Anda di halaman 1dari 51

Laporan Kasus:

Efusi Pleura Tuberkulosis


Oleh: Anggi Patranita N
I 111 07 022

1. Pendahuluan
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di
dalam rongga pleura akibat transudasi atau
eksudasi yang berlebihan dari permukaan
pleura
Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan
efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru
non-tuberkulosis, keganasan, sirosis hati,
trauma tembus atau tumpul pada daerah
dada, infark paru, serta gagal jantung
kongestif.
Di negara-negara barat, efusi pleura terutama
disebabkan oleh gagal jantung kongestif,
sirosis hati, keganasan, dan pneumonia

Di Amerika efusi pleura menyerang


1,3 juta pertahun.
Sedangkan di dunia, dilaporkan
prevalensi efusi pleura sebanyak 320
kasus per100.000 orang negara
industri, dengan distribusi etiologi
berhubungan dengan penyakitnya.
Di Inonesia TB Paru merupakan
penyebab utama efusi pleura, disusul
oleh keganasan.

Efusi pleura timbul sebagai akibat dari suatu


penyakit, sebab itu hendaknya dicari penyebabnya.
Setelah adanya efusi pleura dapat dibuktikan
melalui pungsi percobaan, kemudian diteruskan
dengan membedakan eksudat dan transudat dan
akhirnya dicari etiologinya.
Apabila diagnosis efusi pleura tuberkulosis sudah
ditegakkan maka pengelolaannya tidak menjadi
masalah, efusinya ditangani seperti efusi pada
umumnya, sedangkan tuberkulosisnya diterapi
seperti tuberkulosis pada umumnya

2. Tinjauan Pustaka

Anatomi dan Fisiologi Pleura


Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu
pleura visceralis dan parietalis.
Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel
mesothelial, jaringaan ikat, dan dalam keadaan normal,
berisikan lapisan cairan yang sangat tipis.
Membran serosa yang membungkus parekim paru
disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa
yang melapisi dinding thorak, diafragma, dan
mediastinum disebut pleura parietalis.
Rongga pleura terletak antara paru dan dinding
thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang
tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura

Produksi Cairan Pleura


Cairan pleura diproduksi oleh pleura parietalis
dan diabsorbsi pleura visceralis,
cairan terbentuk dari filtrasi plasma melalui
endotel kapiler diabsorbsi oleh pembuluh
limfe dan venula pleura.
Pergerakan cairan dari pleura parietal ke
pleura visceralis dapat terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan
osmotik koloid plasma.
Jumlah normal cairan pleura yaitu < 20 cc.
cairan ini komposisinya sama dengan cairan
plasma, hanya saja pada cairan pleura
mempunyai kadar protein yang lebih rendah

Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan suatu keadaan
ditemukannya penumpukan cairan
yang abnormal di dalam rongga pleura.
Terdapat empat tipe cairan yang dapat
ditemukan pada efusi pleura : Cairan
serusa (hidrothorax),Darah
(hemothotaks),Chyle (chylothoraks),
dan Nanah (pyothoraks atau
empyema).

Etiologi
Penyebab paling sering efusi pleura
transudatif di Negara berkembang
termasuk Indonesia adalah
tuberkulosis paru. Selain TBC,
keadaan lain juga menyebabkan
efusi pleura seperti pada penyakit
autoimun systemic lupus
erythematosus (SLE), perdarahan
(sering akibat trauma)

Efusi Transudat dapat disebabkan oleh biasanya


disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan
normald i dalam paru-paru. Seperti kegagalan
jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma
nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis),
syndroma vena cava superior, tumor, sindroma
meig.
Efusi Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB,
preumonia, tumor, infark paru, radiasi, penyakit
kolagen. Kanker, tuberkulosisd a n infeksi paru
lainnya, reaksi obat, asbetosisd a n sarkoidosis
merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa
menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya
tumor, trauma, infark paru dan tuberkulosis.

