Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

HIV

Disusun oleh:
Sisilia Susiska
07120110012

Pembimbing:
dr. Stevent Sumantri, Sp. PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN PENYAKIT DALAM


SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE RUMAH SAKIT UMUM SILOAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 14 AGUSTUS 2015 30 OKTBER 2015

LAPORAN KASUS RSU SILOAM


A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. M

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 31 tahun

Status Perkawinan

: Sudah menikah

Agama

: Islam

No.Rekam Medis

: 66-60-xx

Status Pembayaran

: BPJS

Tanggal Masuk RS

: 28 Agustus 2015

Tanggal Pemeriksaan

: 28 Agustus 2015

B. DATA DAN RIWAYAT PENYAKIT PASIEN


Informasi diperoleh secara autonamnesis.

Keluhan Utama :
Demam semenjak satu bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :


Demam naik turun semenjak satu bulan yang lalu. Demam biasanya dapat
mencapai 39C, memburuk pada malam hari. Pasien telah menkonsumsi
paracetamol namun demam tidak turun sepenuhnya. Pasien juga mengeluhkan
adanya diare berwarna coklat kekunigan tanpa darah dengan konsistensi lebih unak
sebanyak 3 kali sehari sekitar setengah gelas aqua tiap kalinya.
Selain diare dan demam, pasien mengeluhkan lemas dan adanya keringat
dingi terutama pada malam hari yang membuat pasien dapat berganti pakaian
hingga tiga kali dalam dua jam. Sudah dua hari ini demam menyebabkan pasien
tidak nafsu makan, mual, muntah apabila diberikan makanan. Nafsu makan juga
berkurang karena pasien merasa mulutnya kering dan lidah terasa baal. Pasien
menyangkal adanya batuk dan sesak napas. Berat badan pasien turun 16kg dalam 5
bulan tanpa adanya usaha menurunkan berat badan.

Pasien sudah berusaha untuk melakukan pengobatan ke rumah sakit


sebelumnya dan dirawat selama 4 hari dengan diagnosis penyakit lambung dan
diberikan transfuse darah. Pemeriksaan yang telah dilakukan di rumah sakit tersebut
adalah USG abdomen dengan hasil hepatomegali ringan dengan aspek dyslipidemia
dan ronsen thorax dengan hasil corakan bronkovaskular kasar.
Pasien mengakui dirinya menderita HIV dan pernah melakukan pengobatan
ARV lalu terputus dan anak pasien tengah dalam pengobatan HIV.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal. Pasien mengaku menderita HIV

Riwayat Pengobatan :
Riwayat pengobatan ARV terputus

Riwayat Kebiasaan :
Pasien menyangkal kebiasaan merokok dan konsumsi NAPZA.

Riwayat Sosial Ekonomi :


Cukup baik

Riwayat Diet :
Pasien gemar memakan buah, biasanya makan 3 kali sehari dengan porsi
proporsional.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Ibu pasien pernah menderita TB paru dan menjalani pengobatan. Riwayat penyakit
lainnya seperti kecncing manis, darah tinggi, penyakit jantung maupun kanker di
sangkal pada keluarga inti pasien.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum
Kesan Sakit : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS E3V5M6
Gizi : Kurang
IMT : 150cm/40 kg (17,7)
Tekanan darah : 110/80
Nadi : 118 kali/menit
Suhu : 38C
Laju Pernapasan : 20 kali/menit

Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan
Kepala

Hasil Pemeriksaan
Normosefali tanpa tanda trauma dan deformitas. Wajah tidak
edema dan simetris, tidak ada bekas trauma.

Rambut

Rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut.

Mata

Kelopak mata cekung +/+. Konjungtiva anemis +/+,


sklera ikterik /. Pupil bulat isokor 3mm, refleks cahaya
langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+. Kornea
jernih.

Telinga

Bentuk daun telinga normal dan simetris. Tidak ada lesi,


perdarahan, dan cairan.

Hidung

Bentuk normal, septum nasi di tengah. Tidak ada lesi,


perdarahan, dan cairan.

Tenggorokan
Mulut,
Lidah

Gigi

Faring tidak hiperemis. Tonsil T1/T1.


dan Mukosa mulut dan bibir kering, Gigi dan gusi baik, tidak
ada perdarahan. Pada lidah terdapat plak putih yang tidak
dapat diangkat. Kebersihan cukup baik.

Leher

JVP 5+2, Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,


parotis, tiroid ataupun teraba adanya massa. Tidak ada lesi.

