Anda di halaman 1dari 115

PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT DATA

ULUGH BEYK DI PONDOK PESANTREN AL -


BAQIYATUSSHOLIHAT KABUPATEN BEKASI

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H)

Oleh
Siti Kholisoh
11170440000081

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT DATA
ULUGH BEYK DI PONDOK PESANTREN AL -
BAQIYATUSSHOLIHAT KABUPATEN BEKASI

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H)

Oleh
Siti Kholisoh
11170440000081

Pembimbing:

Dr.Maskufa, M.A.
NIP.196807031994032002

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING


PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M

i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH
MENURUT DATA ULUGH BEYK DI PONDOK PESANTREN AL -
BAQIYATUSSHOLIHAT KABUPATEN BEKASI, telah diujikan dalam
sidang skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, 05 Agustus 2021. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Strata 1 (S1) Sarjana Hukum (S.H)
pada Program Studi Hukum Keluarga.
Jakarta, 05 Agustus 2021
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A


NIP. 19760807 2003121001

PANITIA UJIAN SKRIPSI

Ketua : Dr. Mesraini, M.Ag.


NIP. 197602132003122001

Sekretaris : Ahmad Chairul Hadi,M.A.


NIP. 197205312007101002

Pembimbing : Dr. Maskufa, M.A


NIP. 196807031994032002

Penguji I : Dr. Moh. Ali Wafa, M.A


NIP. 197304242002121007

Penguji II : Hotnidah Nasution, M.A ( )


NIP. 197101311997032010

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Kholisoh

NIM : 11170440000081

Program Studi : Hukum Keluarga

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua narasumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 3 Agustus 2021

Siti Kholisoh
11170440000081

iii
ABSTRAK

Siti Kholisoh. NIM 11170440000081. PENENTUAN AWAL BULAN


KAMARIAH MENURUT DATA ULUGH BEYK DI PONDOK PESANTREN
AL - BAQIYATUSSHOLIHAT KABUPATEN BEKASI. Program Studi Hukum
Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2021 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan awal bulan kamariah
dengan perhitungan menggunakan data Ulugh Beyk di Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat, mengetahui alasan Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat
menggunakan data Ulugh Beyk dan menganalisis awl bulan kamariah dengan
menggunakan data Ulugh Beyk.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris dengan
metode pendekatan ilmu astronomi dan sosiologi hukum. Teknik pengumpulan
data melalui studi kepustakaan mengenai dokumen, buku maupun laporan hasil
peneliti terlebih dahulu yang berkaitan dengan penentuan awal bulan kamariah
dan studi lapangan berupa observasi, wawancara dan dokumentasi di Pondok
Pesantren Al-Baqiyatussholihat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penentuan awal bulan kamariah di
Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat menggunakan metode hisab dengan
sistem hisab haqiqi taqribi menggunakan data Ulugh Beyk, penggunaan data
Ulugh Beyk dalam penentuan awal bulan kamariah yaitu untuk menjaga transmisi
keilmuan, sebuah bentuk meneladani KH. M Manshur dan KHR. Ma’mun
Nawawi serta merupakan perhitungan yang mudah dipahami karena dengan sitem
perhitungan yang sederhana. Dalam penggunaan data Ulugh Beyk terkadang
terjadi perbedaan penentuan awal bulan kamariah dengan menggunakan data
astronomi yang terbaru seperti pada prediksi perhitungan 1443 H/2022 M terjadi
perbedaan awal bulan Ramadhan antara kalender nasional dengan kalender atau
almanak Cibogo. Perbedaan tidak selalu terjadi, seperti pada 1443 H/2022 M awal
bulan Syawal dan Dzulhijjah terjadi kesesuaian antara perhitungan Ulugh Beyk
dengan Pemerintah.

Kata Kunci : Hisab, Awal Bulan Kamariah, Ulugh Beyk, Al-


Baqiyatussholihat Bekasi
Pembimbing : Dr. Maskufa, M.A.
Daftar Pustaka : 1976 s.d 2020

iv
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing (terutama Arab) ke dalam
tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan karena dalam karya tulis menggunakan
beberapa istilah Arab yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau
lingkup penggunaannya masih terbatas.
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
‫ا‬ Tidak dilambangkan
‫ب‬ B Be
‫ت‬ T Te
‫ث‬ Ts te dan es
‫ج‬ J Je
‫ح‬ H ha dengan garis bawah
‫خ‬ Kh ka dan ha
‫د‬ D De
‫ذ‬ Dz de dan zet
‫ر‬ R Er
‫ز‬ Z Zet
‫س‬ S Es
‫ش‬ Sy es dan ye
‫ص‬ S es dengan garis bawah
‫ض‬ D de dengan garis bawah
‫ط‬ T te dengan garis bawah
‫ظ‬ Z zet dengan garis bawah
‫ع‬ ‘ Koma terbalik di atas hadap kanan
‫غ‬ Gh ge dan ha
‫ف‬ F Ef
‫ق‬ Q Qo
‫ك‬ K Ka
‫ل‬ L El
‫م‬ M Em
‫ن‬ N En
‫و‬ W We
‫ھـ‬ H Ha
‫ء‬ ` Apostrop
‫ي‬ Y Ya

v
Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia,
memiliki vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Untuk vokal monoftong, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
___◌َ___ A Fathah
---◌ِ--- I Kasrah
___◌ُ___ U Dammah

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih


aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
‫__َ◌___ي‬ Ai a dan i
‫___َ◌___و‬ Au a dan u

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa


Arab dilambangkan dengan harakah dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
‫َ◌ـﺎ‬ Â a dengan topi di atas
‫ــِﻲ‬ Î i dengan topi di atas
‫ُ◌ــﻮ‬ Û u dengan topi di atas

Kata sandang, dalam bahasa Arab dilambangkan dengan alif dan


lam, dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf
syamsiyyah atau huruf qomariyyah. Misalnya:

‫ = اﻻﺟﺘﮭﺎد‬al-ijtihad

‫ = اﻟﺮﺧﺼﺔ‬al-rukhsah, bukan ar-rukhsah

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan


huruf, yaitu dengan menggunakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi,
hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah. Tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah
kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:
‫ = اﺷﻔﻌﺔ‬al-syuf’ah tidak ditulis asy-syuf’ah

vi
Dalam penulisan ta marbutah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat
contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta
marbutah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta
marbutah tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No. Kata Arab Alih Aksara


1 ‫ﺷﺮﻋﯿﺔ‬ syarî’ah
2 ‫ﺷﺮﻋﯿﺔ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ‬ al-syarî’ah al-islâmiyyah

Untuk huruf kapital tidak dikenal dalam tulisan Arab. Tetapi dalam
transliterasi huruf ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diketahui bahwa jika nama
diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata
sandangnya. Contoh: ‫ = اﻟﺒﺨﺎري‬al-Bukhari tidak ditulis Al-Bukhari.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam


alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak
tebal. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar
kata nama tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri,
tidak ditulis Nur al-Din al- Raniri.

Setiap kata, baik kata kerja (fi’il) kata benda (ism) atau huruf (harf),
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
No Kata Arab Alih Aksara
1 ‫اﻟﻀﺮورة ﺗﺒﯿﺢ اﻟﻤﺤﻈﻮرات‬ al-darûrah tubîhu al-mahzûrât
2 ‫اﻻﻗﺘﺼﺎد اﻻﺳﻼﻣﻲ‬ al-iqtisâd al-islâmî
3 ‫اﺻﻮل اﻟﻔﻘﮫ‬ usûl al-fiqh
4 ‫اأﻟﺼﻞ ﻓﻲ اﻷﺷﯿﺎء اﻹﺑﺎﺣﺔ‬ al-‘asl fî al-asyya‫ ﹶ‬al-ibâhah
5 ‫اﻟﻤﺼﻠﺤﺔ اﻟﻤﺮﺳﻠﺔ‬ al-maslahah al-mursalah

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat beserta salam, penulis hadiahkan kepada baginda Nabi
Muhammad Shalallahu ‘Alihi wa Sallam, tidak lupa kepada sahabat, tabi’in, tabi’ut
tabi’in dan seluruh ahlul bait di dunia dan akhirat.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada berbagai pihak karena, sedikit atau banyaknya bantuan mereka,
menjadikan penulis mewujudkan skripsi ini. Berkenaan dengan itu, ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, khususnya untuk yang teristimewa
kepada kedua orang tua penulis, Bapa H. Abdul Majid, S.Ag dan Emi Hj. Omih
yang sangat penulis cintai dan sayangi yang senantiasa mendoakan penulis tanpa
henti, yang telah mengorbankan tenaga dan waktunya untuk mendidik dan
memberikan pendidikan yang tinggi kepada penulis, sehingga kedua orang tua
penulis menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan penulis. Serta kakak tercinta
H. Muslih, S.Sy yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam proses
penyusunan tanpa lelah, tak lupa keponakan tersayang Kayyisa Azzahra yang
telah memberi warna dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Selanjutnya, penulis secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Amany B. Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Bapak Dr. Tholabi Kharlie, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya.

3. Ibu Dr. Mesraini, M.Ag., dan Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A., yang
masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum
Keluarga yang telah memberikan perhatian, nasihat, pembinaan, arahan,

viii
dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

4. Ibu Dr. Maskufa, M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan
tulus meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, koreksi, dan
arahan yang sangat membantu penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Kamarusdiana, M.H. selaku dosen pembimbing akademik yang


selalu menasehati dan membimbing selama menjalani proses perkuliahan.

6. Seluruh Staff Pengajar/Para Dosen dan jajaran Kepala Bagian Umum,


khususnya di lingkungan Program Studi Hukum Keluarga dan umumnya
lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membimbing, mengarahkan, menasehati, dan
memberikan ilmu-ilmu dalam perkuliahan sehingga penulis mampu di
penghujung perkuliahan untuk menulis skripsi ini.

7. Keluarga besar Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat yang telah


membantu dalam penelitian terkhusus kepada Bapak Syarif Hidayatullah
yang telah mengajarkan penulis dalam perhitungan di pesantren serta
membimbing dan memberikan informasi, data maupun wawancara yang
berkaitan dengan skripsi penulis di Pondok Pesantren Al
Baqiyatussholihat, semoga diberikan kesehatan.

8. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Imdad Bogor terkhusus kepada


Ibu Hj. Zubaedah Dahlan dan keluarga yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk belajar disana dan selalu memberikan semangat
kepada penulis dan Mang Asep Hermawan, S.Sy yang juga merupakan
alumni Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat, terimakasih telah
membantu penulis dalam mempelajari ilmu yang berkaitan dengan skripsi
penulis, semoga semua keluarga Pondok Pesantren Nurul Imdad diberikan
kesehatan.

9. Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Umm Ciputat yang telah mensupport

ix
dan membantu penulis selama penulisan skripsi ini. Yaitu : Asma
Karimatunnisa Kak Siti Annisak, Bunga Rosa Intan, Kak Rafiqa, semoga
dimudahkan segala urusannya.

10. Keluarga besar Pondok Pesantren Tafsir Darus Sa’adah Ciputat, terutama
kepada Ibu Dr. Faizah Ali Sybromalisi, M.A. sebagai pengasuh pondok
pesantren yang selalu memberikan semangat kepada penulis dan
memberikan tempat selama masa pandemi ini sehingga dapat fokus
menyelesaikan skripsi. Serta kepada teman – teman : Tamira, Nailul, Daly,
Rina, Devi, Kak Nadlifah, Kak Oca dll yang senantiasa
menemani,memberikan semangat dan membantu penulis dalam
penyusunan skripsi, semoga selalu dilancarkan segala urusannya.

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis yang penulis cintai dan banggakan yaitu
Fitri Nuraini, Yumna Khairiyah, Asma Karimatunnisa, Nurhidayati
Luthfiralda, Firly Maesa dan Ayuni Afifah yang senantiasa memberikan
support, mengingatkan, berbagi, membantu penulis dalam setiap kesulitan
yang penulis hadapi.

12. Sahabat-sahabat penulis di bangku perkuliahan yaitu Feni Nuraeni, Utami


Fitriah, Hani Rifqial Aini, Dhiya Fahira, Syafila Tiara, Syifa Fauziah,
Nabilla Safitri, Khairunnisa, Rahmadini, Arini Salwa, Teddy Parhan, Faza
Husaini, Hisyam, Dede Wahidin, Risya. Yang selalu membantu penulis,
memberikan dukungan serta motivasi, semoga kalian sehat selalu dan
diberikan kelancaran dalam segala urusannya.

13. Keluarga besar HK-C 2017 yang Yang selalu membantu penulis dan
memberikan dukungan, semoga diberikan kemudahan dalam segala
urusannya.

14. Keluarga besar PMII Hukum Keluarga.

15. Keluarga besar Hukum Keluarga angkatan 2017.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

x
memotivasi dan memberi inspirasi untuk mencapai cita-cita, dan yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, baik moril
maupun materil, tidak ada yang penulis berikan untuk jasa-jasa semuanya
kecuali dengan doa dan ucapan terima kasih, semoga segala bantuan
tersebut dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang terbaik. Aamiin Ya
Rabbal ‘Alamiin

Jakarta, 3 Agustus 2021

Penulis

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ..................................................... i


PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................... iii
ABSTRAK iv
PEDOMAN TRANSLITERASI.................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
BAB 1 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Identifikasi,Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 5
D. Tinjauan (Review) Terdahulu .................................................................... 6
E. Metode Penelitian........................................................................................ 9
F. Teknik Penulisan....................................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 13
BAB II 15
KAJIAN TEORI HISAB RUKYAT............................................................................ 15
A. Pengertian ................................................................................................. 15
B. Dasar Hukum Hisab Rukyat .................................................................... 17
C. Sejarah Hisab dan Rukyat ........................................................................ 23
D. Metode Penetapan Awal Bulan................................................................. 28
E. Aliran Hisab Rukyat ................................................................................. 34
BAB III 38
PROFIL PONDOK PESANTREN AL BAQIYATUSSHOLIHAT DAN ULUGH
BEYK .................................................................................................. 38
A. Profil Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat ........................................ 38
B. Profil Ulugh Beyk...................................................................................... 48

xii
BAB IV 61
METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH DI PONDOK
PESANTREN AL BAQIYATUSSHOLIHAT............................................... 61
A. Latar Belakang Penggunaan Data Ulugh Beyk dalam Penentuan Awal
Bulan di Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat................................................. 61
B. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah dengan Data Ulugh Beyk di
Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat ............................................................... 66
C. Prediksi Penentuan Awal Bulan Kamariah dengan data Ulugh Beyk .... 78
BAB V 82
PENUTUP 82
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 82
B. SARAN ...................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 84
LAMPIRAN - LAMPIRAN .................................................................................... 91

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Jumlah data Alamah, Hissoh, Khossoh, Markaz dan Auj ............... 68

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kalender perbedaan Awal Bulan antar ormas .............................. 1


Gambar 1. 2 Kalender Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat 1434 H .......... 3
Gambar 1. 3 Kalender Awal Ramadhan 1434 H .............................................. 4
Gambar 3. 1 Data Tahun Majmu’ah .............................................................. 54
Gambar 3. 2 Data Tahun Mabsuthoh............................................................. 54
Gambar 3. 3 Data Bulan................................................................................ 55
Gambar 3. 4 Data Ta’dilul Khossoh .............................................................. 55
Gambar 3. 5 Data Ta’dilul Markaz ................................................................ 56
Gambar 3. 6 Data Ta’dilul Ayyam ................................................................ 57
Gambar 3. 7 Data Hisshotussa’ah ................................................................. 57
Gambar 3. 8 Data Urdl Qamar ...................................................................... 59
Gambar 3. 9 Data Manzilah Bulan ................................................................ 60
Gambar 3. 10 Data Rasi Bintang ..................................................................... 60
Gambar 4. 1 Almanak Cibogo....................................................................... 62
Gambar 4. 2 Almanak Cibogo....................................................................... 63
Gambar 4. 3 Almanak Cibogo Ramadhan 1442 H ......................................... 67

xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia khususnya umat Islam dalam menjalankan ibadah
selalu terkait dengan waktu, seperti ibadah shalat, puasa ramadhan, zakat
fitrah, ibadah haji dan lain sebagainya. Menentukan waktu-waktu tersebut
tidaklah mudah, karena dibutuhkan suatu rumus atau metode tertentu, dalam
hal ini telah dikenal suatu cabang ilmu pengetahuan dalam kajian Islam yaitu;
ilmu hisab atau ilmu falak.1
Penentuan awal waktu pada ilmu falak terdapat dua metode yaitu
metode hisab dan metode rukyat, karena metode - metode tersebut membuat
konsep dan cara yang berbeda dalam melakukan penetapan awal bulan,
sehingga terkadang terjadi perselisihan atau perbedaan dalam penentuan awal
bulan kamariah terutama yang berhubungan dengan penetapan awal waktu
ibadah diberbagai kalangan Islam, terbukti dengan adanya perbedaan
penentuan Syawal di kalender Persatuan Islam (PERSIS).2

Gambar 1. 1
Kalender perbedaan Awal Bulan antar ormas3

1
Sudarmono, Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan, Qomariah Menurut Persatuan
Islam, Skripsi Tahun 2008 Di Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, diakses pada 20
Agustus 2020.
2
Rachmadin Ismail, “Kepala LAPAN: Sampai 2021, Awal Puasa dan Syawal Berpotensi
Dirayakan Bareng,”detiknews,https://news.detik.com/berita/d-3226603/kepala-lapan-sampai-
2021-awal-puasa-dan-syawal-berpotensi-dirayakan-bareng diakses pada 20 Agustus 2020.
3
Rachmadin Ismail, “Kepala LAPAN: Sampai 2021, Awal Puasa dan Syawal Berpotensi
Dirayakan Bareng,”detiknews,https://news.detik.com/berita/d-3226603/kepala-lapan-sampai-
2021-awal-puasa-dan-syawal-berpotensi-dirayakan-bareng diakses pada 20 Agustus 2020.

1
2

Rukyat pada perkembangan saat ini tidak hanya dilakukan dengan


mata telanjang tetapi juga dilakukan dengan menggunakan teropong untuk
menunjang keberhasilan rukyat maka terlebih dahulu dilakukan
perhitungan - perhitungan terhadap ketinggian hilal dan posisi hilal
terhadap matahari dengan berdasarkan data.4
Perkembangan tersebut seharusnya membuat hisab dengan rukyat
tidak lagi terjadi perselisihan dalam menentukan waktu, karena saling
mendukung. Namun, yang menjadi perselisihan bukan saja disebabkan
oleh hisab dan rukyat akan tetapi, disebabkan oleh pemikiran para ahli
hisab ataupun ahli rukyat sehingga sulit dicapai kesepakatan diantara
kelompok-kelompok masyarakat dalam menentukan pedoman penentuan
yang dapat mengikat semua pihak.5
Terjadinya perbedaan bukan saja disebabkan oleh dua metode akan
tetapi, disebabkan oleh perbedaan pemahaman atas dalil – dalil . Selain itu,
penyebab terjadinya perbedaan yaitu secara sistem. Seperti organisasi
kemasyarakatan Islam di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU), yang mana
sistem penentuan awal bulan kamariah biasa disebut ru’yah al-hilal bi al-
fi’li atau Istikmal menyempurnakan bulan Syaaban 30 hari. Sedangkan
kedudukan hisab hanyalah sebagai pembantu dalam melaksanakan rukyat.6
Organisasi kemasyarakatan Islam di Indonesia Muhammadiyah,
dalam menentukan awal bulan baru kamariah menggunakan hisab wujudul
hilal. Pakar ahli falak Muhammadiyah mengatakan “Muhammadiyah
dalam menentukan awal bulan baru menggunakan hisab wujudul hilal dan
dapat dimulai bulan baru apabila terpenuhi kriteria 1) Sudah terjadi
ijtimak, 2) ijtimak terjadi sebelum terbenam matahari, 3) pada saat
terbenamnya matahari piringan atas bulan berada diatas ufuk”.7

4
Sakirman, Kontroversi Hisab dan Rukyat dalam Menetapkan Awal Bulan Hijriah di
Indonesia. ELFALAKY:Jurnal Ilmu Falak, Vol.1, No.1, 2017 M / 1438 H
5
Wahyu Widiana, Penentuan Awal Bulan Qomariyah dan Permasalahannya di Indonesia.
Jurnal Al- Ulum, Vol.2, No.10, 2010.
6
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah (Jakarta: Erlangga, 2007). h.110
7
Aanardianto, “Implementasi Kriteria Awal Bulan untuk Syawal 1442 H”,
https://muhammadiyah.or.id/implementasi-kriteria-awal-bulan-untuk-syawal-1442-h/, diakses
pada 21 Juli 2021
3

Pemerintah memiliki kewenangan untuk menyatukan perbedaan


tersebut sehingga penetapan awal bulan diserahkan kepada Departemen
Agama namun, awal bulan yang berkaitan dengan ibadah masih belum
seragam. Meskipun Departemen Agama berusaha memadukan sistem-
sistem yang telah dipergunakan seperti dengan mengembangkan sistem
rukyat yang berpandukan hisab, dan sistem hisab yang berpadukan
rukyah/observasi.8
Usaha lainnya yang bertujuan untuk meminimalisir perbedaan yaitu
dengan cara musyawarah, konsultasi, kajian, pelatihan, observasi bersama,
temu kerja hisab bersama, penyusunan dan pemasyarakatan sistem hisab
kontemporer yang relatif mudah.9 Akan tetapi, hal tersebut belum dapat
teratasi. Seperti hal nya penetapan awal bulan Ramadhan atau Syawal di
Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat sesekali terjadi perbedaan
penetapan awal bulan yang berkaitan dengan ibadah seperti awal
Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah dengan Pemerintah. Terbukti dengan
penentuan awal Ramadhan di Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat pada
tahun 2013 M/1434 H yaitu jatuh pada hari Selasa tanggal 9 Juli 2013,
sedangkan pemerintah pada sidang isbat menentukan 1 Ramadhan jatuh
pada hari Rabu tanggal 10 Juli 2013.10

Gambar 1. 2
Kalender Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat 1434 H

8
Imroatul Munfaridah, Problematika Hisab Rukyah dalam Penentuan Awal Ramadhan dan
Solusinya di Indonesia. Jurnal MUADDIB, Vol.6, No.5, 2015.
9
Wahyu Widiana, Penentuan Awal Bulan Qomariyah dan Permasalahannya di Indonesia.
Jurnal Al-Ulum, Vol.10, No.2, 2010.
10
BBC News, “Pemerintah Tetapkan Awal Puasa 10 Juli”,
https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2013/07/130708_sidang
_isbat_ramadhan.amp, diakses pada 21 Juli 2021
4

Gambar 1. 3
Kalender Awal Ramadhan 1434 H11

Perbedaan yang terjadi pada Pondok Pesantren Al-


Baqiyatussholihat dikarenakan oleh metode yang digunakan, karena di
Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat menggunakan metode hisab
haqiqi taqribi yaitu mempergunakan data bulan dan matahari berdasarkan
data Ulugh Beyk menurut kitab Sulam Al Nayirain, dilakukan dengan
proses perhitungan yang sederhana.12
Sekalipun antara Pemerintah dan Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat terjadi perbedaan dalam penentuan awal bulan namun
para masyarakat, santri maupun alumni tetap menjadikan Pondok
Pesantren Al-Baqiyatussholihat sebagai acuan dalam menentukan awal
bulan terutama yang berkaitan dengan ibadah seperti awal puasa serta
meskipun data Ulugh Beyk kurang akurat karena merupakan hasil
observasi beberapa abad yang lalu namun Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat masih menggunakan data Ulugh Beyk dalam penentuan
awal bulan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian mengenai penentuan awal bulan Kamariah menggunakan hisab
dengan data Ulugh Beyk yang di lakukan di Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat Kabupaten Bekasi.

11
Alhabib, “Kalender Islam (Hijriyah) Tahun 2013”, https://www.al-habib.info/kalender-
islam/global/kalender-islam-global-tahun-2013-m.htm, diakses pada 21 Juli 2021.
12
Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah. (Jakarta: Erlangga,2007), h.7
5

B. Identifikasi,Pembatasan dan Rumusan Masalah.


1. Identifikasi Masalah
a. Metode dalam penentuan awal bulan Kamariah
b. Penyebab perbedaan dalam menentukan awal bulan
c. Kewenangan pemerintah dalam menyatukan perbedaan
d. Peran pemerintah dalam meminimalisir perbedaan
e. Metode penentuan awal bulan Kamariah di pondok pesantren Al-
Baqiyatussholihat

2. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam skrispi ini tidak meluas, penulis
membatasi masalah terhadap penentuan awal bulan Kamariah menurut
data Ulugh Beyk di Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat Kabupaten
Bekasi.

3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penetapan awal bulan Kamariah di pondok pesantren Al-
Baqiyatussholihat dengan menggunakan perhitungan menurut data
Ulugh Beyk?
b. Mengapa pondok pesantren Al-Baqiyatussholihat menggunakan
perhitungan menurut data Ulugh Beyk?
c. Bagaimana prediksi hisab awal bulan Kamariah dengan menggunakan
data Ulugh Beyk untuk 5 tahun kedepan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah yang penulis paparkan sebelumnya,
maka dipahami bahwa tujuan yang ingin penulis capai adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mendeskripsikan penentuan awal bulan Kamariah di Pondok
Pesantren Al-Baqiyatussholihat dengan menggunakan data Ulugh
Beyk
6

b. Untuk mendeskripsikan alasan Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat


menggunakan data Ulugh Beyk
c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis prediksi hisab awal bulan
Kamariah menurut data Ulugh Beyk

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Memberikan informasi mengenai penetapan awal bulan Kamariah di
Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat dengan menggunakan data
Ulugh Beyk
b. Memberikan informasi mengenai alasan Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat memilih menggunakan hisab dengan data Ulugh
Beyk
c. Memberikan hasil analisis mengenai hisab awal bulan Kamariah
menggunakan hisab dengan data Ulugh Beyk untuk 5 tahun kedepan
d. Menghasilkan karya ilmiah yang berguna bagi penulis sebagai syarat
untuk menyelesaikan program strata satu (S-1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan (Review) Terdahulu


Dari hasil penelusuran pada beberapa karya tulis ilmiah, kajian yang
berkaitan dengan penentuan awal Ramadhan bukanlah hal yang baru.
Penelitian tersebut sejatinya telah dipublikasikan dalam beberapa karya
sebagai berikut :
Nanang Syaggap Armanda (2017) dalam penelitiannya menjelaskan
mengenai penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan prespektif Ephemeris
dan Tuan Guru Haji Bayanul Arifin Akbar, yang pada perhitungannya
menggunakan iman dan keyakinan namun sebelumnya telah dilakukan hisab
atau perhitungan dengan menggunakan metode hitungan lima. Sedangkan
pada penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan prespektif Ephemeris
7

melahirkan adanya persamaan dan perbedaan dalam penentuan penentuan


awal dan akhir bulan Ramadhan.13
November (2011) dalam penelitiannya menjelaskan mengenai penetapan
awal Ramadhan oleh penganut tarekat Naksabandi ditinjau menurut ilmu
falak, Naksabandi selalu berbeda dalam penetapan awal Ramadhan dengan
yang dilakukan pemerintah. Naksabandi dalam penetapannya cenderung
berdasarkan pada perkiraan-perkiraan sehingga cenderung tidak memperoleh
data yang kuat dan kurang sistematis karena tidak menggunakan alat sebagai
penunjang.14
Sudarmono (2008) dalam penelitian nya membahas penetapan awal
bulan Qamariah menurut Persatuan Islam (PERSIS) yang dalam penentuannya
menggunakan Ephemiris sedangkan dalam hisab nya Persatuan Islam
(PERSIS) menggunakan metode Imkan al-Rukyah. Persatuan Islam (PERSIS)
menjadikan metode hisab nya lebih mendekati ke metode rukyat namun tidak
mengesampingkan hasil hisab karena penting untuk memandu dalam
melaksanakan rukyah. 15
Ahmad Adib Rofiuddin (2016) membahas mengenai penentuan hari
dalam kalender Hijriah, dalam penentuan garis batas hari dalam Islam untuk
kalender Hijriah menggunakan kriteria International Lunar Dateline. dalam
penanggalan Hijriah, penentuan garis tanggal kalender Islam masih bersifat
dinamis, berubah pada setiap terjadi pergantian bulan. Dalam hal penentuan
hari (Senin, Selasa, dan seterusnya) kalender Islam mengikuti garis tanggal
internasional. Namun dalam penentuan tanggal, kalender Islam mengikuti
garis tanggal secara dinamis yang setiap bulannya berubah-ubah. Dengan
demikian karena tidak berhimpitnya garis tanggal internasional dengan garis
13
Nanang Syaggap Armanda, Penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan perspektif
ephemeris dan Tuan Guru Haji Bayanul Arifin Akbar pengasuh Pondok Pesantren Baiturridwan
Kelurahan Pagutan Kecamatan Mataram Kota Mataram, Skripsi Tahun 2017 di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
14
November, Petapan awal Ramadhan oleh penganut tarekat Naksabandi ditinjau menurut
ilmu Falak “Studi Kasus Di Jorong Lareh nan Panjang Kenagarian Atar Kecamatan Padang
Ganting Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat”, Skripsi Tahun 2011 di Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
15
Sudarmono, Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan, Qomariah Menurut Persatuan
Islam, Skripsi Tahun 2008 Di Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
8

tanggal Islam, maka akan terjadi perbedaan antara tempat yang satu dengan
tempat yang lainnya tergantung pada posisi geografisnya dalam penggunaan
kalender Islam. Selain itu, untuk menentukan hari juga dilihat melalui hilal
Jika hilal sudah berhasil dilihat, maka meskipun hari belum berganti maka
tanggal dalam Hijriah sudah berganti, sebaliknya juga jika hilal belum tampak,
maka meskipun hari sudah berganti maka tanggal masih tetap.16
Wahyu Widiana (2010) dalam penelitian nya membahas mengenai
penentuan awal bulan Qomariah dan permasalahannya di Indonesia, ketika
terjadi suatu perbedaan dalam penentuan awal bulan Qamariah itu bukan
hanya disebabkan oleh adanya perbedaan hisab dan rukyat namun dalam
kasus – kasus yang sering terjadi bahwa perbedaan tersebut disebabkan
adanya perbedaan dikalangan ahli hisab atau ahli rukyat. Selain itu,
Departemen Agama selalu berusaha untuk melakukan penyatuan dengan cara
musyawarah, konsultasi, kajian, pelatihan, observasi bersama, temu kerja
hisab bersama, penyusunan dan pemasyarakatan sistem hisab kontemporer
yang relatif mudah.17
Jaenal Arifin (2019) membahas mengenai Dialektika Hubungan Ilmu
Falak dan Penentuan awal Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah di Indonesia,
merupakan suatu sinergi pemerintahan Indonesia. Sejak masa kerajaan Islam
Indonesia sudah menjalankan dan menerapkan teknik penetapan awal bulan
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah dengan tanpa mengabaikan aspek- aspek
disiplin keilmuan yang berhubungan dengan ilmuwan falak. Sehingga banyak
kitab ilmu falak yang berkembang sebagai bukti bahwa dialektika hubungan
ilmu falak dengan proses penentuan awal bulan Qamariyah secara umum
memang telah terjalin dengan baik dan dinamikanya saja yang mungkin agak
berbeda.18

16
Ahmad Adib Rofiuddin, Penentuan Hari dalam Sistem Kalender Hijriah. Jurnal Al-
Ahkam. Vol.26, No.1, April 2016
17
Wahyu Widiana, Penentuan Awal Bulan Qomariyah dan Permasalahannya di Indonesia.
Jurnal Al- Ulum, Vol.2, No.10, 2010.
18
Jaenal Arifin, Dialektika Hubungan Ilmu Falak dan Penentuan Awal Ramadhan, Syawal,
Dzulhijjah di Indonesia (Sinergi antara Independensi Ilmuwan dan Otoritas Negara). Jurnal
Penelitian, Vol.13, No.1, Februari 2019.
9

Sakirman (2017) membahas mengenai Kontroversi Hisab dan Rukyat


dalam Menetapkan Awal Bulan Hijriah di Indonesia, rukyat dan hisab
merupakan suatu kesamaan maka tidak akan bertentangan jika dilakukan
dengan benar. Karena Hisab dan rukyat adalah dua hal yang sangat penting
untuk pelaksanaan ibadah maka perlu untuk meningkatkan kualitas hisab
dalam rangka membantu pelaksanaan rukyat, serta meningkatkan cara
pelaksanaan rukyat untuk keberhasilan sehingga tidak membuat ragu terhadap
hasil rukyat dan hisab.19
Dari karya ilmiah diatas yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini
adalah Sudarmono (2008), November (2011), Nanang Syaggap Armanda
(2017) yaitu membahas penentuan awal Ramadhan. Namun yang
membedakan dengan penelitian ini adalah objek penelitian, yaitu di Pondok
Pesantren Al-Baqiyatussholihat yang menggunakan perhitungan Sultan Ulugh
Beyk Samarqondi.
Penelitian Sudarmono (2008) hanya membahas tentang metode yang
digunakan Persatuan Islam (PERSIS) dalam menentukan awal Ramadhan
serta dasar hukum atas penentuan tersebut. Penelitian November (2011) hanya
membahas tentang penetapan awal Ramadhan pada tarekat Naksabandi
sedangkan penelitian Nanang Syaggap Armanda (2017) hanya membahas
penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan prespektif ephemeris dan Tuan
Guru Haji Bayanul Arifin Akbar.

E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu penelitian hukum
empiris, yaitu merupakan penelitian hukum dengan berupa fakta – fakta
empiris yang diambil dari tingkah laku manusia berupa verbal yang
dilakukan dengan wawancara ataupun nyata dengan melalui observasi.20

19
Sakirman Sakirman, Kontroversi Hisab dan Rukyat dalam Menetapkan Awal Bulan
Hijriah di Indonesia. ELFALAKY: Jurnal Ilmu Falak, Vol.1, No.1, 2017.
20
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Empiris dan Normatif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h. 280
10

Penelitian empiris digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat


sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat
yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan.21

2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu astronomi dan ilmu
sosiologi hukum. Pendekatan ilmu astronomi untuk menganalisis metode
penentuan awal bulan kamariah dengan data Ulugh Beyk. Pendekatan
Ilmu sosiologi hukum digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat
sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat
yang berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan.

3. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah bahan hukum yang mempunyai
otoritas (autoritatif).22 Dalam penelitian ini, data primer merupakan
data langsung dari Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat yaitu tabel
Sultan Ulugh Beyk Samarqondi sebagai objek pembahasan penentuan
awal bulan Hijriah .
b. Sumber data sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan
kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan
pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian.23

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini berupa
Studi Kepustakaan (Library research) dan Studi Lapangan ( Field
research). Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data
sekunder, didapatkan melalui berbagai literatur meliputi buku-buku,

21
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003) h.43
22
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015) h.47
23
Mukti Fajar, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum-Normatif dan Empiris
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015). h.156
11

laporan hasil peneliti terdahulu dan dokumen-dokumen lain terkait


penentuan awal bulan kamariah. Sedangkan Studi Lapangan berupa
observasi dan wawancara terhadap penggunaan perhitungan menurut data
Ulugh Beyk.
a. Observasi
Observasi adalah Teknik pengumpulan data di mana penyelidik
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala - gejala
obyek yang diselidiki.24 Artinya observasi merupakan salah satu
metode pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian langsung
ke wilayah yang dijadikan obyek penelitian. Dalam hal ini, penulis
melakukan penelitian langsung ke pondok pesantren Al-
Baqiyatussholihat.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu Teknik yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa wawancara interview adalah suatu kejadian
atau suatu proses interaksi antara wawancara (interviewer) dan sumber
informasi atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui
komunikasi langsung.25
Wawancara yang penulis lakukan yaitu dengan cara tanya
jawab langsung dengan pihak yang berkaitan dengan pembahasan
penulis seperti para pengurus Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat
yaitu Syarif Hidayatullah dan KH. Encep Syahroni yang bertanggung
jawab dalam penentuan kalender Kamariah setempat dengan
melakukan wawancara tiga kali pertemuan. Pada wawancara pertama
yaitu mengenai sejarah, selanjutnya mengenai pondok pesantren, dan
mengenai perhitungan yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat.

24
Yayan Sopyan, Metode Penulisan Untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum
(Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).
25
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penulisan Gabungan
(Jakarta: Prenada Media, 2016). h.372
12

c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang
sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis,
artefacts, gambar, maupun foto.26 Sedangkan dokumentasi merupakan
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dalam
hal ini penulis mengambil dokumen, data, literatur, referensi yang
berkaitan dengan judul penelitian ini.

5. Teknik Pengolahan Data


Tahap-tahap untuk mengolah data yaitu:
a. Editing
Tahap pertama dilakukan yaitu meneliti kembali data-data yang
telah diperoleh dengan tujuan apakah data-data tersebut sudah
mencukupi untuk memecahkan permasalahan yang diteliti untuk
mengurangi kesesalahan dan kekurangan data dalam penelitian serta
untuk meningkatkan kualitas data.27
b. Classifaying
Mereduksi data yang ada dengan cara menyusun dan
mengklasifikasikan data yang diperoleh untuk mempermudah
pembacaan dan pembahasan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
c. Verifying
Verifikasi data adalah pembuktian kebenaran data untuk menjamin
kualitas data yang telah terkumpul. Verifikasi ini dilakukan dengan cara
menemui sumber data (informan) dan memberikan hasil wawancara
dengannya untuk ditanggapi apakah data tersebut sesuai dengan yang di
informasikan oleh nya atau tidak.28
d. Analyzing
Analyzing adalah proses penyederhanaan kata ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan juga mudah untuk diinterpretasikan.

26
A.Muri Yusuf, Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Penulisan Gabungan
(Jakarta: Prenada Media,2016) h.391
27
Moh. Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011), h.346
28
Nana Sudjana, Awal Kusuma, Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi, (Bandung: Sinar
Baru Algnesindo, 2008), h.84
13

Dengan cara memaparkan data yang sudah di klasifikasi kan, kemudian


di interpretasi dengan mengaitkan sumber data yang ada sambil
dianalisis sesuai dengan item-item yang dikaji dalam penelitian ini.
e. Concluding
Concluding adalah pengambilan kesimpulan dari data-data yang
diperoleh setelah dianalisa untuk memperoleh jawaban kepada pembaca
atas kegelisahan dari apa yang dipaparkan pada latar belakang
masalah.29

6. Metode Analisis Data


Setelah mendapatkan seluruh data yang dibutuhkan dalam
penelitian melalui wawancara pihak terkait di Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat, observasi langsung ke pondok pesantren, dan hasil
studi dari dokumen - dokumen yang didapatkan. Data - data tersebut yang
kemudian akan dianalisa dengan analisa kualitatif, yaitu proses mereview
dan memeriksa data, menyintesis dan mengintepretasikan data yang
terkumpul sehingga dapat menggambarkan dan menerangkan fenomena
atau situasi sosial yang diteliti.30

F. Teknik Penulisan
Pedoman penulisan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2017.

G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah dalam memahami penelitian ini, maka
penulis menyusunnya dalam suatu sistematika penulisan yang terdiri dari :

29
Nana Sudjana, Awal Kusuma, Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi, h.16
30
A.Muri Yusuf, Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Penulisan Gabungan
(Jakarta: Prenada Media,2016) h.400
14

Pada bagian pertama pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah,


Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian dan Sistematika Penulisan. Kemudian,
Pada bab kedua kajian teoritis yang berisi tentang pengertian awal bulan,
hisab, rukyat, dasar hukum, metode dalam menentukan awal bulan.
Selanjutnya,
Pada bab tiga penulis membahas mengenai profil dari Pondok Pesantren
Al-Baqiyatussholihat, sejarah menggunakan perhitungan menurut data Ulugh
Beyk Samarqondi dalam menentukan awal bulan. Selanjutnya,
Pada bab empat berisi inti dari temuan yang diperoleh yaitu dengan
membahas metode penetapan awal bulan Hijriah di Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat dengan menggunakan perhitungan Sultan Ulugh Beyk
Samarqondi, alasan Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat menggunakan
perhitungan data Ulugh Beyk dan analisis prediksi hisab awal bulan Kamariah
menurut data Sultan Ulugh Beyk untuk 5 Tahun.
Adapun Pada bab terakhir berisi tentang kesimpulan dan saran serta
penutup.
BAB II
KAJIAN TEORI HISAB RUKYAT

A. Pengertian
1. Pengertian Hisab Awal Bulan
Perspektif dalam ilmu falak bahwa awal bulan yaitu menghitung
terbentuknya ijtimak (konjungsi), saat posisi matahari serta bulan
mempunyai nilai bujur astronomi yang sama, serta menghitung posisi
bulan (hilal) ketika matahari terbenam pada hari terbentuknya ijtimak.31
Permulaan sebuah bulan dapat dilihat dengan munculnya hilal, yaitu
seperti bulan sabit yang pertama kali terlihat (the first visible crescent).
Selanjutnya, bulan sabit membesar menjadi bulan purnama, menipis
kembali, dan akhirnya menghilang dari langit.32

2. Pengertian Hisab
Hisab menurut bahasa berarti hitungan, perhitungan, arithmetic
(ilmu hitung), reckoning (perhitungan), calculus (hitung), computation
(perhitungan), estimation (penilaian, perhitungan), appraisal
(penaksiran).33 Hisab dalam bahasa arab berasal dari kata hasiba-yahsibu-
hisaban-hisabatan.34
Dalam al quran kata hisab muncul 37 kali, kata hisab tersebut di al
quran berarti perhitungan dan tidak ada ambiguitas arti. Namun kata hisab
untuk pengertian umum yaitu merupakan perhitungan untuk menentukan
awal bulan dalam kalender islam.35
Sementara menurut istilah, hisab adalah perhitungan benda- benda
langit untuk mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang diinginkan.
31
Muhyidin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004), h. 3
32
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains dan Teknologi
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.15
33
Maskufa, Ilmu Falaq (Jakarta: Gaung Persada Jakarta, 2009). h. 147
34
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan Fiqih
(Depok: Rajawali Pers, 2018). h. 70
35
Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat (Jakarta: Amythas Publicita, 2007).
h. 120

15
16

Apabila hisab ini dalam penggunaannya dikhususkan pada hisab waktu


atau hisab awal bulan maka yang dimaksudkan adalah menentukan
kedudukan matahari atau bulan sehingga diketahui kedudukan matahari
dan bulan tersebut pada bola langit pada saat-saat tertentu.36
Hisab dalam ilmu falak digunakan untuk memperkirakan posisi
matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi bulan diperkirakan untuk
mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru
dalam kalender hijriyah.37
Hisab memiliki tujuan yaitu untuk memperkirakan awal suatu bulan
Kamariah ataupun Hijriyah, terutama yang berhubungan dengan waktu
ibadah. Hisab dapat dilakukan dengan perhitungan yang bermacam-
macam seperti memperkirakan panjang suatu bulan dalam rangka
menentukan awal bulan baru.38

3. Pengertian Rukyat
Rukyat menurut kamus Bahasa Arab yaitu dari kata : ( – ‫ ﯾﺮى‬- ‫رأى‬
‫ )رؤﯾﺔ‬yang diartikan melihat.39 Kata ‫ رأى‬dapat memiliki tiga makna
pertama yaitu yang memiliki makna ‫ اﺑﺼﺮ‬, yaitu melihat dengan mata
kepala. Yang kedua yaitu bermakna ‫ﻋﻠﻢ \ ادر‬, yaitu melihat dengan akal
pikiran. Ketiga kata ‫ رأى‬memiliki makna ‫ ظﻦ \ ﺣﺴﺐ‬yaitu melihat dengan
hati.40
Rukyat secara harfiyah diartikan melihat yaitu bermakna melihat
dengan mata atupun melihat dengan ilmu.41 Secara umum rukyat diartikan

36
Maskufa, Ilmu Falaq (Jakarta: Gaung Persada Jakarta, 2009). h. 148
37
Rahma Amir, Metodologi Perumusan Awal Bulan Kamariyah di Indonesia, Elfalaky:
Jurnal Ilmu Falak, Vol.1, No. 1, Tahun 2017
38
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains dan Teknologi
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996). h. 29
39
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya,
Pustaka Progresif) h. 460
40
Laily Irfiyani, Studi Analisis Pemikiran ar-Ramli tentang Ketetapan Syahadah dalam
Rukyatul Hilal dalam Kitab Nihayah al Muhtaj Ila Syarah al Minhaj, Skripsi Tahun 2016 di
Universitas Islam Walisongo Semarang
41
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan Fiqih
(Depok: Rajawali Pers, 2018). h.70
17

sebagai pengamatan terhadap hilal.42 Secara istilah, rukyat yaitu melihat


atau mengamati hilal pada saat matahari terbenam menjelang awal bulan
kamariah dengan mata atau teleskop. Dalam astronomi rukyat dikenal
dengan observasi.43
Rukyat menurut istilah adalah melihat hilal pada saat matahari
terbenam tanggal 29 bulan Kamariah. Kalau hilal berhasil dirukyat maka
sejak matahari terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru, kalau tidak
terlihat maka malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan
yang berjalan dengan digenapkan (diistikmalkan) menjadi 30 hari.44
Sejak masa permulaan Islam dan pada masa Nabi Muhammad SAW
rukyat dikenal sebagai sistem penentuan awal bulan kamariah seperti awal
bulan Ramadhan, Syawal, Zulhijjah. Menentukannya yaitu dengan
pengamatan hilal secara langsung tanpa menggunakan alat bantu lainnya.45
Rukyat hilal merupakan usaha untuk menentukan awal bulan
kamariah dengan melihat atau mengamati hilal di tempat terbuka
menggunakan mata ataupun alat bantu, dilakukan pada sesaat matahari
terbenam.46

B. Dasar Hukum Hisab Rukyat


Secara garis besar dalam penentuan awal bulan kamariah terdapat dua
metode yaitu hisab dan rukyat, dalam metode hisab menentukan awal bulan
kamariah bukan hanya berdasarkan pada ilmu pengetahuan namun juga

42
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains dan Teknologi
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996). h.41
43
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak : Pedoman Lengkap Tentang Teori dan
Praktik Hisab, Arah Kiblat, Waktu Shalat, Awal Bulan Qamariah, dan Gerhana (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015). h.193
44
Maskufa, Ilmu Falaq (Jakarta: Gaung Persada Jakarta, 2009). h.149
45
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak : Pedoman Lengkap Tentang Teori dan
Praktik Hisab, Arah Kiblat, Waktu Shalat, Awal Bulan Qamariah, dan Gerhana (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015). h.194
46
Laily Irfiyani, Studi Analisis Pemikiran ar-Ramli tentang Ketetapan Syahadah dalam
Rukyatul Hilal dalam Kitab Nihayah al Muhtaj Ila Syarah al Minhaj, Skripsi Tahun 2016 di
Universitas Islam Walisongo Semarang
18

berdasar pada nash yang terdapat di Al qur’an maupun hadist47, seperti


berikut:
1. (QS. Yunus (10) : 5)

َ ‫ﺿَﯾﺎًء َواْﻟﻘََﻣَر ﻧُوًرا َوﻗَد ﱠَره ُ َﻣَﻧﺎِزَل ِﻟﺗَْﻌﻠَُﻣوا‬


َ‫ﻋدَد‬ ِ ‫س‬ َ ‫ُھَو اﻟﱠِذي َﺟَﻌَل اﻟﺷﱠْﻣ‬
ٰ
ِ ‫ﺻُل اْﻵَﯾﺎ‬
‫ت ِﻟﻘَْوٍم َﯾْﻌﻠَُﻣوَن‬ ِّ ‫ُ ذَِﻟَك إِﱠﻻ ِﺑﺎْﻟَﺣ‬J‫ب ۚ َﻣﺎ َﺧﻠََق اﱠ‬
ّ ِ َ‫ق ۚ ﯾُﻔ‬ َ ‫اﻟ ِﺳِّﻧﯾَن َواْﻟِﺣ‬
َ ‫ﺳﺎ‬
(٥ : ‫)ﯾوﻧس‬
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya (manzilah), agar kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang orang yang mengetahui”.
a. Tafsir (QS. Yunus (10) : 5)
Dalam kitab tafsir al mishbah dijelaskan bahwa ayat tersebut
merupakan bukti keesaan Allah swt, yang menciptakan matahari dan
bulan serta seluruh planet yang terdapat di bumi ini dan menjelaskan
kekuasaan Allah dalam mengatur alam semesta. Selain itu, dijelaskan
juga bahwa Allah menciptakan segala sesuatu terdapat hikmah seperti
diciptakannya matahari, bulan dan terdapat manzilah – manzilah yaitu
agar manusia dapat menentukan bulan – bulan kamariah. Untuk
mengelilingi bumi, bulan menempuhnya selama 29 hari, 12 jam, 44
menit dan 2,8 detik sehingga dari perhitungan tersebut dimungkinkan
dapat menentukan bulan kamariah.48

2. (QS. Al-An’am (6) : 96)

‫س َواْﻟﻘََﻣَر ُﺣْﺳَﺑﺎًﻧﺎ ۚ ٰذَِﻟَك ﺗَْﻘِدﯾُر‬ َ ‫ﺻَﺑﺎحِ َوَﺟَﻌَل اﻟﻠﱠْﯾَل‬


َ ‫ﺳَﻛًﻧﺎ َواﻟﺷﱠْﻣ‬ ْ ‫ﻓَﺎِﻟُق ا ْ ِﻹ‬
( ٩٦ : ‫اْﻟَﻌِزﯾِز اْﻟَﻌِﻠﯾِم ) اﻻﻧﻌﺎم‬
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat,
dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan
Allah yang maha perkasa, maha mengetahui”.

47
Maskufa, Ilmu Falaq (Jakarta: Gaung Persada Jakarta, 2009). h. 150
48
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, cet. II, 2004). h.
19

a. Tafsir QS. Al-An’am ayat 96


Surat Al An’am ayat 96 dalam tafsir Al Mishbah menjelaskan
kekuasaan Allah terhadap benda – benda langit yaitu dengan
menyingsingkan waktu pagi agar manusia dapt beraktivitas dan
menjadikan waktu malam untuk beristirahat, Allah menjadikan
matahari dan bulan beredar berdasarkan perhitungan. Kata ( ‫)ﺣﺴﺒﺎﻧﺎ‬
yang dimbil dari kata ( ‫ )ﺣﺴﺒﺎ‬dengan penambahan alif dan nun
memberikan arti kesempurnaan sehingga ( ‫ )ﺣﺴﺒﺎﻧﺎ‬memiliki arti
perhitungan yang sangat teliti, dalam perhitungan tersebut maka
dapat dijadikan perhitungan waktu bagi manusia. 49
Pendapat salahsatu ulama mengenai Surat Al An’am ayat 96
yaitu Allah menjadikan peredaran matahari dan bulan untuk
perhitungan dalam menentukan waktu dengan perputaran bulan
sehingga dapat menghasilkan perhitungan seperti tahun, bulan, hari,
jam, menit dan detik. 50

3. Hadis

‫ﻋن ﻋﺑدﷲ اﺑن ﻋﻣر رﺿﻲ ﷲ ﻋﻧﮭﻣﺎ ان رﺳول ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ‬


:‫]اﻟﺷﮭر ﺗﺳﻊ و ﻋﺷرون ﻟﯾﻠﺔ[ )وﻓﻲ طرﯾق‬: ‫وﺳﻠم ذﻛر رﻣﺿﺎن ﻓﻘﺎل‬
،‫ اﻟﺷﮭر ھﻛذا‬:‫ وﻓﻲ رواﯾﺔ‬.‫اﻟﺷﮭر ھﻛذا وھﻛذا وﺧﻧس اِﻻﺑﮭﺎم ﻓﻲ اﻟﺛﺎﻟﺛﺔ‬
‫ وھﻛذا ﯾﻌﻧﻲ ﺗﺳﻌﺎ‬،‫ وھﻛذا‬،‫ وھﻛذا‬: ‫ ﺛم ﻗﺎل‬،‫ ﯾﻌﻧﻲ ﺛﻼﺛﯾن‬،‫ وھﻛذا‬،‫وھﻛذا‬
‫( ]ف[ ﻻ‬٧٨\٦ ‫ وﻣّرة ﺗﺳﻌﺎ وﻋﺷرﯾن‬،‫ ﻣّرة ﺛﻼﺛﯾن‬: ‫ ﯾﻘول‬،‫وﻋﺷرﯾن‬
‫ ﻓِﺎن ﻏّم ﻋﻠﯾﻛم‬،‫ وﻻ ﺗﻔطروا ﺣﺗﻰ ﺗروه‬،‫ﺗﺻوﻣوا ﺣﺗﻰ ﺗروا اﻟﮭﻼل‬
(‫ ﻓﺎﻛﻣﻠوا اﻟﻌدة اﻟﺛﻼﺛﯾن‬:‫ﻓﺎﻗدروا ﻟﮫ )وﻓﻲ رواﯾﺔ‬
“dari Abdullah bin Umar RA, bahwa Rasulullah SAW menyebutkan
Ramadhan, Nabi bersabda [“satu bulan itu adalah 29 malam.]” (di dalam
riwayat lain, satu bulan itu begini, begini lalu beliau mengepalkan ibu
jari tangannya pada saat menyebutkan hitungan yang ketiga). Dalam
riwayat lain, “satu bulan itu begini, begini dan begini, yakni 30 hari.”
Kemudian beliau bersabda,” (satu bulan itu) juga begini, begini dan
begini, yakni 29 hari.” Beliau bersabda, “Hitungan satu bulan itu

49
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, cet. II, 2004). h.204-205
50
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, cet. II, 2004). h. 204
20

terkadang 30 hari, dan terkadang 29 hari 6/78), [maka] janganlah kamu


berpuasa hingga melihat hilal (bulan sabit) dan janganlah kamu berbuka
hingga melihat hilal (bulan Sabit). Jika kamu tidak dapat melihatnya
karena mendung, hendaknya kamu memperkirakan hitungannya. (Di
dalam riwayat lain: maka sempurnakanlah (genapkanlah) hitungannya
menjadi 30 hari).”51

Hadis diatas dapat dipahami bahwa jumlah hari dalam bulan


kamariah yaitu antara 29 hari dan 30 hari, seperti sabda Nabi SAW “
Hitungan satu bulan itu terkadang 30 hari, dan terkadang 29 hari”52.
Kalimat ‫ ﻓﺎﻗﺪروا ﻟﮫ‬dapat bermakna kadarkanlah dengan menghitung
manzilah, pendapat tersebut menurut Abu Abas bin Suraij yang
merupakan kalangan mazhab Syafi’iyah, beliau dikenal dengan nama Ibnu
Suraib dan Mutarrif bin Abdullah, dalam sejarah al-Mutarrif merupakan
orang pertama yang membolehkan metode hisab dalam penetapan awal
Ramadhan. 53

Dalam Al Qur’an kata hisab memiliki beberapa makna yang antara


lain :
1. Hisab memiliki arti perhitungan (QS. An – Nisa (4): 86 )

‫ﺳَن ِﻣْﻧﮭﺎ ا َْو ُرد ﱡوھﺎ اِﱠن ﷲ ﻛﺎن ﻋﻠﻰ ﻛِّل‬


َ ‫َواِذا ُﺣِﯾّﯾﺗ ُْم ِﺑﺗَِﺣﯾﱠٍﺔ ﻓََﺣﯾﱡوا ِﺑﺎ َﺣ‬
(٨٦ : ‫ﺷﻲٍء َﺣﺳﯾﺑﺎ ً )اﻟﻧﺳﺎء‬ َ
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah
(penghormatan itu, yang sepadan). Sesungguhnya Allah
memperhitungkan segala sesuatu”.

(QS. Al Baqarah (2): 202 )


ْ َ‫ﺳِﺮْﯾُﻊ اﻟِﺤﺴﺎ‬
( ٢٠٢ : ‫ب ) اﻟﺒﻘﺮة‬ َ ‫ﺐ ﱢﻣﱠﻤﺎ َﻛ‬
َ ُ‫ﺴﺒُﻮا وﷲ‬ ُ ‫ﺼﯿ‬ َ ‫اُوَﻟِﺌ‬
ِ ‫ﻚ َﻟﮭُْﻢ َﻧ‬
“Mereka itulah orang-orang yang memperoleh bagian, dari apa yang
mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungannya”

51
Muhammad Nashiruddin Al Albani, Mukhtasar Shahih Al Imam Al Bukhori, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2007). h.459
52
Farida Arianti, Penetapan Awal Bulan Qamariah menurut Perspektif Al-Qur’an dan
Hadits, (Jurnal: JURIS, Vol. 13, No. 1, Juni 2014). h.69
53
Hajar, Analisa Hadis Penetapan Awal Bulan Ramadhan dan Shawal, (Ijtihad: Jurnal
Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol.15, No.2, Desember 2015). h. 286
21

2. Hisab memiliki arti memeriksa (QS. Al Insyiqaq (84): 8)


(٨ : ‫ﺐ ِﺣﺴﺎﺑﺎًَﯾِﺴﯿَﺮا )اﻻﻧﺸﻘﺎق‬
ُ ‫ف ﯾُﺤﺎَﺳ‬ َ َ‫ﻓ‬
َ ‫ﺴﻮ‬
“ Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”

Selain itu, dalam metode rukyat untuk menentukan waktu awal


bulan kamariah juga memiliki dasar hukum yang berdasarkan pada Al-
Qur’an maupun Hadis, seperti :

1. (QS. Al Baqarah (2): 185 )


ۚ ‫ت ِﻣَﻦ اﻟْﮭَُﺪٰى َواﻟْﻔُْﺮﻗَﺎِن‬
ٍ ‫س َوَﺑﱢﯿَﻨﺎ‬ِ ‫ﻀﺎَن اﻟﱠِﺬي أُْﻧِﺰَل ﻓِﯿِﮫ اﻟْﻘُْﺮآُن ھًُﺪى ِﻟﻠﻨﱠﺎ‬ َ
َ ‫ﺷﮭُْﺮ َرَﻣ‬
‫ﺳَﻔٍﺮ ﻓَِﻌﱠﺪةٌ ِﻣْﻦ أَﯾﱠﺎٍم‬
َ ‫ﻀﺎ أَْو َﻋَﻠٰﻰ‬ ً ‫ﺼْﻤﮫُ ۖ َوَﻣْﻦ َﻛﺎَن َﻣِﺮﯾ‬ ُ ‫ﻓََﻤْﻦ َﺷِﮭَﺪ ِﻣْﻨُﻜُﻢ اﻟﱠﺸﮭَْﺮ ﻓَﻠَْﯿ‬
‫أَُﺧَﺮ ۗ ﯾُِﺮﯾُﺪ ﱠ‬
َ ‫ﷲُ ِﺑُﻜُﻢ اﻟْﯿُْﺴَﺮ َوَﻻ ﯾُِﺮﯾُﺪ ِﺑُﻜُﻢ اﻟُْﻌْﺴَﺮ َوِﻟﺘُْﻜِﻤﻠُﻮا اﻟِْﻌﱠﺪَة َوِﻟﺘَُﻜﱢﺒُﺮوا ﱠ‬
‫ﷲ َﻋَﻠٰﻰ َﻣﺎ‬
(١٨٥ : ‫َھَﺪاُﻛْﻢ َوَﻟَﻌﻠﱠُﻜْﻢ َﺗْﺸُﻜُﺮوَن )اﻟﺒﻘﻐﺮة‬
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqur’an sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan batil). Karena itu, barangsiapa diantara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah
ia berpuasa pada bulan itu”.

a. Tafsir QS. Al Baqarah (2): 185 :


Dalam melaksanakan puasa seseorang perlu mengetahui
waktu awal puasa yaitu dengan melihat hilal atau rukyatul hilal
ataupun mendaptkan informasi dari oranglain yang dapat
dipercaya.54
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa cara melaksanakan
puasa yaitu dengan mengetahui dirinya menyaksikan hilal atau
rukyatul hilal karena Syahida dalam ayat tersebut memiliki makna
melihat atau menyaksikan. Menurut Muhammad Ali As-Syais,
syahida memiliki dua makna yaitu hadir di bulan Ramadhan dan
menyaksikan bulan dengan akalnya serta pengetahuannya. Hadir

54
Farida Arianti, Penetapan Awal Bulan Qamariah menurut Perspektif Al-Qur’an dan
Hadits, (Jurnal: JURIS, Vol. 13, No. 1, Juni 2014). h. 64
22

dimaknai dengan mengetahui hadirnya bulan Ramadhan dengan


cara rukyat.55
2. (Q.S Al Baqarah (2): 189) :
‫ت‬َ ‫ﺲ اﻟِْﺒﱡﺮ ِﺑﺄَْن َﺗْﺄﺗُﻮا اﻟْﺒُﯿُﻮ‬
َ ‫س َواﻟَْﺤﱢﺞ ۗ َوﻟَْﯿ‬ ِ ‫ﺖ ِﻟﻠﻨﱠﺎ‬ُ ‫ﻚ َﻋِﻦ اْﻷَِھﻠﱠِﺔ ۖ ﻗُْﻞ ِھَﻲ َﻣَﻮاﻗِﯿ‬َ ‫َﯾْﺴﺄَﻟُﻮَﻧ‬
‫ت ِﻣْﻦ أَْﺑَﻮاِﺑﮭَﺎ ۚ َواﺗﱠﻘُﻮا ﱠ‬
‫ﷲَ ﻟََﻌﻠﱠُﻜْﻢ‬ َ ‫ِﻣْﻦ ظُﮭُﻮِرَھﺎ َو ٰﻟَِﻜﱠﻦ اﻟِْﺒﱠﺮ َﻣِﻦ اﺗﱠَﻘٰﻰ ۗ َوأْﺗُﻮا اﻟْﺒُﯿُﻮ‬
(١٨٩ : ‫ﺗُْﻔﻠُِﺤﻮَن )اﻟﺒﻘﺮة‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan
sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji;
Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya,
akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan
masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu beruntung."

a. Tafsir Al Baqarah ayat 189


Dapat diketahui bahwa dari ayat tersebut bulan Sabit (hilal)
merupakan tanda waktu bagi manusia dalam menjalankan ibadah,
karena apabila bulan sabit tampak seperti garis tipis di ufuk barat,
kemudian tenggelam beberapa detik setelah tenggelamnya
matahari, maka waktu tersebut terjadinya rukyat pada bulan.
Sehingga terjadi penentuan waktu yang dilakukan dari rukyat, dan
dapat diketahui permulaan maupun akhir masa pelaksanaan ibadah
haji. 56
3. Hadis Abdullah bin Umar
‫ﻋﻦ ﻋﺒﺪﷲ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮭﻤﺎ ان رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ذﻛﺮ‬
‫رﻣﻀﺎن ﻓﻘﺎل ﻻ ﺗﺼﻮﻣﻮا ﺣﺘﻰ ﺗﺮوا اﻟﮭﻼل وﻻ ﺗﻔﻄﺮوا ﺣﺘﻰ ﺗﺮوه ﻓﺎن ﻏﻢ‬
(‫ﻋﻠﯿﻜﻢ ﻓﺎﻗﺪرواﻟﮫ )رواه اﻟﺒﺨﺎرى‬
“dari Abdullah bin Umar ra. Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw;
menyambut bulan Ramadhan, Ia bersabda: janganlah kamu berpuasa
sehingga kamu melihat hilal dan janganlah kamu berbuka sehingga
kamu melihat melihatnya, jika awan menghalangi penglihatanmu,
maka perkirakanlah”. (HR.Bukhari)

55
Maskufa, Ilmu Falaq (Jakarta: Gaung Persada Jakarta, 2009). h.151
56
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, cet. II, 2004). h. 389-392
23

Pada hadis diatas dalam kalimat ‫ﻻ ﺗﺼﻮﻣﻮا ﺣﺘﻰ ﺗﺮوا اﻟﮭﻼل وﻻ‬

‫ ﺗﻔﻄﺮوا ﺣﺘﻰ ﺗﺮوه‬secara teks hadis tersebut memiliki makna tidak dapat
atau laragan berpuasa dan berbuka apabila belum melihat hilal,
larangan tersebut mengacu pada huruf ‫ ﻻ‬yaitu huruf lam nahi yang
menunjukan tidak boleh, seperti pada kaidah ushul ( ‫اﻻﺻﻞ ﻓﻲ اﻻﻧﮭﻲ‬
‫ )ﻟﺘﮭﺮم‬asal pada larangan itu haram. Maka, diwajibkan puasa
Ramadhan apabila sudah melihat hilal dan tidak dapat berpuasa
Ramadhan apabila hilal tidak dapat dilihat.57 Sedangkan pada kalimat
‫ ﻓﺎﻗﺪرواﻟﮫ‬menurut penganut rukyat kalimat tersebut dimaknai dengan
genapkanlah bulan Sya’ban apabila rukyat tidak dapat dilakukan
karena tertutup awan.58
Dalil mengenai hisab dan rukyat secara umum sama, yang
membedakan yaitu pemahaman dan penafsiran terhadap sumber
ataupun dalil hukum seperti Al Qur’an dan Hadis, namun terdapat
sedikit perbedaan yang cukup membuat menarik yaitu pada sumber
metode rukyat secara makna atau isi banyak dijelaskan dalam hadis
sedangkan pada sumber metode hisab secara makna atau isi banyak
dijelaskan dalam Al-Qur’an.59

C. Sejarah Hisab dan Rukyat


Dalam sejarah, munculnya ilmu falak yaitu sebelum adanya temuan
mengenai fiqh hisab rukyat. Penemu pertama ilmu hisab atau ilmu astronomi
adalah Nabi Idris 60. Ilmu falak sebelum Islam baru mulai nampak sekitar abad
ke-28, pengetahuan mengenai nama – nama hari dalam satu minggu terjadi
pada 5000 tahun sebelum masehi.61

57
Hajar, Analisa Hadis Penetapan Awal Bulan Ramadhan dan Shawal, (Ijtihad: Jurnal
Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol.15, No.2, Desember 2015). h.284
58
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 155
59
Fauzan, Penetapan Awal Bulan Qamariyah (antara Ta’abudi dan Ta’aquli), (Jurnal: Al-
Hurriyah, Vol.12, No.2, Juli-Desember 2011). h. 76
60
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2017, cet III). h.6
61
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah (Jakarta: Erlangga, 2007). h. 48
24

Ilmu falak terus berkembang, pada masa sebelum masehi dikembangkan


dengan asumsi Pytagoras (580-500 SM) lalu dilanjutkan Aristoteles (384-322
SM) lalu Heraliktus dari Pontus (388-315 SM) dan dipertajam Aristarchus
dari Samos (310-230 SM) dengan hasil pengukuran jarak antara bumi dan
matahari, dan Eratosthenes dari Mesir (276-196 SM).62
Ilmu falak terus berkembang setelah masehi yaitu adanya temuan
Claudius Ptolomeus (140 M) berupa catatan tentang bintang – bintang yang
diberi nama Tibril Magesthi dan berasumsi bahwa bentuk semesta alam adalah
Geosentris.
Sebelum nabi muhamad SAW datang ke Madinah, penduduk Madinah
sudah mengenal penanggalan. Pada saat itu terdapat dua sistem penanggalan
yaitu penanggalan yahudi, yang menggunakan sistem penanggalan Syamsiyah
dan yang kedua merupakan penanggalan warisan nenek moyang yaitu dengan
sistem penanggalan Kamariah yang menentukan awal bulan dengan melihat
fase-fase perubahan bulan pada setiap bulannya.63 Pada masa Nabi SAW
datang ke Madinah dan turun (QS. At-Taubah (9): 36)

‫ َﯾْوَم َﺧﻠََق‬J ِ‫ب ا ﱠ‬ِ ‫ﺷْﮭًرا ﻓِﻲ ِﻛﺗَﺎ‬ َ ‫ﺷَر‬ َ ‫ﻋ‬َ ‫ اْﺛَﻧﺎ‬J ِ ‫إِﱠن ِﻋد ﱠة َ اﻟﺷﱡُﮭوِر ِﻋْﻧدَ ا ﱠ‬
‫ظِﻠُﻣوا ﻓِﯾِﮭﱠن‬ ْ َ‫ض ِﻣْﻧَﮭﺎ أ َْرَﺑَﻌﺔٌ ُﺣُرمٌ ۚ ٰذَِﻟَك اﻟ ِد ّﯾُن اْﻟﻘَ ِﯾّمُ ۚ ﻓََﻼ ﺗ‬
َ ‫ت َواْﻷَْر‬
ِ ‫اﻟﺳﱠَﻣﺎَوا‬
‫ َﻣَﻊ‬Jَ ‫ﺳُﻛْم ۚ َوﻗَﺎِﺗﻠ ُوا اْﻟُﻣْﺷِرِﻛﯾَن َﻛﺎﻓﱠًﺔ َﻛَﻣﺎ ﯾُﻘَﺎِﺗﻠ ُوَﻧُﻛْم َﻛﺎﻓﱠًﺔ ۚ َواْﻋﻠَُﻣوا أ َﱠن ا ﱠ‬ َ ُ ‫أ َْﻧﻔ‬
(٣٦ : ‫اْﻟُﻣﺗ ﱠِﻘﯾَن )اﻟﺗوﺑﺔ‬
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah 12 bulan,
(sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan
langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi dirimu (dalam
bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya
sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah
bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa”.

Nabi SAW datang ke Madinah dengan membawa ajaran, dihapusnya


bulan ke 13 oleh Nabi Muhammad SAW yaitu dengan turunnya Surat At-
Taubah ayat 36 untuk meluruskan tradisi yang sebelumnya pada bulan ke 13

62
Alimuddin, Hisab Rukyat Waktu SHalat dalam Hukum Islam (Perhitungan secara
Astronomi Awal dan Akhir Waktu Shalat), Jurnal Al-Daulah, Vol.8, No.1, Juni 2019
63
Maskufa, Ilmu Falaq (Jakarta: Gaung Persada Jakarta, 2009). h. 156
25

digunakan untuk melakukan upacara ritual dan pesta pora yang menyesatkan.
Bulan 13 tersebut terjadi karena penggabungan penanggalan kamariah dan
penanggalan Syamsiyah.64
Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab ra,
mulai tampak hisab rukyat yaitu dengan menetapkan hijrah Nabi SAW dari
Mekkah ke Madinah sebagai pondasi dasar kalender Hijriah.65 Ilmu falak
mencapai titik keemasan pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, yaitu
dengan diterjemahkan berbagai buku tentang ilmu falak66, pada masa al
Makmun di Baghdad didirikan observatorium pertama yaitu Syammasiyah
213 H/ 828 M yang dipimpin oleh dua ahli astronomi termashur Fadhl ibn al-
Naubakht dan Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi yang kemudian diikuti
dengan serangkaian observatorium al-Battani di Raqqa dan Abdurrahman al-
Shufi di Syiraz.67
Puncak aktivitas astronomi Islam terjadi pada abad ke 11, yaitu terdapat
ilmuan yang cukup menonjol seperti Al-Biruni, Ibn Yunus, dan Al-Zarqafi.68
Selain itu, zaman keemasan astronomi dicapai pada 9 H/15 M ketika Ulugh
Beyk cucu Timur Lenk mendirikan observatoriumnya di Samarkand
bersamaan dengan observatorium Istanbul, keduanya dianggap sebagai
penghubung Lembaga ini ke dunia barat.69
Tokoh- tokoh astronomi yang hidup pada masa keemasan antara lain
adalah al-Farghani, Maslamah ibn al-Marjit di Andalusia yang telah
mengubah tahun masehi menjadi tahun hijriyah, Mirza Ulugh bin Timur Lenk

64
Maskufa, Ilmu Falaq (Jakarta: Gaung Persada Jakarta, 2009). h. 156
65
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah (Jakarta: Erlangga, 2007). h. 50
66
Rahma Amir, Metodologi Perumusan Awal Bulan Kamariyah di Indonesia, Elfalaky:
Jurnal Ilmu Falak, Vol.1, No. 1, Tahun 2017
67
Munjahid, Kebijakan Khalifah Al-Ma’mun dan Implikasinya Terhadap Kemajuan Ilmu
Pengetahuan, Risalah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, Vol.6, No.2, September 2020. h.282
68
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi (Depok:
RajaGrafindo Persada, 2017). h. 11-12
69
Muhammad Abrar, Studi Pemahaman terhadap Hadis-Hadis tentang Penetapan Awal
Bulan Qamariah (Ramadhan, Syawal, Zulhijjah), Tesis S-2 Program Pascasarjana Tahun 2019 di
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. h. 58
26

yang terkenal dengan Ephemerisnya, Ibn Yunus, Nasirudin, Ulugh Beyk yang
terkenal dengan landasan ijtima‟ dalam penentuan awal bulan kamariah.70
Ilmu falak meluas hingga ke Eropa yaitu dengan diterjemahkan nya
buku – buku para ilmuan sebelumnya ke dalam Bahasa Eropa seperti, “al-
Mukhtashar fi hisabil jabr wal Muqabalah” karya al-khawarizmi
diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Gerard dari Gremona. Buku hasil
terjemahan ini dengan judul barunya “The Mathematies of Integration and
Eguations”.71
Bangsa Eropa terdapat beberapa ilmuan dalam bidang astronomi
seperti:
1. Nicolas Copernicus (1473-1543), yang mengembangkan teori
heliosentris.72
2. Galilleo Galilie (1564-1642), yang memberikan kesimpulan bahwa bumi
bukan pusat gerak serta mengeluarkan tiga hukum gerak orbit dan
memperkuat konsep heliosentris Copernicus.73
3. Johanes Keppler (1571-1630), yang memberikan teori bahwa matahari
merupakan pusat tata surya dan benda langit berbentuk ellips. Selain itu,
Keppler menyatakan pembenaran terhadap teori heliosentris.74
4. Tycho Brahe (1546-1601), yang menolak teori heliosentris dan
mendukung teori matahari dan bulan mengelilingi bumi sedangkan planet
lain mengelilingi matahari. Selain itu, Brahe pendiri observatorium.75
5. Giordano Bruno (1548-1600), yang mendukung teori heliosentris, seorang
ahli astronomi kelahiran Italia.76

70
Kitri Sulastri, Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Irsyad al-Murid, Skripsi
Tahun 2010 di IAIN Walisongo Semarang
71
Alimuddin, Sejarah Perkembangan Ilmu Falak, Jurnal Al-Daulah, Vol.2, No.2, Desember
2013
72
Kitri Sulastri, Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Irsyad al-Murid, Skripsi
Tahun 2010 di IAIN Walisongo Semarang
73
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan Fiqih
(Depok: Rajawali Pers, 2018). h.12
74
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah (Jakarta: Erlangga, 2007). h. 52-53
75
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak : Pedoman Lengkap Tentang Teori dan
Praktik Hisab, Arah Kiblat, Waktu Shalat, Awal Bulan Qamariah, dan Gerhana (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015). h.35
27

Ilmu falak juga meluas ke Indonesia yaitu terdapat ilmuan – ilmuan asal
Indonesia. Sejak zaman kerajaan-kerajaan Islam, umat Islam sudah terlibat
dalam pemikiran hisab rukyat yaitu dengan penggunaan kalender hijriyah
sebagai kalender resmi. Meskipun setelah adanya penjajahan Belanda, adanya
pergeseran penggunaan kalender resmi pemerintah yaitu kalender masehi
dengan yang sebelumnya yaitu kalender hijriyah. Meski demikian umat Islam
terutama pada daerah - daerah tetap menggunakan kalender hijriyah. 77
Penggunaan kalender yang berbeda tidak dilarang oleh pemerintah
kolonial bahkan penerapannya diserahkan kepada penguasa kerajaan Islam
masing-masing terutama yang menyangkut masalah ibadah seperti tanggal 1
Ramadan, 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah.
Para ahli astronomi yang ada di Indonesia diantaranya yaitu, Syekh
Tahir Jalaluddin al-Azhari (1286-1377 H/1869-1957 M) dengan karya Pati
Kiraan pada Menentukan Waktu yang Lima.78 Selain itu, Syekh
Abdurrahman bin Ahmad al-Misri (1314 H/1869) yang datang ke Jakarta
dengan membawa Zaj (Tabel Astronomis) Ulugh Beyk dan mengajarkan
ilmunya kepada para ulama muda di Indonesia.79
Perkembangan astronomi dan ilmu falak terus berlanjut dengan
dibukukannya ilmu falak oleh Muhammad Mansur bin Abdul Hamid Dumairi
al-Batawi dalam kitab “Sullamun Nayyirain fi Ma’rifati Ijtima’i wal
kusufain”, selanjutnya buku – buku astronomi dan ilmu falak mulai
bermunculan. Ilmu falak juga diajarkan di lembaga – lembaga baik non-
formal seperti pondok pesantren dan madrasah maupun lembaga formal
seperti Perguruan Tinggi Islam.80

76
Alimuddin, Sejarah Perkembangan Ilmu Falak, Jurnal Al-Daulah, Vol.2, No.2, Desember
2013
77
Kitri Sulastri, Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Irsyad al-Murid, Skripsi
Tahun 2010 di IAIN Walisongo Semarang
78
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi (Depok:
RajaGrafindo Persada, 2017). h.15
79
Alimuddin, Sejarah Perkembangan Ilmu Falak, Jurnal Al-Daulah, Vol.2, No.2, Desember
2013
80
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi (Depok:
RajaGrafindo Persada, 2017). h.16
28

Ilmu falak semakin berkembang yaitu dengan adanya teknologi dan


ilmu pengetahuan maka wacana hisab rukyat pun mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Data Bulan dan Matahari menjadi semakin akurat dengan
adanya sistem Ephemeris, Almanak Nautika dan sebagainya yang menyajikan
data per-jam. Sehingga akurasi perhitungan bisa semakin tepat. 81
Pemerintah juga mengembangkan ilmu falak seperti didirikan Badan
Hisab Rukyat yang berada di bawah naungan Kementrian Agama, kehadiran
Badan Hisab Rukyat ini untuk menjaga persatuan dan Ukhuwah Islamiyyah
82
khususnya dalam beribadah. dengan itu, ilmu falak/astronomi terus
berkembang,semakin meluas dan maju.

D. Metode Penetapan Awal Bulan


1. Metode Hisab
Metode hisab terdapat beberapa macam sistem seperti :
a. Hisab ‘urf
Hisab urf digunakan sejak zaman Khalifah Umar bin Khattab
yaitu dengan menyusun kalender Islam untuk jangka waktu panjang.83
Teknik hisab ‘urf dilakukan dengan cara perhitungan rata-rata waktu
yang diperlukan oleh bulan untuk mengorbit bumi.84 Dalam hisab ‘urf
berdasarkan pada kebiasaan atau pada peredaran rata-rata bulan
mengelilingi bumi dan ditetapkan secara konvensional.85
b. Hisab Haqiqi
Hisab haqiqi merupakan perhitungan hisab yang berdasarkan
perhitungan matematik dan astronomis dengan tingkat perhitungan

81
Kitri Sulastri, Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Irsyad al-Murid, Skripsi
Tahun 2010 di IAIN Walisongo Semarang
82
Kitri Sulastri, Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Irsyad al-Murid, Skripsi
Tahun 2010 di IAIN Walisongo Semarang
83
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains dan Teknologi
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996). h.30
84
Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat (Jakarta: Amythas Publicita, 2007).
h. 143
85
Jaenal Arifin, Fiqih Hisab Ruqyah di Indonesia (Telaah Sistem Penetapan Awal Bulan
Qamariyyah), Jurnal Yudisia, Vol.5, No.2, Desember 2014
29

yang bermacam-macam seperti pendekatan kasar ataupun yang sangat


teliti dengan menggunakan perhitungan yang komplek dengan
menggunakan bantuan komputer atau dengan perhitungan interpolasi
dan ektarpolasi sederhana.86
Praktisnya pada hisab haqiqi yaitu penentuan awal bulan
kamariah dengan perhitungan yang berdasarkan kepada peredaran
Bulan dan Bumi yang sebenarnya.87 Hisab haqiqi digunakan dalam
menentukan awal bulan kamariah seperti awal bulan yang
berhubungan dengan ibadah dan hari – hari besar.88
Hisab haqiqi dalam perkembangannya terdapat beberapa sistem
yang dikemlompokan menjadi tiga kelompok89, diantaranya :
1) Hisab Haqiqi Taqribi
Pada hisab haqiqi taqribi menggunakan data bulan dan matahari
yang berdasarkan pada data dan tabel Ulugh Beyk yang
menggunakan perhitungan sederhana, seperti perhitungan dengan
cara penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.90
2) Hisab Haqiqi Tahqiqi
Pada hisab haqiqi tahqiqi menggunakan perhitungan dengan
berdasarkan data astronomis dari spherical trigonometri (ilmu ukur
segitiga bola) dengan koreksi gerak bulan dan matahari, dengan

86
Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat (Jakarta: Amythas Publicita, 2007)
h.144
87
Mundalifah, Penentuan Awal Bulan Kamariah dalam Perspektif Aboge (Studi Terhadap
Pedoman Kegiatan dan Rutinitas Sehari-hari bagi Komunitas Aboge di Wilayah Kabupaten Pati
Jawa Tengah), Skripsi Tahun 2015 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
88
November, Petapan awal Ramadhan oleh penganut tarekat Naksabandi ditinjau menurut
ilmu Falak “Studi Kasus Di Jorong Lareh nan Panjang Kenagarian Atar Kecamatan Padang
Ganting Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat”, Skripsi Tahun 2011 di Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
89
Direktorat Departemen Agama, Selayang Pandang Hisab Rukyat (Jakarta: DIK Ditjen
Bimas Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2004). h.123
90
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak : Pedoman Lengkap Tentang Teori dan
Praktik Hisab, Arah Kiblat, Waktu Shalat, Awal Bulan Qamariah, dan Gerhana (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015)
30

proses penyelesain yang menggunakan alat elektronik seperti


kalkulator ataupun komputer.91
c. Hisab Haqiqi Tadqiqi
Pada hisab haqiqi tadqiqi menggunakan perhitungan dengan
berdasarkan pada data astronomis modern, untuk metode sama dengan
metode hisab haqiqi tahqiqi namun sistem koreksinya lebih teliti dan
akurat dalam menyelesaikan perhitungan dapat menggunakan alat
elektronik seperti kalkulator, komputer dll.92

2. Metode Rukyat
a. Rukyatul hilal bil fi’li

Rukyatul hilal bil fi’li merupakan usaha melihat hilal dengan


menggunakan mata kepala yang dilakukan pada saat matahari
terbenam pada tanggal 29 bulan kamariah.93 Apabila hilal sudah dapat
dilihat maka dapat ditetapkan bahwa malam itu merupakan awal bulan
baru, namun apabila hilal tidak terlihat maka hari berikutnya dapat
ditetapkan sebagai awal bulan baru.94
Rukyatul hilal bil fi’li merupakan sistem penentuan awal bulan
kamariah yang sudah dilakukan sejak masa Nabi dan sahabat bahkan
hingga saat ini masih digunakan dalam menentukan awal bulan
terutama pada awal bulan Ramadhan dan Syawal. Pada saat ini

91
Rahma Amir, Metodologi Perumusan Awal Bulan Kamariyah di Indonesia, Elfalaky:
Jurnal Ilmu Falak, Vol.1, No. 1, Tahun 2017
92
Nanang Syaggap Armanda, Penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan perspektif
ephemeris dan Tuan Guru Haji Bayanul Arifin Akbar pengasuh Pondok Pesantren Baiturridwan
Kelurahan Pagutan Kecamatan Mataram Kota Mataram, Skripsi Tahun 2017 di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
93
Sudarmono, Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan, Qomariah Menurut Persatuan
Islam, Skripsi Tahun 2008 Di Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
94
Nanang Syaggap Armanda, Penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan perspektif
ephemeris dan Tuan Guru Haji Bayanul Arifin Akbar pengasuh Pondok Pesantren Baiturridwan
Kelurahan Pagutan Kecamatan Mataram Kota Mataram, Skripsi Tahun 2017 di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
31

pelaksanaan rukyat sudah lebih berkembang dengan kemajuan


teknologi.95
Dalam praktek rukyatul hilal keberhasilan dapat dilihat atau
tidaknya hilal terdapat beberapa faktor yang diantaranya96:
1) Faktor Alam
Faktor alam merupakan faktor yang paling mempengaruhi
keberhasilan rukyat, karena manusia tidak dapat mengubah
ataupun menentukan keadaan alam.97
Beberapa faktor alam yang dapat mempengaruhi
keberhasilan rukyat98 :
a) Kondisi cuaca
b) Kondisi geografis
c) Kondisi atmosfir Bumi
d) Ketinggian hilal dan Matahari
e) Jarak antara Bulan dan Matahari
2) Faktor Non Alam
Faktor non alam juga dapat mempengaruhi keberhasilan rukyat
diantaranya yaitu :
a) Alat rukyat ( kualitas untuk pengamatan )99
b) Perukyat (penglihatan, kondisi psikologis, pengalaman,
keilmuan)100

95
Sudarmono, Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan, Qomariah Menurut Persatuan
Islam, Skripsi Tahun 2008 Di Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
96
November, Petapan awal Ramadhan oleh penganut tarekat Naksabandi ditinjau menurut
ilmu Falak “Studi Kasus Di Jorong Lareh nan Panjang Kenagarian Atar Kecamatan Padang
Ganting Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat”, Skripsi Tahun 2011 di Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
97
Khoirotun Ni’mah, Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung Kodok
Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011, Skripsi Tahun 2012 Di Institute
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
98
Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat (Jakarta: Amythas Publicita, 2007)
h.47
99
Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat (Jakarta: Amythas Publicita, 2007)
h.88
32

c) Waktu dan biaya101

Kesaksian melihat hilal menurut para ahli fiqh terdapat


batasan102, seperti :
1. Hilal bulan Ramadhan

Menurut Imam Syafii, Imam Ahmad dan Ibnul Mubarak


a) Kesaksian satu orang laki-laki (muslim dan adil) yang telah
melihat hilal dapat diterima.
2. Hilal bulan Syawal

a) minimal kesaksian dua orang laki-laki (muslim dan adil) yang


telah melihat hilal dapat diterima. (menurut fuqaha)
b) Kesaksian satu orang laki-laki (muslim dan adil) yang telah
melihat hilal dapat diterima (menurut pendapat madzhab
Zhahiri, Abu Tsaur).

b. Rukyatul bil ilmi


Rukyatul bil ilmi yaitu melihat hilal dengan menggunakan ilmu
pengetahuan.103 Sehingga rukyatul hilal bil ilmi tidak hanya
menggunakan mata kepala namun juga melihat hilal dengan melalui
ilmu hisab, agar dapat di pertanggung jawabkan.104

c. Rukyat Global
Rukyat global merupakan metode menentukan awal bulan
kamariah dengan cara yang apabila terdapat satu penduduk suatu negeri

100
Khoirotun Ni’mah, Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung Kodok
Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011, Skripsi Tahun 2012 Di Institute
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
101
Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat (Jakarta: Amythas Publicita, 2007)
h.88
102
November, Petapan awal Ramadhan oleh penganut tarekat Naksabandi ditinjau menurut
ilmu Falak “Studi Kasus Di Jorong Lareh nan Panjang Kenagarian Atar Kecamatan Padang
Ganting Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat”, Skripsi Tahun 2011 di Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
103
Shofwatul Aini, Disparitas antara Hisab dan Rukyat: Akar Perbedaan dan Kompleksitas
Percabangannya, Jurnal Muslim Heritage, Vol.2, No.1, Mei-Oktober 2017
104
Jaenal Arifin, Fiqih Hisab Ruqyah di Indonesia (Telaah Sistem Penetapan Awal Bulan
Qamariyyah), Jurnal Yudisia, Vol.5, No.2, Desember 2014
33

telah melihat hilal, maka perbedaan tempat dalam melihat hilal tidak
mempengaruhi perbedaan permulaan bulan atau akhir bulan karena
berpedoman kepada hasil rukyat pada tempat tersebut.105
Metode rukyat terdapat perbedaan – perbedaan yang
mendasar106, diantaranya yaitu :
1. Dasar Pemahaman Mathla’

Kata mathla’ berasal dari lafadz (‫ )ﻣﻄﻠﻊ‬yang memiliki arti


tempat terbit.107 Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia
mathla’ atau matlak adalah daerah tempat terbit Matahari, terbit
Fajar maupun terbit Bulan.108
Mathla’ hilal yaitu salah satu kawasan geografis terlihat
terbit hilal diatas ufuk barat sesudah Matahari terbenam maka
seluruh wilayah dalam Kawasan tersebut memulai awal bulan pada
waktu yang sama.109
Penentuan hilal melalui rukyat terdapat perbedaan dalam
penerapan mathla’ yaitu terdapat satu rukyat yang digunakan untuk
semua negeri atau biasa disebut rukyat global, satu rukyat berlaku
untuk satu negeri dan negeri yang berdekatan, dan setip negeri
memiliki rukyat masing – masing atau biasa disebut rukyat
global.110

105
M.Khoirul Umam, Rukyat Global sebagai Upaya Penyatuan Awal Puasa dan Hari Raya
(Studi Pemikiran Abu al-Faidh Ahmad bin Muhammad al-Ghumari dalam Kitab Taujih al-Andhar
li Tauhid al-Muslimin fi al-Shaum wa al-Ifthar), Skripsi Tahun 2016 di Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang.
106
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak : Pedoman Lengkap Tentang Teori dan
Praktik Hisab, Arah Kiblat, Waktu Shalat, Awal Bulan Qamariah, dan Gerhana (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015). h.195
107
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya,
Pustaka Progresif) h. 861
108
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diakses tanggal 9 Maret 2021, pukul 10.25, dari :
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/matlak
109
Nihayatur Rohmah, Otoritas dalam Penetapan Awal Bulan Qamariah (Konfrontasi
antara Pemimpin Negara dan Pemimpin Ormas Keagamaan), Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan
Sosial, Vol.9, No.1, 2015.
110
November, Petapan awal Ramadhan oleh penganut tarekat Naksabandi ditinjau menurut
ilmu Falak “Studi Kasus Di Jorong Lareh nan Panjang Kenagarian Atar Kecamatan Padang
34

2. Dasar Pemahaman Adil

Kesaksian yang adil merupakan salah satu syarat


diterimanya rukyat, maka kata “adil” terdapat perbedaan pendapat
menurut para ahli seperti para ahli ilmu falak mengartikan kata
“adil” yaitu seseorang yang melihat hilal terdapat keterkaitan
dengan hisab dimana hilal dapat dilihat.111 Pendapat lain mengenai
kata “adil” yaitu seorang muslim yang bersaksi telah melihat hilal
dan diambil sumpah atas keislaman dan sumpah dalam
kesaksiannya.112

E. Aliran Hisab Rukyat


Perbedaan dalam menentukan awal bulan kamariah disebabkan oleh
perbedaan pemahaman mengenai awal bulan baru113. Seperti perbedaan dalam
kriteria penetapan awal bulan kamariah114
1. Ijtima’
Hisab yang menggunakan ijtima’ (konjungsi) sebagai kriteria
utama, maka apabila terjadi ijtima’ esok hari merupakan awal bulan baru
atau tanggal 1115, dalam metode ini terdapat beberapa macam, yaitu :
a. Ijtima’ qabla ghurub

Ganting Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat”, Skripsi Tahun 2011 di Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
111
Jaenal Arifin, Fiqih Hisab Ruqyah di Indonesia (Telaah Sistem Penetapan Awal Bulan
Qamariyyah), Jurnal Yudisia, Vol.5, No.2, Desember 2014
112
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak : Pedoman Lengkap Tentang Teori dan
Praktik Hisab, Arah Kiblat, Waktu Shalat, Awal Bulan Qamariah, dan Gerhana (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015). h.197
113
Kitri Sulastri, Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Irsyad al-Murid, Skripsi
Tahun 2010 di IAIN Walisongo Semarang.
114
November, Petapan awal Ramadhan oleh penganut tarekat Naksabandi ditinjau menurut
ilmu Falak “Studi Kasus Di Jorong Lareh nan Panjang Kenagarian Atar Kecamatan Padang
Ganting Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat”, Skripsi Tahun 2011 di Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
115
November, Petapan awal Ramadhan oleh penganut tarekat Naksabandi ditinjau menurut
ilmu Falak “Studi Kasus Di Jorong Lareh nan Panjang Kenagarian Atar Kecamatan Padang
Ganting Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat”, Skripsi Tahun 2011 di Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
35

Ijtima’ qabla ghurub merupakan kriteria apabila ijtimak terjadi


pada waktu matahari terbenam, pada kriteria ini tidak
mempermasalahkan mengenai rukyat ataupun posisi hilal dari ufuk.
Apabila sebelum matahari terbenam sudah terjadi ijtima’ maka malam
hari sudah memasuki bulan baru sekalipun hilal masih berada dibawah
ufuk.116
b. Ijtima’ qabla fajar: Ijtima’ sebelum fajar atau matahari terbit
Ijtima’ qabla fajar merupakan penentuan awal bulan yang
ditentukan terjadinya ijtima’ pada waktu fajar, maka apabila terjadi
ijtima’ sebelum fajar dapat ditentukan bahwa malam tersebut
merupakan awal bulan atau tanggal satu bulan baru.117
c. Ijtima’ dan posisi hilal diatas ufuk hakiki
ijtimak hilal diatas ufuk hakiki dalam aliran ini menetapkan awal
bulan kamariah yaitu apabilamatahri terbenam setelah terjadi ijtimak
dan posisi hilal berada diatas ufuk hakiki, ufuk hakiki yaitu bidang
datar yang melalui titik pusat bumi dan tegak lurus pada garis vertikal
si peninjau.118
d. Ijtima’ dan Ufuk Hissi
Penentuan awal bulan kamariah menurut aliran Ijtimak ufuk hissi
apabila matahari terbenam dan tinggi hilal berada di ufuk hissi, ufuk
hissi (astronomical horizon) yaitu lingkaran pada bola yang
bidangnya melalui permukaan bumi tempat si pengamat dan tegak
lurus pada garis vertikal dari si pengamat.119

2. Hilal , berpedoman pada posisi Hilal


116
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak : Pedoman Lengkap Tentang Teori dan
Praktik Hisab, Arah Kiblat, Waktu Shalat, Awal Bulan Qamariah, dan Gerhana (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015)
117
Nanang Syaggap Armanda, Penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan perspektif
ephemeris dan Tuan Guru Haji Bayanul Arifin Akbar pengasuh Pondok Pesantren Baiturridwan
Kelurahan Pagutan Kecamatan Mataram Kota Mataram, Skripsi Tahun 2017 di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
118
Sudarmono, Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan, Qomariah Menurut Persatuan
Islam, Skripsi Tahun 2008 Di Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
119
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak : Pedoman Lengkap Tentang Teori dan
Praktik Hisab, Arah Kiblat, Waktu Shalat, Awal Bulan Qamariah, dan Gerhana (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015) . h.202
36

a. Hilal diatas ufuk mar’i


Aliran hilal diatas ufuk mar’i menentukan awa bulan bru apabila
matahari terbenam dan hilal sudah berada ditas ufuk mar’I maka hilal
dianggap sudah wujud.120 Ufuk mar’I atau visible horizon yaitu bidang
datar yang merupakan batas pandangan pengamat, pada ufuk mar’I
dalam perhitungannya diperhitungkan beberapa koreksi seperti
refraksi, paralaks, jejari Bulan dan kerendahan ufuk.121
b. Wujudul Hilal
Wujudul hilal merupakan aliran yang berpendapat bahwa
permulaan bulan dimulai sejak terbenamnya matahari setelah terjadi
ijtimak dan pada saat itu hilal berada diatas ufuk dan telah wujud.122
Pada wujudul hilal apabila Bulan terbenam setelah Matahari terbenam
maka hari berikutnya merupakan awal bulan baru, namun apabila
matahari terbenam setelah Bulan terbenam maka hilal belum wujud
dan hari berikutnya merupakan hari terakhir bulan kamariah.123
c. Imkan rukyat
Imkan rukyat yaitu kemungkinan hilal dapat di rukyat.124 Selain
itu, imkan rukyat merupakan batas ambang minimal dari hilal yang
mungkin dapat dilihat.125 Aliran imkan rukyat berpegang bahwa
masuknya bulan baru yaitu saat posisi hilal pada saat Matahari
terbenam berada pada ketinggian tertentu hingga memungkinkan
rukyat dapat dilihat.126

120
Maskufa, Ilmu Falaq (Jakarta: Gaung Persada Jakarta, 2009). h.165
121
Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat (Jakarta: Amythas Publicita, 2007)
h.148
122
Dedi Jamaludin, Penetapan Awal Bulan Kamariah dan Permasalahannya di Indonesia,
Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-ilmu Berkaitan, Desember 2018
123
November, Petapan awal Ramadhan oleh penganut tarekat Naksabandi ditinjau menurut
ilmu Falak “Studi Kasus Di Jorong Lareh nan Panjang Kenagarian Atar Kecamatan Padang
Ganting Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat”, Skripsi Tahun 2011 di Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
124
Muhyidin Khazin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab Rukyat, (Yogyakarta: Ramadhan
Press, 2009). h. 72
125
Moh, Murtadho. Ilmu Falak Praktis, (Malang, UIN PRESS, 2008) h. 224-229
126
M.Khoirul Umam, Rukyat Global sebagai Upaya Penyatuan Awal Puasa dan Hari Raya
(Studi Pemikiran Abu al-Faidh Ahmad bin Muhammad al-Ghumari dalam Kitab Taujih al-Andhar
37

Imkan rukyat dapat disebut kondisi hilal yang posisinya dapat


dilihat oleh mata, sedangkan para ahli astronomi menyebut imkan
rukyat sebagai visibilitas atau penampakan hilal127. Namun dalam
imkan rukyat terdapat syarat atau ketentuan seperti mengenai
ketinggian hilal, persyaratan ketinggian hilal tersebut dilakukan untuk
kepentingan agar rukyat hilal dapat terlihat.128
Imkan rukyat terdapat beberapa kriteria, yaitu kriteria MABIMS,
seperti:
1) Ketinggian (irtifa’) hilal minimal 2º
2) Selisih antara Azimuth Matahari dan Bulan minimal 3º (jarak
horizotal Bulan-Matahari)
3) Umur Bulan minimal 8 jam (dihitung sejak ijtimak sampai
matahari terbenam).129

li Tauhid al-Muslimin fi al-Shaum wa al-Ifthar), Skripsi Tahun 2016 di Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang.
127
Watni Marpaung, Hisab Imkan Rukyat: A Unification Effort in Determining of the
Beginning of Months of Qamariah, Jurnal Miqot, Vol. XXXIX, No.2, Juli-Desember 2015
128
Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat (Jakarta: Amythas Publicita, 2007)
h.148
129
Sudarmono, Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan, Qomariah Menurut Persatuan
Islam, Skripsi Tahun 2008 Di Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
BAB III
PROFIL PONDOK PESANTREN AL BAQIYATUSSHOLIHAT DAN
ULUGH BEYK

A. Profil Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat


1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat
Pada tahun 1937 saat usia 25 tahun H. Raden Ma’mun Nawawi
tinggal di Kampung Maja, Kabuaten Pandeglang Banten. H. Raden
Ma’mun Nawawi diminta oleh mertuanya yaitu Mama Sempur untuk
tinggal dan mengembangkan ilmu di Pesantren Pasir Pancung Pandeglang.
Meskipun belum lama tinggal dan menyebarkan syiar Islam di Kampung
Maja H. Raden Ma’mun Nawawi sudah memiliki banyak murid, hingga
kemudian ayahnya H. Raden Anwar meminta H. Raden Ma’mun Nawawi
untuk kembali ke kampung halamannya yaitu Cibogo Cibarusah.130
Sepulang H. Raden Ma’mun Nawawi diminta oleh ayahnya untuk
mendirikan sebuah pesantren, sebab H. Raden Anwar melihat masyarakat
di kampung halamannya masih jauh dari ajaran Islam dan berharap H.
Raden Ma’mun Nawawi dapat membimbing masyarakat mengenal untuk
mengenal Allah SWT. Selain itu, H. Raden Anwar melihat secara
keilmuan bahwa anaknya telah cukup mumpuni dan layak untuk
mendirikan pondok pesantren.131
H. Raden Ma’mun Nawawi mendirikan pondok pesantren dengan
biaya dari ayahnya yaitu H. Raden Anwar.132 Pesantren tersebut
dinamakan Al Baqiyatussholihat, nama tersebut diambil dari kitab suci Al-
Qur’an yang terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 46 dan surat Maryam ayat
76 yang memiliki makna amalan kebajikan yang kekal. Selain itu, Al
Baqiyatussholihat juga merupakan sebuah dzikir utama, terdapat lima
unsur dzikir didalam Al Baqiyatussholihat yaitu Tasbih ( Subhanallah),

