Anda di halaman 1dari 27

Oleh :

Eny Widiyastuti, S.Kep


PUSKESMAS GAJAH II
Desa Siaga adalah desa yang
penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah
dan mengatasi masalah- masalah
kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan,
secara mandiri.

Terwujudnya masyarakat desa yang sehat,
serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya

Semua individu dan keluarga di desa, yang
diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
per-masalahan kesehatan di wilayah
desanya.
Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh
terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga, seperti tokoh masyarakat,
termasuk tokoh agama; tokoh perempuan
dan pemuda; kader; serta petugas
kesehatan

Pihak-pihak yang diharapkan
memberikan dukungan kebijakan,
peraturan perundang-undangan,
dana, tenaga, sarana, dan lain-
lain, seperti Kepala Desa, Camat,
para pejabat terkait, swasta, para
donatur, dan pemangku
kepentingan Iainnya.

Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap
di desa tersebut dan sekurang-kurangnya 2
orang kader desa.
Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan
desa (poskesdes) beserta peralatan dan
perlengkapannya. Poskesdes tersebut
dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal
dengan istilah upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM)
Surveilens berbasis masyarakat.

Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei
mawas diri (SMD), dengan kegiatan antara lain :
Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk
kelompok masyarakat yang melaksanakan SMD,
pertemuan pengurus, kader dan warga desa
untuk merumuskan masalah kesehatan yang
dihadapi dan menentukan masalah prioritas yang
akan diatasi.
Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana
kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari penentuan
prioritas masalah dan perumusan alternatif
pemecahan masalah. Aktivitas tersebut,
dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2
(MMD-2).
Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan,
dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 3
(MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain
memutuskan prioritas masalah, menentukan
tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana
biaya, pemilihan pengurus desa siaga, presentasi
rencana kegiatan kepada masyarakat, serta koreksi
dan persetujuan masyarakat.
Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan
monitoring, dengan kegiatan berupa pelaksanaan
dan monitoring rencana kegiatan.
Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian,
dengan kegiatan berupa pertanggung jawaban.

Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah
kesehatan di rumah tangga akan dicatat dalam
kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua
informasi tersebut akan direkapitulasi dalam
sebuah peta desa (spasial) dan peta tersebut
dipaparkan di poskesdes.
Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif
di laksanakan melalui survei mawas diri (SMD)
dan musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui
SMD, desa siaga menentukan prioritas masalah.
Selanjutnya, melalui MMD, desa siaga
menentukan target dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai target tersebut.
Selanjutnya melakukan penyusunan anggaran.
Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum
desa siaga, masyarakat dihimbau memberikan
kontribusi dana sesuai dengan kemampuannya. Dana
yang terkumpul bisa dipergunakan sebagai tambahan
biaya operasional poskesdes. Desa siaga juga bisa
mengembangkan kegiatan peningkatan pendapatan,
misalnya dengan koperasi desa.
Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan
kegiatan khusus yang efektif mengatasi masalah
kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan
kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang
sudah ada untuk program tertentu, seperti malaria,
TBC dan lain-lain. Dalam mengembangkan kegiatan
khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh
fasilitator dan pihak puskesmas.


Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah
tangga sebagai bagian dari surveilans rutin. Setiap rumah
tangga akan diberi Kartu Kesehatan Keluarga untuk diisi
sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut. Kemudian
pengurus desa siaga atau kader secara berkala
mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan Keluarga untuk
dimasukkan dalam peta desa.
Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah
(block grant) setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung
kegiatannya. Besarnya sesuai dengan proposal yang diajukan
dan proposal tersebut sebelumnya sudah direview oleh
Dewan Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan
Puskesmas. Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas,
penggunaan dana tersebut harus dicatat dan dilaporkan
sesuai dengan pedoman yang ada.

Dalam rangka Pengembangan Desa Siaga,
Puskesmas merupakan ujung tombak dan
bertugas ganda, yaitu sebagai penyelenggara
PONED ( atau melakukan pemberdayaan
masyarakat untuk deteksi dini risiko tinggi
ibu hamil dan neonatal ) dan penggerak
masyarakat desa. Namun demikian, dalam
menggerakkan masyarakat desa, Puskesmas
akan dibantu oleh Petugas Fasilitator dari
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang telah
dilatih di Provinsi.

Adapun peran Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar,
termasuk Pelayanan Obstetrik & Neonatal
Emergensi Dasar ( PONED) bagi Puskesmas yang
sudan dilatih, Puskesmas yang belum melayani
PONED diharapkan merujuk ke Puskesmas PONED /
RS terdekat untuk wilayah desa-desanya.
2. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di
tingkat Kecamatan dan desa dalam rangka
pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.
3. Menfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan
Poskesdes.
4. Melakukan monitoring evaluasi dan pembinaan
Desa Siaga.

Menyelenggarakan pelayanan rujukan ,
termasuk Pelayana Obstetrik & Neonatal
Emergensi Komprehensif ( PONEK).
Melaksanakan bimbingan teknis medis,
khususnya dalam rangka pengembangan
kesiap-siagaan dan penanggulangan
kedaruratan dan bencana di desa siaga
Menyelenggarakan promosi kesehatan di
Rumak Sakit dalam rangka pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan
kedarutan dan bencana

Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim
di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.
Merevitalisasi Puskesmas dan
jaringannya sehingga mampu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dasar dengan baik,
termasuk PONED, dan pemberdayaan
masyarakat.
Mendorong peningkatan kualitas Rumah Sakit
sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan
rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan
promosi kesehatan di Rumah Sakit.

Merekrut/menyediakan calon-calon fasilitator
untuk dilatih menjadi fasilitator pengembangan
Desa Siaga.
Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas
kesehatan dan kader.
Melakukan advokasi ke berbagai pihak (
pemangku kepentingan ) tingkat Kabupaten/Kota
dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Bersama Puskesmas melakukan pemantauan,
evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa
Siaga.
Menyediakan anggaran dan sumber daya lain
bagi kelestarian desa Siaga.

Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di
tingkat propvinsi dalam rangka pengembangan
Desa Siaga.
Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
mengembangkan kemampuan melalui pelatihan-
pelatihan manajemen, pelatihan pelatih teknis,
dan cara-cara lain.
Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
mengembangkan kemampuan Puskesmas dan
Rumah Sakit di bidang konseling kunjungan
rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta
promosi kesehatan, dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.

Menyelenggarakan pelatihan fasilitator
pengembangan Desa Siaga dengan metode
kalakarya.
Melakukan advokasi ke berbagai pihak (
pemangku kepentingan ) tingkat provinsi
dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan pemantauan evaluasi dan
bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.
Menyediakan anggaran dan sumber daya lain
bagi kelestarian Desa Siaga.

1. Indikator masukan
Indikator masukan adalah indikator untuk
mengukur seberapa besar masukan telah
diberikan dalam rangka pengembangan Desa
siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal
berikut :
Ada / tidaknya Forum Masyarakat Desa.
Ada / tidaknya sarana pelayanan kesehatan
serta perlengkapan / peralatannya.
Ada / tidaknya UKBM yang dibutuhkan
masyarakat.

Ada / tidaknya tenaga kesehatan( minimal
bidan ).
Ada / tidaknya kader aktif.
Ada / tidaknya sarana bangunan / Poskesdes
sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan.
Ada / tidaknya alat komunikasi yang telah
lazim dipakai masyarakat yang dimanfaatkan
untuk mendukung penggerakan surveilans
berbasis masyarakat misal : kentongan,
bedug, dll.

Indikator proses adalah indikator untk
mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu desa dalam rangka
pengembangan Desa Siaga Indikator proses
terdiri atas hal - hal sebagai berikut :
Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat
Desa.
Berfungsi / tidaknya UKBM Poskesdes.
Ada / tidaknya pembinaan dari Puskesmas
PONED.
Berfungsi / tidaknya UKBM yang ada.


Berfungsi / tidaknya Sistem
Kegawatdaruratan dan Penanggulangan
Kegawatdaruratnya dan bencana.
Berfungsi / tidaknya Sistem Surveilans
berbasis masyarakat.
Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah
kadarzi dan PHBS.
Ada / tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di
tingkat rumah tangga.
Indikator Keluaran adalah indikator untuk
mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang
dicapai di suatu desa dalam rangka
pengembangan Desa Siaga. Indikator
keluaran terdiri atas hal - hal berikut :
Cakupan pelayanan kesehatan dasar (
utamanya KIA ).
Cakupan pelayanan UKBM - UKBM lain.

Jumlah kasus kegawatdaruratan
dan KLB yang ada
dan dilaporkan.
Cakupan rumah tangga yang
mendapat kunjungan rumah
untuk kadarzi dan PHBS.
Tertanganinya masalah
kesehatan dengan respon cepat.

Indikator dampak adalah indikator untuk
mengukur seberapa besar dampak dari hasil
kegiatan desa dalam rangka pengembangan
Desa Siaga.
Indikator dampak terdiri dari atas hal-hal
sebagai berikut.
Jumlah penduduk yang menderita sakit.
Jumlah ibu melahirkan yang
meninggal dunia.
Jumlah bayi dan balita yang
meninggal dunia.
Jumlah balita dengan gizi buruk.
Tidak terjadinya KLB penyakit.
Respon cepat masalah
kesehatan.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai