1. Pendahuluan
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di
dalam rongga pleura akibat transudasi atau
eksudasi yang berlebihan dari permukaan
pleura
Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan
efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru
non-tuberkulosis, keganasan, sirosis hati,
trauma tembus atau tumpul pada daerah
dada, infark paru, serta gagal jantung
kongestif.
Di negara-negara barat, efusi pleura terutama
disebabkan oleh gagal jantung kongestif,
sirosis hati, keganasan, dan pneumonia
2. Tinjauan Pustaka
Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan suatu keadaan
ditemukannya penumpukan cairan
yang abnormal di dalam rongga pleura.
Terdapat empat tipe cairan yang dapat
ditemukan pada efusi pleura : Cairan
serusa (hidrothorax),Darah
(hemothotaks),Chyle (chylothoraks),
dan Nanah (pyothoraks atau
empyema).
Etiologi
Penyebab paling sering efusi pleura
transudatif di Negara berkembang
termasuk Indonesia adalah
tuberkulosis paru. Selain TBC,
keadaan lain juga menyebabkan
efusi pleura seperti pada penyakit
autoimun systemic lupus
erythematosus (SLE), perdarahan
(sering akibat trauma)
Patofisiologi
Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap
karena adanya keseimbangan antara
produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi
oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat
dipertahankan karena adanya keseimbangan
antara tekanan hidrostatis pleura parietalis
sebesar 9 cm H O dan tekanan koloid
osmotik pleura viseralis 10 cm H O. Cairan
pleura terakumulasi ketika pembentukan
cairan pleura lebih besar dari absorbsi cairan
pleura.
Gejala Klinis
Gejala yang paling sering ditemukan
(tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah
sesak nafas dan nyeri dada (biasanya
bersifat tajam dan semakin memburuk
jika penderita batuk atau bernafas dalam)
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
batuk, cegukan, pernafasan yang
cepat,dan nyeri perut
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : pada pasien efusi pleura bentuk
hemithorax yang sakit mencembung, iga
mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke
arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari
posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung
meningkat dan pernapasannya biasanya dyspneu.
Palpasi : Fremitus tokal menurun terutama untuk
efusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.
Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada
dada yang sakit.
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen dada
CT scan dada
USG dada
Torakosentesis
Biopsi
Analisa cairan pleura
Bronkoskopi
Penatalaksanaan
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya
perlu dilakukan pengobatan terhadap
penyebabnya.
Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga
menyebabkan penekanan maupun sesak
nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase
(pengeluaran cairan yang terkumpul ).
Yang terpenting dalam penatalaksanaan efusi
pleura yaitu dengan mengobati penyakit yang
mendasarinya.
Patofisiologi
Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura
secara berlebihan sebagai akibat transudasi (perubahan
tekanan hidrostatik dan onkotik) dan eksudasi
(perubahan permeabilitas membran) pada permukaan
pleura seperti terjadi pada proses infeksi dan
neoplasma.
Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi
tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek
atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga
dari robeknya perkijuaan ke arah saluran getah bening
yang menuju rongga pleura, iga dan kolumna
vertebralis. Dapat juga hematogen dan menimbulkan
efusi pleura bilateral. Cairan efusi yang biasanya serosa
kadang-kadang bisa juga hemoragik.
Gejala Klinis
Nyeri dada : dapat menjalar ke daerah
permukaan karena inervasi syaraf
interkostalis dan segmen torakalis atau dapat
menyebar ke lengan. Nyerinya terutama pada
waktu bernafas dalam, sehingga pernafasan
penderita menjadi dangkal dan cepat dan
pergerakan pernapasan pada hemithorak
yang sakit menjadi tertinggal.
Sesak napas : terjadi pada waktu permulaan
pleuritis disebabkan karena nyeri dadanya
dan apabila jumlah cairan efusinya
meningkat, terutama kalau cairannya penuh.
