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ = × 100%
𝑃𝐴𝐷𝑖 − 1 gunakan Rasio Kemandirian, Rasio Efekti-
vitas, dan Rasio Efisiensi, Share dan
Keterangan : PADi = Pendapatan Asli
Growth, sebagai berikut:
Daerah periode i, PADi-1 = = Pendapatan
Asli Daerah periode i-1
Rasio Kemandirian. hasil dari rasio
kemandirian APBD Pemerintah Kota
Kuadran II Kuadran I
Bandar Lampung tahun anggaran 2013-2015
share : share : disajikan pada Tabel 4 berikut:
Rendah Tinggi
Growth : Growth :
Tinggi Tinggi

Kuadran IV Kuadran III


share : share :
Rendah Tinggi
Growth : Growth :
Rendah Rendah

Gambar 1 Peta Kemampuan Keuangan


Metode Kuadran Growth (%)

128
Analisis Anggaran Pendapatan ... (Habiburrahman – Rahmah Imani)

Tabel 4. Rasio Kemandirian APBD Pemerintah Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran
2013-2015 (Dalam Rupiah)
Tahun Total Pendapatan Rasio Pola
Anggaran PAD Daerah Kemandirian Hubungan
2013 418.111.740.815 1.758.916.811.826 23,77% Instruktif
2014 495.200.463.931 1.985.273.081.931 24,94% Instruktif
2015 769.108.142.606 2.325.136.392.212 33,08% Konsultatif
Rata-rata rasio kemandirian 27,26% Konsultatif
Sumber: (data diolah, 2016)

Berdasarkan Tabel 4 diatas hasil analisa kedalam kategori pola hubungan konsultatif,
diatas dapat dilihat, rasio kemandirian Kota yaitu berkisar antara 25%-50%. Dalam pola
Bandar Lampung tahun anggaran 2013 hubungan konsultatif, dimana campur
sampai dengan tahun 2015 terus mengalami tangan pemerintah pusat sudah mulai
kenaikan dari tahun 2013 sampai dengan berkurang.
tahun 2015. Dari hasil analisa diatas dapat
dihitung besarnya rasio kemandirian pada Jika dilihat dari tabel, pendapatan asli
tahun 2013 menghasilkan angka sebesar daerah Kota Bandar Lampung lebih
23,77%, dimana PAD Rp 418.111.740.815 cenderung me-ningkat begitu juga dengan
dibagi dengan total pendapatan Rp total pendapatan dari pemerintah pusat.
1.758.916.811.826. Rasio kemandirian pada Sehingga dapat dikatakan pemerintah daerah
tahun 2014 menghasilkan angka sebesar Kota Bandar Lampung masih sangat
24,94%, dimana PAD Rp 495.200.463.931 tergantung dengan pemerintah pusat. Hal ini
dibagi dengan total pendapatan sebesar Rp menunjukan bahwa pemerintah Kota Bandar
1.985.273.081.931. Rasio kemandirian pada Lampung belum optimal dalam menggali
tahun 2015 menghasilkan angka sebesar potensi yang ada di daerah baik berupa
33,08%, dimana realisasi PAD sebesar Rp pajak, retribusi yang dapat meningkatkan
769.108.142.606 dibagi dengan total pen- pendapatan asli daerah, se-hingga tingkat
dapatan sebesar Rp 2.325.136.392.212. Jadi ketergantungan terhadap pemerintah pusat
rata-rata rasio kemandirian Kota Bandar semakin berkurang.
Lampung selama 3 tahun sebesar 27,26%.
Dengan jumlah rasio tersebut, menurut pola Rasio Efektivitas, hasil dari Rasio
hubungan tingkat ke-mandirian daerah Efektivitas APBD Kota Bandar Lampung
tingkat kemandirian daerah Kota Bandar tahun anggaran 2013-2015 dapat disajikan
Lampung dikatakan rendah, sehingga masuk pada Tabel 5.

