Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Safira Dyah .

NIM : 2005230025
Kelas : PGSD 1 (PPG Prajabatan Gelombang 1)
Mata Kuliah : Pemahaman Tentamg Peserta Didik dan Pembelajarannya

01.02.3-T1-4 Ruang Kolaborasi

Kasus I
Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak
menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean).
Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk
membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat
mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan
benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda
meminta kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan
pengerjaan soal, dan peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.

 Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik
pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
Jawab: Menurut kelompok kami, pada percobaan kedua, peserta didik mampu
mengerjakan soal dengan baik tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal karena
mereka telah memahami konsep dasar mengenai cara mencari nilai rata-rata. Mereka
telah menginternalisasi pemahaman ini dan dapat menerapkannya secara lebih fleksibel.
Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah mencapai pemahaman yang lebih
mendalam terkait materi tersebut, sehingga mereka bisa mengatasi soal dengan lebih baik
tanpa harus mengikuti langkah-langkah yang spesifik.
 Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat
diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab: Menurut kelompok kami, kegiatan belajaran yang di terapkan ini menggunakan
teori Behavioristik. Menurut Ivan Petrovich Pavlov, classic conditioning (pengkondisian
atau persyaratan klasik). Contohnya seperti di kelas, adanya peraturan untuk menghargai
kedisiplinan dan ketepatan waktu. Siswa yang datang tepat waktu akan mendapat bintang,
sementara siswa yang terlambat akan diberikan tindakan disiplin yaitu membersihkan
sampah disekitar kelas. Dengan pendekatan ini, kami ingin memotivasi semua siswa
untuk selalu datang tepat waktu, menciptakan lingkungan belajar yang baik dan tertib.

Kasus II

Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa
berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu
setiap peserta didik menyelesaikan tantang belajarnya.

 Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai
dengan tahapan perkembangan usia?

Jawab: Peserta didik di kelas 1 SD rata rata berusia 7 tahun, dan menurut Jean Pieget
pada usia tersebut anak belum sepenuhnya sanggup menggunakan logika, mengubah,
menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran. Sehingga anak-anak di rentang
usia tersebut baru bisa menerapkan logika pada objek fisik. Hal ini tentu harus menjadi
perhatian Rina sebagai guru, agar bisa menciptakan proses pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi serta kebutuhan siswa. Rina bisa menciptakan pembelajaran dengan
menerapkan logika pada objek fisik agar bisa menstimulus kemampuan anak dalam
berfikir. Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan menyediakan benda-benda
disekitar siswa, seperti buku, pensil, spidol yang setiap harinya siswa gunakan dalam
belajar. Rina bisa menggunakan benda-benda tersebut sebagai media untuk siswa
berhitung. Dengan mengaitkan pelajaran berhitung dengan kehidupan sehari hari tentu
akan menjadi salah satu cara belajar berhitung cepat dan mudah karena anak-anak dapat
mempraktikkannya secara langsung. Selain itu, Rina juga bisa menyediakan permainan
yang berkaitan dengan hitung-menghitung seperti congklak, dimana dalam permainan
tersebut secara tidak langsung anak telah diajarkan berhitung.

 Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan


menyertakan teori yang berkaitan.

Jawab: Kegiatan pembelajaran yang kami sarankan diatas sangat erat kaitannya dengan
Teori Belajar Konstruktivisme. Dengan menyediakan benda-benda disekitar serta
beberapa permainan yang berhubungan dengan hitung-menghitung secara tidak
langsung siswa dihadapkan dengan situasi nyata yang ada dilingkungan sekitarnya.
Sehingga tercipta pengalaman baru yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya. Hal ini tentu selaras dengan prinsip utama Teori Belajar
Konstruktivisme, dimana guru menempatkan peserta didik sebagai individu yang
membangun pemahaman dan memahami informasi secara aktif sepanjang proses
pembelajaran.

Kasus III
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi
pada peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat
beberapa contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit
yang ada di Ibu Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya,
Made pun mencoba untuk memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks
deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.

 Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?

Jawab: Menurut kelompok kami, pertimbangan dan keputusan yang Made buat telah
sesuai karena pembelajaran yang dikaitkan dengan pengalaman yang dimiliki siswa
seperti telah melihat pantai atau makanan khas Bali yangmana tempat atau makanan
khas tersebut berada di lingkungan sekitarnya yang sudah biasa mereka temukan akan
memudahkan mereka untuk memahami materi pembelajaran yang akan disampaikan.
Apabila Made tetap menggunakan materi yang ada pada buku cetak seperti deskripsi
tentang bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota, siswa yang tidak tinggal di Ibu
Kota akan kesulitan untuk memahami pembelajaran karena mereka belum pernah
melihat atau mengetahui secara langsung bagaimana kondisi nyata bangunan-bangunan
pencakar langit tersebut.

 Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertai teori yang berkaitan.
Jawab: Prinsip yang Made gunakan dalam kasus tersebut adalah sesuai dengan teori
belajar konstruktivisme dan teori belajar humanistik. Ciri khas dari teori belajar ini
adalah mengaitkan pengalaman yang sebelumnya telah dimiliki oleh siswa ke dalam
pembelajaran baru. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang
dikemukakan oleh J. Piaget bahwa pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh
berbagai macam pengalaman baru. Tidak hanya itu, Ausubel dalam teori humanistiknya
juga mengemukakan bahwa pembelajaran di kelas harus dilaksanakaan dengan penuh
makna atau meaningfull learning. Di dalam teori humanistik ini, siswa mengetahui
secara langsung manfaat dari penggunaan teks deskripsi adalah dapat digunakan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan benda-benda yang ada disekitarnya. Dengan
begitu, siswa akan lebih mudah memahami materi yang telah disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai