Anda di halaman 1dari 3

Auditor

Auditor atau pemeriksa merupakan seorang profesional yang melakukan pemeriksaan


atas pengelolaan keuangan negara, daerah ataupun perusahaan. Tugasnya melakukan
evaluasi atas keakuratan, kelengkapan, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku,
dan juga efektifitas, ekonomis dan efisiensi.

Secara umum auditor bekerja dengan cara:

1. menelaah peraturan
2. menganalisa proses bisnis, data dan dokumen (seperti: data belanja,
pendapatan, dokumen perencanaan, pelaksanaan atau kontrak perjanjian)
3. wawancara dan konfirmasi kepada pihak-pihak terkait
4. pemeriksaan fisik atas hasil pekerjaan
5. membuat kesimpulan serta rekomendasi.

Artificial Intelligence (AI)

Teknologi saat ini berkembang dengan sangat pesat, khususnya di bidang kecerdasan
buatan atau Artificial Intelligence (AI). AI dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem
komputer yang dapat mensimulasikan kecerdasan manusia dan melakukan tugas-tugas
yang membutuhkan kemampuan kognitif mirip manusia, melalui pembuatan
algoritma dan model yang memungkinkan komputer atau mesin untuk menganalisa,
berpikir, belajar, dan juga mengambil keputusan (1).

Bagai pisau bermata dua, selain memudahkan pekerjaan, kehadiran AI ini membuat
banyak jenis pekerjaan terdisrupsi. Di bidang manufaktur, penggunaan robot yang
dikendalikan oleh AI membuat jumlah pekerja dalam perusahaan menjadi drastis. Di
bidang kesehatan, AI mampu melakukan interpretasi gambar output dari CT Scan,
MRI dan X-Ray secara otomatis dengan akurasi tinggi, yang membuat pekerjaan
radiolog mulai terdisrupsi. Begitu juga dalam bidang konsultasi kesehatan, AI mampu
memberikan diagnosis umum dan rekomendasi kesehatan atas informasi medis yang
diberikan pengguna. Pada kendaraan tanpa pengemudi (self driving car),
translator customer service dan bahkan resepsionis, juga mulai terdisrupsi dengan
adanya AI.