130
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.59
131
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.60
132
Budi, “Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat”, https://quran.laduni.id/post/read/66487/
pesantren-al-baqiyatussholihat-bekasi diakses pada 2 Februari 2021

38
39

Tahmid (Alhamdulillah), Tahlil (Laillahaillallah), takbir (Allahu akbar),


Hauqallah (Laa hawla walaa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘azhiim).133
Al Baqiyatussholihat dalam kitab An-Nashaih ad-Diniyyah wal
Washaya al-Imaniyyah karya Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad,
merupakan dzikir yang memiliki banyak keutamaan, antara lain yaitu:
1. Merupakan ucapan yang paling utama
2. Ucapan yang paling dicintai oleh Allah
3. Mengucapkannya lebih dicintai oleh Allah daripada munculnya
matahari
4. Merupakan tanaman surga, orang yang mengucapkannya sekali akan
ditanamkan baginya satu pohon di surga.
5. Meruntuhkan kesalahan-kesalahan sebagaimana pohon meruntuhkan
daunnya
6. Orang yang memulai perbuatan dengan membacanya, maka tidak akan
membahayakan nya.
7. Merupakan tameng dari api neraka
8. Pada hari kiamat merupakan suatu amalan yang baik

Hal tersebut merupakan suatu harapan KH. Raden Ma’mun Nawawi


agar pesantren Al Baqiyatussholihat tidak hanya menjadi tempat
Pendidikan namun juga dapat menjadi tempat berkumpulnya amal-amal
kebaikan yang akan menjadi jalan untuk mencapai keridhoan Allah
SWT.134
Pembangunan pertama pada Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat
yaitu dengan mendirikan pemondokan atau kobong yang dibuat dengan
menyerupai rumah panggung yang memiliki banyak ruangan kamar
didalamnya.135 Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat merupakan
pesantren pertama yang ada di Cibarusah. Selain itu, merupakan pondok

133
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.62
134
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.64
135
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.60
40

pesantren tertua di Bekasi, pondok pesantren Al Baqiyatussholihat dikenal


oleh masyarakat sekitar dengan nama pondok pesantren albaq.136
Awal berdirinya pondok pesantren Al Baqiyatussholihat seluruh
santri KH. Raden Ma’mun Nawawi yang sebelumnya di Pesantren Pasir
Pancung Pandeglang ikut bergabung di pondok pesantren Al
Baqiyatussholihat.137 Pada masa kejayaan pondok pesantren Al
Baqiyatussholihat menampung hampir 1000 santri dalam satu angkatan.
Selain itu, pondok pesantren Al Baqiyatussholihat dikenal sebagai
pesantren Ilmu Falak atau hisab.138 Karena pada saat pemerintah Bekasi,
Bogor, Jakarta membutuhkan perhitungan yang berkaitan dengan ilmu
falak maka pondok pesantren Al Baqiyatussholihat dijadikan sebagai
rujukan.139
Pondok pesantren Al Baqiyatussholihat hingga saat ini masih berdiri
dengan dilanjutkan oleh para penerusnya seperti anak-anak dan cucu dari
KH. Raden Ma’mun Nawawi dengan memberikan pelajaran ilmu-ilmu
agama seperti mengajarkan kitab-kitab kuning kepada para santri.140

2. Biografi Pendiri Pondok pesantren Al Baqiyatussholihat (KH.Raden


Ma’mun Nawawi)
Raden Ma’mun Nawawi merupakan anak dari seorang ayah yang
bernama H. Raden Anwar yang merupakan keturunan kerajaan Banten
dan dari seorang ibu yang bernama Hj. Romlah. Raden Ma’mun Nawawi
lahir pada Kamis bulan Jumadil Akhir 1330 H atau 1912 Masehi.141 Raden

136
Al-Baqiyatussholihat, “Sejarah”, https://www.albaq.or.id/pesantren/, diakses pada 2
Februari 2021
137
Jeng Yanti, “Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat”, http://www.cibarusah.com/
2012/10/pondok-pesantren-al-baqiyatussholihat.html diakses pada 2 Februari 2021
138
Jeng Yanti, “Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat”, http://www.cibarusah.com/2012/
10/pondok-pesantren-al-baqiyatussholihat.html diakses pada 2 Februari 2021
139
Laduni, “Pesantren Al-Baqiyatussholihat Bekasi”, https://umma.id/article/share/
id/9999/635125 , diakses pada 2 Februari 2021
140
Wawancara dengan Ustad Syarif Nawawi, tanggal 21 November 2020, di Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat
141
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h. 44
41

Ma’mun Nawawi sejak kecil ia sudah terbiasa dengan didikan Islam


seperti diajarkan baca tulis Alqur’an, adab Islam dan pujian dalam Bahasa
Sunda yang bernafaskan Islami karena ayah dari Raden Ma’mun Nawawi
yaitu seorang guru mengaji di wilayah Cibogo Cibarusah.142
Sejak kecil Raden Ma’mun Nawawi dididik menjadi seorang
manusia pembelajar dan pencinta ilmu, guru pertama Raden Ma’mun
Nawawi yaitu ayahnya ia diajarkan secara intens oleh ayahnya sehingga ia
menjadi anak remaja yang memiliki prinsip kepribadian kuat disiplin
dalam belajar, dan berakhlakul karimah.143 Raden Ma’mun Nawawi
selama lima tahun menempuh Pendidikan di Volkschool Cibarusah.
Volkschool merupakan sekolah yang didirikan oleh pemerintahan
Hindia Belanda di zaman penjajahan , volkschool juga dikenal sebagai
sekolah desa atau rakyat.144 Raden Ma’mun Nawawi memiliki kecerdasan
yang lebih jika dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Selain itu,
Raden Ma’mun Nawawi cepat dalam memahami pelajaran sehingga ia
lulus di usia 13 tahun sebagai lulusan diploma satu dengan kategori nilai
tinggi dan memuaskan.145
Selepas menyelesaikan Pendidikan di Volkschool Cibarusah Raden
Ma’mun Nawawi melanjutkan Pendidikannya di pesantren As-Salafiyyah
yang didirikan oleh KH.Tubagus Ahmad Bahri bin Seda yang dikenal
dengan nama Mama sempur.146 Raden Ma’mun Nawawi dikenal sebagai
santri yang giat dan tekun dalam belajar, awal mula ia belajar kitab-kitab
dasar kepada mama Sempur seperti Aj-Jurumiyah, Kailani, Imrithi,
Yaqulu, Tijan, Sapinah, dan lainnya. Raden Ma’mun Nawawi sangat rajin

142
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h. 48
143
Wawancara dengan KH. Encep Syahroni, tanggal 12 Desember 2020, di Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat
144
Portal Resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta , “Volkschool”,
https://jakarta.go.id/artikel/konten/5411/volkschool diakses pada 2 Februari 2021.
145
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h. 49
146
Budi, “Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat”, https://quran.laduni.id/post/read/66487/
pesantren-al-baqiyatussholihat-bekasi diakses pada 2 Februari 2021
42

sehingga beliau mampu menghafal semua kitab-kitab tersebut sehingga


dapat memudahkan dirinya untuk mempelajari kitab dan ilmu lainnya.147
Kitab-kitab dasar telah berhasil dihafal oleh Raden Ma’mun
Nawawi, setelah itu ia mulai belajar ilmu falak kepada Mama Sempur.
Raden Ma’mun Nawawi mempelajari dan melakukan praktek langsung
ilmu falak tanpa mengenal Lelah, hingga tangannya mengalami bengkak
dan matanya mulai mengalami kerusakan. Dokter memvonis untuk di
operasi dan diganti dengan mata palsu namun Raden Ma’mun Nawawi
yakin untuk tidak mengoperasi sehingga Allah SWT memberikan
pertolongan yaitu mata Raden Ma’mun Nawawi sembuh seperti sedia kala
tanpa operasi.148
Raden Ma’mun Nawawi menjalani Pendidikan di Pesantren As-
Salafiyyah selama tujuh tahun beliau sangat cerdas bahkan pada usia 19
tahun sudah menjadi seorang penghafal Al Qur’an, kecerdasan tersebut
membuat Mama Sempur bangga sehingga menikahkan putrinya kepada
Raden Ma’mun Nawawi. 149
Selepas menyelesaikan Pendidikan di Pondok Pesantren As-
Salafiyyah, Raden Ma’mun Nawawi saat usia 22 tahun melanjutkan
pendidikannya ke Mekkah Arab Saudi. Pada saat di Mekkah Raden
Ma’mun Nawawi banyak belajar mengenai ilmu-ilmu hadits, tafsir,
nahwu, Sharaf, dan ilmu-ilmu agama lainnya. Raden Ma’mun Nawawi
belajar selama 2 tahun di Mekkah, ia berhasil mempelajari banyak ilmu
dari beberapa guru dalam waktu yang cukup singkat. Setelah dianggap
cukup ia diminta pulang ke Indonesia oleh Mama KH. Mukhtar Athorid
al-Bogori untuk mengembangkan syiar Islam.150

147
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.50
148
Wawancara dengan KH. Encep Syahroni, tanggal 12 Desember 2020, di Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat
149
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.52
150
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.54
43

Selepas kepulangan H. Raden Ma’mun Nawawi dari Mekkah, ia


kembali diminta oleh ayahnya H. Raden Anwar untuk melanjutkan
Pendidikan ke Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur yang diasuh
oleh KH. Hasyim Asya’ari.151 H. Raden Ma’mun Nawawi mengikuti jejak
ayahnya yang merupakan murid dari KH. Hasyim Asya’ari. H. Raden
Ma’mun Nawawi di Pesantren Tebuireng mempelajari ilmu fiqih, ilmu
hadits, tafsir dan falak. Termasuk kitab-kitab yang ditulis oleh KH.
Hasyim Asya’ari seperti At-Tibyan fi al-Nahy’an Muqatha’at al-Arham
wa al-Aqarib wa al-ikhwan dll. 152
H. Raden Ma’mun Nawawi menempuh Pendidikan di Pesantren
Tebuireng hanya dalam waktu kurang dari 40 hari, meskipun begitu H.
Raden Ma’mun Nawawi dapat mempelajari kitab-kitab yang ditulis oleh
KH. Hasyim Asya’ari secara cepat. Kecerdasan dan kepadaian H. Raden
Ma’mun Nawawi diakui langsung oleh KH. Hasyim Asya’ari, sebagai
bentuk tanda syukur KH. Hasyim Asya’ari memiliki murid seperti H.
Raden Ma’mun Nawawi maka KH. Hasyim Asya’ari menyembelih
kerbau. Selain itu, KH. Hasyim Asya’ari bangga karena berhasil
menurunkan ilmu falaknya kepada H. Raden Ma’mun Nawawi.153
Selepas menempuh Pendidikan di Pesantren Tebuireng H. Raden
Ma’mun Nawawi melanjutkan Pendidikan ke Dusun Jampes, Desa Putih,
Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. H. Raden
Ma’mun Nawawi belajar di Pondok Pesantren Jampes Kediri, Pondok
Pesantren tersebut diasuh oleh seorang ulama besar nusantara yaitu Syekh
Ihsan Muhammad Dahlan al-Jampesi yang terkenal Syekh Ihsan Jampes
yang juga merupakan salahsatu murid KH. Hasyim Asya’ari.154

151
Wawancara dengan KH. Encep Syahroni, tanggal 12 Desember 2020, di Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat
152
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.55
153
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.56
154
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.57
44

H. Raden Ma’mun Nawawi di Pondok Pesantren Jampes


mengembangkan pengetahuan mengenai ilmu falak kepada Syekh Ihsan
Jampes. Syekh Ihsan Jampes merupakan penulis kitab ilmu falak yang
berjudul Tashrih Al-Ibarat, setelah belajar ilmu falak dalam beberapa
waktu kemampuan H. Raden Ma’mun Nawawi semakin terasah sehingga
kecerdasan tersebut dipuji oleh Syekh Ihsan Jampes. Syekh Ihsan Jampes
tak hanya menganggap sebagi murid namn juga sebagai teman. Selain itu,
H. Raden Ma’mun Nawawi juga sempat menempuh Pendidikan di Pondok
Pesantren Lirboyo Kediri dan Termas Pacitan.155
Selepas menempuh Pendidikan pada beberapa pondok pesantren di
Jawa Timur H. Raden Ma’mun Nawawi kembali melanjutkan Pendidikan
ke beberapa ulama Betawi di Jakarta, diantaranya yaitu Syaikh Habib
Ustman Jakarta dan Syaikh KH. Muhammad Manshur bin Abdul Hamid
al-Batawi atau yang dikenal Guru Mansur di Kawasan Jembatan Lima,
Kampung Sawah Jakarta. H. Raden Ma’mun Nawawi pada Guru Mansur
belajar mengenai ilmu falak.156
Guru Mansur merupakan seseorang yang menjadikan ilmu falak
sebagai perhatian khusus, selain itu Guru Mansur juga merupakan penulis
kitab Sullamun Nayyiroin yaitu kitab yang menghasilkan keterangan
hisab, rukyat, hilal ijtima’ dan metode penanggalan hijriah.157 Kecerdasan
H. Raden Ma’mun Nawawi terlihat dalam mempelajari kitab Sullamun
Nayyiroin, hanya 40 hari ia dapat menguasai kitab tersebut.158
Kurang lebih setahun H. Raden Ma’mun Nawawi belajar dan
berguru kepada sejumlah pesantren dan ulama di wilayah Jawa Timur
maupun Jakarta. Pola Pendidikan yang dilakukan oleh H. Raden Ma’mun

155
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.58
156
Wawancara dengan KH. Encep Syahroni, tanggal 12 Desember 2020, di Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat
157
Humaedi, Perjuangan Guru Mansur dalam Mengembangkan Pendidikan Islam di Betawi
1900-1967, Skripsi Tahun 2018 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
158
Wawancara dengan KH. Encep Syahroni, tanggal 12 Desember 2020, di Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat
45

Nawawi yaitu tabarruk “ngalap berkah” dari para ulama tersebut, yaitu
dengan pencarian ilmu dengan mendekatkan diri kepada orang-orang
shaleh, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.159

3. Visi Misi Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat


Visi
- Menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam pengajaran agama
Islam pesantren tradisional dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) sebagai bekal di dalam bermasyarakat
menyampaikan dakwah multicultural.
Misi
- Melaksanakan pembelajaran pesantren dan sekolah,
- Mengembangkan lembaga yang agamis, sehat dan dinamis,
- Membekali pengetahuan Santri dengan Pengajaran yang professional
dibidangnya, meningkatkan kompetensi lulusan pondok pesantren
melalui pembekalan Akhlakul Karimah, skill serta pengalaman ilmu
agama sesuai dengan tuntutan agama Islam dengan paham
Ahlussunnah Wal Jama’ah bersumber dari Al Qur’an, Hadist, Ijma dan
Qiyas
- Fasilitasi berbagai kegiatan sebagai penunjang keterampilan.

4. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat


a. Ketua Yayasan : KH. Jamaludin Nawawi
b. Ketua Pondok Umum : Ust. Barkah
c. Penasihat : Ust. Faiz, Ust. Ahmad Sadily
d. Bendahara Pondok : Ust. Adi Nurmanto, Utzh. Aldina
e. Sekretaris Pondok : Ust.Aji, Ust.Maulana
f. Seksi Pendidikan : Ust. Ifan Nasir, Utzh. Syifa
g. Seksi Keamanan : Ilyas, ardi, Dinda S
h. Seksi Kebersihan : Ust. Munji, Dinda D
i. Seksi Inventaris : Asep A, Aep

159
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.59
46

5. Sejarah Penggunaan Perhitungan Data Ulugh Beyk di Pondok


Pesantren Al Baqiyatussholihat
KH Raden Ma’mun Nawawi terkenal sebagai ahli falak dan
astronomi Islam, semasa hidupnya KH Raden Ma’mun Nawawi produktif
dalam menulis dan mengarang kitab dalam berbagai disiplin ilmu160. Sejak
awal menempuh pendidikan KH. Raden Ma’mun Nawawi sudah mulai
mempelajari ilmu falak161, yaitu sewaktu KH Raden Ma’mun Nawawi
pondok pesantren di As-Salafiyyah, dilanjutkan dengan mempelajari ilmu
falak yang diajarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari, bahkan pada Syekh Ihsan
Jampes. Selain itu, KH Raden Ma’mun Nawawi belajar kepada guru
Mansur di jembatan lima yaitu seorang pengarang kitab Sullam An-
Nayyirain dalam kitab tersebut memuat daftar-daftar astronomi yang
berasal dari “Ziej Ulughul Beyk”.162 Setelah itu, KH. Raden Ma’mun
Nawawi kembali ke kampung halaman dan diminta oleh ayahnya untuk
mendirikan pondok pesantren.
Sejak mendirikan pondok pesantren Al Baqiyatussholihat di
kampung Cibogo Cibarusah pada Tahun 1938, KH. Raden Ma’mun
Nawawi mulai menerbitkan almanak atau kalender163 dengan berdasarkan
hitungan yang dilakukan oleh KH. Raden Ma’mun Nawawi yang
menggunakan metode keilmuan yang dipelajari di pondok pesantren.
Salahsatunya, dengan menggunakan perhitungan berdasarkan kitab Sullam
An-Nayyirain yang menggunakan daftar – daftar astronomi atau tabel
astronomi yang berasal dari Sultan Ulugh Beyk.164

160
Aru Elgete, “Mengenal Mama Cibogo Cibarusah, Pejuang Kemerdekaan dari Bekasi” ,
https://www.nubekasi.id/2018/11/mengenal-mama-cibogo-cibarusah-pejuang-kemerdekaan-dari-
bekasi-.html diakses pada 3 Februari 2021
161
Wawancara dengan Ustad Syarif Nawawi, tanggal 21 November 2020, di Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat
162
M. Teguh Shobri, Kitab Sullam An-Nayyirain dalam Tinjauan Astronomi Modern. An
Nisa’a : Jurnal Raden Fatah, Vol.9, No.2, Desember 2014 : 43-60
163
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.86
164
Wawancara dengan Ustad Syarif Nawawi, tanggal 21 November 2020, di Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat
47

Almanak atau kalender yang dibuat oleh KH. Raden Ma’mun


Nawawi menyebar ke seluruh wilayah Jawa Barat, Banten dan Jakarta.165
Para ulama dan santri pada saat awal pergantian tahun Hijriah berdatangan
ke Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat untuk membeli almanak atau
kalender tersebut, lalu almanak tersebut disebarkan di daerah nya masing-
masing.166
Dasar hukum yang digunakan dalam penentuan awal bulan
Kamariah di Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat tidak berbeda
dengan dasar hukum yang digunakan oleh para ulama terdahulu baik aliran
hisab maupun rukyat, organisasi islam Nahdhatul Ulama, Muhamadiyyah,
pemerintah dan organisasi lainnya. Dasar hukum yang digunakan sebagai
berikut :
1) QS. Yunus ayat 5 :

َ ‫ﺿَﯾﺎًء َواْﻟﻘََﻣَر ﻧُوًرا َوﻗَدﱠَره ُ َﻣَﻧﺎِزَل ِﻟﺗَْﻌَﻠُﻣوا‬


‫ﻋَدَد‬ ِ ‫س‬ ‫ُھَو اﻟﱠِذي َﺟﻌََل اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺷْﻣ‬
ٰ
ِ ‫ﺻُل اْﻵَﯾﺎ‬
‫ت ِﻟﻘَْوٍم َﯾْﻌَﻠُﻣوَن‬ ِ ّ ‫ُ َذِﻟَك ِإﱠﻻ ِﺑﺎْﻟَﺣ‬J‫ب ۚ َﻣﺎ َﺧَﻠَق اﱠ‬
ّ ِ َ‫ق ۚ ﯾُﻔ‬ َ ‫ﺳِﻧﯾَن َواْﻟِﺣ‬
َ ‫ﺳﺎ‬ ّ ِ ‫اﻟ‬
(٥ : ‫)ﯾوﻧس‬
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu supaya
kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda tanda kebesaran-Nya kepada orang orang yang
mengetahui”.

2) Hadis Riwayat Bukhari


‫ﻋن ﻋﺑدﷲ اﺑن ﻋﻣر رﺿﻲ ﷲ ﻋﻧﮭﻣﺎ ان رﺳول ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم‬
‫ذﻛر رﻣﺿﺎن ﻓﻘﺎل ﻻ ﺗﺻوﻣوا ﺣﺗﻰ ﺗروا اﻟﮭﻼل وﻻ ﺗﻔطروا ﺣﺗﻰ ﺗروه‬
(‫ﻓﺎن ﻏم ﻋﻠﯾﻛم ﻓﺎﻗدرواﻟﮫ )رواه اﻟﺑﺧﺎرى‬
“dari Abdullah bin Umar ra. Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw;
menyambut bulan Ramadhan, Ia bersabda: janganlah kamu berpuasa
sehingga kamu melihat hilal dan janganlah kamu berbuka sehingga
kamu melihat melihatnya, jika awan menghalangi penglihatanmu,
maka perkirakanlah”. (HR.Bukhari)

165
Andi Sopandi, Ahmad Djaelani, Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden Ma’mun
Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage Bekasi, 2019) h.87
166
Wawancara dengan Ustad Syarif Nawawi, tanggal 21 November 2020, di Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat
48

B. Profil Ulugh Beyk


1. Biografi Ulugh Beyk
Sultan Ulugh Beyk atau Muhammad Turghay Ulugh Beyk yang
dikenal dengan “Zeij Ulugh Beyk” memiliki nama lengkap Mirza
Muhamad Taraghay bin Shahrukh Mirza, Ulugh Beyk lahir di Soltamiya
22 Maret 1394 M/797 H, Ulugh Beyk yaitu seorang cucu dari Timur Leng
yang merupakan penakluk Tamerlane167 dan Ulugh Beyk wafat pada 27
Oktober 1449 M/855 H di Samarkand, Uzbekistan.168
Ayah Ulugh Beyk yaitu Shahrukh merupakan penguasa Samarkand,
walaupun Ulugh Beyk baru berusia 16 tahun ia sudah diberikan tugas oleh
ayahnya untuk menjadi wakil dari Shahrukh yang merupakan ayahnya dan
menjadi penguasa di wilayah Mawaraunnahr.169 Ulugh Beyk saat remaja
dapat menjadikan kota Samarkand menjadi sebuah pusat intelektual bagi
kerajaan yaitu dibuktikan dengan mendirikan universitas yang merupakan
pusat Pendidikan tertinggi dan Ulugh Beyk menjadi seorang dosen di
universitas tersebut.170
Ulugh Beyk merupakan seorang ilmuwan ia berfokus pada
matematika dan astronomi namun, Ulugh Beyk tidak meninggalkan
pendidikan lainnya ia tetap mempelajari mengenai seni, sejarah, menulis
puisi dan mempelajari Al Qur’an. Untuk meluaskan ilmu astronomi Ulugh
Beyk sebagai ahli astronomi membangun observatorium di Samarkand
pada tahun 823 H/1420 M.171 Observatorium Ulugh Beyk yang berada di
Samarkand berdiri merupakan atas dasar ilmu yang dianugerahkan oleh
Tuhan karena dapat diketahui bahwa pada saat itu observatorium tersebut
167
J J O’Connor, E F Robertson, Biography Ulugh Beg, https://mathshistory.st-
andrews.ac.uk/Biographies/Ulugh_Beg/. Diakses pada 21 Juli 2021
168
Ahmad Rexy, Studi Analisis Pemikiran Ulugh Beg Tentang Algoritma Hisab Arah Kiblat
Dalam Kitab Zij Al-Sultani, Skripsi Tahun 2019 di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
169
J J O’Connor, E F Robertson, Biography Ulugh Beg, https://mathshistory.st-
andrews.ac.uk/Biographies/Ulugh_Beg/. Diakses pada 21 Juli 2021
170
Syaifur Rizal Fahmy, Pengaruh Pemikiran Ulugh Beg (Zij As-Sulthoni) Terhadap Hisab
Awal Bulan Dalam Kitab Sullamun Nayyraen, Tesis S-2 Program Pascasarjana Tahun 2019 di
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
171
J J O’Connor, E F Robertson, Biography Ulugh Beg, https://mathshistory.st-
andrews.ac.uk/Biographies/Ulugh_Beg/. Diakses pada 21 Juli 2021
49

sangat canggih meskipun tidak dilengkapi dengan teleskop namun dengan


observatorium tersebut Ulugh Beyk dapat menyusun data bintang “Zij-i
Sultani”. Bangunan tersebut seperti peralatan raksasa yang dapat
digunakan untuk mengamati bintang-bintang di satu lokasi cakrawala.
Selain itu, para astronom yang berasal dari Eropa juga banyak meniru
seperti bangunan arsitektur, peralatan baik dari segi kualitan maupun
kuantitasnya seperti observatorium Uraniborg dan Stierniborg.172
Ulugh Beyk juga memiliki karya – karya seperti Zij Sulthani, ilmu
trigonometri dan geometri bentuk bola. Sehingga Ulugh Beyk memiliki
arti “Penuasa Agung” karena pada saat itu ia selain dikenal sebagai sultan
penebar kasih dan perdamaian di Asia Tengah ia juga menguasai ilmu
atronomi dan matematika. Sebagian besar karya milik Ulugh Beyk berupa
manuskrip yang disimpan di Ma’had Makhlutat al-Araby, Kaero, Mesir.173
Dalam memimpin pemerintahan Ulugh Beyk tidak sepadan dengan
penguasaanya pada ilmu sains, ia mengalami kekalahan dalam peperangan
melawan musuh bahkan observatorium Ulugh Beyk dihancurkan oleh
musuhnya. Ulugh Beyk tumbang dan mengakhiri hidupnya dibunuh oleh
Abdul Latif saat perjalan menuju Makkah.174 Kemudian oleh saudaranya,
sisa jasad Ulugh Beyk ditempatkan di Makam Timur, Samarkand.175