Patofisiologi
Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap
karena adanya keseimbangan antara
produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi
oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat
dipertahankan karena adanya keseimbangan
antara tekanan hidrostatis pleura parietalis
sebesar 9 cm H O dan tekanan koloid
osmotik pleura viseralis 10 cm H O. Cairan
pleura terakumulasi ketika pembentukan
cairan pleura lebih besar dari absorbsi cairan
pleura.

Akumulasi cairan pleura dapat


terjadi apabila:
Tekanan osmotik koloid menurun dalam
darah pada penderita hipoalbuminemia dan
bertambahnya permeabilitas kapiler akibat
ada proses keradangan atau neoplasma
Terjadi peningkatan:
Permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma)
Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke
jantung/ vena pulmonalis (kegagalan jantung
kiri)
Tekanan negatif intra pleura (atelektasis)

Gejala Klinis
Gejala yang paling sering ditemukan
(tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah
sesak nafas dan nyeri dada (biasanya
bersifat tajam dan semakin memburuk
jika penderita batuk atau bernafas dalam)
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
batuk, cegukan, pernafasan yang
cepat,dan nyeri perut

Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan fisik
Inspeksi : pada pasien efusi pleura bentuk
hemithorax yang sakit mencembung, iga
mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke
arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari
posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung
meningkat dan pernapasannya biasanya dyspneu.
Palpasi : Fremitus tokal menurun terutama untuk
efusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.
Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada
dada yang sakit.

Perkusi : Suara perkusi redup sampai peka


tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak
mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat
batas atas cairan berupa garis lengkung dengan
ujung lateral atas ke medical penderita dalam
posisi duduk. Garis ini disebut garis EllisDamoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian
depan dada, kurang jelas di punggung.
Auskultasi : Suara nafas menurun sampai
menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke
atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi
atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan
ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis
kompresi di sekitar batas atas cairan.

Pemeriksaan Penunjang

Rontgen dada
CT scan dada
USG dada
Torakosentesis
Biopsi
Analisa cairan pleura
Bronkoskopi

Penatalaksanaan
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya
perlu dilakukan pengobatan terhadap
penyebabnya.
Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga
menyebabkan penekanan maupun sesak
nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase
(pengeluaran cairan yang terkumpul ).
Yang terpenting dalam penatalaksanaan efusi
pleura yaitu dengan mengobati penyakit yang
mendasarinya.

Efusi Pleura Tuberkulosis


Efusi pleura tuberkulosis sering diketemukan di
negara berkembang termasuk di Indonesia
meskipun diagnosis pasti sulit ditegakkan.
Gambaran klinik dan radiologik antara transudat
dan eksudat bahkan antara efusi pleura
tuberkulosis dan non tuberkulosis hampir tidak
dapat dibedakan, sebab itu pemeriksaan
laboratorium menjadi sangat penting.
Setelah adanya efusi pleura dapat dibuktikan
melalui pungsi percobaan, kemudian diteruskan
dengan membedakan eksudat dan transudat dan
akhirnya dicari etiologinya.
Apabila diagnosis efusi pleura tuberkulosis sudah
ditegakkan maka pengelolaannya tidak menjadi
masalah, efusinya ditangani seperti efusi pada

Patofisiologi
Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura
secara berlebihan sebagai akibat transudasi (perubahan
tekanan hidrostatik dan onkotik) dan eksudasi
(perubahan permeabilitas membran) pada permukaan
pleura seperti terjadi pada proses infeksi dan
neoplasma.
Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi
tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek
atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga
dari robeknya perkijuaan ke arah saluran getah bening
yang menuju rongga pleura, iga dan kolumna
vertebralis. Dapat juga hematogen dan menimbulkan
efusi pleura bilateral. Cairan efusi yang biasanya serosa
kadang-kadang bisa juga hemoragik.

Gejala Klinis
Nyeri dada : dapat menjalar ke daerah
permukaan karena inervasi syaraf
interkostalis dan segmen torakalis atau dapat
menyebar ke lengan. Nyerinya terutama pada
waktu bernafas dalam, sehingga pernafasan
penderita menjadi dangkal dan cepat dan
pergerakan pernapasan pada hemithorak
yang sakit menjadi tertinggal.
Sesak napas : terjadi pada waktu permulaan
pleuritis disebabkan karena nyeri dadanya
dan apabila jumlah cairan efusinya
meningkat, terutama kalau cairannya penuh.
Batuk : pada umumnya non produktif dan
ringan, terutama apabila disertai dengan

Diagnosis
Diagnosis utama berdasarkan
adanya kuman tuberculosis dalam
cairan efusi ( biakan ) atau dengan
biopsi jaringan pleura. Pada daerahdaerah dimana frekuensi tuberculosis
paru tinggi dan terutama pada
pasien usia muda, sebagian efusi
pleura adalah karena pleuritis
tuberkulosa walaupun tidak
ditemukan granuloma pada biopsi

Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan efusi pleura
tuberkulosis sama dengan efusi pleura pada
umumnya, yaitu dengan melakukan
torakosentesis (mengeluarkan cairan pleura)
agar keluhan sesak penderita menjadi
berkurang
Pengobatan dengan menggunakan OAT
( Rifampisin, INH, Pirazinamide, Ethambutol )
memakan waktu 6 12 bulan. Dosis dan cara
pemakaian obat seperti pada pengobatan
tuberkulosis paru.

3. Penyajian Kasus

A. Identitas
Nama
: Tn. B
Umur
: 70 tahun
Alamat
: Komp. BTN Wajuk
Indah, Wajuk Hilir
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Masuk RS
: 15 Mei 2011

B. Anamnesis
Keluhan Utama:
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sesak napas sudah dirasakan 2 minggu yang
lalu, sesak napas muncul mendadak dan hilang
timbul. Jika sesak napas muncul, dada kanan
terasa berat dan sakit untuk bernapas. Os juga
mengaku batuk berdahak warna putih dan
demam turun naik sejak 2 minggu yang lalu.
Nafsu makan berkurang dan kadang- kadang
keringat dingin.

Riwayat Penyakit Dahulu:


3 tahun yang lalu os pernah jatuh dari jembatan,
dada kanan menghantam kayu jembatan
Tidak ada riwayat minum OAT dan Os
mempunyai sakit maag. Tidak pernah merokok
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai keluhan yang sama dengan pasien,
riwayat asma, hipertensi dan DM disangkal.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum: pasien tampak baik
Kesadaran : kompos mentis
Tanda Vital
Nadi : 75 x/ menit
Tek. Darah :120/ 80 mmHg
Pernapasan : 21 x/ menit
Suhu : 36,8 oC

Pemeriksaan Secara Sistematis


Kepala : normosefalik
Mata : sclera ikterik (- /- ), konjungtiva
anemis (-/-),
Telinga :sekret (-)
Hidung : sekret (-/-), deviasi septum ( - )
Leher : pembesaran limfonodi (+) pada
supraklavikula kanan, deviasi trakea ( - )

Paru
Inspeksi
Statis : simetris, bentuk dada pectus excavatum,
anterior-posterior : leterolateral 1 : 2
Dinamis
:irama pernapasan reguler, frekuensi
pernapasan 21 x/menit, tipe pernapasan abdominaltorakal, saat bernapas kedua dada naik
Palpasi : nyeri tekan di ICS IV dekstra, fremitus
taktil dekstra-sinistra normal
Perkusi : ICS IV- VI dekstra redup, sinistra sonor
Auskultasi : suara pokok paru dekstra vesikuler
melemah, rhonki (+) Suara pokok paru sinistra
vesikuler

Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari di ICS 5 garis
midklavikula sinistra
Perkusi :
Batas atas jantung di sela iga 2 garis sternal kiri
Batas kanan jantung di sela iga 5 garis sternal kanan
Batas kiri jantung di sela iga 5 garis midklavikula
kiri
Pinggang jantung di sela iga 3 garis parasternal kiri
Auskultasi : BJ I reguler ,BJ II reguler murmur (- ),
gallop ( -)

Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar dan simetris
Palpasi : nyeri tekan ulu hati
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas
Eksermitas atas : oedem (-/-), jari tabuh (- )
Eksermitas bawah : oedem (-/-) jari tabuh (-)

D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 15 mei 2011

Tanggal 26 Mei 2011

USG, tampak efusi pleura dekstra


Pemeriksaan dahak SPS, dengan hasil ketiga
sputum tidak ditemukan BTA
Pemeriksaan Lab:
Hb : 11, 7 gr/dL ( 13 gr/dL)
Ht : 35, 4 %( 35%- 38 %)
WBC : 7200 sel/ uL (5000-10000 sel/uL)
RBC : 4. 830.000 sel/ uL (4,5 jt 5,4 jt sel/uL)
Trombosit : 373.000 sel/ uL (150000-450000
sel/uL)
MCV : 73,3 f ( 80- 95 f)

MCH : 24,2 f
( 27- 34 f)
MCHC : 33%
( 31- 35%)
SGOT : 40 U/I
(s/d 38 U/I)
SGPT : 23 U/I
(s/d 41 U/I)
GDS: 74 gr/dL
(< 200 gr/dL)
Ureum: 27 mg/dL (10 - 50 mg/dL)
Creatinin : 0,7
(0,5 1 mg/dL)

E. Resume
Pasien Tn. B, 70 tahun dirawat di RS dengan keluhan
sesak napas. Sesak napas dirasakan sejak 2 minggu
yang lalu dan hilang timbul. Os juga mengaku batuk
berdahak warna putih disertai demam turun naik
sejak 2 minggu yang lalu. Sesak napas yang
dirasakan sekarang adalah sesak napas yang terberat
yang pernah dialami pasien. 3 tahun yang lalu pasien
mengaku pernah terjatuh dari jembatan, dan dada
kanannya membentur jembatan. Tidak ada riwayat
minum OAT, asma dan hipertensi. Tidak ada
kebiasaan merokok. Saat dilakukan anamnesis pasien
tidak tampak sesak, kesadaran kompos mentis

Dari pemeriksaan fisik didapatkan untuk status


lokalis paru didapatkan nyeri tekan di ICS IV
dekstra, perkusi lapang paru kanan ICS IV- VI
redup dan auskultasi suara dasar paru kanan
vesikuler lemah dan terdengan rhonki. Jantung
dan abdomen dalam batas normal.
Dari foto toraks dada di dapatkan gambaran
radioopac pada lapang bawah paru kanan,
sudut costopherincus tumpul serta terdapat
kavitas pada lapang paru atas kanan dan
kalsifikasi pada lapang tengah paru kanan.
Dari pemeriksaan sputum SPS tidak ditemukan
BTA dan dari USG dada ditemukan efusi pleura
dekstra relatif banyak.

F. DIAGNOSIS
Efusi Pleura Tuberkulosis
Efusi Pleura Keganasan

G. Pemeriksaan Usulan
Pemeriksaan dahak/ sputum ulang
Analisa cairan pleura
Foto thorax

H. Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
Tirah baring
Punksi pleura

Medikamentosa :
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Ethambutol
Neurodex

I. Prognosis
Ad Vitam
: bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

4. Pembahasan

Pada tanggal 15 Mei 2011 telah dirawat pasien Tn. B, 70


tahun dengan keluhan utama sesak napas. Keluhan ini telah
dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Sesak napas juga
disertai dengan batuk berdahak warna putih dan demam
yang turun naik. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pertama
kali di lakukan pada tanggal 23 Mei 2011, sesaat sebelum di
lakukan punksi pleura. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
adanya pembesaran kelenjar getah bening pada
supraklavikula kanan, pemeriksaan status lokalis paru
ditemukan pada perkusi terdengar redup di sela iga 4 6
paru kanan, sedangkan perkusi lapang paru kiri adalah sonor.
Untuk auskultasi pada paru kanan suara pokok adalah
vesikuler lemah dengan rhonki sedangkan pada paru kiri
terdengar vesikuler. Adanya bunyi redup pada perkusi
menandakan terdapat cairan pada paru, semakin banyak
cairan maka bunyi yang di timbulkan akan semakin redup
bahkan pekak. Vesikuler melemah juga menandakan adanya
cairan. Dari auskultasi terdengar adanya rhonki pada paru
kanan, dan basal paru kiri.

Dari gambaran radiologi pada tanggal 15 Mei


2011, menunjukkan adanya gambaran raioopac
pada lapang bawah paru kanan, sudut
costopherincus tumpul serta terdapat kavitas
pada lapang paru atas kanan dan kalsifikasi pada
lapang tengah paru kanan dan dari USG dada
ditemukan efusi pleura dekstra relatif banyak.
Dari pemeriksaan tersebut dapat dipastikan
bahwa terdapat efusi pleura pada pasien. Adanya
kavitas dan kalsifikasi dapat mengarahkan bahwa
pasien ini menderita tuberculosis

Pemeriksaan mikroskopis dahak SPS pada


tanggal 18- 20 Mei 2011, ketiga-tiganya tidak
ditemukan BTA. Hal ini mempunyai dua makna,
yang pertama adalah pasien tidak menderita
tuberculosis dan makna yang lain adalah tidak
ditemukannya BTA bisa saja disebabkan oleh
konsentrasi kuman yang sedikit. Namun untuk
mendiagnosis apakah seseorang menderita
tuberculosis diperlukan beberapa
pertimbangan antara lain pemeriksaan dahak,
foto thorak ( walaupun pemeriksaan ini sensitif
namun tidak terlalu spesifik ), dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik, serta yang paling pasti
yakni dengan pembiakan kuman

Selain itu, mengingat Indonesia merupakan


Negara dengan angka kejadian TB paru yang
cukup tinggi, maka pada pasien ini di diagnosis
sebagai penderita TB. Namun untuk lebih
memastikan diagnosis tersebut perlu dilakukan
pemeriksaan dahak ulang dan pembiakan kuman.
Setelah pasien di follow up beberapa hari, pada
pemeriksaan fisik paru masih ditemukan perkusi
redup dan auskultasi terdengar vesikuler yang
melemah disertai rhonki pada paru kanan. Untuk
itu pada tanggal 26 Mei dilakukan foto thorak
ulang, dan didapatkan gambaran radioopac pada
paru kanan, yang menunjukkan masih ada cairan
dalam paru pasien. Serta direncanakan lagi untuk
dilakukan aspirasi cairan pleura pada pasien.

Selain dilakukan aspirasi cairan pleura, pada


pasien ini juga diberikan terapi
medikamentosa untuk TB yakni penyakit yang
mendasarinya. Pengobatan yang diberikan
berupa OAT kategori 1 (2RHZE/ 4H3R3)
Tujuan pengobatan ini adalah untuk
menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuuhan, memutus rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT. Apabila telah dilakukan
aspirasi cairan pleura serta pengobatan yang
teratur dan adekuat dapat dipastikan bahwa
prognosis pasien ini adalah baik.

5. Kesimpulan

Pasien Tn. B, 70 tahun telah dirawat di RS,


yang berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan laboratorium, radiologi
dan USG dada disimpulkan mengalami Efusi
Pleura Tuberkulosis. Dan pada pasien ini telah
dilakukan aspirasi cairan pleura untuk
mengeluarkan cairan pleura yang berlebihan
serta diberikan pengobatan OAT kategori 1
untuk mengobati penyakit yang
mendasarinya, yakni tuberkulosis.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai