Anda di halaman 1dari 29

DIALOG TATA RUANG

Penyamaan Persepsi Kebijakan Pemanfaatan Ruang bagi


Dunia Usaha

Sinergitas Penataan Ruang dalam Sektor


Transportasi
Oleh:

Dr. Ir. A. Hermanto Dardak, M.Sc


Ambhara Hotel Jakarta
24 November 2014

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

OUTLINE
1. Latar belakang
2. Keterpaduan peraturan perundangan tentang penataan ruang
dengan perumahan dan permukiman
3. Permasalahan pemanfaatan ruang dalam pengembangan
transportasi
4. Kebijakan penataan ruang dalam pengembangan transportasi ke
depan

5. Peran serta dunia usaha dalam mewujudkan transportasi berbasis


penataan ruang

LATAR
BELAKANG

LATAR BELAKANG
Pemanfaatan ruang yang terjadi saat ini didominasi oleh
masyarakat, termasuk didalamnya dunia usaha

Pemerintah lebih berperan pada aspek pengaturan dan


pengawasan, dan membutuhkan mitra untuk bekerjasama
Pemahaman dunia usaha mengenai tata ruang relatif belum
memperhatikan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
Perlunya sosialiasi kepada dunia usaha dalam rangka
meningkatkan peran serta dunia usaha dengan pemerintah
dalam melaksanakan pembangunan yang berbasis penataan
ruang
4

LATAR BELAKANG (2)


Sosialiasi Penataan Ruang diwujudkan dalam bentuk dialog antara Direktorat
Jenderal Penataan Ruang dengan sektor-sektor yang dominan dalam
Pemanfaatan Ruang
Perumahan

Perindustrian,
Perdagangan,
dan
Pariwisata

Pertambangan
dan Mineral

Sektor
dominan
dalam
penataan
ruang

Transportasi
dan
Infrastruktur

Perkebunan,
Kehutanan,
dan Pertanian
5

LATAR BELAKANG (3)

Tujuan

Menjalin kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha untuk meningkatkan


kualitas tata ruang, meningkatkan kepatuhan dunia usaha terhadap pentingnya
penataan ruang, serta melembagakan penataan ruang di lingkuangan dunia
usaha melalui asosiasi profesi

Tersosialisasikannya penataan ruang kepada kalangan dunia usaha


Terwujudnya kesamaan persepsi antara pemerintah dengan dunia usaha tentang
perlunya kemitraan dalam penataan ruang
Sasaran Merumuskan rekomendasi yang disepakati bersama

Luaran

Penyelenggaraan dialog interaktif dengan dunia usaha terkait penataan ruang


Rumusan rekomendasi dunia usaha untuk meningkatkan kualitas penataan
ruang

Meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang penataan ruang serta aspek


strategisnya bagi pelaku usaha
Manfaat Meningkatkan peran dunia usaha dalam penataan ruang

GAMBARAN UMUM
PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG

Fungsi Strategis Pemerintah dalam Penyelenggaraan


Penataan Ruang
Penataan ruang sebagai domain dan kewenangan pemerintah
memiliki fungsi strategis
Setiap tingkatan pemerintahan mengelola penataan ruang sesuai
dengan garis batas yang ada di atasnya

Penyelenggaraan Penataan Ruang

Pengaturan

upaya pembentukan
landasan hukum bagi
Pemerintah,
pemerintah
daerah, dan
masyarakat dalam
penataan ruang

Pembinaan

Pelaksanaan

upaya untuk
meningkatkan kinerja
penataan ruang
yang diselenggarakan
oleh Pemerintah,
pemerintah daerah,
dan masyarakat

upaya pencapaian
tujuan penataan
ruang melalui
pelaksanaan
perencanaan
pemanfaatan ruang,
dan pengendalian
pemanfaatan ruang

Perencanaan
Tata Ruang
suatu proses untuk
menentukan struktur
ruang & pola ruang yang
meliputi penyusunan &
penetapan RTR

Pemanfaatan
Ruang
upaya untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan RTR
melalui penyusunan dan
pelaksanaan program
beserta pembiayaannya

Pengawasan
upaya agar
penyelenggaraan
penataan ruang
dapat diwujudkan
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan

Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang yang
meliputi peraturan zonasi,
perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif,
serta pengenaan sanksi.9

Penataan Ruang sebagai Instrumen Pengembangan Wilayah


dan Kawasan
Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR) dimaksudkan untuk
memberikan panduan bagi siapapun dalam pengembangan suatu
wilayah dan kawasan.
Dengan mengacu kepada UUPR, maka suatu wilayah bisa berkembang
dengan lebih terencana.
Para pihak yang berkepentingan (termasuk dunia usaha), dapat
menjadikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada setiap level
pemerintahan sebagai panduan awal.
Sehingga dapat diketahui RDTR setiap zonasi dan menyesuaikan
dengan rencana usahanya.

10

KETERPADUAN
PERATURAN
PERUNDANGAN
TENTANG PENATAAN
RUANG DENGAN
SEKTOR
TRANSPORTASI

11

Kaitan Penataan Ruang dan Sektor Transportasi


Penataan Ruang dan sistem transportasi memiliki keterkaitan yang erat
dalam pembentukan ruang.
Upaya penyediaan sarana transportasi untuk perkembangan wilayah
semestinya mengacu pada Rencana Tata Ruang

12

Kesesuaian Peraturan Perundang-undangan tentang Penataan Ruang dengan


Pengembangan Transportasi
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Sistem transportasi merupakan unsur pembentuk struktur ruang wilayah yang harus dapat
memberikan pelayanan secara efisien, aman dan nyaman
Undang-Undang Penataan Ruang salah satunya mengatur bagaimana pembentukan struktur
ruang

13

Kesesuaian Peraturan Perundang-undangan tentang Penataan Ruang dengan


Pengembangan Transportasi
Undang-Undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (UUJR)
Proses penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Nasional harus memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Pasal 15 ayat 2)
Proses penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Provinsi dilakukan dengan memperhatikan: (a) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
(b) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan (c) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan Nasional (Pasal 16 ayat 2)
Proses penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan:
(a) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; (b). Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Nasional; (c) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; (d) Rencana Induk
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi; dan (e) Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota (Pasal 17 ayat 2)
Penetapan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan salah satunya adalah
kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; (Pasal 37 ayat
2)
Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas Parkir untuk umum dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan: (a) rencana umum tata ruang; (b) analisis
dampak lalu lintas; dan (c) kemudahan bagi Pengguna Jasa (Pasal 44)

14

Kesesuaian Peraturan Perundang-undangan tentang Penataan Ruang dengan


Pengembangan Transportasi
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

Jaringan trayek tetap dan teratur angkutan laut dalam negeri disusun dengan
memperhatikan: (a) pengembangan pusat industri, perdagangan, dan pariwisata; (b)
pengembangan wilayah dan/atau daerah; (c) rencana umum tata ruang; (d).
keterpaduan intra-dan antarmoda transportasi; dan (e) perwujudan Wawasan Nusantara
(Pasal 9 ayat 4)

Penetapan lintas angkutan penyeberangan dilakukan dengan mempertimbangkan: (a).


pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh
perairan; (b) fungsi sebagai jembatan; (c) hubungan antara dua pelabuhan, antara
pelabuhandan terminal, dan antara dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;
(d) tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan pengangkutnya; (e)
Rencana Tata Ruang Wilayah; dan (f) jaringan trayek angkutan laut sehingga
dapatmencapai optimalisasi keterpaduan angkutan antar-dan intramoda. (Pasal 22 ayat 2)

Rencana Induk Pelabuhan Nasional disusun dengan memperhatikan salah satunya


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, (pasal 71 ayat 2)

Suatu wilayah tertentu di daratan atau di perairan dapat ditetapkan oleh Menteri menjadi
lokasi yang berfungsi sebagai pelabuhan, sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota serta memenuhi
persyaratan kelayakan teknis dan lingkungan (Pasal 77)

15

PERMASALAHAN
PEMANFAATAN
RUANG DALAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI

16

BERBAGAI ISU DAN PERMASALAHAN


Seiring perkembangan sebuah wilayah baik secara ekonomi
maupun demografis, maka aktivitas transportasi juga semakin
meningkat.
Jika hal tersebut tidak diantisipasi maka akan timbul
permasalahan di bidang transportasi, khususnya kemacetan
yang saat ini sering terjadi di kota-kota besar Indonesia.

17

BERBAGAI ISU DAN PERMASALAHAN


Lahan yang tersedia tidak bertambah akan tetapi jumlah
penduduknya semakin hari semakin meningkat, dengan kata
lain maka kebutuhan akan lahan pun semakin meningkat.
Sebagai dampaknya kebutuhan transportasi meningkat pesat
sedangkan sarananya sangat terbatas, akibatnya kemacetan
dan kepadatan lalu lintas tidak dapat dihindarkan.

18

KEBIJAKAN
PENATAAN RUANG
DALAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI

19

Pertimbangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dalam


perencanaan transportasi

Peran RTRW dalam perencanaan


transportasi
Di dalam RTRW ditentukan rencana struktur ruang,
dimana salah satunya mengatur mengenai jaringan
transportasi

20

Sistem Jaringan Transportasi Nasional

Sistem jaringan transportasi darat:


- jaringan jalan nasional,
- jaringan jalur kereta api
- jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan
Sistem jaringan transportasi laut:
- tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran
Sistem jaringan transportasi udara:
- tatanan kebandarudaraan
- ruang udara untuk penerbangan.

21

Kriteria Teknis Jaringan Transportasi Darat

jaringan jalan arteri


primer
menghubungkan antarPKN, antara PKN dan PKW,
dan/atau PKN/PKW dengan
bandar udara pusat
penyebaran skala
pelayanan
primer/sekunder/tersier
dan pelabuhan
internasional/nasional;
berupa jalan umum yang
melayani angkutan utama;
melayani perjalanan jarak
jauh;
memungkinkan untuk lalu
lintas dengan kecepatan
rata-rata tinggi; dan
membatasi jumlah jalan
masuk secara berdaya
guna.

jaringan jalan
kolektor primer

menghubungkan antar-PKW
dan antara PKW dan PKL;
berupa jalan umum yang
berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau
pembagi;
melayani perjalanan jarak
sedang;
memungkinkan untuk lalu
lintas dengan kecepatan
rata-rata sedang; dan
membatasi jumlah jalan
masuk.

jaringan jalan
strategis nasional dan
jalan tol

Kriteria jaringan jalan


strategis nasional dan
jaringan jalan tol ditetapkan
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan

22

Kriteria Teknis Jaringan jalur kereta api

jaringan jalur kereta api umum


Jaringan jalur kereta api
antarkota; dan
jaringan jalur kereta api
perkotaan.

jaringan jalur kereta api khusus

Jaringan jalur kereta api


antarkota ditetapkan dengan kriteria
menghubungkan antara PKN dan
pusat kegiatan di negara tetangga,
antar-PKN, PKW dengan PKN, atau
antar-PKW.
Jaringan jalur kereta api
perkotaan ditetapkan dengan kriteria
menghubungkan kawasan perkotaan
dengan bandar udara pusat
penyebaran skala pelayanan
primer/sekunder/tersier dan
pelabuhan internasional/nasional atau
mendukung aksesibilitas di kawasan
perkotaan metropolitan

23

Kriteria Teknis Jaringan transportasi sungai dan danau

pelabuhan sungai dan


pelabuhan danau

alur pelayaran untuk kegiatan


angkutan sungai dan alur
pelayaran untuk kegiatan
angkutan danau.

berdekatan dengan kawasan


permukiman penduduk;
terintegrasi dengan sistem jaringan
transportasi darat lainnya; dan
berada di luar kawasan lindung

24

Kriteria Teknis Jaringan Transportasi Laut

tatanan kepelabuhanan
pelabuhan umum;
pelabuhan khusus
Pelabuhan internasional hub dan
pelabuhan internasiona
Pelabuhan nasional
Pelabuhan regional
Pelabuhan lokal

alur pelayaran
alur pelayaran internasional dan
alur pelayaran nasional
Alur Pelayaran Internasional
Alur pelayaran nasional

25

Kriteria Teknis Jaringan Transportasi Udara

tatanan kebandarudaraan
Bandar udara umum;
Bandar udara khusus
Bandar Udara Umum :
- bandar udara pusat penyebaran
skala pelayanan primer;
- bandar udara pusat penyebaran
skala pelayanan sekunder;
- bandar udara pusat penyebaran
skala pelayanan tersier; dan
- bandar udara bukan pusat
penyebaran.
Bandar udara
khusus dikembangkan untuk
menunjang pengembangan
kegiatan tertentu

ruang udara untuk penerbangan


alur pelayaran internasional dan
alur pelayaran nasional
ruang udara di atas bandar udara
yang dipergunakan langsung untuk
kegiatan bandar udara;
ruang udara di sekitar bandar
udara yang dipergunakan untuk
operasi penerbangan; dan
ruang udara yang ditetapkan
sebagai jalur penerbangan.

26

PERAN SERTA DUNIA


USAHA DALAM
MEWUJUDKAN
TRANSPORTASI
BERBASIS
PENATAAN RUANG

27

Dasar Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha dalam


Mewujudkan Transportasi berbasis Penataan Ruang
Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(UUPR) pasal 2: penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas
kebersamaan dan kemitraan
Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata
Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang: masyarakat
diberikan tempat sebagai pelaku utama penataan ruang yang
memungkinkan mereka untuk ikut serta mewujudkan ruang yang
berkualitas

Dengan mengacu pada dasar hukum tersebut, maka penyelenggaraan


penataan ruang memerlukan adanya kerjasama dan hubungan yang erat
berbasis kemitraan diantara Pemerintah dan para stakeholders.

28

Tata Ruang yang Aman, Nyaman, Produktif,


dan Berkelanjutan
adalah Hak Kita Bersama

29

Anda mungkin juga menyukai