Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

Masalah keterbatasan ketersediaan sumber daya energi telah menjadi fokus perhatian dari berbagai pihak. Tidak hanya dari kalangan pemerintah tetapi juga masyarakat umum. Hal tersebut sangat beralasan mengingat perekonomian Indonesia saat ini masih sangat tergantung pada minyak bumi dan gas alam. Dilain sisi, krisis energi akibat menurunnya cadangan minyak dan gas alam telah berakibat terhadap melambungnya harga minyak hampir di semua Negara termasuk Indonesia. Selain itu semakin sulitnya ditemukan ladang minyak dan gas alam yang baru di Indonesia mengakibatkan persediaan cadangannya semakin menipis. Hal ini dikarenakan, sifat minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources). Jumlah ketersediaan energi bahan bakar Indonesia memang mengkhawatirkan, terutama ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal ini terkait ketersediaan cadangan sumberdaya minyak Indonesia sejak tahun 1995 sudah semakin menipis. Data tahun 2002 menunjukkan cadangan minyak bumi sekitar 5 miliar barel dan dengan tingkat produksi minyak saat ini sekitar 500 juta barel, cadangan tersebut akan habis dalam 15 tahun mendatang (Data JATAM 2003). Artinya ketersediaan sumberdaya minyak ini tidak akan mampu untuk memenuhi permintaan masyarakat dimasa yang akan datang. Kondisi tersebut mengharuskan ditemukannya berbagai sumber energi alternatif yang mungkin dapat menggantikan bahan bakar minyak dan gas alam. Alternatif energi yang diharapkan harus dapat diproduksi dan dikonsumsi secara ekonomis, ketersediaannya berlimpah, dan dapat diperbaharui (renewable resources). Melihat dampak yang ditimbulkan oleh energi yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam, seperti pencemaran lingkungan, maka diharapkan pemilihan sumber energi alternative harus berbasis AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan), sehingga dampaknya tidak hanya menjaga kelestarian ekosistem tetapi juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang telah ada.

Makalah ini akan menjelaskan tentang sumber energi alternatif yang berasal dari sumber daya yang terbaharukan yang salah satu diantaranya adalah pemanfaatan limbah kulit kacang sebagai sumber energi alternatif yakni dengan jalan mengubahnya menjadi super karbon. Arachis hypogaea atau yang sering disebut dengan kacang tanah merupakan salah satu tanaman budidaya yang sangat populer di Indonesia khususnya di daerah Sumatera Utara. Tumbuhan ini memiliki biji yang dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan yang mengandung protein yang tinggi. Masyarakat pada umumnya hingga saat ini hanya menggunakan biji kacang tanah tersebut sebagai bahan makanan sedangkan bagian kulitnya yang berfungsi sebagai pelindung biji kacang tanah kerap kali dibuang. Hal itu disebabkan oleh sebagian besar masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari kulit kacang tanah atau bahkan dianggap tidak memiliki nilai ekonomi. Kulit kacang tanah yang selama ini dianggap limbah yang tidak berguna sesungguhnya dapat diolah kembali menjadi bahan yang berguna dan memiliki peranan yang penting bagi kehidupan manusia, dalam hal ini menjadi super karbon yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai seumber energi alternatif. Salah satu daerah di provinsi Sumatera Utara yang merupakan penghasil kacang tanah adalah Kabupaten Tapanuli Utara khususnya daerah Kecamatan Pahae Jae. Menurut badan statistik, Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara berpenduduk sebanyak 261.539 orang. Daerah ini juga termasuk memiliki indeks kemiskinan yang relatif tinggi yakni 51,3%. Dengan pemanfaatan kulit kacang yang selama ini terbuang sebagai limbah dapat diaplikasikan menjadi salah satu bentuk kewirausahaan bioenergi nabati, diharapkan taraf ekonomi masyarakat semakin meningkat dan tingkat kemiskinan di daerah ini semakin berkurang. Selain itu, angka pengangguran juga berkurang karena penduduk memiliki alternatif pekerjaan lain yaitu dengan menjalankan kewirausahaan pemanfaatan limbah kacang sebagai super karbon secara mandiri. Hasil produksi kacang tanah di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Kecamatan Pahae Jae relatif tinggi karena bahan baku kacang tanah

banyak didatangkan dari daerah ini, sebab daerah ini merupakan sentra komoditi kacang tanah yang potensial dalam pengembangannya. Data pada tahun 2007, produksi kacang tanah yang dihasilkan mencapai 106,5 ton dengan luas lahan sebanyak 71 ha. Kulit kacang yang dihasilkan dari produksi kacang tanah ini dapat mencapai 21,3 ton. Kulit kacang tanah yang tidak digunakan biasanya terbuang sebagai limbah. Jika masyarakat mengetahui cara yang tepat untuk memanfaatkan limbah kulit kacang tanah, maka limbah tersebut akan menjadi sesuatu yang lebih berguna dan bernilai ekonomi tinggi. Limbah kulit kacang tanah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat super karbon sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah dan gas. Pemanfaatan limbah kulit kacang ini akan menciptakan lingkungan yang bersih karena kulit kacang yang sebelumnya dibuang dan menyebabkan pencemaran di daerah ini, akan dapat dimanfaatkan. Keuntungan juga bisa dirasakan oleh masyarakat karena tidak tergantung lagi dengan minyak tanah sebagai bahan bakar atau sumber energi di dapur. Makalah ini diharapkan dapat membuat masyarakat tidak hanya sekedar mengetahui informasi tentang pemanfaatan limbah kulit kacang sebagai salah satu bentuk bioenergi, tetapi juga diharapkan mampu memproduksi hasil pemanfaatan bioenergi secara mandiri yang pada akhirnya akan menjadi salah satu bentuk kewirausahaan (entrepreneurship) khususnya di Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara.

BAB II HASIL STUDI PUSTAKA


2.1 Manusia dan Derajat Penurunan Nilai Ekosistemnya Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan. Manusia telah menggali dan mengelola materi dalam ekosistemnya untuk menghasilkan energi tapi hak tersebut dilakukan melebihi kecepatan pembusukan atau dekomposisi bahan buangan, sehingga terjadi pencemaran alam sampah bertumpuk, karena tak sempat diresiklus dalam ekosistem. Pencemaran alam ini merupakan kesan sampingan yang sangat merugikan, karena adanya penggunaan energi yang besar oleh peradaban modern dewasa ini. Penggunaan energi yang besar ini tidak disebar secara merata diseluruh planet di bumi, melainkan hanya terpusat di wilayah tertentu saja (kota besar, pusat industri). Jadi, terkonsentrasi dalam suatu batas ruang tertentu saja, sehingga untuk membuangnya timbullah kesukaran demi kesukaran. Penggunaan energi yang semakin meningkat oleh perkembangan peradaban manusia tak dapat kita bayangkan. Kecenderungan bahwa kita sedang menghabiskan persediaan gas dan minyak bumi, sangatlah nyata. Bahkan diperkirakan, bahwa minyak bumi di Indonesia, nampaknya hanya dapat dihasilkan hingga 30 tahun yang akan datang saja. Jika ini benar, maka kapasitas kegiatan di seluruh bumi akan merosot dengan sangat drastis (Soeriaatmadja, 1997). 2.2. Pemanfaatan Bioenergi Banyak upaya yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah krisis energi yang sedang dihadapi hampir seluruh umat manusia di bumi. Salah satu

diantaranya adalah pemanfaatan bioenergi sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas alam. Bioenergi merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar minyak yang dianggap sebagai penyelamat dunia karena sifatnya yang non polutif dan dapat terbaharui. Bumi yang semakin tua makin diselimuti udara kotor yang merusak lingkungan menuntut manusia untuk mencari solusi akan hal tersebut. Indonesia dengan keterbatasan Sumber Daya Alamnya tidak mungkin mampu keluar dari ketergantungan penggunaan Bahan Bakar Minyak selama masih menganggap minyak bumi sebagai satu-satunya sumber energi yang dipakai. Sebaliknya, dengan memanfaatkan lahan subur yang masih menganggur untuk diolah menjadi lahan produktif sehingga bisa ditanami berbagai sumber energi alternatif dapat membantu Indonesia untuk keluar dari ketergantungan tersebut. Meskipun data-data statistik menyebutkan bahwa kekayaan Sumber Daya Alam berlimpah, Negara belum mampu mengeksplorasi kekayaan tersebut dengan maksimal sehingga menjadi andalan pendapatan Negara. Pemerintah saat ini harus bekerja ekstra keras, ibarat bom waktu yang dapat diperkirakan kapan akan meledak, begitu pula dengan ketersediaan sumber energi pengganti Bahan Bakar Minyak. Kalau permasalahan seperti ini tidak segera diselesaikan, dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada rakyat Indonesia sepuluh hingga dua puluh tahun yang akan datang. Sebenarnya kita tidak kekurangan lahan untuk menanam berbagai sumber energi alternatif. Namun perlu selektif mana tanaman yang perlu dibudidayakan serta dikembangkan dalam skala makro. Pertimbangan aspek ekonomi dan sosial juga harus dipikirkan matang-matang (Tisnaamidjaja, 1983). 2.3 Penerapan Asas-Asas Ekologi Konsep human and nature sebagai jalan keluar untuk menanggulangi krisis sumber daya berpangkal pada kesadaran akan pentingnya asas-asas ekologi sebagai pendekatan untuk menanggapi masalah lingkungan. Konsep human and nature mengisyaratkan pengertian bahwa pada hakekatnya manusia dengan

lingkungan hidupnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Krisis sumber daya yang kemudian timbul dari keangkuhan pendirian yang antroposentris tersebut telah menimbulkan keresahan-keresahan. Keresahankeresahan ini kemudian menyebabkan timbulnya kesadaran untuk merubah pandangannya terhadap alam, dari konsep human against nature ke human and nature. Tumbuhnya kesadaran ekologi tersebut di atas mendorong manusia untuk menerapkan asas-asas ekologi dalam pengolahan sumber daya (Soeparmo, 1983). Dalam menangani masalah sumber daya berpotensi energi, konsep yang memperhatikan penerapan asas-asas ekologi terumuskan jelas pada tujuan yaitu: Mengembalikan sumber daya energi secara efisien dan bijaksana memperhatikan kepentingan jangka panjang dengan mengutamakan: (1) Usaha peningkatan pemanfaatan dan kelestarian sumber daya yang terbaharukan. (2) Usaha efisiensi pemanfaatan sumber daya tak terbaharukan selama masa transisi menuju optimalisasi pemanfaatan sumber daya terbaharukan. (3) Menyesuaikan penggunaan energi dengan sumber-sumber daya yang tersedia. (4) Mengurangi dampak negative dan meningkatkan dampak positif terhadap lingkungan pada pengadaan dan pemanfaatan energi (menurut Bakoren, dalam Soeparno, 1982). 2.4 Limbah Kulit Kacang Tanah Sebagai Bioenergi Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polongpolongan atau legum dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1 kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil (Sutarmi, 1986). Tanaman Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati, minyak dan lain-lain.Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan

lemak. Namun kulit kacang tanah ini bagi sebagian orang barangkali tidak memiliki arti. Di banyak pedesaan, kulit ini dibuang begitu saja sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Kulit kacang tanah yang dilupakan banyak orang ini dapat diproses kembali menjadi barang berguna. Bukan saja keuntungan berlipat yang diperoleh, melainkan juga masa depan ancaman krisis energi mungkin bisa teratasi. Menurut Utomo (1987), kulit kacang memiliki beberapa sifat kimia, Kadar abu pada kulit kacang sebesar 5,3% 7,3%, kadar air pada kulit kacang rata-rata 4,95% - 7,7% dan nilai kalor kulit kacang dalam bentuk bahan baku adalah 4344 kkal/kg dan nilai kalor briket kulit kacang
4201,01 4640,44 kkal/kg.