2. Deskripsi Data Ulugh Beyk untuk Menentukan Awal Bulan Kamariah


yang terdapat dalam Kitab Sullamun Nayyirain
Data Ulugh Beyk yaitu merupakan data yang disusun oleh Turghay
Ulugh Beyk (797-853 H) yang dikenal dengan “Zeij Ulugh Beyk”, data

172
Syaifur Rizal Fahmy, Pengaruh Pemikiran Ulugh Beg (Zij As-Sulthoni) Terhadap Hisab
Awal Bulan Dalam Kitab Sullamun Nayyraen, Tesis S-2 Program Pascasarjana Tahun 2019 di
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
173
Alimuddin, Sejarah Perkembangan Ilmu Falak, Jurnal Al-Daulah, Vol.2, No.2, Desember
2013
174
Erwin Dariyanto, Astronom Islam Ulugh Beg “Pembongkar” Rahasia Langit Yang Gagal
Berpolitik, https://news.detik.com/berita/d-2943553/astronom-islam-ulugh-beg-pembongkar-
rahasia-langit-yang-gagal-berpolitik, diakses pada 21 Juli 2021
175
Syaifur Rizal Fahmy, Pengaruh Pemikiran Ulugh Beg (Zij As-Sulthoni) Terhadap Hisab
Awal Bulan Dalam Kitab Sullamun Nayyraen, Tesis S-2 Program Pascasarjana Tahun 2019 di
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
50

tersebut berupa tabel – tabel mengenai data matahari dan bulan.176 Data –
data Ulugh Beyk tersebut terus berkembang sehingga terdapat pemikiran
hisab di Indonesia yang terpengaruh salah satu nya yaitu Muhammad
Mansur bin Abd Hamid bin Muhammad Damiry al-Batawi dalam karya
nya kitab Sullamun Nayyirain.177
Data perhitungan yang berasal dari “Ziej Ulughul Beyk” (1449 M)
masuk dalam kategori Hisab Haqiqi Taqribi yang diketahui bahwa data
tersebut menggunakan teori geosentris yaitu yang meyakini bahwa bumi
merupakan pusat peredaran benda langit.178 Perhitungan awal bulan
dengan menggunakan tabel astronomi yang dirumuskan oleh Ulugh Beyk
merupakan sebuah penemuan yang sangat berharga pada masa itu.179
Sistem hisab dalam tabel astronomis yang disusun oleh Ulugh Beyk
yaitu sistem hisab hakiki taqribi, dalam sistem hisab hakiki taqribi
ketinggian hilal didapat dengan rumus selisih waktu ijtima’ dan waktu
terbenam dibagi dua.180 Namun dalam sistem hisab hakiki taqribi belum
memberikan informasi mengenai azimuth bulan maupun matahari dan
diperlukan banyak koreksi untuk menghasilkan perhitungan yang lebih
akurat.181
Penentuan awal bulan dengan kategori hisab haqiqi taqribi terdapat
pada beberapa kitab ilmu falak, salahsatunya yaitu kitab Sullamun
Nayyirain.182 Kitab Sullamun Nayyirain juga dikenal sebagai peranan
penetapan awal bulan kamariah di Indonesia, pada kitab Sullamun

176
Asmuni, Fika Andriana, dan Watni Marpaung, Akurasi Hisab Awal Bulan Qamariyah
dalam Kitab Khulashah Al-Wafiyah dan Ephemiris, (Jurnal Syariah: JURISPRUDENSI IAIN
Langsa, Vol.IX, No. 1, Tahun 2017). h.79
177
Sudarmono, Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan, Qomariah Menurut Persatuan
Islam, Skripsi Tahun 2008 Di Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
178
Jaenal Arifin, Fiqih Hisab Ruqyah di Indonesia (Telaah Sistem Penetapan Awal Bulan
Qamariyyah), Jurnal Yudisia, Vol.5, No.2, Desember 2014. h. 411
179
Jayusman, Kajian Ilmu Falak Perbedaan Penentuan Awal Bulan Kamariah: antara
Khilafiah dan Sains, (Al-Maslahah: Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 11, No.1, 2015)
180
Sa’adoedin Djambek, Hisab Awal Bulan, (Jakarta: Tinta Mas, 1976), h. 24-31
181
Fika Andriana, “Akurasi Hisab Awal Bulan Qamariyah dalam Kitab Khulashah Al-
Wafiyah dan Ephemeris” , Jurnal Syariah: Jurnal IAIN Langsa, Vol. IX, No.1, Tahun 2017. h. 82
182
Ahmad Masyhadi, Analisis terhadap Metode Pemikiran Mohammad Manshur Al-Batawi
tentang Irtifa’ul Hilal dalam Kitab Sullamun Nayyirain, Skripsi Tahun 2010 IAIN Sunan Ampel
Surabaya.
51

Nayyirain termuat daftar-daftar astronomi yang berasal dari “ Ziej Ulughul


Beyk”.183 Selain itu, data yang terdapat dalam kitab Sullamun Nayyirain
menggunakan data Ulugh Beyk secara utuh.184
Kitab Sullam An-Nayyirain disusun oleh Haji Muhammad Mansur
bin Abdul Hamid bin Muhammad ad-Damiry al-Batawiy, diterbitkan pada
tahun 1344 H, kitab Sullam An-Nayyirain disusun mengikuti sistem dari
Sultan Ulughul Beyk al-Samarkondi.185 Dalam kitab Sullam An-Nayyirain
yang disusun oleh Muhammad Mansur memiliki data atau tabel hisab
yang dibuat oleh Zaij Sulthon atau Ulugh Beyk al-Samarkand.186
Diantaranya yaitu :
a. Alamah
Data pada alamah terdiri dari hari, jam dan menit. Pada data tersebut
menunjukan terjadinya ijtimak Bulan dan Matahari.
b. Hissoh
Data hissoh terdiri dari satuan rasi bintang, derajat, dan menit busur.
Data – data tersebut dapat digunakan untuk mencari posisi lintang
Bulan atau kemiringan orbit Bulan terhadap orbit Bumi.
c. Khossoh
Data khossoh terdiri dari satuan rasi bintang, derajat, dan menit busur.
Data tersebut digunakan untuk menunjukkan kedudukan Bulan pada
garis edarnya mengelilingi Bumi.
d. Markaz
Data markaz terdiri dari satuan rasi bintang, derajat, dan menit
busur.yang dapat digunakan untuk menunjukkan kedudukan titik pusat
Matahari.

183
Teguh Shobri, Kitab Sullam An-Nayyirain dalam Tinjauan Astronomi Modern. An Nisa’a
: Jurnal Raden Fatah, Vol.9, No.2, Desember 2014 h.43-60
184
M.Teguh Shobri, Kitab Sullam An-Nayyirain dalam Tinjauan Astronomi Modern, (Jurnal:
An-Nisa’a, Vol. 9, No. 2, Desember 2014). h. 55
185
Teguh Shobri, Kitab Sullam An-Nayyirain dalam Tinjauan Astronomi Modern. An Nisa’a
: Jurnal Raden Fatah, Vol.9, No.2, Desember 2014. h. 46
186
Ahmad Masyhadi, “Analisis Terhadap Metode Pemikiran Mohammad Manshur Al-
Batawi tentang Irtifa’ul Hilal dalam Kitab Sullamun Nayyirain”, Skripsi Tahun 2010 di Institut
Agama Islam Negeri Sunan Ampel
52

e. Auj
Data auj terdiri dari satuan rasi bintang, derajat, dan menit busur yang
dapat digunakan untuk menunjukkan kedudukan titik terjauh lintasan
Bumi mengelilingi Matahari.187
f. Ta’dil al-Khassah, merupakan koreksi al -Khassah
g. Ta’dil al-Markaz, merupakan koreksi dari al-Markaz
h. Al-Bu’du Ghairu Mu’addal, merupakan jarak bulan-matahari sebelum
dikoreksi
i. Ta’dil al-Syamsi, merupakan selisih antara jarak matahari dari burj
Haml (Aries) berdasarkan perjalanan rata-ratanya dengan kedudukan
yang sebenarnya.
j. Wasath Syams, merupakan jarak matahari dari buruj Haml
berdasarkan perjalanan rata-ratanya.
k. Muqawwam al-Syams, merupakan kedudukan matahari yang
sebenarnya pada saat ijtima’
l. Ta’dil al-Ayyam merupakan koreksi jarak bulan – matahari (al-Bu’du)
m. Al-Bu’du al-Mu’addal, merupakan jarak bulan – matahri sesudah
dikoreksi.
n. Hishshah al-Saab, merupakan waktu dibutuhkan bulan untuk
menempuh busur satu derajat.
o. Ta’dil al-Alamah, merupakan koreksi waktu ijtima’
p. Al-Alamah al-Mu’adallah, merupakan waktu ijtima’ yang sebenarnya.
q. ‘Ardu al-Qamar, merupakan jarak bulan sepanjang lingkaran busur
astronomi yang dihitung dari bulan itu sampai ekliptika.
r. Irtifa’ al-Hilal, merupakan ketinggian hilal
s. Mukuts al-Hilal, merupakan lama hilal diatas ufuk
t. Qaus Nur al-Hilal, merupakan ukuran busur cahaya hilal188

187
Syarif Hidayatullah, Ilmu Falak, (Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat: 2008)
188
Teguh Shobri, Kitab Sullam An-Nayyirain dalam Tinjauan Astronomi Modern. An Nisa’a
: Jurnal Raden Fatah, Vol.9, No.2, Desember 2014
53

Data – data yang perlu diperhatikan :


a. Buruj / zodiak, dalam tabel ditulis dengan simbol ‫ ج‬memiliki nilai
maksimal 12.
b. al-Duruj/ derajat, pada tabel ditulis dengan simbol ‫ ﺟﺔ‬memiliki nilai
maksimal 30.
c. al-Daqaiq / menit, pada tabel ditulis dengan simbol ‫ ﻗﺔ‬memiliki nilai
maksimal 60.189
Metode yang digunakan dalam kitab Sullamun Nayyirain untuk
menentukan awal bulan Kamariah dimulai dengan terjadinya
ijtima’(konjungsi). Ijtima’ dapat terjadi apabila posisi matahari dan bulan
berada dalam satu buruj.190 Adapun proses dalam perhitungan untuk
menentukan awal bulan menggunakan data ulugh Beyk sebagai berikut:
1) menentukan bulan, tahun Kamariah yang hendak dihitung
2) Menentukan lokasi seperti lintang tempat dan bujur tempat
3) menentukan dengan cara menghitung ijtima

Menentukan ijtima’ awal dan akhir bulan Kamariah yaitu dengan


melakukan perhitungan seperti :
1) Memasukkan data tahun yang dihendak dicari
1. Memasukkan data tahun majmu’ah
2. Memasukkan data tahun mabsuthoh
3. Memasukkan data bulan (data bulan yang sebelumnya)

189
Shofiyullah, Analisis Pemikiran Muhammad Masur dalam Hisab Awal Bulan Kamariah,
Al-Wijdan: Journal of Islamic Education Studies, Vol. III, No.2, November 2018
190
Ansorullah, Metode Penetapan Awal BUlan Qamariah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) di
Indonesia, Skripsi Tahun 2010 di IAIN Walisongo Semarang
54

Berikut adalah data Tahun Majmu’ah, Mabsuthoh, dan data bulan

Gambar 3. 1
Data Tahun Majmu’ah

Gambar 3. 2
Data Tahun Mabsuthoh
55

Gambar 3. 3
Data Bulan

2) Kolom yang telah terisi dari data – data diatas dijumlahkan sesuai
dengan kolomnya.
3) Mencari Ta’dilul Khossoh, yaitu memberi koreksi dengan mengambil
2 kolom jumlah Khossoh yang sebelumnya lalu dikoreksi pada data
tabel dicari selisih lalu selisih tersebut dikalikan dengan jumlah
Khossoh pada kolom yang tersisa.

Gambar 3. 4
Data Ta’dilul Khossoh
56

4) Ta’dilul Markaz, yaitu memberi koreksi dengan mengambil 2


kolom jumlah markaz yang sebelumnya lalu dikoreksi pada tabel
dicari selisih lalu selisih tersebut dikalikan dengan jumlah markaz
pada kolom yang tersisa.

Gambar 3. 5
Data Ta’dilul Markaz

5) Mencari Al-Bu’du Bainannairoin yaitu dengan cara Ta’dilul


Khossoh dijumlahkan dengan Ta’dilul markaz
6) Jumlah Al-Bu’du Bainannairoin dikali 5 dibagi 60 lalu masukkan
ke kolom hasil
7) Mencari Ta’dilussyamsi yaitu dengan cara hasil perkalian 5
dijumlahkan dengan Ta’dilul markaz
8) Mencari Wasathussyamsi yaitu dengan cara menjumlahkan
markaz dan auj
9) Mencari Muqawwam Syams yaitu dengan cara menjumlahkan
Wasathussyamsi dengan Ta’dilussyamsi
10) Mencari data Ta’dilul Ayyam yaitu dengan cara mengambil data
Muqawwam Syams lalu koreksi
57

Gambar 3. 6
Data Ta’dilul Ayyam

11) Mencari Al-Bu’du Mu’addal yaitu dengan cara ta’dilul ayyam


dikurangi dengan Al-Bu’du Bainannairoin dengan pengurangan
terbalik
12) Mencari Hisshotussa’ah diambil dari data khossoh

Gambar 3. 7
Data Hisshotussa’ah
58

13) Mencari Ta’dilul ‘Alamah yaitu dengan cara al-Bu’du al-


Mu’addal dikali dengan koreksi Hisshotussa’ah.
14) Mencari al-Alamah al-Mu’addalah dengan cara mengurangi al-
Alamah dengan Ta’dilul al-Alamah dengan pengurangan terbalik.
15) Mencari data Ijtimak di Jakarta dengan cara al-Alamah al-
Mu’addalah ditambah dengan kaidah tambahan 1 jam.
16) Mencari waktu Ijtimak di Cibarusah, untuk mengetahui waktu
ijtimak pada daerah diluar Jakarta yaitu dengan mengetahui waktu
meridian daerah yang dimaksud lalu dikurangi apabila daerah yang
dimaksud berada di sebelah barat Jakarta dan dijumlahkan apabila
sebelah timur kota Jakarta.
17) Mencari selisih antara waktu ijtimak dengan terbenam
matahari pada hari terjadinya ijtimak. Yaitu dengan cara 24 jam
dikurangi data ijtimak.
18) Mencari Irtifa’ul Hilal yaitu dengan cara data selisih waktu antara
ijtimak dan terbenam matahari dikali ½
19) Mencari Mukuts Hilal yaitu dengan cara Irtifa’ul Hilal dikali 4
20) Mencari Urdl Qamar dengan cara koreksi pada tabel
59

Gambar 3. 8
Data Urdl Qamar

21) Mencari Nur al-Hilal dengan cara menjumlahkan data Mukuts


Hilal dengan Urdl Qamar.191
22) Mencari Manzilah Bulan yaitu melihat data atau tabel manzilah
dengan cara mengambil data Muqawwam Syams

191
Syarif Hidayatullah, Ilmu Falak, (Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat: 2008)
60

Gambar 3. 9
Data Manzilah Bulan

23) Mengetahui kemiringan bulan ke Utara atau Selatan yaitu dengan


melihat data rasi bintang dan mengambil data dari Muqawwam
Syams

Gambar 3. 10
Data Rasi Bintang
BAB IV
METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH DI PONDOK
PESANTREN AL BAQIYATUSSHOLIHAT

A. Latar Belakang Penggunaan Data Ulugh Beyk dalam Penentuan Awal


Bulan di Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat
Sosok KH. Raden Ma’mun Nawawi dikenal sebagai ulama ahli falak,
ia mendalami ilmu falak pada beberapa ulama baik pada para ulama di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur maupun ulama Betawi di Jakarta. KH. Raden
Ma’mun Nawawi belajar ilmu falak kepada Syaikh KH. Muhammad Manshur
bin Abdul Hamid al-Batawi (Guru Mansur) yang merupakan ulama Betawi
penulis kitab Sullamun Nayyirain, kedekatan KH. Raden Ma’mun Nawawi
dengan guru Mansur tidak hanya ketika KH. Raden Ma’mun Nawawi belajar
padanya, bahkan saat KH. Raden Ma’mun Nawawi sudah kembali dan
mendirikan pondok pesantren hubungan guru Mansur dengan KH. Raden
Ma’mun Nawawi tetap dekat.
Kedekatan antara KH. Raden Ma’mun Nawawi dengan guru Mansur
sebagai penulis kitab Sullamun Nayyirain menjadikan KH. Raden Ma’mun
Nawawi terus mengamalkan ilmu yang di dapat ketika belajar dengan Syaikh
KH. Muhammad Manshur (Guru Mansur) salahsatunya yaitu menentukan
awal bulan kamariah yang perhitungannya menggunakan data Ulugh Beyk
sehingga KH. Raden Ma’mun Nawawi menyusun sebuah kalender atau yang
dikenal dengan almanak Cibogo.
Dalam penyusunan almanak Cibogo KH. Raden Ma’mun Nawawi
selalu mengoreksi hasil perhitungannya dengan hasil perhitungan guru
Mansur, karena setiap tahunnya guru Mansur mengirimkan surat pada KH.
Raden Ma’mun Nawawi yang berisi hasil perhitungannya dalam penentuan
awal bulan dengan menggunakan data Ulugh Beyk yang terdapat dalam kitab
Sullamun Nayyirain. Setelah dikoreksi KH. Raden Ma’mun Nawawi
menyebarluaskan almanak tersebut kepada masyarakat sekitar, yang bertujuan
agar masyarakat mengetahui awal waktu ibadah seperti awal puasa dll.
Bahkan sampai saat ini KH. Encep Syahroni yang merupakan penerus KH.
Raden Ma’mun Nawawi dan KH. Fatahillah Ahmadi sebagai penerus guru

61
62

Manshur masih melakukan pengoreksian pada hasil perhitungan penentuan


awal bulan kamariah menggunakan data Ulugh Beyk.
Berikut ini merupakan kalender atau almanak Cibogo yang
disebarluaskan kepada para santri, alumni maupun masyarakat sekitar.

Gambar 4. 1
Almanak Cibogo
63

Gambar 4. 2
Almanak Cibogo

Almanak Cibogo bukan saja berisi sebuah tanggal, bulan dan tahun
namun, seperti gambar diatas almanak Cibogo terdapat keterangan
mengenai ijtimak, ketinggian hilal, Mukuts hilal (lama hilal berada diatas
ufuk), Manzilah (kedudukan bulan) dan keadaan bulan. Selain itu, pada
64

almanak Cibogo juga terdapat jadwal waktu shalat untuk daerah Cibogo
Cibarusah dan sekitarnya. Begitu juga pada almanak organisasi Islam
lainnya, seperti pada Persatuan Islam (PERSIS) pada almanak persis juga
terdapat jadwal waktu shalat dan keterangan seperti ijtimak dan ketinggian
hilal. Namun, terdapat perbedaan almanak persis dengan almanak Cibogo
yaitu pada almanak persis tidak terdapat Manzilah (kedudukan bulan) dan
keadaan bulan.
KH. Raden Ma’mun Nawawi yang merupakan sesosok ulama ahli
dalam ilmu falak di Cibogo Cibarusah dengan pribadi yang rendah
hati(tawadhu) dan konsisten (istiqamah). Oleh karena itu, ketika KH.
Raden Ma’mun Nawawi mendirikan sebuah pesantren dalam pesantren
tersebut terdapat pembelajaran mengenai ilmu falak. Pembelajaran ilmu
falak tersebut bertujuan agar para santri memiliki bekal dalam mengatasi
penentuan awal ibadah, seperti puasa. Oleh karena itu, pondok pesantren
Al Baqiyatussholihat dikenal sebagai pondok pesantren ilmu falak, karena
di pondok pesantren Al Baqiyatussholihat ilmu falak dimasukkan kedalam
kurikulum madrasah, sehingga para santri memiliki kewajiban untuk
mempelajarinya.
Penentuan awal bulan yang diajarkan kepada santri merupakan
perhitungan yang berdasarkan pada data Ulugh Beyk, perhitungan data
Ulugh Beyk terdapat dalam kitab Sullamun Nayyirain merupakan kategori
hisab haqiqi taqribi. Hisab haqiqi taqribi termasuk kedalam perhitungan
matematik dan astronomis dengan tingkat perhitungan yang sederhana
sehingga perhitungan tersebut memberikan dampak yang mudah dipahami
bagi para santri. Sehingga para santri dapat memiliki bekal dalam
mengatasi penentuan awal ibadah, seperti puasa dengan menggunakan
perhitungan yang sederhana.
Penggunaan hisab dengan menggunakan data Ulugh Beyk sudah
dilakukan sejak berdirinya pondok pesantren Al Baqiyatussholihat, yaitu
pada tahun 1938 bahkan sampai saat ini masih dilanjutkan oleh para
penerus dari KH. Raden Ma’mun Nawawi. Hal tersebut masih digunakan
65

sampai saat ini karena memberikan dampak baik bagi masyarakat sekitar
yaitu dapat mengetahui penenentuan awal bulan dengan keilmuwan yang
jelas seperti dalam kebersambungan sanad sehingga tidak menyesatkan.
Oleh karena itu, masyarakat sekitar masih mengacu kepada penentuan
awal bulan di Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat dengan
menggunakan data Ulugh Beyk.
Alasan – alasan lain pondok pesantren Al Baqiyatussholihat masih
menggunakan perhitungan dengan data Ulugh Beyk yang terdapat dalam
Sullamun Nayyirain berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
pengurus pondok pesantren Al Baqiyatussholihat yaitu sebagai berikut :
1) Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat berpegang kepada dalil Al
Qur’an seperti (QS. Yunus : 5) yang memiliki arti “Agar kamu
mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu)” dan dalam (QS.
Ar-Rahman : 5) “Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.”
maka dengan dalil tersebut KH. Raden Ma’mun Nawawi selaku
pendiri, dan para penerus Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat
menggunakan hisab dalam menentukan awal bulan Kamariah di
Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat.
2) Menjaga kebersambungan sanad atau transmisi keilmuan, karena agar
ilmu tersebut tidak menyesatkan baik untuk dirinya ataupun oranglain.
Oleh karena itu, KH. Raden Ma’mun Nawawi di Pondok Pesantren Al
Baqiyatussholihat dalam penentuan awal bulan menggunakan metode
hisab dengan data Ulugh Beyk yang terdapat dalam Sullamun
Nayyirain karena jelas kesambungan sanad nya ia belajar langsung
kepada penulis kitab Sullamun Nayyirain yaitu Syaikh KH.
Muhammad Manshur bin Abdul Hamid al-Batawi (Guru Mansur).
3) Para warga sekitar lingkungan Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat
Cibarusah menjadikan penentuan awal bulan dengan menggunakan
data Ulugh Beyk tersebut sebagai acuan. Terutama penentuan awal
bulan pada Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Maka para warga
masih menggunakan almanak Cibogo dalam kehidupannya.
66

4) Sebuah bentuk meneladani sosok Syaikh KH. Muhammad Manshur


bin Abdul Hamid al-Batawi (Guru Mansur) yang merupakan guru dari
KH. Raden Ma’mun Nawawi dalam mempelajari ilmu falak dan
pendorong KH. Raden Ma’mun Nawawi dalam membuat almanak
Cibogo. Selain itu, penentuan awal bulan dengan metode hisab
menggunakan data Ulugh Beyk yang terdapat dalam Sullamun
Nayyirain hingga saat ini meskipun KH. Raden Ma’mun Nawawi
sudah wafat yaitu para penerus, para santri dan alumni merupakan
sebagai bentuk meneladani KH. Raden Ma’mun Nawawi.
5) Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat Cibarusah menjunjung tinggi
kepatuhan kepada para kyai ataupun guru, sehingga sesuatu yang
diperintahkan oleh kyai ataupun guru selama bukan hal yang
bertentangan dalam agama maka harus dipatuhi. Seperti hal nya
mengamalkan atau mempelajari ilmu falak atau hisab dengan
menggunakan data Ulugh Beyk merupakan perintah dari KH. Raden
Ma’mun Nawawi maka para santri harus patuh dalam perintah
tersebut. Selain itu, penentuan awal bulan menggunakan peritungan
dengan data Ulugh Beyk yang terdapat dalam Sullamun Nayyirain
termasuk kedalam hisab taqribi yaitu menggunakan hitungan
sederhana sehingga perhitungan tersebut tidak menyulitkan para santri
dalam mempelajari penentuan awal bulan.

B. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah dengan Data Ulugh Beyk di


Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat
Penentuan awal bulan kamariah pada Pondok Pesantren Al
Baqiyatussholihat menggunakan metode hisab dengan sistem Hisab Hakiki
Taqribi berdasarkan kitab Sullam an-Nayyirain dengan menggunakan data –
data yang disusun oleh Turghay Ulugh Beyk. Hisab Hakiki Taqribi
merupakan sistem hisab dengan menggunakan kaidah astronomis dan
matematis. Akan tetapi, pada hisab hakiki taqiribi masih menggunakan rumus
sederhana seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
67

Pada data Ulugh Beyk untuk penentuan awal bulan dalam datanya
menggunakan simbol serta menggunakan angka-angka sedangkan tatacara
dalam perhitungannya yaitu dengan mencari hasil dari ta’dil, mencari
Wasath, mencari koreksi jarak bulan-matahari (Ta’dilul Ayyam), selanjutnya
yaitu mencari ketinggian hilal, lama hilal dapat dirukyat dll.
Berikut ini merupakan almanak/kalender yang di terbitkan oleh Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat dengan perhitungan berdasarkan kitab Sullam
an-Nayyirain yang menggunakan data-data yang disusun oleh Sultan Ulugh
Beyk

Gambar 4. 3
Almanak Cibogo Ramadhan 1442 H

Pada gambar diatas menunjukan bahwa pada bulan Ramadhan 1442 H


ijtimak terjadi pada hari Senin, pukul 9.17 WIB dan ketinggian hilal pada
malam Selasa 4° 22’. Sedangkan, Mukuts hilal atau lama hilal berada diatas
ufuk yaitu 17’ dengan manzilah atau orbit yaitu Rosya yang miring ke Utara.
Berikut ini, tata cara perhitungan menentukan awal bulan dengan
menggunakan data-data Ulugh Beyk.
1. Memasukkan data majmu’ah, mabsuthah, as-syahru dan
dijumlahkan.
Data-data majmu’ah, mabsuthah, as-syahru diisi sesuai dengan tahun
dan bulan yang akan dicari, data tersebut didapatkan dari data-data Ulugh
Beyk lalu jika sudah dimasukkan data tersebut dapat dijumlahkan.
‫( ﺑﺤﺴﺎب اﻟﺸﮭﺮ اﻟﻘﻤﺮ اﻟﺸﮭﺮﻋﻲ ﺣﺴﺎﺑﺎ ھﻼﻟﯿﺎ ﻗﻄﻌﻲ‬١٤٤٢) ‫ﻛﯿﻔﯿﺔ ﻣﻌﺮﻓﺔ اول ﺷﮭﺮ )رﻣﻀﺎن( ﺳﻨﺔ‬
68

‫( ﺑﺤﺴﺎب اﻟﺸﮭﺮ اﻟﻘﻤﺮ اﻟﺸﮭﺮﻋﻲ ﺣﺴﺎﺑﺎ ھﻼﻟﯿﺎ ﻗﻄﻌﯿﺎ‬١٤٤٢) ‫ﻛﯿﻔﯿﺔ ﻣﻌﺮﻓﺔ اول ﺷﮭﺮ )رﻣﻀﺎن( ﺳﻨﺔ‬
‫اﻻوج‬ ‫اﻟﻤﺮﻛﺰ‬ ‫اﻟﺨﺎﺻﺔ‬ ‫اﻟﺤﺼﺔ‬ ‫اﻟﻌﻠﻤﺔ‬
‫ﻗﺔ‬ ‫ﺟﮫ‬ ‫م‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫ﺟﮫ‬ ‫م‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫ﺟﮫ‬ ‫م‬
34 12 3 50 7 3 13 16 8 3 19 2 9 18 4 (١٤٤٠) ‫ﻋﺪداﻟﺴﻨﯿﻦ اﻟﻤﺠﻤﻮﻋﺔ‬
2 32 8 11 36 19 8 6 16 0 37 17 1 ( ٢ ) ‫ﻋﺪداﻟﺴﻨﯿﻦ اﻟﻤﺴﻮطﺔ‬
45 2 6 43 0 6 42 4 7 8 17 3 ‫اﻟﺸﮭﺮ ﻗﺒﻞ ﺷﮭﺮك )ﺳﻌﺒﺎ (ن‬
3
36 12 3 7 10 9 32 6 11 51 9 10 54 4 3 ‫ﺟﻤﻠﺔ ﺣﺮﻛﺔ‬
Tabel 4. 1
Jumlah data Alamah, Hissoh, Khossoh, Markaz dan Auj

2. Menentukan Ta’dilul Khossoh


Menentukan Ta’dilul Khossoh yaitu dengan cara mengambil dari
data khossoh pada tabel 4.1, jumlah dari khossoh yaitu 11 bintang 6 derajat
32 menit, lalu data 11 bintang 6 derajat disesuaikan dengan data Ta’dilul
Khossoh yang terdapat pada data Ulugh Beyk (gambar 3.4) sehingga
didapatkan satar awal 6 derajat 52 menit dan satar tsani 6 derajat 48
menit. Lalu selisih tersebut dikalikan dengan sisa data dari jumlah khossoh
yang belum disesuaikan dengan data Ta’dilul Khossoh yaitu 32 menit,
selanjutnya terdapat kaidah :
b. “Apabila satar awal lebih besar dari satar tsani maka satar awal
dikurangi kasrul mahfuz(hasil dari perkalian selisih satar awal dan
satar tsani dengan data jumlah yang belum disesuaikan).”
c. “Apabila satar awal lebih kecil dari satar tsani maka satar awal
dijumlahkan dengan kasrul mahfuz(hasil dari perkalian selisih satar
awal dan satar tsani dengan data jumlah yang belum disesuaikan).”
Kemudian hasil tersebut dimasukkan kedalam tabel.
‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻟﺨﺎص‬
𝟓𝟐 𝟔
𝟒𝟖 𝟔
𝟒
2 32
8
69

52 6
8 2
𝟓𝟐 𝟒𝟗 𝟔
‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬
52 49 6
‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻟﺨﺎص‬
Keterangan : 32 x 4 = 128. Kemudian 128 tersebut dibagi 60 menit,
hasilnya 2 menit 8 detik. Jadi, Ta’dilul Khossoh adalah 6 derajat, 49 menit,
52 detik.

3. Menentukan Ta’dilul Markaz


Menentukan Ta’dilul Markaz yaitu dengan cara mengambil dari data
markaz yang sudah dijumlahkan (tabel 4.1) yaitu 9 bintang, 10 derajat, 7
menit disesuaikan dengan data Ta’dilul markaz pada yang terdapat pada
data Ulugh Beyk (gambar 3.5) lalu berlaku kaidah seperti pada Ta’dilul
Khossoh setelah itu masukkan kedalam tabel.
‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻟﻤﺮﻛﺰ‬
3 0
3 0
0
‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬
3 0 ‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻟﻤﺮﻛﺰ‬

Jadi, Ta’dilul markaz adalah 0 derajat 3 menit.

4. Menentukan Al-Bu’du Bainannairoin


Menentukan Al-Bu’du Bainannairoin yaitu dengan menjumlahkan data
dari Ta’dilul Khossoh dan Ta’dilul Markaz.
‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫ﺟﮫ‬ ‫م‬ ‫ج‬
52 49 6 + ‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻟﺨﺎص‬
3 0 ‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻟﻤﺮﻛﺰ‬
52 52 6 ‫اﻟﺒﻌﺪ ﺑﯿﻦ اﻟﻨﯿﺮ ﯾﻦ‬

Jadi, Al-Bu’du Bainannairoin adalah 6 derajat, 52 menit, 52 detik.


70

5. Menentukan Ta’dilussyamsi
Menentukan Ta’dilussyamsi yaitu Al-Bu’du Bainannairoin dikalikan 5
(kaidah) lalu hasil dari perkalian tersebut dijumlahkan dengan Ta’dilul
Markaz.
‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫ﺟﮫ‬ ‫م‬ ‫ج‬

52 52 6 ‫اﻟﺒﻌﺪ ﺑﯿﻦ اﻟﻨﯿﺮﯾﻦ‬

4 4
20 20 30 x5 ‫ﻗﺎ ﻋﺪة‬

24 34 ‫ﺣﺎﺻﻞ اﻟﻀﺮب‬

3 0 ‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻟﻤﺮﻛﺰ‬
24 37 0 ‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻟﺸﻤﺲ‬

Jadi, Ta’dilussyamsi adalah 0 derajat, 37 menit, 24 detik.

6. Menentukan Wasathussyamsi
Menentukan Wasathussyamsi yaitu dengan menjumlahkan data Markaz
dan data Auj
‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬
7 10 9
+ ‫اﻟﻤﺮﻛﺰ ﻓﻲ اﻟﺤﺮﻛﺎت‬
36 12 3 ‫اﻻوج ﻓﻲ اﻟﺤﺮﻛﺎت‬
43 22 0 ‫وﺳﻂ اﻟﺸﻤﺲ‬

Jadi, Wasathussyamsi adalah 0 bintang 22 derajat 43 menit.

7. Menentukan Muqawwam Syams


Menentukan Muqawwam Syams yaitu dengan mengurangi data
Wasathussyamsi dengan Ta’dilussyamsi
71

‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬


43 22 0
- ‫وﺳﻂ اﻟﺸﻤﺲ‬
24 37 0 ‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻟﺸﻤﺲ‬
36 5 22 0 ‫ﻣﻘﻮم اﻟﺸﻤﺲ‬

Jadi, Muqawwam Syams adalah 0 bintang, 22 derajat, 5 menit, 36


detik.
8. Menentukan Ta’dilul Ayyam
Menentukan Ta’dilul Ayyam yaitu dengan cara data dari Muqawwam
Syams yaitu 0 bintang, 22 derajat, 5 menit, 36 detik disesuaikan dengan
data Ta’dilul Ayyam pada tabel Ulugh Beyk (gambar 3.6), lalu dihitung
selisihnya dan dikalikan dan hasil tersebut dimasukkan kedalam tabel.
‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻷﯾﺎم‬
8
9
1= 12
2
24
1 5
0
7 36
12

8
12 7 25 +
12 7 25 8
‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬
25 8
‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻷﯾﺎم‬
72

Keterangan : selisih dari penyesuaian data yaitu 1=12, nilai 12


merupakan hasil dari 60 dibagi 5 , nilai 5 didapatkan dari
perbedaan setiap angka pada data Ta’dilul Ayyam (gambar 3.6).
Jadi, Ta’dilul Ayyam adalah 8 menit, 25 detik.

9. Menentukan Al-Bu’du Mu’addal


Menentukan Al-Bu’du Mu’addal yaitu dengan cara mengurangi Ta’dilul
Ayyam dengan Al-Bu’du Bainannairoin.

‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬


25 8
- ‫ﺗﻌﺪ ﯾﻞ اﻷﯾﺎم‬
52 52 6 ‫اﻟﺒﻌﺪ ﺑﯿﻦ اﻟﻨﯿﺮﯾﻦ‬
(‫)ﻣﻨﻘﻮص ﻣﻨﮫ‬
27 44 6 ‫اﻟﺒﻌﺪ اﻟﻤﻌﺪل‬

Keterangan : ‫ ﻣﻨﻘﻮص ﻣﻨﮫ‬merupakan keterangan bahwa penguran tersebut


dibalik tidak seperti pada umumnya, yaitu pengurangan dilakukan dari
bawah keatas atau bawah dikurangi atas maka 6 derajat, 52 menit, 52 detik
dikurangi 8 menit 25 detik.
Jadi, Al-Bu’du Bainannairoin adalah 6 derajat, 44 menit, 27 detik.
10. Menentukan Hisshotussa’ah
Menentukan Hisshotussa’ah yaitu data hasil dari penjumlahan khossoh
(tabel 4.1) yaitu 11 bintang 6 derajat 32 menit disesuaikan dengan data
Hisshotussa’ah pada tabel Ulugh Beyk (gambar 3.7) lalu dicari selisihnya
dan dikalikan dengan sisa data dari Khossoh dan hasil tersebut
dimasukkan kedalam tabel.
‫ﺣﺼﺔ اﻟﺴﺎﻋﺔ‬
10 2
11 2
11 = 2
73

1
12
6 32
24

10 2
24 18 +
24 18 10 2

‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬


18 10 2
‫ﺣﺼﺔ اﻟﺴﺎﻋﺔ‬
Jadi, Hisshotussa’ah adalah 2 derajat, 10 menit, 18 detik.
11. Menentukan Ta’dilul ‘Alamah
Perkalian Al-Bu’du Mu’addal dan Hisshotussa’ah
27 44 6
1
54 28 12 2
4 7 1
30 20 10
8 13 1
6 12 48 18

6 50 19 38 14

‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬


27 44 6
x ‫اﻟﺒﻌﺪ اﻟﻤﻌﺪل‬

18 10 2 ‫ﺣﺼﺔ اﻟﺴﺎﻋﺔ‬
20 38 14 ‫ﺗﻌﺪﯾﻞ اﻟﻌﻼﻣﺔ‬
Jadi, Ta’dilul ‘Alamah adalah 14 jam, 38 menit, 20 detik.
74

12. Menentukan al-Alamah al-Mu’addalah


Menentukan al-Alamah al-Mu’addalah yaitu Ta’dilul ‘Alamah dikurangi
jumlah dari data ‘Alamah.
‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬
20 38 14 0
- ‫ﺗﻌﺪﯾﻞ اﻟﻌﻼﻣﺔ‬
54 4 3 ‫ﻓﻲ اﻟﺤﺮﻛﺔ‬ ‫اﻟﻌﻼﻣﺔ‬
(‫)ﻣﻨﻘﻮص ﻣﻨﮫ‬
40 15 14 2 ‫اﻟﻌﻼﻣﺔ اﻟﻤﻌﺪﻟﺔ‬
Jadi, al-Alamah al-Mu’addalah adalah 2 hari, 14 jam, 15 menit, 40
detik.
13. Menentukan Ijtimak di Jakarta
Menentukan Ijtimak di Jakarta yaitu al-Alamah al-Mu’addalah
dijumlahkan dengan kaidah tambahan (1).
‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬
40 15 14 2
+ ‫اﻟﻌﻼﻣﺔ اﻟﻤﻌﺪﻟﺔ‬
1 ‫ﺗﻄﺒﯿﻖ اﻟﻌﻤﻞ زﯾﺎدة‬
‫اﻟﺘﻤﻜﯿﻦ‬
40 15 15 2 ‫اﺟﺘﻤﺎع ﻓﻲ ﺟﺎﻛﺮﺗﺎ‬

Jadi, Ijtimak di Jakarta adalah 2 hari, 15 jam, 15 menit, 40 detik.


Untuk nilai hari dihitung dari hari Minggu yaitu Senin, untuk nilai
jam dihitung dari jam 18.00 yaitu jam 09.00 pagi.

14. Menentukan Ijtimak di Cibarusah


Menentukan Ijtimak di Cibarusah yaitu mencari terlebih dahulu selisih
waktu meridian antara kota Jakarta dengan daerah yang akan dicari,
apabila daerah yang dicari berada disebelah timur kota Jakarta maka data
ijtimak di Jakarta ditambah selisih waktu meridian, namun apabila berada
disebelah barat kota Jakarta maka data ijtimak dikurangi selisih waktu
75

meridian. Untuk Cibarusah selisih waktu meridian dengan kota Jakarta


yaitu 1 menit 4 detik dan berada disebelah timur kota Jakarta, maka data
ijtimak di Jakarta ditambah 1 menit 4 detik.
40 15 15 2 ‫اﺟﺘﻤﺎع ﻓﻲ ﺟﺎﻛﺮﺗﺎ‬
4 1 -+ ‫ﻓﻀﻞ اﻟﻄﻠﯿﻦ‬
44 16 15 2 Cibarusah ‫اﺟﺘﻤﺎع ﻓﻲ‬

Jadi, data ijtimak di Cibarusah adalah hari Senin, jam 09:17 pagi.
Nilai 17 didapatkan dari 16 dijumlah 1, dari kolom berikutnya
lebih dari 30 maka dibulatkan menjadi 1 maka 16+1 = 17.

15. Menentukan selisih antara waktu ijtimak dengan terbenam matahari


Menentukan selisih antara waktu ijtimak dengan terbenam matahari pada
hari terjadinya ijtimak yaitu dikurangi dengan 24 jam (kaidah).
44 14 13 2 – Cibarusah ‫اﺟﺘﻤﺎع ﻓﻲ‬
24 ‫ﻗﺎﻋﺪة‬
(‫)ﻣﻨﻘﻮص ﻣﻨﮫ‬
16 43 8 ‫ﻋﺪد اﻟﺴﺎ ﻋﺔ ﻣﻦ اﻻﺟﺘﻤﺎع اﻟﻐﺮوب‬
Jadi, selisih antara waktu ijtimak dengan terbenam matahari adalah 8 jam,
43 menit, 16 detik.
16. Menentukan Irtifa’ul Hilal
Menentukan Irtifa’ul Hilal data selisih waktu antara ijtimak dengan
terbenam matahari dikalikan 30 (kaidah).
‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫ﺟﮫ‬ ‫م‬ ‫ج‬

16 43 8 ‫ﻋﺪد اﻟﺴﺎ ﻋﺔ ﻣﻦ اﻻﺟﺘﻤﺎع اﻟﻐﺮوب‬


8 21 4
30 x30 ‫ﻗﺎ ﻋﺪة‬

38 21 4 ‫ارﺗﻔﺎع اﻟﮭﻼل‬
Jadi, Irtifa’ul Hilal adalah 4 derajat, 21 menit, 38 detik.
76

17. Menentukan Mukuts Hilal


Menentukan Mukuts Hilal atau diamnya hilal diatas ufuk setelah matahari
terbenam, yaitu tinggi hilal dikali 4 (kaidah).

‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫ﺟﮫ‬ ‫م‬ ‫ج‬


38 21 4 ‫ارﺗﻔﺎع اﻟﮭﻼل‬

2 1 x4 ‫ﻗﺎ ﻋﺪة‬

32 24 16
27 17 ‫ﻣﻜﺚ اﻟﮭﻼل‬

Jadi, Mukuts Hilal adalah 17 menit, 27 detik.


18. Menentukan Urdl Qamar
Menentukan Urdl Qamar atau lintang bulan yaitu data hasil penjumlahan
hissoh disesuaikan dengan data Urdl Qamar pada tabel Ulugh Beyk lalu
dikalikan dengan sisa dari data hissoh dan hasilnya dimasukkan kedalam
tabel.
‫ﻋﺮض اﻟﻘﻤﺮ‬
53 3
50 3
3
1 32
36

53 3
36 1 -
24 51 3
‫ﻧﻲ‬ ‫ج م ﺟﮫ ﻗﺔ‬
24 51 3
‫ﻋﺮض اﻟﻘﻤﺮ‬
Jadi, Urdl Qamar adalah 3 derajat, 51 menit, 24 detik.

19. Menentukan Nur al-Hilal


Menentukan Nur al-Hilal atau cahaya hilal yaitu dengan menjumlahkan
Mukuts Hilal dan Urdl Qamar.
77

‫ﻧﻲ‬ ‫ﻗﺔ‬ ‫م ﺟﮫ‬ ‫ج‬


27 17 + ‫ﻣﻜﺚ اﻟﮭﻼل‬
24 51 3 ‫ﻋﺮض اﻟﻘﻤﺮ‬
51 8 4 ‫ﻧﻮر اﻟﮭﻼل‬
Jadi, Nur al-Hilal adalah 4 derajat, 8 menit, 51 detik.

Hasil Perhitungan :
1 Ijtimak pada hari Senin Jam 9.17 Pagi
2 Tinggi Hilal Malam Selasa 4°22’
3 Mukuts Hilal 17’ 27”
4 Manzilah Bulan Ar-Rosya (‫) اﻟﺮﺷﺎ‬
5 Keadaan Bulan miring ke Utara

Konjungsi atau Ijtimak terjadi pada hari Senin tanggal 12 April 2021 Jam
9.17 pagi, Tinggi Hilal yaitu 4°22, Mukuts hilal atau lama hilal berada diatas
ufuk yaitu 17’ 27” dengan Manzilah atau kedudukan bulan yaitu Ar-Rosya
dan keadaan bulan miring ke Utara. Maka awal bulan Ramadhan yaitu jatuh
pada hari Selasa tanggal 13 April 2021.

Keterangan :
a. Untuk mengetahui Manzilah bulan yaitu dari data manzilah bulan Ulugh
Beyk (gambar 3.9) yang disesuaikan dengan data Muqawwam Syams
yaitu 12 bintang, 22 derajat, 5 menit, 36 detik. Lalu masukkan 12 pada
kolom rasi bintang dikolom atas dan nilai 22 derajat pada kolom derajat
disebelah kiri kemudian lihat titik potong antara kedua kolom tersebut
yaitu 5 derajat Manzilah Ar-Rosya.
b. Untuk mengetahui keadaan miring bulan yaitu dari tabel rasi bintang yang
disesuaikan dengan Muqawwam Syams yaitu 12 bintang, 22 derajat, 5
menit, 36 detik. Apabila rasi bintang Sho’idah(rasi bintang nomor 0, 1, 2,
9, 10 dan 11) maka keadaan bulan miring ke Utara dan apabila rasi
bintang Habithoh (3, 4, 5, 6, 7 dan 8) maka keadaan bulan miring ke
78

Selatan. Maka pada nilai diatas adalah 12 derajat atau 0 keadaan bulan
miring ke Utara.

C. Prediksi Penentuan Awal Bulan Kamariah dengan data Ulugh Beyk


Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat telah melakukan hisab selama
satu tahun dalam setiap tahunnya dan disusun serta disebarluaskan yang
dikenal dengan Almanak Cibogo, penentuan awal bulan tersebut
mengghunakan metode hisab hakiki taqribi, dalam penetapan awal bulan
kamariah di Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat memiliki kriteria
ketinggian hilal minimal 2°.
Kriteria imkanur rukyat yaitu kemungkinan hilal dapat di rukyat yang
digunakan oleh Badan Hisab Rukyat Depag RI yaitu tinggi hilal minimun 2°
namun, kriteria imkanur rukyat tersebut ditentukan berdasarkan keberhasilan
pengamatan hilal. Sedangkan, pada Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat
sudah dapat ditentukan secara pasti apabila dalam hisab minimal sudah 2°
maka dapat ditentukan bulan baru karena berdasarkan pengamatan,
pemeriksaan dan pengalaman di Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat yang
dilakukan oleh KH. Raden Ma’mun Nawawi bahwa 2 derajat sudah terpenuhi
kriteria hilal dan hilal sudah dapat dilihat, hal tersebut juga pada saat ini sudah
memasuki kriteria batas minimum ketinggian hilal pada imkanur rukyat.
Prediksi hisab dengan menggunakan perhitungan data Ulugh Beyk
dibandingkan dengan Pemerintah yang terdapat pada kalender dalam
penentuan awal bulan pada Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah dari tahun 1442
H/2021 M sampai dengan tahun 1446 H/2025 M.
Pada tahun 2021 diketahui pemerintah menetapkan bahwa 1 Ramadhan
jatuh pada hari Selasa tanggal 13 April 2021. Begitupun dengan hasil
perhitungan menggunakan data Ulugh Beyk bahwa, pada malam Selasa
ketinggian hilal yaitu 4° 22’ maka pada hari Selasa tanggal 13 April 2021
menetapkan awal bulan Ramadhan. Maka penentapan pada awal Ramadhan
1442 H/2021 antara hasil perhitungan menngunakan data Ulugh Beyk dengan
Pemerintah sama. Selanjutnya pada awal bulan Syawal maupun Dzulhijjah
sama dalam penetapan awal bulan yaitu awal bulan Syawal pada hasil
79

perhitungan menggunakan data Ulugh Beyk jatuh pada hari Kamis 13 Mei
2021 begitu juga penetapan pada Pemerintah dan awal bulan Dzulhijjah pada
Pemerintah ditetapkan pada hari Minggu 11 Juli 2021 begitu juga pada hasil
perhitungan menggunakan data Ulugh Beyk. Penentapan pada 1442 H/2021 M
dalam awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah antara hasil perhitungan
menggunakan data Ulugh Beyk dan Pemerintah terjadi kesamaan.
Selanjutnya, prediksi Tahun 1443 H/2022 M ditemukan bahwa
Pemerintah menetapkan awal bulan Ramadhan pada hari Minggu tanggal 3
April 2022192, sedangkan pada hasil perhitungan peneliti dengan
menggunakan metode yang digunakan di Pondok Pesantren Al
Baqiyatussholihat menetapkan bahwa awal Ramadhan yaitu pada hari Sabtu
tanggal 2 April 2022 karena pada tanggal 2 April 2022 ketinggian hilal sudah
memenuhi kriteria minimum yaitu 2° 15’. Sehingga, awal bulan Ramadhan
antara Pemerintah dengan hasil perhitungan menggunakan data Ulugh Beyk
terjadi perbedaan.
Perbedaan tersebut terjadi karena hasil perhitungan ketinggian hilal
dengan menggunakan data Ulugh Beyk yaitu 2°, perhitungan menggunakan
data Ulugh Beyk yang terdapat pada Sullamun Nayyirain merupakan hasil
observasi beberapa abad yang lalu (perlu untuk dikoreksi lagi, sehingga dapat
sesuai dengan penemuan baru), maka kurang tepat apabila Pondok Pesantren
Al Baqiyatussholihat menggunakan kriteria 2° pada ketinggian hilal dalam
menetapkan awal bulan. Karena kriteria 2° dalam perhitungan menggunakan
data Ulugh Beyk kemungkinan hilal sudah dapat terlihat namun, dalam
perhitungan kontemporer hilal belum terlihat sehingga belum dapat ditentukan
awal bulan, karena pada perhitungan kontemporer yang digunakan pemerintah
sebagai penentuan awal bulan tersebut menggunakan data-data astronomi
terkini.
Penetapan awal bulan antara Pemerintah dengan Pondok Pesantren Al
Baqiyatussholihat tidak selalu terjadi perbedaan, karena Pondok Pesantren Al

192
Alhabib, “Kalender Islam (Hijriyah) Tahun 2022 M, Berdasarkan Kemungkinan Rukyatul
Hilal Meliputi Tahun Hijriyah : 1443-1444 H” https://www.al-habib.info/kalender-
islam/global/kalender-islam-global-tahun-2022-m.htm diakses pada 21 Juli 2021
80

Baqiyatussholihat memiliki kriteria yang sama dengan imkanur rukyat yang


merupakan kriteria yang digunakan pemerintah dalam menetapkan awal
bulan. Namun, antara Pemerintah dengan Pondok Pesantren Al
Baqiyatussholihat menggunakan metode hisab yang berbeda. Pada Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat menggunakan metode Hisab Hakiki Taqribi
dengan menggunakan data Ulugh Beyk sedangkan Pemerintah menggunakan
metode hisab hisab kontemporer seperti ephemeris.
Perbedaan pada metode Hisab Hakiki Taqribi dengan hisab
kontemporer yaitu, dalam Hisab Hakiki Taqribi menggunakan data bulan dan
matahari yang berdasarkan pada data dan tabel Ulugh Beyk. Selain itu, dalam
perhitungannya menggunakan perhitungan yang sederhana seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Sedangkan dalam hisab
kontemporer sudah menggunakan rumus-rumus ilmu ukur segitiga bola dan
koreksi – koreksi yang lebih detail sesuai dengan perkembangan sains dan
teknologi. Seperti ephemeris dalam perhitungannya menggunakan data
ephemeris data yang memuat matahari dan bulan dalam setiap jamnya.
Maka penentuan awal bulan pada beberapa waktu akan terjadi
perbedaan karena terdapat perbedaan metode hisab yang digunakan antara
Pemerintah dengan Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat. Meskipun dalam
hal kriteria ketinggian hilal sama yaitu 2°. Namun, kriteria tersebut kurang
ideal apabila digunakan pada Hisab Hakiki Taqribi dengan menggunakan data
Ulugh Beyk karena, pada data Ulugh Beyk hasilnya perlu dikoreksi lebih
lanjut, terutama dalam ketinggian hilal sehingga mengakibatkan penentuan
awal bulan kamariah antara Pemerintah dengan Pondok Pesantren Al
Baqiyatussholihat berbeda.
Perbedaan penentuan awal bulan tidak selalu terjadi seperti pada 1442
H/2021 M, 1444 H/2023 M, 1445 H/2024 M, 1446 H/2025 M penentuan pada
awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah serta 1443 H/2022 M pada awal
bulan Syawal dan Dzulhijjah terjadi kesesuaian antara kalender nasional
dengan prediksi awal bulan hasil perhitungan peneliti menggunakan data
Ulugh Beyk.
81

Berikut ini tabel prediksi awal bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha
berdasarkan hasil perhitungan peneliti dengan menggunakan data Ulugh Beyk
selama 5 tahun (1442 H – 1446 H).
Prediksi
No Tahun (H/M) Waktu Keterangan
Waktu
1 1442 H/2021 M R 13/04/2021 Ijtimak Ramadhan 1442 H (Sen, 12/03/21),
Tinggi Hilal (Sel, 4° 22’)
S 13/05/2021 Ijtimak Syawal 1442 H (Rab, 12/05/21), Tinggi
Hilal (Kam, 8° 20’)
D 11/07/2021 Ijtimak Dzulhijjah 1442 H (Sab, 10/07/21),
Tinggi Hilal (Ming, 5°27’)
2 1443 H/2022 M R 02/04/2022 Ijtimak Ramadhan 1443 H (Jum, 01/04/22 ),
Tinggi Hilal (Sab, 2° 15’)
S 02/05/2022 Ijtimak Syawal 1443 H (Ming, 01/05/22),
Tinggi Hilal (Sen, 7° 17’)
D 30/06/2022 Ijtimak Dzulhijjah 1443 H (Rab, 29/06/22),
Tinggi Hilal (Kam, 4° 37’)
3 1444 H/2023 M R 23/03/2023 Ijtimak Ramadhan 1444 H (Rab, 22/03/23),
Tinggi Hilal (Kamis, 8° 45’)
S 21/04/2023 Ijtimak Syawal 1444 H (Kam, 20/04/23),
Tinggi Hilal (Jum, 3° 25’)
D 19/06/2023 Ijtimak Dzulhijjah 1444 H (Ming, 18/06/23),
Tinggi Hilal (Senin, 3° 21’)
4 1445 H/2024 M R 12/03/2024 Ijtimak Ramadhan 1445 H (Min, 10/03/24),
Tinggi Hilal (Senin, 0° 49’)
S 10/04/2024 Ijtimak Syawal 1445 H (Selasa, 09/04/24),
Tinggi Hilal (Rabu, 8° 17’)
D 08/06/2024 Ijtimak Dzulhijjah 1445 H (Jum, 07/06/24),
Tinggi Hilal (Sab, 11° 19’)
5 1446 H/2025 M R 01/03/2025 Ijtimak Ramadhan 1446 H (Jum, 28/02/25),
Tinggi Hilal (Sab, 4° 53’)
S 31/03/2025 Ijtimak Syawal 1446 H (Sab, 29/03/25), Tinggi
Hilal (Ming, 0° 24’)
D 28/05/2025 Ijtimak Dzulhijjah 1446 H (Sel, 27/05/25),
Tinggi Hilal (Rab, 3° 56’)

Keterangan :
R : Ramadhan
S : Syawal
D : Dzulhijjah
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasann yang telah penulis paparkan pada bab-
bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penentapan Awal Bulan Kamariah di Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat yaitu menggunakan metode hisab hakiki taqribi yang
merupakan sebuah perhitungan yang sederhana seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian. Perhitungan tersebut
menggunakan data Ulugh Beyk yang terdapat dalam kitab Sullamun
Nayyirain.
2. Alasan – alasan Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat menggunakan
metode hisab dengan berdasarkan tabel Ulugh Beyk yaitu sebagai berikut:
- Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat berpegang kepada dalil Al
Qur’an seperti (QS. Yunus : 5) dan (QS. Ar-Rahman : 5)
- Almanak Cibogo dengan hasil perhitungan menggunakan data Ulugh
Beyk dijadikan acuan oleh masyarakat sekitar dalam penentuan awal
bulan pada Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah
- Sebuah bentuk meneladani sosok Syaikh KH. Muhammad Manshur
bin Abdul Hamid al-Batawi (Guru Mansur)
- Mematuhi peraturan yang terdapat di pesantren.
3. Prediksi hisab awal bulan kamariah dengan menggunakan data Ulugh
Beyk dalam 5 tahun dari hasil perhitungan peneliti yaitu jika dilihat pada
kalender nasional pemerintah selama 5 tahun tersebut, terjadi
ketidaksesuaian pada Ramadhan 1443 H/2022 M karena dari hasil
perhitungan peneliti awal Ramadhan yaitu jatuh pada hari Sabtu, 2 April
2022 berdasarkan kriteria ketinggian hilal 2° yang ditetapkan di Pondok
Pesantren Al Baqiyatussholihat Cibarusah maka dapat ditetapkan karena
sudah terpenuhi yaitu 2° 15’. Sedangkan pada kalender nasional
pemerintah Ramadhan 1443 H jatuh pada Minggu, 3 April 2022.

82
83

Selanjutnya untuk Tahun 1442 H, 1444 H, 1445 H, 1446 H antara


kalender nasional dengan perhitungan menggunakan data Ulugh Beyk
sama.

B. SARAN
Dalam penentuan awal bulan kamariah hendaknya di Pondok Pesantren
Al-Baqiyatussholihat enambah atau melakukan sebuah perbandingan dengan
referensi yang lain, karena data Ulugh Beyk termasuk kedalam kategori Hisab
Hakiki Taqribi yaitu menggunakan koreksi sederhana dan sebuah observasi
beberapa abad yang lalu sehingga keakuratannya perlu dikoreksi lebih lanjut.
Selain itu, Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat perlu melakukan sebuah
kajian ulang mengenai kriteria tinggi hilal dengan perhitungan menggunaka
data Ulugh Beyk yang terdapat pada Sullamun Nayyirain agar dalam
menetapkan awal bulan kamariah dapat mengurangi ketidaksesuaian antara
Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat dengan Pemerintah.
Bagi akademisi baik dari kalangan pesantren ataupun diluar pesantren,
agar senantiasa untuk terus mengembangkan keilmuan terhadap kemajuan
teknologi sehingga dapat menambah wawasan keilmuan, selain itu membantu
masyarakat lebih meningkatkan pengetahuan. Maka butuh sinergi yang baik
antara pemerintah maupun para pihak akademisi sehingga dapat menambah
informasi, ilmu dan temuan – temuan terbaru dan dapat tercipta kemaslahatan
dalam penetapan awal bulan kamariah.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Yulianto, dan Mukti Fajar. Dualisme Penelitian Hukum-Normatif dan


Empiris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015).

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. Mukhtasar Shahih Al Imam Al Bukhori,


(Jakarta: Pustaka Azzam, 2007)

Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015)

Azhari, Susiknan. Ensiklopedi Hisab Rukyah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

Bashori, Muhammad Hadi. Pengantar Ilmu Falak : Pedoman Lengkap Tentang


Teori dan

Butar-Butar, Arwin Juli Rakhmadi. Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan
Fiqih. (Depok: Rajawali Pers, 2018)

Direktorat Departemen Agama, Selayang Pandang Hisab Rukyat (Jakarta: DIK


Ditjen Bimas Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2004)

Djambek, Sa’adoedin., Hisab Awal Bulan, (Jakarta: Tinta Mas, 1976)

Hidayatullah, Syarif., Ilmu Falak, (Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat: 2008)

Izzuddin, Ahmad. Fiqih Hisab Rukyah. (Jakarta: Erlangga,2007)

Khazin, Muhyiddin. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik: Perhitungan Arah
Kiblat, Waktu Salat, Awal Bulan dan Gerhana (Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2004)

Khazin, Muhyidin. 99 Tanya Jawab Masalah Hisab Rukyat, (Yogyakarta:


Ramadhan Press, 2009)

Maskufa, Ilmu Falaq. (Jakarta: Gaung persada Jakarta, 2009)

Munawir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap,


(Surabaya, Pustaka Progresif)

Murtadho, Moh. Ilmu Falak Praktis, (Malang, UIN PRESS, 2008)

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008)

Nazir, Moh. Metode Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011)

Praktik Hisab, Arah Kiblat, Waktu Shalat, Awal Bulan Qamariah, dan Gerhana
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015)

84
85

Qulub, Siti Tatmainul. Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi (Depok:
RajaGrafindo Persada, 2017)

Ruskanda , Farid. 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains dan
Teknologi (Jakarta: Gema Insani Press, 1996)

Saksono, Tono. Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, (Jakarta: Amythas


Publicita, 2007)

Shihab, M. Quraish,. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-


Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, Cet. II, 2004)

Sopandi, Andi., Ahmad Djaelani, dan Faiz Taufik Nawawi, Peranan K.H Raden
Ma’mun Nawawi dan Laskar Hizbullah, (Bekasi: Komunitas Heritage
Bekasi, 2019)

Sopyan, Yayan. Metode Penulisan untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan


Hukum.(Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2009)

Sudjana, Nana. Awal Kusuma. Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi,


(Bandung: Sinar Baru Algnesindo, 2008),

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. (Jakarta: RajaGrafindo


Persada, 2003)

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penulisan


Gabungan (Jakarta: Prenada Media, 2016)

Jurnal

Abrar, Muhammad. Studi Pemahaman terhadap Hadis-Hadis tentang Penetapan


Awal Bulan Qamariah (Ramadhan, Syawal, Zulhijjah), Tesis S-2 Program
Pascasarjana Tahun 2019 di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan

Aini, Shofwatul. Disparitas antara Hisab dan Rukyat: Akar Perbedaan dan
Kompleksitas Percabangannya, Jurnal Muslim Heritage, Vol.2, No.1,
Mei-Oktober 2017

Alimuddin, Sejarah Perkembangan Ilmu Falak, Jurnal Al-Daulah, Vol.2, No.2,


Desember 2013

Alimuddin, Hisab Rukyat Waktu SHalat dalam Hukum Islam (Perhitungan secara
Astronomi Awal dan Akhir Waktu Shalat), Jurnal Al-Daulah, Vol.8, No.1,
Juni 2019
86

Amir, Rahma. Metodologi Perumusan Awal Bulan Kamariyah di Indonesia,


Elfalaky: Jurnal Ilmu Falak, Vol.1, No. 1, Tahun 2017

Andriana, Fika., “Akurasi Hisab Awal Bulan Qamariyah dalam Kitab Khulashah
Al-Wafiyah dan Ephemeris” , Jurnal Syariah: Jurnal IAIN Langsa, Vol. IX,
No.1, Tahun 2017

Ansorullah, Metode Penetapan Awal Bulan Qamariah Jama’ah Muslimin


(Hizbullah) di Indonesia, Skripsi Tahun 2010 di IAIN Walisongo
Semarang
Arifin, Jaenal. Dialektika Hubungan Ilmu Falak dan Penentuan Awal Ramadhan,
Syawal, Dzulhijjah Di Indonesia (Sinergi antara Independensi Ilmuwan
dan Otoritas Negara). Jurnal Penelitian, Vol.13, No.1, Februari 2019

Arifin, Jaenal. Fiqih Hisab Ruqyah di Indonesia (Telaah Sistem Penetapan Awal
Bulan Qamariyyah), Jurnal Yudisia, Vol.5, No.2, Desember 2014

Arianti, Farida. Penetapan Awal Bulan Qamariah menurut Perspektif Al-Qur’an


dan Hadits, (Jurnal: JURIS, Vol. 13, No. 1, Juni 2014)

Armanda, Nanang Syaggap. Penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan


perspektif ephemeris dan Tuan Guru Haji Bayanul Arifin Akbar pengasuh
Pondok Pesantren Baiturridwan Kelurahan Pagutan Kecamatan Mataram
Kota Mataram, Skripsi Tahun 2017 di Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.

Asmuni, Fika Andriana, dan Watni Marpaung, Akurasi Hisab Awal Bulan
Qamariyah dalam Kitab Khulashah Al-Wafiyah dan Ephemiris, (Jurnal
Syariah: JURISPRUDENSI IAIN Langsa, Vol.IX, No. 1, Tahun 2017

Fahmy, Syaifur Rizal., Pengaruh Pemikiran Ulugh Beg (Zij As-Sulthoni)


Terhadap Hisab Awal Bulan Dalam Kitab Sullamun Nayyraen, Tesis S-2
Program Pascasarjana Tahun 2019 di Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang.

Fauzan, Penetapan Awal Bulan Qamariyah (antara Ta’abudi dan Ta’aquli),


(Jurnal: Al-Hurriyah, Vol.12, No.2, Juli-Desember 2011

Fitriyanti , Vivit. Penerapan Ilmu Astronomi dalam Upaya Unifikasi Kalender


Hijriyah di Indonesia, Makalah Seminar (Annual International Conference
on Islamic Studies, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2012)

Hajar, Analisa Hadis Penetapan Awal Bulan Ramadhan dan Shawal, (Ijtihad:
Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol.15, No.2, Desember
2015).
87

Humaedi, Perjuangan Guru Mansur dalam Mengembangkan Pendidikan Islam di


Betawi 1900-1967, Skripsi Tahun 2018 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

Irfiyani, Laily. Studi Analisis Pemikiran ar-Ramli tentang Ketetapan Syahadah


dalam Rukyatul Hilal dalam Kitab Nihayah al Muhtaj Ila Syarah al
Minhaj, Skripsi Tahun 2016 di Universitas Islam Walisongo Semarang

Jayusman, Kajian Ilmu Falak Perbedaan Penentuan Awal Bulan Kamariah:


antara Khilafiah dan Sains, (Al-Maslahah: Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 11,
No.1, 2015)

Jamaludin, Dedi. Penetapan Awal Bulan Kamariah dan Permasalahannya di


Indonesia, Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-ilmu Berkaitan,
Desember 2018

Junaidi, Ahmad., Seri Ilmu Falak Pedoman Praktis Awal Waktu Shalat, Arah
Kiblat dan Awal Bulan Qamariyah, (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2011)

Marpaung, Watni. Hisab Imkan Rukyat: A Unification Effort in Determining of


the Beginning of Months of Qamariah, Jurnal Miqot, Vol. XXXIX, No.2,
Juli-Desember 2015

Masyhadi, Ahmad., Analisis terhadap Metode Pemikiran Mohammad Manshur


Al-Batawi tentang Irtifa’ul Hilal dalam Kitab Sullamun Nayyirain, Skripsi
Tahun 2010 IAIN Sunan Ampel Surabaya

Mujab, Sayful. Konsep Penentuan Awal Bulan Hijriah menurut KH. Turaichan
Adjhuri, Tesis S-2 Program Pascasarjana Tahun 2013 di Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang

Mundalifah, Penentuan Awal Bulan Kamariah dalam Perspektif Aboge (Studi


Terhadap Pedoman Kegiatan dan Rutinitas Sehari-hari bagi Komunitas
Aboge di Wilayah Kabupaten Pati Jawa Tengah), Skripsi Tahun 2015 di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Munfaridah, Imroatul. Problematika Hisab Rukyah dalam Penentuan Awal


Ramadhan dan Solusinya di Indonesia. Jurnal MUADDIB, Vol.05, No.01,
Januari-Juni 2015

Munjahid, Kebijakan Khalifah Al-Ma’mun dan Implikasinya Terhadap Kemajuan


Ilmu Pengetahuan, Risalah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, Vol.6,
No.2, September 2020

November, Petapan awal Ramadhan oleh penganut tarekat Naksabandi ditinjau


menurut ilmu Falak “Studi Kasus Di Jorong Lareh nan Panjang
Kenagarian Atar Kecamatan Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar
88

Sumatera Barat”, Skripsi Tahun 2011 di Universitas Islam Negeri Sultan


Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Ni’mah, Khoirotun. Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung


Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011, Skripsi
Tahun 2012 Di Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

Rexy, Ahmad., Studi Analisis Pemikiran Ulugh Beg Tentang Algoritma Hisab
Arah Kiblat Dalam Kitab Zij Al-Sultani, Skripsi Tahun 2019 di Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang

Rofiuddin, Ahmad Adib. Penentuan Hari dalam Sistem Kalender Hijriyah. Jurnal
Al-Ahkam, Vol.26, No.1 April 2016

Rohmah, Nihayatur. Otoritas dalam Penetapan Awal Bulan Qamariah


(Konfrontasi antara Pemimpin Negara dan Pemimpin Ormas
Keagamaan), Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial, Vol.9, No.1, 2015

Sakirman, Kontroversi Hisab dan Rukyat dalam Menetapkan Awal Bulan Hijriah
di Indonesia. ELFALAKY: Jurnal Ilmu Falak, Vol. 1. No. 1. Tahun 2017
M / 1438 H

Shobri, M. Teguh., Kitab Sullam An-Nayyirain dalam Tinjauan Astronomi


Modern. An Nisa’a : Jurnal Raden Fatah, Vol.9, No.2, Desember 2014

Shofiyullah, Analisis Pemikiran Muhammad Masur dalam Hisab Awal Bulan


Kamariah, Al-Wijdan: Journal of Islamic Education Studies, Vol. III,
No.2, November 2018

ST, Shofiyulloh. Beberapa Macam Kalender di Indonesia, Makalah Seminar dan


Workshop Nasional (FMIPA ITB: Juli, 2005)

Sudarmono, Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan, Qomariah Menurut


Persatuan Islam, Skripsi Tahun 2008 di Institute Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang.

Sulastri, Kitri. Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Irsyad al-
Murid, Skripsi Tahun 2010 di IAIN Walisongo Semarang

Umam, M.Khoirul. Rukyat Global sebagai Upaya Penyatuan Awal Puasa dan
Hari Raya (Studi Pemikiran Abu al-Faidh Ahmad bin Muhammad al-
Ghumari dalam Kitab Taujih al-Andhar li Tauhid al-Muslimin fi al-Shaum
wa al-Ifthar), Skripsi Tahun 2016 di Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang
89

Widiana, Wahyu. Penentuan Awal Bulan Qomariah dan Permasalahannya di


Indonesia. Jurnal Al-Ulum, Vol.10, No.2, Desember 2010, h.253-266

Internet

Aanardianto, “Implementasi Kriteria Awal Bulan untuk Syawal 1442 H”,


https://muhammadiyah.or.id/implementasi-kriteria-awal-bulan-untuk-
syawal-1442-h/, diakses pada 21 Juli 2021

Al-Baqiyatussholihat, “Sejarah”, https://www.albaq.or.id/pesantren/, diakses


pada 2 Februari 2021

Alhabib, “Kalender Islam (Hijriyah) Tahun 2013”, https://www.al-


habib.info/kalender-islam/global/kalender-islam-global-tahun-2013-
m.htm, diakses pada 21 Juli 2021

Alhabib, “Kalender Islam (Hijriyah) Tahun 2022 M, Berdasarkan Kemungkinan


Rukyatul Hilal Meliputi Tahun Hijriyah : 1443-1444 H” https://www.al-
habib.info/kalender-islam/global/kalender-islam-global-tahun-2022-
m.htm diakses pada 21 Juli 2021

BBC News, “Pemerintah Tetapkan Awal Puasa 10 Juli”,


https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/berita_indonesi
a/2013/07/130708_sidang_isbat_ramadhan.amp, diakses pada 21 Juli
2021

Budi, “Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat”, (Blog)


https://quran.laduni.id/post/read/66487/pesantren-al-baqiyatussholihat-
bekasi diakses pada 2 Februari 2021

Elgete, Aru., “Mengenal Mama Cibogo Cibarusah, Pejuang Kemerdekaan dari


Bekasi” , https://www.nubekasi.id/2018/11/mengenal-mama-cibogo-
cibarusah-pejuang-kemerdekaan-dari-bekasi-.html diakses pada 3 Februari
2021

Humas, “Keutamaan Bulan Ramadhan” Universitas Padjajaran (blog)


https://www.unpad.ac.id/rubrik/keutamaan-bulan-ramadhan/ diakses pada
20 Agustus 2020

J J O’Connor, E F Robertson, Biography Ulugh Beg, https://mathshistory.st-


andrews.ac.uk/Biographies/Ulugh_Beg/. Diakses pada 21 Juli 2021

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diakses tanggal 9 Maret 2021, pukul
10.25, dari : https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/matlak
90

Laduni, “Pesantren Al-Baqiyatussholihat Bekasi”, (blog)


https://umma.id/article/share/id/9999/635125 , diakses pada 2 Februari
2021

Rachmadin Ismail, “Kepala LAPAN: Sampai 2021, Awal Puasa dan Syawal
Berpotensi Dirayakan Bareng,” detiknews,
https://news.detik.com/berita/d-3226603/kepala-lapan-sampai-2021-awal-
puasa-dan-syawal-berpotensi-dirayakan-bareng diakses pada 20 Agustus
2020

“Volkschool”, Portal Resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,


https://jakarta.go.id/artikel/konten/5411/volkschool diakses pada 2
Februari 2021

Yanti, Jeng., “Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat”, (blog)


http://www.cibarusah.com/2012/10/pondok-pesantren-al-
baqiyatussholihat.html diakses pada 2 Februari 2021
LAMPIRAN - LAMPIRAN

91
Wawancara bersama Ust. Syarif Hidayatullah di kantor kesekretariatan Pondok
Pesantren Al-Baqiyatussholihat Bekasi, Tanggal 21 November 2021 pukul 11.16
siang. (Wawancara mengenai Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat Bekasi)

Wawancara bersama KH. Encep Syahroni, di kediaman KH. Encep lingkungan


Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat Bekasi, Tanggal 12 Desember 2020 pukul
10.00. (Wawancara mengenai sejarah KHR.Ma’mun Nawawi).
Wawancara bersama Ust. Syarif Hidayatullah di aula Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat Bekasi, tanggal 16 Januari 2021 pukul 10.32. (Wawancara
mengenai perhitungan menggunakan data Ulugh Beyk).
Lampiran Foto-foto Observasi di Pondok Pesantren Al - Baqiyatussholihat

Makam/pekuburan KHR.Ma’mun Nawawi

Ruang Kelas Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat Bekasi


Masjid Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat Bekasi

Aula Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat Bekasi

Anda mungkin juga menyukai