HIV
Disusun oleh:
Sisilia Susiska
07120110012
Pembimbing:
dr. Stevent Sumantri, Sp. PD
: Ny. M
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 31 tahun
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Agama
: Islam
No.Rekam Medis
: 66-60-xx
Status Pembayaran
: BPJS
Tanggal Masuk RS
: 28 Agustus 2015
Tanggal Pemeriksaan
: 28 Agustus 2015
Keluhan Utama :
Demam semenjak satu bulan yang lalu
Riwayat Pengobatan :
Riwayat pengobatan ARV terputus
Riwayat Kebiasaan :
Pasien menyangkal kebiasaan merokok dan konsumsi NAPZA.
Riwayat Diet :
Pasien gemar memakan buah, biasanya makan 3 kali sehari dengan porsi
proporsional.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum
Kesan Sakit : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS E3V5M6
Gizi : Kurang
IMT : 150cm/40 kg (17,7)
Tekanan darah : 110/80
Nadi : 118 kali/menit
Suhu : 38C
Laju Pernapasan : 20 kali/menit
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan
Kepala
Hasil Pemeriksaan
Normosefali tanpa tanda trauma dan deformitas. Wajah tidak
edema dan simetris, tidak ada bekas trauma.
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Mulut,
Lidah
Gigi
Leher
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Punggung
Alat Kelamin
Anus
Ektremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Kulit/Status Lokalis
Nilai Normal
Hb
10.10
11.7-15.5 g/dL
Ht
30.70
35-45%
WBC
13.57
3600-11000/L
RBC
3.99
3.8-5.2 x 106/L
Trombosit
361
150-440 x 103/L
MCV
76.9
80-100 fL
MCH
25.3
26-34 pg
MCHC
32.9
32-36 g/dL
Ureum
16
<50 mg/dL
Kreatinin
0.51
0.5-1.1 mg/dL
eGFR
149.5
mL/mnt/1.73 m2
SGOT
75
5-34 U/L
SGPT
39
0-55 U/L
Na
126
137-145 mmol/L
2.6
3.6-5 mmol/L
Cl
96
98-107 mmol/L
Fungsi Ginjal
Fungsi Hati
Elektrolit
paru
kanan
dan
normal,
aorta
elongatio
- Dekstroskoliosis
vertebra thoracalis
E. RINGKASAN/RESUME
Perempuan, 31 tahun, datang dengan keluhan prolonged fever 1 bulan
SMRS. Fever naik turun hingga pernah mencapai suhu 39C. Fever disertai diare
dan keringat dingin dan general weakness. Nausea dan vomit dirasakan pasien 2
hari SMRS. BB pasien turun (16kg dalam 5 bulan). Mulut terasa kering dan lidah
baal serta nafsu makan pasien menurun. Pasien sudah berusaha berobat sebelumnya
dan dilakukan pemeriksaan USG abdomen: hepatomegali ringan dengan aspek
dislipidemia, ronsen thorax dengan corakan bronkovaskular kasar, mendapatkan
transfusi darah dan didiagnosis dengan masalah pada lambung, Riwayat HIV dan
menkonsumsi ARV namun terputus diakui pasien. Ibu pasien pernah menderita TB
paru dan anaknya sedang dalam pengobatan ARV.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan BMI 17.7, takikardia, febris dan
takipnea. Konjungtiva anemis, mata cekung, mukosa bibir dan kulit kering, serta
terdapat kandidasis pada lidah, rhonki pada kedua lapang paru, nyeri tekan pada
hipogastrik.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan anemia Hb 10.10, Ht 30.70 MCV
76.9 MCH 25.3 MCHC 32.9, leukositosis WBC 13570, SGOT 75, hiponetremia Na
126, hypokalemia K 2.6, pada EKG didapatkan sinus takikardia sedangkan pada
7
xray thorax didapatkan infiltrat pada lapang atas paru kanan dan perihiler bilateral,
cor normal dan aorta elongation serta dekstroskoliosis vertebra thorakalis.
F. DAFTAR MASALAH
1. Dehidrasi sedang
2. HIV
3. TB paru
4. Anemia
5. Hipokalemia
6. Gastroenteritis akut
7. Peningkatan kadar serum trasamirase
8. Malnutrisi
9. Kandidiasis oral
10. Hiponatremia
G. PENGKAJIAN
1. Dehidarasi sedang, dipikirkan atas dasar:
Lemas(+), mulut terasa kering, mata cekung(+), konjungtiva anemis(+/+),
mukosa bibir dan kulit kering.
Untuk dipikirkan dehidrasi sedang et causa GEA berulang dan HIV wasting
syndrome pada ODHA.
Rencana terapi : Terapi sesuai etiologi
Edukasi
Prolonged fever, diare, keringat malam dari 1 bulan yang lalu. Riwayat ARV
terputus dengan infeksi HIV dan anak pasien yang tengah menjalani pengobatan
ARV. Pada pemeriksaan fisik ditemukan febris dan IMT 17,7.
Untuk dipikirkan HIV stadium klinis 4 dengan HIV wasting syndrome
beserta infeksi oportunistik TB paru, GEA berulang dan kandidiasis oral.
Rencana diagnostik : Tes antibodi HIV dan jumlah sel CD4
Rencana terapi :
Edukasi
: Kotrimoksasol 960mg x 1
TDF 300mg x1 + 3TC 300mg x1 + EFV 600mg x1
(setelah pengobatan TB selama 2-8 minggu)
PCT 500mg 3x1 PRN demam
Rencana monitoring : Check jumlah CD4, HIV RNA dan fungsi hati dan ginjal
Perbaikan gejala klinis dan infeksi oportunistik
Pemantauan efek samping ARV, IRIS dan gagal terapi
Tatalaksana infeksi oportunistik:
1. TB paru, dipikirkan atas dasar :
Fever, keringat malam, BB turun, riwayat kontak dengan penderita TB
paru, pada pemeriksaan fisik ditemukan rhonki pada kedua lapang paru
dan hasil ronsen thorax dua kali yang menyatakan corakan
bronkovaskular kasar dan adanya infiltrat pada lapang atas paru kanan
dan perihiler bilateral.
Untuk dipikirkan TB paru kasus baru pada ODHA.
Rencana diagnostik : Kultur sputum BTA SPS, MTB/RIF
Rencana terapi :
Edukasi
: 2 bulan R(200)/H(400)/Z(1000)/E(600)
dilanjutkan 4 bulan R(200)/H(400)
Vitamin B kompleks 1tab 3x1
9
Medikamentosa
: KCl 20 mEq/jam/L
Nonmedikamentosa
Medikamentosa
Rencana monitoring : Evaluasi berat badan berkala, albumin dan kadar CD4
7. Hiponatremia, dipikirkan atas dasar:
Hasil laboratorium didapatkan Na 126 mEq/L.
Untuk dipikirkan Hiponatremia et causa GEA berulang dan wasting
syndrome pada ODHA.
Rencana terapi : Terapi sesuai etiologi
Medikamentosa
: NS 500cc/8 jam
H. PEMETAAN MASALAH
Anemia
HIV
Malnutrisi
TB paru
Immunocompromized
Prone Infection
Kandidiasis oral
GEA berulang
Wasting
syndrome
Dehidrasi sedang
Hiponatremia
Hipokalemia
Peningkatan
SGOT
12
I. PROGNOSIS
Prognosis pada penderita HIV bergantung pada jumlah CD4, jumlah virus, usia,
kondisi malnutrisi, progesivitas infeksi oportunistik, gaya hidup dan stress.
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Dubia ad bonam karena pasien masih memiliki usia yang belum lanjut yakni 31
tahun sedangkan pasien memiliki faktor yang memperburuk berupa kondisi
malnutrisi, infeksi oportunistik yang cukup banyak serta stessor yang cukup besar.
Untuk gaya hidup dan kondisi malnutrisi masih dapat diperbaharui dan diperlukan
pemeriksaan terhadap jumlah sel CD4 dan jumlah virus HIV RNA.
Ad functionam
: Bonam
Bonam karena sejauh ini belum ada aktivitas pasien yang benar-benar terhambat
akibat HIV selain dari adanya diare.
Ad sanactionam
: Malam
HIV merupakan penyakit yag belum dapat disembuhkan sampai sekarang dan
hanya dapat ditekan keberadaannya.
J. PEMBAHASAN PENYAKIT
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Pada tahun 2012 diadakan estimasi bahwa penderita HIV positif di
Indonesia berkisar 591823 orang yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia. Dari
laporan bulanan perawatan HIV dan AIDS Indonesia sampai November 2014
tercatat jumlah ODHA yang mendapatkan terapi ARV hanya sebanyak 49217 dari
34 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Penderita HIV biasanya memiliki gejala-gejala
sebagai berikut: demam, faringitis, limfadenopati, sakit kepala, myalgia, penurunan
berat badan, mual, muntah dan diare. Gejala neurologis lainnya meningitis,
encephalitis, neuropati perifer dan myelopati serta gejala kulit seperti ruam
kemerahan dan ulkus. Namun gejala-gejala HIV ini tidak terbatas pada gejala-gejala
tersebut saja melainkan juga tergantung dari jenis infeksi oportunistik yang diderita.
Pada pasien ini didapatkan gejala-gejala yang mengarah pada HIV yakni
adanya demam, diare, keringat malam dan lemas selama satu bulan. Selain itu ada
pula mual muntah yang disertai dengan penemuan kandidiasis pada lidah, rhonki
pada kedua lapang paru dan tanda-tanda anemia kronik. Gejala-gejala yang dialami
ini sudah pernah diobati namun tidak sembuh dan berkepanjangan. Hal ini sangat
13
klinis
dan
tes
laboratorium
14
dilakukan
minimal
bulan
sekali
atau
sesuai
kondisi.
15
Efek samping pemberian ARV dapat terjadi dalam beberaa minggu pertama
setelah inisiasi hingga toksisitas pada pemakaian lama. Kebanyakan toksisitas
tidak berat dan dapat diatasi dengan terapi supportif. Pada beberapa minggu
pertama dapat terjadi gejala seperti mual, muntah dan diare beserta ruam atau
toksisitas hati. Efek samping ini biasanya self-limiting. Sesudah empat minggu,
biasanya muncul anemia dan neutropenia. Pada waktu berikutnya dapat ditemukan
disfungsi mitokondria, lipodistrofi, asidosis laktat dan keainan metabolic dapat
terjadi. Prinsip penanganan pada efek samping ini bergantung pada jenis toksisitas,
evaluasi penyebab dan pertimbangan untuk tetap melanjutkan, mengganti atau
menghentika semua jenis obat ARV serta penanganan supportif dan simptomatis.
16
oportunistik. Untuk kasus yang berat data diberikan NSAID untuk nyeri atau
inhalasi steroid untuk bronkospasm.
Definisi gagal terapi dapat ditentukan setelah minimal pemakaian ARV
selama 6 bulan dengan tiga macam kriteria yakni gagal klinis, imunologis dan
virologis. Kriteria terbaik adalah kriteria virologis, bila kegagalan ditemukan maka
diperlukan adanya pemberian ARV dengan lini kedua.(Untuk HIV dan koinfeksi
TB, dapat digunakan TDF+3TC(FTC)+LPV/r dosis ganda atau AZT+3TC+ LPV/r
dosis ganda.
17
Rifampisin
10mg/kgBB/hari,
Pirainamid
18
19
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J.
Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 18. USA: The McGraw Hill
Companies; 2012.
2. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral. Jakarta:
Bakti Husada; 2014.
3. New York State Department of Health AIDS Institute. IRIS in HIV-Infected
Patient.
HIV
Clinical
Resources:
Agustus
2009.
Tersedia
di
http://www.hivguidelines.org/clinical-guidelines/adults/immunereconstitution-inflammatory-syndrome-iris-in-hiv-infected-patients/
4. TB CARE I, United States Agency for International Development(USAID).
International Standards for Tuberculosis Care. Edisi 3. WHO 2014. Tersedia
di http://www.who.int/tb/publications/ISTC_3rdEd.pdf
21