Anda di halaman 1dari 20

Tentang

Undang Undang

Lingkup Pengertian Undang


Undang
Dalam UUD 1945, tdk terang apa lingkup

batasan pengertian undang undang, Pasal 20


UUD 45 hanya menyebut kewenangan DPR
untuk membentuk undang undang dengan
persetujuan bersama dengan pemerintah;
Pasal 24C ayat 1 hanya menentukan bahwa
Mahkamah Konstitusi berwenang menguji
undang undang terhadap UUD;
Istilah yg dipakai adalh undang-undang
dengan huruf kecil, jika dipakai istilah
Undang-Undang
apakah
mempunyai
perbedaan yg signifikan dengan perkataan
undang-undang dengan huruf kecil;

Biasanya penggunaan huruf besar Undang


Undang dipahami dalam arti nama atau
sebutan undang undang yg sudah tertentu
(defenite) dengan nomor dan nama tertentu,
seperti, Undang Undang Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi;
Jika digunakan dengan huruf kecil undang
undang,maka yg dimaksudkan adalah kata
undang undang dalam arti umum atau belum
tertentu atau terkeit dengan nomor dan judul
tertentu;
Dengan kata lain, undang undang adalah
genus, sedangkan Undang Undang adalah
perkataan yg terkait dengan undang undang
tertentu atau dikaitkan dengan nama tertentu;

Jika demikian maka undang undang itu dapat


dipahami sebagai naskah hukum dalam arti yg
luas, yg menyangkut materi bentuk tertentu;
Jeremy Bentham dkk mengaitkan istilah
legislation
sebagai
any
form
of
law
making/setiap bentuk pembuatan hk, The term
is, however restricted to a particular form law
making, viz the declaration in statutory form of
rules oflaws by the legislature of the state;
Dengan demikian, bentuk peraturan yg
ditetapkan oleh lembaga legislatif untuk
maksud mengikat umum dapat dikaitkan
dengan pengertian enacted law statute atau
undang undang dalam arti luas;

Bentuk peraturan yg ditetapkan oleh lembaga


legislatif itu tentu berbeda dari peraturan yang
ditetapkan oleh lembaga eksecutif ataupun oleh
lembaga yudikatif;
Misalnya,Mahkamah Konstitusi dan Mahakamah
Agung
juga
mempunyai
kewenangan
untuk
mengatur dengan menetapkan Peraturan Mahkamah
Konstitusi (PMK) dan Peraturan Mahkamah Agung
(Perma);
Pemerintah/eksecutif
mempunyai
kewenangan
mengatur dengan menetapkan Peraturan Pemerintah
(PP) ataupun Peraturan Presiden (Perpres);
Oleh karena itu sering dibedakan antara pengertian
judicial legislation, legislative act dan executive act
atau executive legislation;

Yang dimaksud dengan undang undang dalam arti


sempit adalah legislative act atau akta hukum
yg dibentuk oleh lembaga legislatif dengan
persetujuan bersama dengan lembaga eksecutif;
Yang membedakan sehingga naskah hukum
tertulis disebut sebagai legislative act bukan
executive act, adalah karena dalam proses
pembentukan legislative act itu, peranan
lembaga legislatif sangat menentukan keabsahan
materil peraturan yang dimaksud;
Dengan peranan lembaga legislatif yg sangat
menentukan itu, berarti peranan wakil rakyat yg
dipilih dan mewakili kepentingan rakyat yg
berdaulat sangat menentukan keabsahan dan
daya ikat undang undang itu untuk umum;

Pada dasarnya rakyatlah yang berdaulat dalam


negara demokrasi,maka rakyat pulalah yang
berhak
untuk
menentukan
kebijakan2
kenegaraan yang akan mengikat bagi seluruh
rakyat;
Jika
sekiranya
kebijakan2
kenegaraan
tersebutakan membebani rakyat,maka rakyat
harus menyatakan persetujuannya
melalui
perantaraan wakil wakilnya di lembaga legislatif;
Karena itu kebijakan2 kenegaraan tersebut
harus dituangkan dalam produk legislatif
(legislative act) sebagaimana dimaksud diatas;
Mian Khurshid mengemukakan undang undang
dapat dibedakan dalam 5 kelompok;

1.Undang undang (statute) yang bersifat umum;


2.Undang undang yang bersifat lokal (local statute);
3.Undang undang yg bersifat personal (personal
statute) ataupun undang undang yg bersifat
individual (individual statute);
4.Undang undang yang bersifat publik (public
statute)
5.Undang undang (statute) yang bersifat perdata
(private statute) ;
Pertama, undang undang yg diklasifikasikan
sebagai general statute, adalah karena undang
undang itu berlaku bagi segenap warga (the
whole community) dalam bahasa belanda disebut
algemene verbindende voorscrifen