2.5 Produksi Kacang Tanah di Kecamatan Pahae Jae Produksi kacang tanah di Indonesia khususnya di daerah Sumatera Utara cukup tinggi. Salah satu daerah yang memiliki potensi yang tinggi terhadap produksi kacang tanah adalah Kecamatan Pahe Jae, Kabupaten Tarutung. Hal ini terlihat dari industri makanan kacang yang terkenal hampir ke seluruh daerah Sumatera Utara. Limbah kulit kacang yang tidak digunakan terbuang sebagai limbah. Berat kulit kacang tanah adalah 20% dari berat keseluruhan kacang tanah Berdasarkan UPT Pertanian Kecamatan Pahae Jae, produksi Produksi kacang tanah pada tahun 2006 sebanyak 99.18 ton dengan luas lahan mencapai 57 ha dihasilkan kulit kacang sebanyak 19,836 ton dan pada tahun 2007 mencapai 106.5 ton dengan luas lahan sebanyak 71 ha dihasilkan kulit kacang tanah sebanyak 21,3 ton. Dengan produksi kacang tanah rata-rata di tingkat petani sebesar 1,5-1,7 t/ha. Budi daya kacang tanah memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lain seperti jagung, kedelai, dan sayuran. Hal ini disebabkan, kacang tanah dapat tumbuh dengan mudah dan tidak memerlukan perawatan yang lebih. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk keseluruhan Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara sebanyak 261.539 orang, terdiri dari 129.881 laki-laki dan 131.658 perempuan, dengan kepadatan penduduk

sebesar 68,82 orang per kilometer persegi. Berdasarkan data tahun 2007, ada 28.748 KK Miskin dari jumlah keseluruhan 56.075 KK. Berarti Indeks Kemiskinan Kabupaten Tapanuli Utara adalah 51,3%. Nilai Indeks Kemiskinan ini adalah nilai yang relatif tinggi. Mata pencaharian utama penduduk adalah bertani, kemudian berdagang. Hasil pertanian berupa kacang tanah, palawawija, padi dan kemenyan. Berdasarkan data dari badan statistik di atas, tingkat kemiskinan masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara cukup tinggi. 2.6 Tahap Pengolahan Super Karbon

Pr
Gambar 1. Skema pembuatan Super Karbon Puluhan bahkan ratusan kilogram kulit kacang tanah dapat diolah menjadi super karbon yang siap dipasarkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Adapun proses pembuatan super karbon dari kulit kacang tanah ini cukup mudah untuk dilakukan karena melalui tahap-tahap sederhana/tradisional yakni melalui

dua tahap yaitu tahap persiapan dan pengolahan. Tahap persiapan meliputi penyediaan alat dan bahan seperti kulit kacang tanah, tepung kanji dan sampah organik seperti jerami sebagai bahan campuran, drum minyak, dan tungku sebagai alat pemanas. Tahap pengolahan meliputi pembakaran kulit kacang tanah dan sampah organik dalam drum minyak, selanjutnya digiling hingga menjadi serbuk, dicampur lem kanji sebagai pengikat, dan terakhir dibentuk sebelum proses penjemuran. Perbandingan bahan baku pembuatan super karbon ini adalah 5 : 1. Misalnya, bahan baku kacang tanah 100 kg, maka jerami yang diperlukan 20 kg. Kedua bahan dicampur dan direkatkan dengan lem kanji. Bentuk yang digunakan berupa silinder yang memiliki rongga pada bagian tengahnya. Setelah kering, super karbon diolesi dengan paraffin/lilin. Hal ini bertujuan agar super karbon mudah terbakar (http://www.litbang.deptan.go.id).

BAB III PEMBAHASAN


Banyaknya sebaran daerah penghasil kacang tanah khususnya di daerah Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara akan memudahkan masyarakat pelaksana untuk mengolah kulit kacang tanah menjadi super karbon sebagai bahan bakar alternatif di kawasan Kecamatan Pahae Jae. Industri makanan seperti aneka ragam kacang menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat akan tetapi kulit kacang masih belum dimanfaatkan, melainkan terbuang sebagai limbah. Dari ketersediaan kulit kacang yang jumlahnya terus menerus meningkat dan ketersediaanya sepanjang tahun, mudah diperoleh dari masyarakat tanpa perlu didatangkan dari daerah lain, maka peluang pengolahan limbah kulit kacang menjadi super karbon sangat potensial dilakukan di daerah yang bersangkutan. Selain ketersediaan bahan baku yang mudah dijangkau, penggunaan bahan bakar super karbon dapat menghemat penggunaan bahan bakar minyak tanah, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pahae Jae. Dalam jumlah massal, 1 kilogram super karbon bisa digunakan untuk memasak selama 1,5 jam dengan suhu rata-rata 400oC. Waktu yang sama apabila memasak menggunakan kompor minyak tanah dengan menghabiskan minyak tanah liter (400 gr). Bila kita membandingkan biaya yang dikeluarkan, penggunaan super karbon jauh lebih hemat dan murah dari pada menggunakan minyak tanah. Catatan. 1 liter minyak tanah = Volume x Densitas = 1 liter x 0,8 kg/ltr = 0,8 kg = 800 gr 1 liter minyak tanah = Rp. 8000,Harga 1 gr minyak tanah = 8000/800 = Rp. 10,Maka, Harga 1 kg minyak tanah = Rp. 10 x 1000 (gr) = Rp. 10.000,1

/2 liter minyak tanah = 400 gr, Harga= Rp. 10 x 400 (gr) = Rp. 4000,-

Jika dihitung perbandingan harga antara 1 kg super karbon dan L minyak tanah (karena memiliki periode waktu pemakaian energi yang sama).

1 kg super karbon = Rp.2500,- sedangkan L minyak tanah = Rp.4000,Hemat = Rp. 1500,- (Konsep 1; ditinjau dari waktu penggunaan yang sama) Bila pembakaran super karbon (C) dilakukan di udara terbuka maka reaksi pembakaran yang terjadi di udara bebas adalah: C + O2 CO2 + Panas (kalor) + abu (sisa) Pada peristiwa ini, gas oksigen (O2) diambil dari udara bebas. Terdapat 22% konsentrasi gas oksigen di udara. Jika dihitung jumlah kalori yang dihasilkan pada saat pembakaran super karbon dengan menggunakan persamaan fisika adalah sebagai berikut: Q = m. c. t Dimana; Q = Jumlah Kalor yang dihasilkan m = massa super karbon briket kacang t = Perubahan suhu
Nilai kalor briket kulit kacang 4201,01 4640,44 kkal/kg. Maka untuk mendapatkan kalor jenis dari super karbon kulit kacang adalah dengan cara mengubahnya ke dalam satuan J/kg 0C. 1 kalori = 4,2 Joule 1 kal g-1 K-1 = 4200 J kg-1 K-1 Kalor (Q) = 4640,44 kkal/kg dikonversi menjadi 4640,44 x 1000 kal/kg = 4.640.440 kal/kg Maka, jumlah kalori yang dihasilkan setiap pembakaran 1kg super karbon kulit kacang sebesar 4.640.440 kal/kg x 4,2 Joule = 19.488.042 Joule

Q = m. c. t

19.488.042 Joule = 1kg. c. 400 0C

Maka, Kalor jenis (c) dari super karbon = 19.488.042 /400 = 48.720,62 J kg-1 K-1 Dari sisi energi yang dihasilkannya, 1 liter minyak tanah = 800 gr mengandung 8.900 kkal. Jika dihitung banyaknya kalori yang dihasilkan oleh 1gr minyak tanah, maka; 1 gr minyak tanah = 8900 kkal/800 gr = 11,125 kkal 1 kg Minyak tanah = 1000 x 11,125 = 11.125 kkal Jika dibandingkan dengan kalori superkarbon, memang minyak tanah unggul 6484,56 kkal (11.125 kkal-4640,44 kkal). Tetapi, jika dihitung dari biaya yang dikeluarkan, maka harga kalori yang terdapat pada 1kg super karbon adalah; 1kg super karbon = 4640,44 kkal = Rp. 2500,00 1kg minyak tanah = 11.125 kkal = Rp. 10.000,00 Jadi, untuk mendapatkan kalori yang setara dengan 1kg minyak tanah (11.125 kkal= Rp. 10.000) dibutuhkan 2,4 kg super karbon (2.4 kg x 4640,44 kkal = 11.137,056) Harga = 2,4 kg super kabon x Rp. 2500 = Rp. 6000 (hemat Rp. 4000) (Konsep 2; ditinjau dari massa yang diperlukan untuk mencapai nilai kalori yang sama) Jadi, berdasarkan konsep 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa penggunaan superkarbon lebih hemat dibandingkan penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar. Produksi kacang tanah di Kecamatan Pahae Jae Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 106,5 ton dengan luas lahan 71 ha. Maka, kulit kacang yang dihasilkan dapat mencapai 21,3 ton (1 ton kacang tanah menghasilkan kulit kacang sebanyak 0,2 ton). Maka jumlah energi yang dihasilkan jika dimanfaatkan adalah: 21,3 ton kulit kacang = 21.300 kg 1kg bahan baku = 4344 kkal Jumlah energi bahan baku kulit kacang = 21.300 kg x 4344 kkal

= 92.527.200 kkal/kg = 92.527.200.000 kal x 4,2 = 388.614.240.000 joule (1) Jumlah energi yang dihasilkan oleh bahan baku kulit kacang di kecamatan Pahae Jae pada tahun 2007 adalah 388.614.240.000 joule. Energi yang jumlahnya tidak sedikit ini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan super karbon. Jika, diolah menjadi super karbon, maka jumlah energi yang diperoleh adalah; Bahan baku kulit kacang = 21.300 kg Bahan Baku Jerami Super Karbon = 4.260 kg = 25.560 kg = 118.609.646,4 kkal = 118.609.646.400 x 4,2 Joule = 498.160.514.880 Joule (2) Jumlah energi yang dihasilkan jika bahan baku kulit kacang diolah dalam bentuk super karbon di kecamatan Pahae Jae pada tahun 2007 adalah 498.160.514.880 Joule. Penggunaan super karbon kacang jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah yang kian melambung khususnya di daerah pedesaan. Selain itu, super karbon berbahan dasar kacang tanah memiliki beberapa kelebihan. Beberapa diantaranya terlihat dari kualitas api yang lebih baik, asap dan aroma yang dihasilkan tidak mengganggu dan tidak mengubah cita rasa makanan yang sedang dimasak, sedangkan bila menggunakan minyak tanah, akan mengeluarkan banyak asap hitam. Super karbon menghasilkan suhu panas yang tinggi dan bisa bertahan lama sehingga dalam mematangkan masakan bisa cepat dan optimal. Menggunakan super karbon dari limbah kulit kacang ini juga tidak menimbulkan resiko kompor

Energi super karbon yang dihasilkan = 25.560 kg x 4640,44 kkal

meledak yang sedang marak terjadi sekarang ini. Banyaknya tabung gas elpiji 3 kg yang biasanya dipakai masyarakat menengah kebawah telah menyebabkan ledakan gas akibat dari tabung gas yang bocor. Kejadian ini telah menambah catatan hitam dari pemakain sumber energi migas dan non migas. Kualitas api super karbon lebih baik dibandingkan dengan pemakaian minyak tanah dan tidak membuat hitam alat memasak. Bahkan abu hasil pembakaran atau residu bisa digunakan sebagai pupuk tanaman atau media tanam. Lebih dari itu, penggunaan bahan bakar super karbon ini telah melahirkan sumber pendapatan baru bagi masyarakat. Sebab, kulit kacang yang tadinya dianggap tidak bernilai, kini bisa diolah menjadi bahan bakar yang dapat dijual dan bernilai ekonomi. Di sisi lain, pemanfaatan limbah hasil kacang ini akan menciptakan lingkungan yang bersih karena kulit kacang yang sebelumnya dibuang sebagai limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan oleh bahan organik dapat lebih dimanfaatkan. Hal ini juga akan berdampak pada peningkatan kesehatan masyarakat. Pemakaian minyak tentunya memunculkan emisi timbal, karbon monoksida, karbon dioksida dan emisi gas beracun lainnya yang berdampak buruk terhadap kelestarian ekosistem dan lingkungan. Selain itu, penggunaan bahan bakar minyak juga menambah efek untuk global warming yang telah dirasakan di berbagai belahan dunia. Maka, penggunaan super karbon kulit kacang sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan patut dipertimbangkan. Keuntungan juga bisa dirasakan oleh masyarakat karena tidak tergantung lagi dengan minyak tanah sebagai bahan bakar atau sumber energi di dapur. Masyarakat setempat dapat menjalankan usaha ini secara mandiri atau pun secara berkelompok. Dari kegiatan kewirausahaan ini, masyarakat diharapkan dapat memperoleh profit sehingga pada akhirnya kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

KESIMPULAN Penggunaan super karbon limbah kulit kacang sebagai energi alternatif berpeluang untuk diaplikasikan di daerah Kecamatan Pahae Jae yang masih tergolong masyarakat ground level. Melihat ketersediaan bahan bakar migas dan non migas yang hampir habis, maka super karbon sebagai pemanfaatan salah bioenergi nabati dapat menjadi problem solving terhadap krisis energi yang terjadi sekarang dan di masa mendatang. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan kulit kacang sebagai bahan baku yang secara kuantitatif bersifat kontiniu, mudah dijangkau dan biaya produksi yang relatif murah, dan berteknologi tradisional. Pemanfaatan superkarbon juga lebih murah biayanya dibandingkan pemakaian minyak tanah. Hal ini dapat dibuktikan dari untuk memasak dalam waktu yang sama dan menghasilkan kalor yang sama, pemanfaatan super karbon jauh lebih hemat dari pada pemakaian minyak tanah. Jika masyarakat mengembangkan super karbon menjadi salah satu bentuk kewirausahaan, maka usaha ini akan menjadi sumber pendapatan baru dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bioenergi ini bersifat ramah lingkungan sehingga ekosistem dan lingkungan masyarakat dapat terjaga kelestariannya.

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. 2008. Kristanto, P. 2001. Ekologi Industri. Yogyakarta : ANDI Press. Sutarmi, S. 1986. Botani Umum III. Bandung: Angkasa. Soeiaatmadja, R.E. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB. Soeparno, H. A. 1983. Pendekatan Pengelolaan Ekologis-Paradigma Baru Dalam

Sumber Daya Hayati. Surabaya : Air Langga University Press. Tisnaadmidjaja, D. 1983. Pendidikan Energi dan Implikasinya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta Utomo, B. 1987. Analisis Termofisik Pada Briket Kulit Kacang. www.digilib.its.ac.
Diakses 3 Oktober 2010.

http://www.litbang.deptan.go.id

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. Nama lengkap b. NIM c. Fakultas/ Prodi d. Tempat, tanggal lahir e. Alamat asal f. Alamat di Medan g. No. HP h. Alamat email i. Nama ayah j. Nama ibu k. Alamat orangtua l. Riwayat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. Tahun 1996-2002 2002-2005 2005-2008 2008-

: Mayasari Sinambela : 408141078 : MIPA/ S-1 Pendidikan Biologi Bilingual : Samarinda, 23 November 1990 : Jl. Nusa Indah No. 111 Blok. A Perumnas Kalang Simbara Sidikalang : Jalan Belat No. 104 Pancing : 085261551994 : airi_chenambela@yahoo.com : Molen Sinambela : Ratna Sihombing : Jl. Nusa Indah No. 111 Blok. A Perumnas Kalang Simbara Sidikalang

Nama Lembaga SD. Negeri 033912 Huta Gambir Sidikalang SMP Negeri 1 Sidikalang SMA Negeri 1 Sidikalng Universitas Negeri Medan, S-1 Pendidikan Biologi Bilingual Tanda Tangan,

Mayasari Sinambela 408141084

Anda mungkin juga menyukai