Batuk : pada umumnya non produktif dan
ringan, terutama apabila disertai dengan
Diagnosis
Diagnosis utama berdasarkan
adanya kuman tuberculosis dalam
cairan efusi ( biakan ) atau dengan
biopsi jaringan pleura. Pada daerahdaerah dimana frekuensi tuberculosis
paru tinggi dan terutama pada
pasien usia muda, sebagian efusi
pleura adalah karena pleuritis
tuberkulosa walaupun tidak
ditemukan granuloma pada biopsi
Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan efusi pleura
tuberkulosis sama dengan efusi pleura pada
umumnya, yaitu dengan melakukan
torakosentesis (mengeluarkan cairan pleura)
agar keluhan sesak penderita menjadi
berkurang
Pengobatan dengan menggunakan OAT
( Rifampisin, INH, Pirazinamide, Ethambutol )
memakan waktu 6 12 bulan. Dosis dan cara
pemakaian obat seperti pada pengobatan
tuberkulosis paru.
3. Penyajian Kasus
A. Identitas
Nama
: Tn. B
Umur
: 70 tahun
Alamat
: Komp. BTN Wajuk
Indah, Wajuk Hilir
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Masuk RS
: 15 Mei 2011
B. Anamnesis
Keluhan Utama:
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sesak napas sudah dirasakan 2 minggu yang
lalu, sesak napas muncul mendadak dan hilang
timbul. Jika sesak napas muncul, dada kanan
terasa berat dan sakit untuk bernapas. Os juga
mengaku batuk berdahak warna putih dan
demam turun naik sejak 2 minggu yang lalu.
Nafsu makan berkurang dan kadang- kadang
keringat dingin.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum: pasien tampak baik
Kesadaran : kompos mentis
Tanda Vital
Nadi : 75 x/ menit
Tek. Darah :120/ 80 mmHg
Pernapasan : 21 x/ menit
Suhu : 36,8 oC
Paru
Inspeksi
Statis : simetris, bentuk dada pectus excavatum,
anterior-posterior : leterolateral 1 : 2
Dinamis
:irama pernapasan reguler, frekuensi
pernapasan 21 x/menit, tipe pernapasan abdominaltorakal, saat bernapas kedua dada naik
Palpasi : nyeri tekan di ICS IV dekstra, fremitus
taktil dekstra-sinistra normal
Perkusi : ICS IV- VI dekstra redup, sinistra sonor
Auskultasi : suara pokok paru dekstra vesikuler
melemah, rhonki (+) Suara pokok paru sinistra
vesikuler
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari di ICS 5 garis
midklavikula sinistra
Perkusi :
Batas atas jantung di sela iga 2 garis sternal kiri
Batas kanan jantung di sela iga 5 garis sternal kanan
Batas kiri jantung di sela iga 5 garis midklavikula
kiri
Pinggang jantung di sela iga 3 garis parasternal kiri
Auskultasi : BJ I reguler ,BJ II reguler murmur (- ),
gallop ( -)
Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar dan simetris
Palpasi : nyeri tekan ulu hati
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas
Eksermitas atas : oedem (-/-), jari tabuh (- )
Eksermitas bawah : oedem (-/-) jari tabuh (-)
D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 15 mei 2011
MCH : 24,2 f
( 27- 34 f)
MCHC : 33%
( 31- 35%)
SGOT : 40 U/I
(s/d 38 U/I)
SGPT : 23 U/I
(s/d 41 U/I)
GDS: 74 gr/dL
(< 200 gr/dL)
Ureum: 27 mg/dL (10 - 50 mg/dL)
Creatinin : 0,7
(0,5 1 mg/dL)
E. Resume
Pasien Tn. B, 70 tahun dirawat di RS dengan keluhan
sesak napas. Sesak napas dirasakan sejak 2 minggu
yang lalu dan hilang timbul. Os juga mengaku batuk
berdahak warna putih disertai demam turun naik
sejak 2 minggu yang lalu. Sesak napas yang
dirasakan sekarang adalah sesak napas yang terberat
yang pernah dialami pasien. 3 tahun yang lalu pasien
mengaku pernah terjatuh dari jembatan, dan dada
kanannya membentur jembatan. Tidak ada riwayat
minum OAT, asma dan hipertensi. Tidak ada
kebiasaan merokok. Saat dilakukan anamnesis pasien
tidak tampak sesak, kesadaran kompos mentis
F. DIAGNOSIS
Efusi Pleura Tuberkulosis
Efusi Pleura Keganasan
G. Pemeriksaan Usulan
Pemeriksaan dahak/ sputum ulang
Analisa cairan pleura
Foto thorax
H. Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
Tirah baring
Punksi pleura
Medikamentosa :
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Ethambutol
Neurodex
I. Prognosis
Ad Vitam
: bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
4. Pembahasan
5. Kesimpulan
TERIMA KASIH