Anda di halaman 1dari 6

WAYANG POTEHI : CINTA YANG PUPUS

Karya Han Gagas (2016)

Seorang pemuda bernama Joko yang hidup pada kekejaman sebuah rezim. Hanyut larut dalam
pertunjukkan. Menyukai seorang wanita yang tak mungkin dapat ia miliki menjadikan dirinya
terobsesi dalam mengejar wanita tersebut. Kesenian Tiongkok yang dianggap buruk pada masa itu
memaksa Joko mengalami kejadian yang diluar bayangannya selama ini.

Penulis Naskah

Adhika Tunas Pratama

Yehezkiel Junio Christo

Dewanto Effendy

Gerrard Garcia

Sony Amsal Hasiholand Napitupulu

ADG 01 – LATAR PANGGUNG PESTA WAYANG POTEHI

FADE IN

(Latar suasana meriah dengan suara gemuruh penonton juga suara dalang dari kejauhan dalam
menampilkan keseinian Wayang Potehi diiringi gesekkan rebab)

(Cahaya warna warni) (Joko duduk ditengah panggung melihat kedepan gembira)
DALANG

“Saksikan penampilan special pada malam hari ini yang berjudul Journey to The West karya See
Yu Ki selamat menyaksikan!”

(Kera sakti keluar bermain main diatas panggung berlari dan melompat kesana kemari)

JOKO

(Suara latar dikecilkan dan aktor berbicara)

(Ekspresi senyum lebar)

“Cantik sekali wanita itu. Putih bersih, sungguh benar-benar bidadari tak bersayap!”
BLACK OUT.

ADG 02 – LATAR KOS PUTRI

FADE IN

(Dibuat situasi kos kosan dengan seorang pedagang bakmi berdiri sambil mendagangkan
bakwannya)

TUKANG BAKMI

(mengetuk mangkuk belingnya)


“ayoo mass, mbak, cii, koo, ini bakminya ayoo dibeli”

JOKO

(Berlari girang dan menghampiri tukang bakmi)

“Beli 1 pak, ga pedes ya’

TUKANG BAKMI

(Menyiapkan masakannya)

“Siapp koo. Eh mass”

(Tokoh perempuan bernama Mei Wang, datang kesana untuk membeli bakmi seperti biasanya)

MEI WANG

“kaya biasa om, cincai laa”

JOKO

(Kagum. Tak menyangka) (berkata disebelah Mei Wang dengan halus)


“Aku kamu dan rumah masa depan kita. Cinta sejati… tak peduli beda suku kan?”

MEI WANG

(Bereaksi bingung)
“Kenapa mas? Maksudnya kita?”

JOKO

(Panik sampai salah tingkah)

“Apa?? Umm.. Engga mbak, eh ci. Anu, bakminya enak, gaada tandingannya hehehe”
TUKANG BAKMI

“Hayooo, PDKT yaaa… Ayo kenalan dulu sana gapapa”

“Orang itu mulainya dari kenalan dulu mas, ci”

“Dulu saya juga gitu sama istri saya hihihihi”

(HENING)

“Haiyaaa, jangan lu olang malu malu o” (aksen Tionghoa)

“Ayo cepet. Ga kenalan sama dengan GAK MAKAN BAKMI!”

JOKO
(canggung sambil menjulurkan tangannya)

“Um… kenalin. Joko.. Umm Joko Sudiro”

MEI WANG

(suara merdu halus dan cantik. Menerima salaman tangan)

“Hai Joko.. Aku Mei Wang. Panggil aku Mei saja”

PENJUAL BAKMI

(Riang gembira)

“HOREIII, HAHAHA, berhasil jodohinn orang lagii”

“Main kos nya mas hahahaa”

REDUP.

(Suasana kos Mei Wang. Tampak dua sejoli ini sudah akrab dan saling berbincang)
JOKO

(Melihat sebuah wayang dan mulai mencari topik)

“Umm, Mei, itu wayang golek punyamu masih terlihat bagus. Jarang dipakai ya?”

MEI WANG
(Menepis tangan Joko)

“Asal asalan kamu. Bukan Wayang golek!”

JOKO

“maaf”
MEI WANG

“Itu Potehi”

JOKO

“Potehi? Tak pernah kulihat wayang bernama itu disini?”

“Apakah ada pertunjukkannya juga? Aku mau menonton!”

MEI WANG

(Menghela nafas panjang)

“Sayangnya dilarang”
JOKO

“Dilarang?”

BLACK OUT.

ADG 03 – LATAR HITAM DENGAN 1 KURSI DITENGAH

(Lampu sorot berwarna biru sedikit redup)

(Joko duduk ditengah sambil terikat dengan tali sambil diinterogasi oleh seseorang. Tubuh Joko
sangat buruk. Terlihat darah dari mulut, mata yang bengkak, baju yang kusam dan robek
diselimuti darah kering)

JOKO

(berteriak histeris)

“Mana Thukul?! Mana Thukul?! Mana Wiji Thukul?!”

(Tokoh berpandangan kosong, seakan akan melihat Mei Wang, wanita yang ia sukai)
(berdialog lemas dan kosong)

“Mei wang….. Mei Wang…”

(Tokoh tersenyum namun pandangannya kosong)


(Datanglah orang orang asing dengan selimut hitam menggeret Joko yang terus berkata “Mei
Wang”)

ORANG ASING

(seraya menggeret tokoh dan berteriak)

“Otakmu kiri, mending kau pantas mati!”


(Redup – terdapat suara mobil berhenti) (Tokoh kemudian dilempar menuju sebuah sungai. Dan
terlihat tokoh sangat lemas)

(Suara benda jatuh ke air yang sangat kuat diiringi suara penging yang mengganggu)

BLACK OUT.

ADG 04 – LATAR RUMAH NELAYAN PINGGIR SUNGAI

(sorot lampu biru redup) (musik malam hari)

(Terlihat seorang nelayan menyelamatkan tokoh dengan buru buru dan panik)
(Gerakan nelayan semula sedang merapihkan perahunya untuk dipakai menangkap ikan lalu
terkejut ketika melihat sesuatu didepan perahunya)

NELAYAN

(bingung dan kaget)

"Hah, opo iki? WADUH wong tenggelemm.. Maahh, mahhh iki cah lanang guanteng kok iso
ngenee tohh nasipe?!"

JOKO

(tersadar sambil tersedak)

"Uhkk uhlkk Mei Wang... Mei Wang... "

NELAYAN

(terkejut sambil menggendong)

"Wehhh mass, alhamdullilah sadarr, tak bawa kedalem dulu yaaa, saya rawat dulu disini. Nanti
kalau baikan baru kamu pulang saya anterin"

BLACK OUT.
ADG 05 – LATAR KOS PUTRI

(Lampu biru) (suasana kos kosan putri dengan gerobak tukang bakmi didepan kos)

JOKO

(tergesa gesa dan lelah)

“Pak…. Mei… MANA PAK, MANA!!!??”


PENJUAL BAKMI

(menghela nafas. Sedih)

“Dia dibawa pergi nak.. Dia hilang…”

JOKO

(bergerak marah dan emosional. Menendang properti properti panggung. Menangis)

“MEI WANG….. MEII…. Rezim jahat ini merusak semuanya! KOTOR, CURANG, TAK
ADIL!! “

(Tokoh Mei wang masuk dengan tatapan kosong. Tersenyum. Dan berdiri diujung area
panggung) (Musik latar panggung pertunjukkan wayang seperti awal dengan tempo cepat)

JOKO

(menatap mei wang senang)

“Hei… Sayangku… Mengapa kau berdiri disana diam… Hahahaha, kamu jago acting ya, jangan
sembunyi dari ku..”

“Sayang ayo kita makan bakmi itu bersama sama lagi seperti dulu”

“Aku pulang. Aku kembali untukmu?!”

(Tokoh mei wang diam termenung tanpa alasan, kemudian berjalan keluar panggung)

(Joko bersedih. Berusaha mengejar. Namun ia terhenti)

“sayang… Heiii… Aku bukan rezim itu… Mereka bukan aku… Mereka ituu gila sayang…
Sayanggg jangan pergi… “

(Joko duduk termenung sedih menghadap ke pentonton)


(Bercak darah mengecap ditangan dan wajah tokoh)

(teriak dengan keras sambil menangis melihat darah)


“Mei Wang……!!! “

BLACK OUT

END.

Anda mungkin juga menyukai