Lalu apakah AI bisa menggantikan auditor?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita telaah terlebih dahulu apa saja yang
telah dapat dilakukan AI dalam pelaksanaan kerja oleh auditor.
1. Analisa Data. Analisa ini dilakukan dengan meminta daftar atau register
pengeluaran dan pendapatan dari auditee/entitas pemeriksaan. Berdasarkan data
tersebut selanjutnya auditor akan memilih sampel, menilai keakuratan data,
resiko dan juga menilai apakah ada indikasi kecurangan/fraud. Saat ini aplikasi
pengolahan data seperti Microsoft Excel, Tableau, Power BI, R dan Python
telah mampu melakukan analisa tersebut. Tidak hanya untuk pengolahan data
dan sampling, ketika telah dikonfigurasi dengan parameter dan kriteria tertentu,
aplikasi tersebut dapat memberi insight secara real time.
2. Analisa Dokumen. Proses ini dilakukan dengan mengambil dan mereviu
informasi yang penting dalam dokumen. AI saat ini memiliki kemampuan
untuk melakukan hal tersebut. Hanya dengan mengupload file dengan bentuk
text seperti word dan pdf, AI akan langsung mengambil informasi yang
diperlukan oleh pengguna, seperti ketentuan, klausa, hak, kewajiban, tanggal,
lokasi, nilai, item pembayaran, dan informasi lainnya. Pengguna juga dapat
menambahkan parameter agar aplikasi tersebut langsung memberikan hasil
analisa, seperti kesimpulan dan titik-titik krusial mana yang harus menjadi
perhatian. Aplikasi yang telah ada antara lain-lain Kira Systems, eBrivia, Seal
Software, Docusign dan Evisort. Aplikasi ini telah digunakan oleh banyak
perusahaan di Amerika Serikat seperti Intel, Google, Deloitte, Unilever dan
Aon.
3. Wawancara dan Konfirmasi. Langkah ini dilakukan untuk mencari informasi
dari pihak-pihak terkait akan suatu permasalahan ataupun pelaksanaan
prosedur. Hasil dari wawancara ini akan dituangkan ke dalam berita acara
ataupun bukti dokumentasi berupa rekaman. Perkembangan AI ditambah
dengan fitur speech to text atau text to speech, mampu membuat wawancara
dapat dilakukan secara virtual, dengan feedback secara langsung oleh
komputer. Teknologi ini telah diterapkan dalam proses wawancara perekrutan
pegawai oleh Human Resource Development (HRD) dari perusahaan seperti
Magellan Health, Kuehne+Nagel, Brother International Corporation dan
Stanford Health Care (2). AI bahkan dapat mengenali emosi, bahasa tubuh, atau
intonasi suara yang dapat memberikan wawasan tambahan tentang kualitas
komunikasi dan kepribadian calon pegawai. Teknologi ini jika dikembangkan
dengan algoritma dan model tertentu juga dapat diterapkan untuk proses
wawancara dalam pemeriksaan.
4. Pemeriksaan fisik. Pada tahapan ini auditor melakukan pengujian apakah
pekerjaan yang dilaksanakan telah sesuai dengan dokumen sumber. Biasanya
pemeriksaan fisik dilaksanakan untuk menguji stok persediaan, pendapatan,
belanja atau pekerjaan infrastruktur. Untuk pekerjaan ini, AI dapat diterapkan
melalui penggunaan drone dan Google Earth Pro. Drone saat ini dapat
digunakan untuk mengambil informasi di suatu lokasi, pemeriksaan konstruksi
dan bahkan pembuatan 3D modeling (3). Aplikasi Google Earth Pro saat ini
telah dilengkapi fitur untuk melakukan pengukuran luas dan juga timelapse
untuk melihat kondisi di suatu area pada periode tertentu, dengan data sejak
tahun 1985. Kombinasi drone dan Google Earth Pro, tentunya dapat membantu
dalam melihat resiko awal dalam hal penilaian asersi keterjadian dan
keberadaan. Namun demikian, untuk pelaksanaan pemeriksaan fisik ini masih
sangat diperlukan peran pemeriksa untuk menguji asersi lainnya seperti
kelengkapan dan penilaian.

Berdasarkan penjelasan di atas, dengan integrasi, AI akan memiliki kemampuan yang


hebat dalam menganalisis data dan melakukan tugas-tugas lain auditor secara otomatis
dengan tepat dan cepat. Namun, hal tersebut tidak menjadikan AI dapat menggantikan
manusia. Ada beberapa alasan mengapa AI tidak dapat sepenuhnya menggantikan
pemeriksa, yaitu:

1. Tanggung Jawab Profesional. Pemeriksa memiliki tanggung jawab


profesional terhadap hasil dan rekomendasi pemeriksaan, termasuk apa saja
yang digunakan dalam melaksanakan proses pemeriksaan tersebut. Auditor
harus melakukan tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa audit
dilakukan dengan integritas, akurat, dan sesuai dengan standar dan etika profesi
audit. Akan sulit ketika ada permasalahan, namun AI yang diminta
pertanggungjawabannya. Selain itu harus terus dipastikan bahwa algoritma dan
model yang diterapkan AI tetap relevan dengan perkembangan peraturan dan
kondisi yang ada di masyarakat.
2. Penilaian subyektif. Pemeriksa seringkali dihadapkan pada situasi yang
memerlukan penilaian subyektif dan interpretasi akan suatu hal yang kompleks.
AI cenderung beroperasi berdasarkan algoritma yang telah diprogram, sehingga
kurang mampu dalam membuat penilaian yang melibatkan aspek kontekstual
dan diskresi.
3. Penilaian etis atau tidak suatu hal. Dalam pelaksanaan pengambilan
keputusan, pemeriksa tetap harus mempertimbangkan kebijakan, peraturan, dan
nilai-nilai etis dalam melakukan pemeriksaan. Keputusan akan etis tidaknya
suatu masalah masih memerlukan penilaian dan pertimbangan manusia, atau
tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada AI.

Anda mungkin juga menyukai