NIKEL nikel sulfida atau nikel primer dan nikel laterit atau nikel sekunder
liquid immiscibility dari liquid sulfide dari liquid silikat menyebabkan
lapisan atau lensa sulfide massif yang mengandung nikel berada bada bagian bawah dari intrusi peridotit atau batuan ultra basa lainnya. Pada proses ini, nikel umumnya terbentuk sebagai senyawa sulfide (sebagian besar pendlandit) dan juga silikat (olivine, serpentin, piroksen). Seperti banyak diketahui bahwa magma ultra basa pada umumnya kaya akan kandungan besi serta sejumlah unsur lain seperti nikel, tembaga, platina, kobal, maupun krom.
Menurut Boldt (1967), bahwa inti bumi mengandung lebih kurang 3 %
nikel, kemudian zona mantel bumi yang mempunyai ketebalan sampai 2.898 km mempunyai kandungan nikel antara 0,1 0,3 % (Anonim, 1985). Ni terdapat dalam mineral olivin, piroksen, ilmenit, magnetit (Browm dan Wager, 1967) serta mineral serpentine nickeliferous yang merupakan derivatif dari olivin (Mg, Fe, Ni)2SiO4 karena proses hidrothermal (Fortunadi, 2000). Ni dalam batuan ultramafik terutama terdapat dalam mineral mafik. Umumnya proporsinya : Olivin > Orthopiroksen > Klinopiroksen. Kromit dan magnetit mungkin juga berisi lebih sedikit Ni. Di dalam mineral mafik, nikel terutama terdapat dalam jaringan mineral olivin yang terbentuk pada proses kristalisasi awal. Masuknya Ni ke dalam struktur mineral olivin melalui perilaku magmatik. Olivin dapat mengandung 0,4 % NiO dan 0,322 % Ni. Olivin (mineral yang terbentuk pada temperatur tinggi) sangat tidak stabil di bawah kondisi atmosfer, sehingga saat terjadi pelapukan akan melepaskan ion Ni yang terdapat dalam ikatan atomnya (Waheed, 2002).