Paru
Inspeksi

Dinding dada simetris kanan dan kiri statis dan dinamis.


Bentuk dada normal. Tidak ada retraksi, penggunaan otot
pernapasan tambahan (-). Tidak ada lesi dan massa.

Palpasi

Dada simetris kanan dan kiri. Taktil fremitus lapang paru


kanan = lapang paru kiri

Perkusi

Suara sonor pada semua lapang paru

Auskultasi

Vesikuler kanan=kiri, ronchi +/+, wheezing /.

Jantung
Inspeksi

Tidak tampak iktus kordis.

Palpasi

Tidak ada heave,lift,thril.

Perkusi

Batas-batas jantung normal.

Auskultasi

S1, S2 (+) regular. Tidak ada bunyi tambahan, murmur (-)


gallop (-).

Abdomen
Inspeksi

Dinding abdomen simetris, cembung. Tidak ada massa dan


lesi.

Auskultasi
Palpasi

Bising usus (+) 4x/menit. Bruit ().


Nyeri tekan hipogastrik (+). Hati dan limpa tidak teraba.
Ginjal tidak teraba. Nyeri ketok CVA (-/-).

Perkusi

Timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness ().

Punggung

Tidak ada lesi dan massa.

Alat Kelamin

Tidak dilakukan pemeriksaan.

Anus

Tidak dilakukan pemeriksaan.

Ektremitas Atas

Akral hangat. CRT < 2 detik. Tidak ada deformitas, edema


dan sianosis.

Ekstremitas Bawah

Akral hangat. CRT < 2 detik. Tidak ada deformitas, edema


dan sianosis.

Kulit/Status Lokalis

Turgor baik. Terasa kering, tidak ikterik dan sianosis. Tidak


ada lesi atau jejas.

D. PEMRIKSAAN PENUNJANG YANG TELAH DILAKUKAN


1. Pemeriksaan Tes Darah
28 Agustus 2015

Nilai Normal

Hb

10.10

11.7-15.5 g/dL

Ht

30.70

35-45%

WBC

13.57

3600-11000/L

RBC

3.99

3.8-5.2 x 106/L

Trombosit

361

150-440 x 103/L

MCV

76.9

80-100 fL

MCH

25.3

26-34 pg

MCHC

32.9

32-36 g/dL

Ureum

16

<50 mg/dL

Kreatinin

0.51

0.5-1.1 mg/dL

eGFR

149.5

mL/mnt/1.73 m2

SGOT

75

5-34 U/L

SGPT

39

0-55 U/L

Na

126

137-145 mmol/L

2.6

3.6-5 mmol/L

Cl

96

98-107 mmol/L

Fungsi Ginjal

Fungsi Hati

Elektrolit

Gula Darah Sewaktu 90

< 200 mg/dL

2. Pemeriksaan Elektrokardiografi 28 Agustus 2015

Hasil EKG: Sinus takikardia HR 120kali/menit, normoaxis

3. Pemeriksaan Xray Thorax 28 Agustus 2015


Hasil Xray Thorax:
- Infiltrat pada lapang
atas

paru

kanan

dan

perihiler bilateral DD/ TB


paru
- Cor

normal,

aorta

elongatio
- Dekstroskoliosis
vertebra thoracalis

E. RINGKASAN/RESUME
Perempuan, 31 tahun, datang dengan keluhan prolonged fever 1 bulan
SMRS. Fever naik turun hingga pernah mencapai suhu 39C. Fever disertai diare
dan keringat dingin dan general weakness. Nausea dan vomit dirasakan pasien 2
hari SMRS. BB pasien turun (16kg dalam 5 bulan). Mulut terasa kering dan lidah
baal serta nafsu makan pasien menurun. Pasien sudah berusaha berobat sebelumnya
dan dilakukan pemeriksaan USG abdomen: hepatomegali ringan dengan aspek
dislipidemia, ronsen thorax dengan corakan bronkovaskular kasar, mendapatkan
transfusi darah dan didiagnosis dengan masalah pada lambung, Riwayat HIV dan
menkonsumsi ARV namun terputus diakui pasien. Ibu pasien pernah menderita TB
paru dan anaknya sedang dalam pengobatan ARV.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan BMI 17.7, takikardia, febris dan
takipnea. Konjungtiva anemis, mata cekung, mukosa bibir dan kulit kering, serta
terdapat kandidasis pada lidah, rhonki pada kedua lapang paru, nyeri tekan pada
hipogastrik.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan anemia Hb 10.10, Ht 30.70 MCV
76.9 MCH 25.3 MCHC 32.9, leukositosis WBC 13570, SGOT 75, hiponetremia Na
126, hypokalemia K 2.6, pada EKG didapatkan sinus takikardia sedangkan pada
7

xray thorax didapatkan infiltrat pada lapang atas paru kanan dan perihiler bilateral,
cor normal dan aorta elongation serta dekstroskoliosis vertebra thorakalis.