Kedua, undang undang dapat diklasifikasikan sebagai


undang undang yang bersifat lokal
atau local
statute, yaitu hanya berlaku terbatas untuk atau
daerah tertentu saja;
Ketiga, undang undang juga dapat saja ditetapkan
berlaku untuk subjek2 hukum tertentu saja atau
bahkan individu tertentu saja dan ini yg disebut
sebagai personal statute;
norma hukum yg terkandung didalamnya tidak
bersifat umum dan abstrakmelainkan bersifat konkret
dan individual;
undang undang yg hanya berlaku untuk individual
sekarang ini tentu sangat jarang, meskipun masih sj
dijumpai dalam prakteknya di setiap negara;
personal statute menurut Mian Khurshid dapat kita
bedakan lagi antara personal statute dalam arti
sempit dan personal statute dalam arti luas atau
dalam arti individual statute;

misalnya, ketetapan MPR tentang Soeharto adalah


contoh peraturan tertulis yang bersifat personal
(personal statute)
Pada tahun 1947 kita mengenal UU Naturalisasi
yang berisi naturalisasi bagi perseorangan yang
hanya mengikat orang yang bersangkutan (yg
dinaturalisasi) dan tidak mengikat umum;
Sementara keempat dan kelima adalah undang
undang yg diklasifikasikan sebagai undang undang
yg termasuk kategori hukum publik dan undang
undang yang termasuk kategori hukum privat;
Public statuta, merupakan hukum negara yang
menjadi
pusat
perhatian
hakim
untuk
menegakkannya,
sedangkan
private
statuta
merupakan undang undang oleh pihak2 untuk
menggugat ataupun membuktikan hak dan
kepentingannya terhadap pihak lain;

Undang Undang dan Rancangan Undang


Undang

Undang Undang scara formal jelas berbeda dengan


rancangan undang undang. Pembatas antara suatu
rancangan undang undang dan undang adalah
tindakan pengesahan formal berupa pengundangan
undang undang itu dalam lembaran Negara;
Sejak undang undang itu diuandangkan, maka
naskahnya resmi disebut sebagai undang undang.
Akan tetapi sebelum naskah yg bersangkutan resmi
disahkan oleh Presiden d kemudian diundangkan
dalam lembaran negara, maka naskah rancangan
undang undang
masih tetap disebut sebagai
rancangan undang undang;
Tentu sj dapat dibedakan antara; 1. rancangan uu yg
belum dibahas bersama DPR, 2. rancangan uu yg
sedang dalam proses pembahasan bersma DPR dan
Pemerintah, dan rancangan uu yg sudah disahkan
secara materiil dalam rapat paripurna DPR sebagai
tanda tercapainya persetujuan bersama antara DPR
dan Pemerintah;

Setelah RUU itu secar resmi disahkan dalam rapat


paripurna sebagai tanda persetujuan bersama maka
secara materiil RUU itu dapat dikatakan sudah bersifat
final;
Materinya sudah tidak dapat lagi diubah siapapun,
termasuk oleh Presiden dan DPR sesuai dengan
ketentuan Pasal 20 ayat (4) UUD 1945 rancangan
undang undang yg sudah mendapatkan perseyujuan
bersama itu, akan disahkan sebagaimana mestinya oleh
presiden;
Bahkan, oleh Pasal 20 ayat (5) UUD 1945 ditentukan jika
Presiden sendiri tidak bersedia mengesahkannya, maka
rancangan undang undang itu akan berlaku dengan
sendirinya setelah 30 hari semenjak RUU itu resmi
mendapat persetujuan bersama oleh DPR dan Presiden;
Prof Jimly mengatakan bahwa pengetukan palu dalam
sidang paripurna DPR sebagai pengesahan yg bersifat
materiil, sementara itu pengesahan yg dilakukan
Presiden dengan menandatangani d memerintahkan
pengundangannya dalam lembaran Negara merupakan
pengesahan formal bersifat administrasi;

Pengaturan konstitusional mengenai tenggat 30


hari ini memang tidak jelas kegunaannya untuk
apa, kecuali perhitungan administasi sj untuk
memungkinkan para pejabat pembantu Presiden
mempersiapkan diri untuk pengesahan undang
undang itu;
Kalau dimaksudkan untuk mempersiapkan aparat
untuk melaksanakan undang undang , tentu sj
waktu 30 hari itu terlalu singkat;
Waktu 30 hari dapat dikatakan hanya untuk
memastikan bahwa Presiden harus mengesahkan
rancangan uandang undang itu menjadi undang
undang dalam waktu secepatnya atau paling
lambat 30 hari sejak rncangan undang undang itu
disetujui;

Denagan demikian terlepas dari tanggung jawab adm


untuk pengesahan formal d pengundangan, Presiden
masih dapat menentukan sikap berkenaan dengan
substansi rancangan undang undang trsbt;
Meskipun diakui bahwa dalam proses pembahasan suatu
rancangan undang undang di DPR, pasti ada tarik
menarik dan proses menerima d memberi (take and give)
antara DPR d Presiden dlam menyetujui d menolak materi
yg terdapat dalam rancangan undang undang;
Akan tetapi jika rancangan undang undang tersbt berasal
dri inisiatif DPR, berrti pd tahap akhir Presidenlah
seharusnya menetukan kt akhir untuk menyetujui atau
menolak rancangan uu tersebt;
Sebaliknya jika rancangan undang undang tersbt berasal
dri inisiatif Presiden, berrti pd tahap akhir DPR lah
seharusnya menetukan kt akhir untuk menyetujui atau
menolak rancangan uu tersebt;

Undang Undang dan Ketetapan


MPR/S
Sebelum dilakukan perubahan atas UUD 1945,
MPR dikonstruksikan sebagai wadah penjelmaan
seluruh rakyat yg berdaulat, tempat ke mana
Presiden
harus
tunduk
dan
mempertanggungjawabkan segala pelaksanaan
tugas2 konstitusionalnya;
Menurut ketentuan Pasal 3 juncto Pasal 37 UUD
1945 yg asli sebelum perubahan, MPR
berwenang, 1. menetapkan UUD, 2. mengubah
undang undang dasar, 3. memilih Presiden dan
atau wakil Presiden, dan menetapkan GBHN;
Disamping haluan haluan yg sudah ditentukan
dal UUD 1945, masih diperlukan haluan haluan
negara yg lebish jelas di luar UUD 1945;

Hirarki Peraturan perundang


Undangan
Menurut
ketetapan Ketetapan MPR
MPR/S
1966

No.XX/MPR/S No.III/MPR/2000

Undang Undang Dasar

Undang Undang Dasar

Ketetapan MPR/S

Ketetapan MPR/S

UU dan Perppu

Undang Undang

Peraturan Pemerintah

Perppu

Keputusan Presiden

Peraturan Pemerintah

Peratuan Menteri, dsb

Keputusan Presiden
Peratuan daerah

UU No. 10 Tahun 2004 tt


pembentukan Peraturan

UU No. 12 Tahun 2011 tt


Pembentukan Peraturan

UUD

UUD

UU dan Peraturan Pemerintah


Pengganti UU

Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat

Peraturan Pemerintah

UU /Peraturan Pemerintah
Pengganti UU

Peraturan presiden

Peraturan Pemerintah

Peraturan daerah

Peraturan Presiden

Peraturan Desa

Peraturan daerah Provinsi


Peraturan Daerah Kab/Kota

Undang Undang dan Perppu

Istilah peraturan pemerintah sebagai pengganti


undang undang ini sepenuhnya adalah ciptaan
Undang Undang Dasar 1945, sebagaimana
ditentukan dalam pasal 22 ayat (1) yg berbunyi,
Dalam hal ihwal kegentingan yg memaksa, Presiden
berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai
pengganti undang undang;
Pasal 22 ayat (2), peraturan pemerintah itu harus
mendapat persetujuan DPR dalam persidangan berikut,
ayat (3) nya, jika tidak mendapat persetujuan, maka
peraturan tersebut harus dicabut;
Dari bebrapa kutipan diatas diketahui bahwa;
1. Peraturan tersebut disebut peraturan pemerintah
sebagai pengganti undang undang, yg berarti bahwa
bentuknya
adalah
Peraturan
pemerintah
(PP),
sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (2) UUD 1945

Presiden menetapkan peraturan pemerintah


untuk
menjalankan
undang
undang
sebagaimana mestinya;
Jika biasanya bentuk peraturan pemerintah itu
adalah
peraturan
yg
ditetapkan
untuk
menjalankan undang undang sebagaimana
mestinya, maka dalam keadaan kegentingan yg
memaksa bentuk peraturan pemerintah itu
dapat dipakai untuk menuangkan ketentuan2 yg
semestinya dituangkan dalam bentuk undang
undang dan untuk menggantikan uu;
Kedua, perpu tersebut pada pokoknya hanya
dapat
ditetapkan
oleh
Presiden
apabila
persyaratan kegentingan yang memaksa
terpenuhi sebagaimana mestinya;

Undang undang dan perda

Anda mungkin juga menyukai