Tabel 5. Rasio Efektivitas APBD Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2013-2015 (Dalam
Rupiah)
Tahun Realisasi Target Penerimaan Rasio Kriteria
Anggaran Penerimaan PAD Efektivitas Rasio Efektivitas
PAD
2013 360.698.350.131 142.319.786.625 253,44% Sangat Efektif
2014 394.662.039.446 36.988.566.767 1066,98% Sangat Efektif
2015 397.547.326.856 37.734.415.036 1053,54% Sangat Efektif
Rata-rata rasio efektivitas 791,32% Sangat Efektif
Sumber: (data diolah, 201

129
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 6 No. 2 April 2016 : 120 - 134

Berdasarkan Tabel 5 di atas, rasio efek- sehingga rasio efektivitasnya sebesar


tivitas Kota Bandar Lampung tahun 1053,54%.
anggaran 2013 sampai dengan tahun 2015
cenderung berfluktuasi, dimana terjadi Jika dilihat dari tabel hasil perhitungan dan
kenaikan dan penurunan antara rasio grafik keseluruhan rasio efektivitas Kota
efektivitas tahun 2013 sampai dengan tahun Bandar Lampung selama 3 tahun, dapat
2015. Hasil perhitungan realisasi pe- disimpulkan bahwa rasio efektivitas semua
nerimaan PAD terhadap target penerimaan periode dikatakan sangat efektif. Rata-rata
PAD menunjukan bahwa pada tahun 2013 rasio efektivitas Kota Bandar Lampung
realisasi penerimaan PAD sebesar selama 3 tahun sebesar 791,32%. Dengan
Rp 360.698.350.131 dibagi dengan target jumlah tersebut, kriteria rasio efektivitas
penerimaan PAD Rp 142.319.786.625, Kota Bandar Lampung masuk kedalam
sehingga rasio efektivitasnya menghasilkan kategori sangat efektif. Hal ini menunjukan
angka sebesar 253,44%. Tahun 2014 bahwa perbandingan antara target dan
realisasi penerimaan PAD sebesar Rp realisasi pendapatan asli daerah (PAD)
394.662.039.446 dibagi dengan target memiliki kemampuan yang baik dalam
penerimaan PAD Rp 36.988.566.767, memobilisasi penerimaan pendapatan sesuai
sehingga rasio efektivitasnya menghasilkan dengan yang ditargetkan
angka sebesar 1066,98%. Tahun 2015
realisasi penerimaan PAD sebesar Rasio Efisiensi, hasil perhitungan Rasio
Rp 397,547,326,856 dibagi dengan target Efisiensi APBD Kota Bandar Lampung
penerimaan PAD Rp 37.734.415.036, tahun anggaran 2013-2015 disajikan pada
Tabel 6.

Tabel 6. Rasio Efisiensi APBD Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2013-2015 (Dalam
Rupiah)
Tahun Realisasi Belanja Realisasi Pendapatan Rasio Kriteria
Anggaran Daerah Daerah Efisiensi Rasio Efisiensi
2013 1.779.859.865.267 1.688.412.290.739 105,42% Tidak Efisien
2014 1.799.489.292.913 1.836.019.197.114 98,01% Kurang Efisien
2015 1.757.419.863.235 1.843.540.674.593 95,33% Kurang Efisien
Rata-rata rasio efisiensi 99,59% Kurang Efisien
Sumber: (data diolah, 2016)

Berdasarkan Tabel 6. diketahui bahwa rasio Rp 1.799.489.292.913 dibagi dengan


efisiensi Kota Bandar Lampung tahun realisasi pendapatan daerah sebesar Rp
anggaran 2013 sampai dengan tahun 2015, 1.836.019.197.114 sehingga rasio efisiensi
rasio efisiensi Kota Bandar Lampung terus menghasilkan angka sebesar 98.01%. Tahun
mengalami penurunan dari tahun anggaran 2015 realisasi belanja daerah sebesar Rp
2013 sampai dengan tahun 2015. Rasio 1.757.419.863.235 dibagi dengan realisasi
efisiensi pada tahun 2013 realisasi belanja pendapatan daerah Rp 1.843.540.674.593
daerah sebesar Rp 1.779.859.865.267 dibagi sehingga rasio efisiensi menghasilkan angka
dengan realisasi pendapatan daerah sebesar sebesar 95,33%.
Rp 1.688.412.290.739 sehingga rasio efi-
siensi menghasilkan angka sebesar 105.42%. Dengan jumlah tersebut, rata-rata rasio
Tahun 2014 realisasi belanja daerah sebesar efisiensi Kota Bandar Lampung adalah

