Anda di halaman 1dari 20

Ringkasan :

Nikel merupakan salah satu unsur penting dalam industri pertambangan, dapat berupa nikel sulfida atau nikel
primer dan nikel laterit atau nikel sekunder. Nikel lat erit dihasilkan oleh proses pelindihan (leaching) dari
batuan ultra basa yang sering dikenal dengan istilah pengkayaan supergen (supergen enrichmen). Setelah
mengalami proses pelindihan (leaching) nikel akan terakumulasi dan berasosiasi dengan mineral Garnierit.
Batuan ultra basa sebagai batuan pembawa mineral nikel adalah Harzburgit dengan komposisi mineral yang
dominan adalah olivin dan ortho piroksen, mineral nikel yang hadir sebagai mineral asesoris dalam batuan
ultrabasa.
Nikel
merupakan
salah
satu
unsur
yang
penting
dalam
industri
pertambangan.
Sebagai salah satu unsur, nikel dapat ditemukan dalam bentuk nikel primer atau nikel
sulfida dan nikel sekunder atau nikel laterit. Pada tulisan akan dibahas tentang nikel
laterit yang dihasilkan oleh proses pencucian batuan ultra basa yang dikenal sebagai
Supergen enrichment. Hingga saat ini eksplorasi endapan bijih laterit khususnya nikel
laterit masih belum banyak dikenal. Cara terbentuknya sangat tergantung dari musim yang akan berpengaruh
pada tinggi atau rendahnya permukaan air tanah, sehingga geometri dari bentuk endapan tidak beraturan.

LATERITISASI NIKEL
Pada umumnya endapan nikel terdapat dalam dua bentuk yang berlainan, yaitu berupa
nikel sulfida dan nikel laterit. Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari
proses pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit
sendiri diambil dari bahasa Latin later yang berarti batubata merah, yang
dikemukakann oleh M. F. Buchanan (1807), yang digunakan sebagai bahan banguna n di
Mysore, Canara dan Malabr yang merupakan wilayah India bagian selatan. Material
tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu lama terekspos, maka
akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat (resisten) Smith (1992) mengemukakan
bahwa laterit merupakan regolith atau tubuh batuan yang mempunyai kandungan Fe
yang tinggi dan telah mengalami pelapukan, termasuk di dalamnya profil endapan
material hasil transportasi yang masih tampak batuan asalnya. Sebagian besar endapan
laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi dan dapat bernilai ekonomis tinggi,
sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan dan bauksit. Dari beberapa pengertian
bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan suatu material dengan kandungan besi dan
aluminium sekunder sebagai hasil proses pelapukan yang terjadi pada iklim tropis
dengan intensitas pelapukan tinggi. Di dalam industri pertambangan nikel laterit atau
proses yang diakibatkan oleh adanya proses lateritisasi sering disebut sebagai nikel
sekunder.

SYARAT PEMBENTUKAN
LATERIT.
Di permukaan bumi banyak tempat dengan intensitas pelapukan tinggi, tetapi tidak semua tempat tersebut
.
dapat
terbentuk nikel laterit, karena intensitas pelapukan yang tinggi bukan satu-satunya syarat
terbentuknya nikel laterit.
Syarat-syarat pembentukan nikel laterit :
a. Terdapatnya batuan ultrabasa yang telah tersingkap di permukaan, mengandung banyak mineral
olivin/piroksen, magnesium dan besi dan pada umumnya mengandung nikel 0,30%.
b. Iklim tropis, dengan adanya iklim tersebut maka pelapukan akan berlangsung intensif.
c. Curah hujan tinggi, hal ini berhubungan dengan kondisi iklim tropis, sebagian besar daerah dengan
iklim tropis akan mempunyai curah hujan yang tinggi. Curah hujan tinggi akan menghasi lkan air
yang besar sebagai sarana proses pelindihan/ leaching bijih nikel yang terkandung dalam batuan.
Ketiga syarat tersebut di atas akan didukung dengan faktor tatanan geologi tentang keberadaan
batuan ultrabasa.

ZONA PROFIL LATERIT.

- Ferrugenous Zone (FEZN)


- Limonite (LIMO)
- Ferrugenous Saprolite (FESA).
- Saprolite (SAPR).
- Serpentinized Harzburgite (SEHA)
- Harzburgite (HARZ)

Ferrugenous Zone (FEZN).

Zona ini ditandai dengan soil berwarna gelap,


biasanya mengandung unsur
organik seperti akar-akar tumbuhan. Pada tempattempat tertentu mempunyai tingkat
erosi relatif tinggi, seperti lereng atau tempat yang
kemiringan, zona ini sering hilang
karena mengalami transportasi. Mengandung Fe
membentuk capping/tudung, dengan
prosentase Fe berkisar 40% 43% dan Al2O3
sebesar 6% - 8%, dengan ketebalan sekitar 75 cm.

Limonite (LIMO).

Zona ini ditandai dengan adanya warna coklat,


berupa lempung retas dengan
kandungan mineral goethite, tidak terdapat
material organik/akar tumbuhan. Kandungan
Fe berkisar antara 43% - 45% dan Al2O3 antara
5% - 7%, dengan ketebalan rata-rata 1,35
meter. Hadir mineral manganese oksida .

Ferrugenous Saprolite (FESA).

Zona ini ditandai dengan adanya warna oranye


kecoklatan, tekstur mineral asal
masih tampak, hadir mineral goethite, manganese
oksida , hematit dan serpentin.
Beberapa tempat terdapat kuarsa yang membentuk
struktur Boxwork.
Ketebalan berkisar antara 2 5 meter, kandungan
Fe antara 20% - 42%, unsur Ni mulai
hadir dengan prosentase 1,2% - 1,7%. Zona ini
merupakan zona ekonomis untuk nikel laterit.

. Saprolite (SAPR).

Zona ini ditandai dengan adanya warna coklat abu -abu kuning
muda, terlihat
boulder-boulder batuan dasar 20% - 50% yang telah mengalami
pelapukan. Antara zoa
FESA dengan SAPR dibatasi dengan garis muka air tanah. Muka air
tanah tersebut
sekaligus membatasi zona oksidasi dengan reduksi, zona reduksi pada
nikel laterit sering
disebut sebagai zona Saprolite.
Pada zona kandungan MgO, SiO2 dan Ni cenderung meningkat, dari
semua zona, zona
Saprolite merupakan zona paling tinggi kadar Ni nya. Ni pada zona ini
berasosiasi
dengan mineral garnierit (Ni, Mg)3 Si4O5(OH)4.

Serpentinized Harzburgite (SEHA).

Zona ini ditandai dengan warna coklat


hijau kehitaman, kondisi lapuk, banyak
kekar, banyak mengandung mineral
serpentin. Pada zona ini kandungan nikel
mulai menurun dan dinilai tidak ekonomis
lagi.

Harzburgite (HARZ).

Warna hitam kehijauan, pada umumnya berupa batuan


segar dan mengalami sedikit pelapukan, serpentinisasi.
Kandungan Ni pad a zona ini sangat sedikit dan MgO dan
SiO2 melimpah antara 35% - 38%. Hadirnya serpentin di
zona ini menggantikan olivin dan piroksen, serpentin
menempati pada belahan -belahan mineral olivin dan
piroksen. Kenampakan pada analisis Petrografi nampak
apabila serpentin tersebut menggantikan olivin, maka akan
membentuk Mesh Structure dan apabila menggantikan
piroksen akan membentuk Bastite Structure, jenis mineral
serpentin adalah Crysotile serpentine yang mempunyai
bentuk tidak teratur, mengikuti karakter belahan mineral
yang terubah.

PROSES PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan ultrabasa, dalam hal ini adalah
batuan Harzburgit. Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi, mineral
-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan. Faktor kedua sebagai media
transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air tanah yang kaya akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar
dan tumbuhan, akan mengurai mineral-mineral yang terkandung dalam batuan Harzburgit tersebut.
Kandungan olivin, piroksen, magnesium silikat, besi, nikel dan silika akan terurai dan membentuk suatu
larutan, di dalam larutan yang telah terbentuk tersebut, besi akan bersenyawa dengan oksida dan
mengendap sebagai ferri hidroksida . Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air,
sehingga kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferri hidroksida menjadi mineral -mineral
seperti goethite/FeO(OH), hematit/Fe2O3 dan cobalt. Mineral-mineral tersebut sering dikenal sebagai
besi karat. Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel
dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam
tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan pelindihan/ leaching.
Unsur Ni sendiri merupakan unsur asesoris/tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses
pelindihan berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group /kelompok serpentin . Rumus
kimia dari kelompok serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsurunsur
seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya. Adanya suplai air dan
saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat
laun akan terkumpul di zona air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus
bedrock/Harzburgit. Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral
garnierit dengan rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka
yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen/ supergen enrichment . Zona pengkayaan supergen
ini terbentuk di zona Saprolit (SAPR). Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk
zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubahubah, terutama tergantung dari perubahan musim. Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mine
ralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai
zona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu batuan Harzburgit

Anda mungkin juga menyukai