130
Analisis Anggaran Pendapatan ... (Habiburrahman – Rahmah Imani)

sebesar 99,59%. Menurut kriteria efisiensi melakukan pengawasan terhadap ke-


Kota Bandar Lampung masuk ke dalam mungkinan terjadinya penyimpangan dan
kriteria kurang efisien. Semakin kecil nilai pemborosan dalam anggaran belanja daerah
rasio efisiensi maka semakin baik kinerja sehingga rasio efisiensi Kota Bandar
pemerintah dalam membelanjakan pen- Lampung dapat lebih baik lagi.
dapatanya sehingga belanja tersebut dapat
berkontribusi dalam peningkatan pendapatan Share and Growth, hasil dari perihtungan
daerah. Kota Bandar Lampung masih harus Share APBD Kota Bandar Lampung tahun
mengalokasikan belanja yang berkontribusi anggaran 2013-2015 disajikan pada Tabel 7.
besar dalam pendapatan daerahnya. Serta

Tabel 7. Share APBD Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2013-2015 (Dalam Rupiah)
Tahun
Anggaran PAD Total Belanja Nilai
2013 418.111.740.815 1.884.296.335.261 22,19%
2014 495.200.463.931 1.964.777.648.699 25,20%
2015 769.108.142.606 2.275.789.706.047 33,80%
Rata-rata share 27,06%
Sumber: ( data diolah, 2016)

Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui bahwa Dilihat dari data yang ada dalam tabel,
share Kota Bandar Lampung tahun anggaran growth Kota Bandar Lampung tahun
2013 sampai dengan tahun 2015 ternyata anggaran 2013 sampai dengan tahun 2015
mengalami peningkatan dari tahun 2013 terus mengalami penurunan dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2015. Share pada sampai dengan tahun 2015. Pada tahun 2014
tahun 2013 PAD daerah sebesar Rp PAD sebesar Rp 495.200.463.931 dikurangi
418.111.740.815 dibagi dengan total belanja dengan PAD tahun dasar 2013 sebesar
sebesar Rp 1.884.296.335.261 sehingga Rp 418.111.740.815 selisih PAD Rp
share menghasilkan angka sebesar 22,19%. 77.088.723.116 kemudian PAD 2014 dibagi
Tahun 2014 PAD daerah sebesar Rp dengan selisih PAD tahun dasar maka
495.200.463.931 dibagi dengan total belanja diperoleh growth yang menghasilkan angka
sebesar Rp 1.964.777.648.699 sehingga sebesar 18,44%. Tahun 2015 PAD sebesar
share menghasilkan angka sebesar 25,20%. Rp 769.108.142.606 dikurangi dengan PAD
Tahun 2015 PAD daerah sebesar Rp tahun dasar 2014 Rp 495.200.463.931
769.108.142.606 dibagi dengan total belanja selisih PAD Rp 273.907.678.675 kemudian
sebesar Rp 2.275.789.706.047 sehingga PAD 2015 dibagi dengan selisih PAD tahun
share menghasilkan angka sebesar 33,80%. maka diperoleh growth yang menghasilkan
angka sebesar 55,31%.
Dari perhitungan share selama 3 tahun maka
diperoleh rata-rata share sebesar 27,06%. Dari perhitungan share dan growth
Hal ini menunjukan bahwa sumbangan PAD anggaran pendapatan dan belanja daerah
terhadap total belanja masih rendah artinya Kota Bandar Lampung tahun 2013 sampai
pemerintah daerah masih harus menggali dengan 2015, maka diperoleh rata-rata share
potensi yang dimilikinya secara lebih sebesar 27,06%. dan growth sebesar
maksimal sehingga dapat meningkatkan 36,87%. Kemudian pemetaan kemampuan
PAD yang berperan besar dalam APBD. keuangan daerah berdasarkan metode

131
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 6 No. 2 April 2016 : 120 - 134

kuadran posisi Kota Bandar Lampung Analisi Komparatif


berada pada kuadran II, kondisi ini belum
ideal. Hal ini dapat dilihat dari sumbangan Rasio Kemandirian, hasil dari Penilaian
PAD terhadap total belanja (share) masih Komparatif Rasio Kemandirian APBD Kota
rendah namun pertumbuhan (growth) PAD Bandar Lampung Tahun 2013-2015 dapat
tinggi. Ini menunjukan bahwa daerah disajikan ke Tabel 8.
mempunyai potensi untuk meningkatkan
peran PAD terhadap total belanja

Tabel 8. Penilaian Komparatif Rasio Kemandirian APBD Bandar Lampung Tahun 2013-2015
Tahun Rasio Kemandirian (%) Pertumbuhan (%) Keterangan
2013 23,77 - -
2014 24,94 4,93 Naik
2015 33,08 32,61 Naik
Rata-rata 27,26
Sumber: (data diolah, 2016)

Berdasarkan Tabel 8 diatas diketahui bahwa bandingkan dengan total pendapatan daerah
penilaian komparatif rasio kemandirian sebesar 226.356.270.105 atau 12,87%. PAD
APBD Kota Bandar Lampung tahun 2013 mengalami kenaikan karena pemasukan dari
sampai dengan 2015 didapatkan rata-rata pajak daerah dan retribusi daerah mengalami
sebesar 27,26%. Dapat diketahui bahwa kenaikan, sedangkan total mengalami ke-
pada kondisi rasio kemandirian pada tahun naikan di karenakan kenaikan pada PAD dan
2013 sebesar 23,77% dan terjadi kenaikan pendapatan transfer
pada tahun 2014 sebesar 24,94%, dimana
terjadi kenaikan pertumbuhan sebesar Rasio Efektivitas, hasil dari penilaian
4,93%, hal ini disebabkan oleh adanya ke- komparatif rasio efektivitas apbd kota
naikan terhadap PAD dan total pendapata Bandar Lampung tahun 2013-2015 disajikan
daerah . Dimana pertumbuhan PAD lebih dalam Tabel 9.
kecil yaitu 77.088.723.116 atau 18,44% di-

Tabel 9 .Penilaian Komparatif Rasio Efektivitas APBD Bandar Lampung Tahun 2013-2015
Tahun Rasio Efektivitas Pertumbuhan (%) Keterangan
2013 253,44 - -
2014 1066,98 321,00 Naik
2015 1053,54 (1,26) Turun
Rata-rata 791,32
Sumber : (data diolah 2016)

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa 791,32%. dapat diketahui bahwa pada


penilaian komparatif rasio efektivitas APBD kondisi rasio efektivitas pada tahun 2013
Kota Bandar Lampung tahun 2013 sampai sebesar 253,44% dan terjadi kenaikan pada
dengan 2015 didapatkan rata-rata sebesar tahun 2014 sebesar 1066,98%, dimana

132
Analisis Anggaran Pendapatan ... (Habiburrahman – Rahmah Imani)

terjadi kenaikan pertumbuhan sebesar kenaikan di karenakan kenaikan pada PAD


321,00%, hal ini disebabkan oleh adanya dan pendapatan transfer . Rasio efektivitas
kenaikan terhadap realisasi penerimaan 2015 sebesar 1053,54%. Dimana terjadi
PAD\ dan target penerimaan PAD (lampiran kenaikan pertumbuhan sebesar (1,26)%, hal
2). Dimana pertumbuhan realisasi pe- ini disebabkan karena adanya kenaikan
nerimaan PAD lebih besar yaitu : terhadap realisasi penerimaan PAD dan
33.963.689.315 atau 9,42% dibandingkan kenaikan pada target penerimaan PAD .
dengan target penerimaan PAD sebesar Dimana pertumbuhan realisasi penerimaan
(105.331.219.858) atau (74,01)%. Realisasi
penerimaan PAD mengalami kenaikan Rasio Efisiensi, hasil dari Penilaian
karena pemasukan dari pajak daerah dan Komparatif Rasio Efisiensi APBD Kota
retribusi daerah mengalami kenaikan, se- Bandar Lampung Tahun 2013-2015 di-
dangkan target penerimaan PAD mengalami sajikan pada Tabel 10.

Table 10. Penilaian Komparatif Rasio Efisiensi APBD Bandar Lampung Tahun 2013-2015
Tahun Rasio Efisiensi Pertumbuhan (%) Keterangan
2013 105,42% - -
2014 98,01% (7,03) Turun
2015 95,33% (2,74) Turun
Rata-rata 99,59%
Sumber : (data diolah 2016)

Berdasarkan Tabel 10 diatas diketahui Rasio efisiensi 2015 sebesar 1053,54%.


bahwa penilaian komparatif rasio efisiensi Dimana terjadi penurunan pertumbuhan
APBD Kota Bandar Lampung tahun 2013 sebesar (2,74)%, hal ini disebabkan karena
sampai dengan 2015 didapatkan rata-rata adanya penurunan terhadap realisasi belanja
sebesar 99,59%. Dapat diketahui bahwa daerah dan kenaikan pada realisasi
pada kondisi rasio efisiensi pada tahun 2013 pendapatan daerah (lampiran 3). Dimana
sebesar 105,42% dan terjadi penurnan pada pertumbuhan realisasi belanja daerah lebih
tahun 2014 sebesar 98,01%, dimana terjadi kecil yaitu (42.069.429.678) atau (2,34)%
penurunan pertumbuhan sebesar (7,03)%, dibandingkan realisasi pendapatan daerah
hal ini disebabkan oleh adanya penurunan sebesar 7.520.877.479 atau 0,41%. Realisasi
terhadap realisasi belanja daerah dan belanja daerah mengalami penurunan di
realisasi pendapatan daerah. Dimana per- karenakan belanja pegawai dan belanja
tumbuhan realisasi belanja daerah lebih barang menurun, sedangkan realisasi pen-
kecil yaitu 19.629.427.646 atau 1,10% dapatan daerah mengalamiefisien dengan
dibandingkan dengan realisasi pendapatan rata-rata rasio mendapat angka sebesar
daerah sebesar 147.607.506.375 atau 8,74%. 99,59%. Hal ini menunjukkan bahwa
Realisasi belanja daerah mengalami pe- perbandingan belanja terhadap pendapatan
nurunan di karenakan belanja pegawai dan belum efisien. Share and growth anggaran
belanja barang menurun sedangkan realisasi pendapatan dan belanja daerah Kota Bandar
pendapatan daerah mengalami kenaikan di Lampung tahun 2013 sampai dengan tahun
karenakan kenaikan pada PAD dan 2015 diperoleh angka Share sebesar 27,06%
pendapatan transfer. dan growth sebesar 36,87%. Hal ini
menunjukan kondisi PAD belum ideal.

133
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 6 No. 2 April 2016 : 120 - 134

KESIMPULAN Financial Reporting Standards.


GASB, Norwalk, Conn.
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor
Berdasarkan hasil penelitian ini yaitu dapat
Publik Akuntansi Keuangan Daerah.
disimpulkan bahwa hasilnya yaitu: (1)
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba
Rasio kemandirian daerah berada pada pola
Empat.
konsultatif, rata-rata rasio kemandirian Kota
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor
Bandar Lampung tahun anggaran tahun
Publik: Akuntansi Keuangan
2013 sampai dengan tahun 2015 mendapat
Daerah, Jakarta: Salemba Empat
angka sebesar 27,26%. Hal ini menunjukan
campur tangan pemerintah sudah mulai Halim, Abdul. 2008. Auditing: Dasar-dasar
berkurang. (2) Rasio efektivitas Kota Bandar Audit Laporan Keuangan. UPP
Lampung masuk kedalam kriteria sangat STIM.
efektif, rata-rata rasio dengan angka sebesar Jumingan. 2006. Analisis Laporan
791,32%. Hal ini menunjukan kemampuan Keuangan. Cetakan Pertama.
pemerintah daerah dalam merealisasikan Jakarta: PT Bumi Aksara. Muna-wir.
PAD sudah sangat efektif. (3) Rasio 2007. Analisa Laporan Keuangan.
efisiensi selama 3 tahun masuk ke dalam Yogyakarta: Liberty
kriteria kurang efisien dengan rata-rata rasio
mendapat angka sebesar 99,59%. Hal ini Mahmudi. 2011. Manajemen Keuangan
menunjukkan bahwa perbandingan belanja Daerah. Jakarta: Penerbit Erlangga
terhadap pendapatan belum efisien. (4) Martono dan Hartijo, Agus. 2007.
Share and growth anggaran pendapatan dan Manajemen Keuangan. Edisi
belanja daerah Kota Bandar Lampung tahun Pertama, Cetakan Kedua, Yogya-
2013 sampai dengan tahun 2015 diperoleh karta: Ekorisia
angka Share sebesar 27,06% dan growth
sebesar 36,87%. Hal ini menunjukan kondisi Munawir. 2007. Analisa Laporan
PAD belum ideal. Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan
Internasional, Yogyakarta: BPFE
DAFTAR PUSTAKA Sundjaja, Ridwan dan Barlian, Inge. 2002.
Manajemen Keuangan Satu, Edisi ke
Empat, Jakarta: Literata Lintas
Darise, Nurlan. 2008. Akuntasi Keuangan
Media
Daerah, Jakarta.: PT Indeks
Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan
Darsono. 2010. Manajemen Keuangan.
Jakarta: Consultant Accounting Teori, Konsep, dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ekonisia.
Governmental Accounting Standard Board,
1998, Governmental Accounting and

134
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

UMUM Daftar Pustaka disusun berdasarkan urutan abjad nama akhir.


Artikel berupa kajian bidang Manajemen dan Bisnis baik artikel Jika nama lebih dari satu kata maka diawali dengan nama akhir
hasil penelitian maupun artikel konseptual yang belum pernah koma diikuti nama awal. Contoh penulisan daftara pustaka:
dipublikasikan atau tidak sedang dikirim ke jurnal lain. Naskah Artikel dalam Buku:
dikirim sebanyak dua eksemplar dan file naskah dalam DVD Hasibuan, Malayu . 1997. Manajemen Sumberdaya Manusia.
dengan microsoft office word 93-2007 disertai biodata penulis Jakarta: CV Haji Masagung
dalam lembar terpisah. Kepastian pemuatan akan diberitahu secara Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel:
tertulis. Noviyani, Putri. 2002. Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan ter-
SISTEMATIKA PENULISAN hadap Pengetahuan Auditor tentang Kekeliruan. Simposium
Nasional Akuntasi 5 (hlm.76-92). Semarang: IAI.
Artikel hasil penelitian terdiri atas: judul, nama dan alamat
lembaga penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, metode Artikel dalam Jurnal:
penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka. Wijayanto, Bayu. 2003. Efek Gangguan Permintaan dan Pena-
Artikel konseptual terdiri atas: judul, nama dan alamat lembaga waan terhadap Fluktuasi Inflasi di Indonesia. Jurnal Eko-
penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, pembahasan, kesimpulan nomi dan Bisnis. Vol.9 No.2 (September), hlm. 169-181.
dan daftar pustaka. Artikel dalam Majalah atau Koran:
Judul tidak boleh melebihi 14 kata (bahasa Indonesia) dan 12 kata Oktavia,Tiur S dan Santi,Joice T. 3 Juli, 2007. Bisnis Perbankan:
(bahasa Inggris). Masyarakat Perlu Melek Investasi. Kompas, hlm. 21.
Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademik disertai nama Atikel dalam Majalah/Koran Tanpa Penulis:
institusi tempat bekerja dan alamatnya. Lampung Post. 2007, 29 September. Akses Modal Terbatas,
Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris (cetak miring) UKM Gulung Tikar. hlm. 21.
kurang lebih 200 kata dalam satu paragraf yang berisi masalah dan Dokumen Tanpa Pengarang dan Lembaga:
permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, hasil dan Undang-undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang
kesimpulan. Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta:PT Armas Duta.
Kata Kunci mencerminkan konsep pokok artikel, jumlah antara 3- Dokumen atas Nama Lembaga:
6 kata dalam bahasa Inggris. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Profesional Akuntan
Pendahuluan artikel hasil penelitian berisi: latar belakang, Publik. Jakarta: Salemba Empat.
masalah, permasalahan, tujuan, kajian teoritis/kerangka pemikiran
Karya Terjemahan:
dan hipotesis. Artikel konseptual berisi: hal menarik yang menjadi
Porter, Michael E. 1993. Teknik Menganalisis Industri dan Ber-
acuan (konteks) permasalahan, diakhiri rumusan singkat hal pokok
saing. Terjemahan oleh Agus Maulana. Jakarta: Erlangga.
yang akan di bahas dan tujuan pembahasan.
Metode Penelitian berisi: desain penelitian, sasaran penelitian Skripsi, Tesis atau Disertasi:
(populasi, sampel dan teknik sampling), sumber data, teknik Alghifari, Abizar. 2008. Analisis Kualitas Produk terhadap Ke-
pengumpulan data dan metode dan teknik analisis yang ditulis puasan Konsumen CV.Retina Printing di Bandar Lampung.
dengan format esei . Skripsi tidak diterbitkan. Bandar Lampung: FE-UBL.
Hasil dan Pembahasan artikel hasil penelitian berisi: jawaban Makalah Seminar, Penataran, atau Lokakarya:
pertanyaan penelitian, proses mendapatkan, menginterpretasikan Kadir, Samsir. 1996. Mentalitas dan Etos Kerja. Paper Seminar
temuan, mengaitkan temuan dengan pengetahuan, memunculkan Nasional Strategi Meningkatkan Kualitas Sumber Daya
serta memodifikasi teori. Artikel konseptual berisi: kupasan, Manusia. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,16-17 Juni.
analisis, argumentasi, komparasi, keputusan serta pendirian atau Internet Karya Individual:
sikap penulis tentang masalah yang dibahas. Purwanto, Andi T. 2004. Manajemen Lingkungan: Dulu,
Kesimpulan artikel hasil penelitian berisi: ringkasan dan pengem- Sekarang, dan Masa Depan. (Online), (hhtp://andietri.
bangan pokok-pokok pikiran berdasar temuan, pengembangan teori tripod.com/index.htm, diakses 14 Februari 2007).
dan penelitian lanjutan. Artikel konseptual berisi: penegasan atas Internet Artikel dari Jurnal
masalah yang telah dibahas sebelumnya dan beberapa alternatif Kumaidi. 1998. Pengukuran Awal Belajar dan Pengem-
penyelesaian. bangan Tes. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 5 No.4. (Online),
Daftar Pustaka. Semua rujukan dimuat dalam daftar pustaka dan (http// www.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000).
ditempatkan pada halaman terakhir menyatu dengan tubuh artikel.
Penyajian Tabel
FORMAT PENULISAN Nomor tabel menggunakan angka arab, Nomor dan judul tabel
Artikel diketik pada kertas A4 dengan spasi tunggal (1 spasi), tipe ditempatkan diatas tabel dari tepi kiri tidak diakhiri titik. Judul
huruf times new roman 12, margin tepi atas kertas 1,4”, tepi bawah lebih dari satu baris diberi jarak satu spasi. Tabel tidak menggu-
1,2”, tepi kiri 1”, dan tepi kanan 1”, panjang artikel 15-25 halaman, nakan garis vertikal. Teks sebelum dan sesudah tabel diberi jarak
ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan 2 sd 3 spasi. Jika lebih dari satu halaman, bagian kepala tabel
benar serta disajikan secara naratif dan tidak bersifat numerik. diulang pada halaman berikutnya.
Judul artikel ditulis dengan huruf times new roman 14 dengan Penyajian Gambar
huruf kapital, bold, diletakkan di tengah. Judul bab, huruf kapital Nomor gambar menggunakan angka arab. Nomor dan Judul
ukuran 12, bold, diletakkan di tengah. Sub judul, huruf besar ditempatkan dibawah gambar secara senter. Sumber kutipan ditu-
skecil, bold, diletakkan di tepi kiri. Sub–sub judul dengan huruf lis di dalam kurung diletakan di bawah gambar. Teks sebelum
besar kecil cetak miring, bold, diletakkan di tepi kiri. dan sesudah gambar diberi jarak 2 sd 3 spasi.

Anda mungkin juga menyukai