F. DAFTAR MASALAH
1. Dehidrasi sedang
2. HIV
3. TB paru
4. Anemia
5. Hipokalemia
6. Gastroenteritis akut
7. Peningkatan kadar serum trasamirase
8. Malnutrisi
9. Kandidiasis oral
10. Hiponatremia

G. PENGKAJIAN
1. Dehidarasi sedang, dipikirkan atas dasar:
Lemas(+), mulut terasa kering, mata cekung(+), konjungtiva anemis(+/+),
mukosa bibir dan kulit kering.
Untuk dipikirkan dehidrasi sedang et causa GEA berulang dan HIV wasting
syndrome pada ODHA.
Rencana terapi : Terapi sesuai etiologi
Edukasi

: Hindari aktivitas berat berlebihan


Penuhi asupan cairan per hari

Non medikamentosa : Istirahat tirah baring


Turunkan demam
Medikamentosa

: Terapi cairan 1200mL RL/8 jam dengan satu jam


pertama 800mL jika ingin gangguan hemodinamik
cepat teratasi

Rencana monitoring : Perbaikan klinis


2. HIV, dipikirkan atas dasar:

Prolonged fever, diare, keringat malam dari 1 bulan yang lalu. Riwayat ARV
terputus dengan infeksi HIV dan anak pasien yang tengah menjalani pengobatan
ARV. Pada pemeriksaan fisik ditemukan febris dan IMT 17,7.
Untuk dipikirkan HIV stadium klinis 4 dengan HIV wasting syndrome
beserta infeksi oportunistik TB paru, GEA berulang dan kandidiasis oral.
Rencana diagnostik : Tes antibodi HIV dan jumlah sel CD4
Rencana terapi :
Edukasi

: Konseling pemberian ARV

Non medikamentosa : Istirahat tirah baring


Screening awal untuk persiapan inisiasi ARV
Medikamentosa

: Kotrimoksasol 960mg x 1
TDF 300mg x1 + 3TC 300mg x1 + EFV 600mg x1
(setelah pengobatan TB selama 2-8 minggu)
PCT 500mg 3x1 PRN demam

Rencana monitoring : Check jumlah CD4, HIV RNA dan fungsi hati dan ginjal
Perbaikan gejala klinis dan infeksi oportunistik
Pemantauan efek samping ARV, IRIS dan gagal terapi
Tatalaksana infeksi oportunistik:
1. TB paru, dipikirkan atas dasar :
Fever, keringat malam, BB turun, riwayat kontak dengan penderita TB
paru, pada pemeriksaan fisik ditemukan rhonki pada kedua lapang paru
dan hasil ronsen thorax dua kali yang menyatakan corakan
bronkovaskular kasar dan adanya infiltrat pada lapang atas paru kanan
dan perihiler bilateral.
Untuk dipikirkan TB paru kasus baru pada ODHA.
Rencana diagnostik : Kultur sputum BTA SPS, MTB/RIF
Rencana terapi :
Edukasi

: Pencegahan penularan, cara pemberian dan


efek samping obat

Non medikamentosa : Istirahat cukup dan olahraga teratur


Medikamentosa

: 2 bulan R(200)/H(400)/Z(1000)/E(600)
dilanjutkan 4 bulan R(200)/H(400)
Vitamin B kompleks 1tab 3x1
9

Rencana monitoring : Perbaikan gejala klinis


Check ronsen thorax ulang dan OT/PT berkala
Pemantauan efek samping OAT
2. Gastroenteritis akut berulang dipikirkan atas dasar:
Nausea(+), vomit(+), diare(+) dan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri
pada daerah hipogastrik serta pemeriksaan penunjang terdapat
leukositosis.
Untuk dipikirkan Gastroenteritis akut berulang et causa bakteri
pada ODHA.
Rencana diagnostik : Kultur feses (bakteri/parasite/ova/toksin C
difficile)
Rencana terapi : Terapi sesuai etiologi
Edukasi

: Pemilihan makanan yang bersih dan sehat

Non medikamentosa : Pastikan asupan cairan cukup


Hindari konsumsi makanan keras, pedas,
asam
Medikamentosa

: Omeprazole 20mg 2x1


Domperidone 10mg 3x1 PRN mual
Ciprofloksasin 500mg 2x1

Rencana monitoring : Perbaikan gejala klinis


3. Kandidiasis oral dipikirkan atas dasar:
Lidah terasa baal dan pada pemeriksaan fisik didapatkan plak putih
persisten pada lidah dan dapat diangkat.
Untuk dipikirkan Kandidiasis oral pada ODHA.
Rencana terapi : Suspensi nistatin kumur 4 x 4-6mL PO
Rencana monitoring : perbaikan klinis
3. Anemia, dipikirkan atas dasar:
General weakness(+), riwayat transfusi darah sebelumnya dan dari pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva anemis serta pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 10.10, Ht 30.70 MCV 76.9 MCH 25.3 MCHC 32.9.
Untuk dipikirkan Anemia mikrositik et causa HIV(penyakit kronik) dan
defisiensi Fe.
Rencana diagnostik : Sediaan apus darah tepi, SITIBC, ferritin dan transferin
10

Rencana terapi : Terapi sesuai etiologi


Medikamentosa

: Ferrous sulfate 525mg 1x1

Rencana monitoring : Check ulang kadar Hb dan Ht


4. Hipokalemia, dipikirkan atas dasar:
Hasil laboratorium didapatkan K 2.6 mEq/L.
Untuk dipikirkan Hipokalemia et causa GEA berulang dan wasting
syndrome pada ODHA.
Rencana terapi : Terapi sesuai etiologi
Nonmedikamentosa

: Makan makanan mengandung K tinggi (pisang)

Medikamentosa

: KCl 20 mEq/jam/L

Rencana monitoring : Check ulang kadar elektrolit K


5. Peningkatan kadar SGOT, dipikirkan atas dasar:
Hasil laboratorium didapatkan SGOT 75 U/L dan hasil USG abdomen:
hepatomegali ringan dengan aspek dislipidemia.
Untuk dipikirkan Wasting muscle pada ODHA dd/ gangguan fungsi hati et
causa susp Hep B infection dd/ et causa NASH
Rencana diagnostik : Check HBsAg, Anti HBs, HBeAg, HBV DNA dan USG
abdomen ulang
Rencana terapi : Perbaiki status gizi
Rencana monitoring : Check ulang SGOT, SGPT
6. Malnutrisi, dipikirkan atas dasar:
Nafsu makan menurun dan pemeriksaan fisik IMT 17.7.
Untuk dipikirkan Malnutrisi ringan et causa HIV(penyakit kronik) dd/
gangguan penyerapan et causa GEA berulang.
Rencana terapi : Terapi sesuai etiologi
Edukasi

: Pemilihan pola makan dan makanan yang bergizi


(tinggi protein rendah lemak) dan kaya mikronutrien

Nonmedikamentosa

: Kebutuhan kalori min 3375 kal/hari


Protein 90 gram/hari
Lemak (pilih omega 3 tinggi) seperti ikan
Cairan 1575ml/hari

Medikamentosa

: Curcuma 200mg 2x1


B complex 1 tab 3x1
11

Rencana monitoring : Evaluasi berat badan berkala, albumin dan kadar CD4
7. Hiponatremia, dipikirkan atas dasar:
Hasil laboratorium didapatkan Na 126 mEq/L.
Untuk dipikirkan Hiponatremia et causa GEA berulang dan wasting
syndrome pada ODHA.
Rencana terapi : Terapi sesuai etiologi
Medikamentosa

: NS 500cc/8 jam

Rencana monitoring : Check ulang kadar elektrolit Na

H. PEMETAAN MASALAH

Anemia

HIV

Malnutrisi

TB paru
Immunocompromized

Prone Infection

Kandidiasis oral
GEA berulang

Wasting
syndrome

Dehidrasi sedang
Hiponatremia
Hipokalemia

Peningkatan
SGOT

12

I. PROGNOSIS
Prognosis pada penderita HIV bergantung pada jumlah CD4, jumlah virus, usia,
kondisi malnutrisi, progesivitas infeksi oportunistik, gaya hidup dan stress.
Ad vitam

: Dubia ad bonam

Dubia ad bonam karena pasien masih memiliki usia yang belum lanjut yakni 31
tahun sedangkan pasien memiliki faktor yang memperburuk berupa kondisi
malnutrisi, infeksi oportunistik yang cukup banyak serta stessor yang cukup besar.
Untuk gaya hidup dan kondisi malnutrisi masih dapat diperbaharui dan diperlukan
pemeriksaan terhadap jumlah sel CD4 dan jumlah virus HIV RNA.
Ad functionam

: Bonam

Bonam karena sejauh ini belum ada aktivitas pasien yang benar-benar terhambat
akibat HIV selain dari adanya diare.
Ad sanactionam

: Malam

HIV merupakan penyakit yag belum dapat disembuhkan sampai sekarang dan
hanya dapat ditekan keberadaannya.

J. PEMBAHASAN PENYAKIT
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Pada tahun 2012 diadakan estimasi bahwa penderita HIV positif di
Indonesia berkisar 591823 orang yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia. Dari
laporan bulanan perawatan HIV dan AIDS Indonesia sampai November 2014
tercatat jumlah ODHA yang mendapatkan terapi ARV hanya sebanyak 49217 dari
34 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Penderita HIV biasanya memiliki gejala-gejala
sebagai berikut: demam, faringitis, limfadenopati, sakit kepala, myalgia, penurunan
berat badan, mual, muntah dan diare. Gejala neurologis lainnya meningitis,
encephalitis, neuropati perifer dan myelopati serta gejala kulit seperti ruam
kemerahan dan ulkus. Namun gejala-gejala HIV ini tidak terbatas pada gejala-gejala
tersebut saja melainkan juga tergantung dari jenis infeksi oportunistik yang diderita.
Pada pasien ini didapatkan gejala-gejala yang mengarah pada HIV yakni
adanya demam, diare, keringat malam dan lemas selama satu bulan. Selain itu ada
pula mual muntah yang disertai dengan penemuan kandidiasis pada lidah, rhonki
pada kedua lapang paru dan tanda-tanda anemia kronik. Gejala-gejala yang dialami
ini sudah pernah diobati namun tidak sembuh dan berkepanjangan. Hal ini sangat
13

diperkuat dengan adanya pengakuan pasien bahwa ia pernah menkonsumsi ARV


dan mengakui bahwa ia menderita HIV.
Sebenarnya untuk menegakkan diagnosis HIV diperlukan beberapa tes
yakni tes serologi dan virologis. Pada dewasa diperlukan adanya tes antibody
menggunakan strategi III(menggunakan 3 jenis tes yang berbeda spesifisitas dan
sensitivitasnya) yakni tes cepat, tes EIA(Essay Immunoassay) dan Western Blot.
Penderita dinyatakan positif bila ketiga hasil pemeriksaan reaktif dan negatif bila
hasil pemeriksaan pertama nonreaktif, hasil pemeriksaan pertama reakif namun
kedua pemeriksaan selanjutnya negative atau salah satu pemeriksaan reaktif namun
tidak berisiko tinggi. Sebaliknya, indeterminate jika dua dari hasil tes reaktif atau
hanya satu tes reaktif tetapi tidak mempunyai risiko/pasangan berisiko.
Setelah dinyatakan positif HIV, dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi
adanya penyakit penyerta serta infeksi oportunistik untuk mengetahui stadium dari
penyakit HIV. Pasien termasuk ke dalam stadium klinis IV karena terpenuhinya
kriteria wasting syndrome yakni IMT<18.5, diare kronik dan demam atau keringat
malam > 1 bulan. Selain itu, pasien memenuhi kriteria dengan infeksi oportunistik
berupa TB paru kasus baru, kandidiasis oral, malnutrisi, penurunan berat badan
sedang yang tidak dapat dijelaskan pada pemeriksaan.
Tidak semua penderita HIV diberikan terapi ARV, berikut adalah hal-hal
yang harus diperhatikan dalam persiapan pemberian ARV serta indikasinya:
1. Panduan pemberian ARV: efektivitas, efek samping, interaksi obat,
kepatuhan dan harga obat yang harus dikonfirmasikan dulu kepada
penderita
2. Penilaian

klinis

dan

tes

laboratorium

14

Indikasi pemberian ARV (Bagi penderita HIV yang tidak memenuhi


indikasi pemberian ARV, maka dilakukan pemantauan gejala klinis dan jumlah sel
CD4 setiap 6 bulan sekali.

Pasien memenuhi kriteria pemberian ARV atas indikasi adanya koinfeksi


TB tanpa melihat stadium klinis WHO maupun jumlah sel CD4. Pasien diberikan
lini pertama dari ARV, yakni TDF 300mg x1 + 3TC 300mg x1 + EFV 600mg x1
(setelah pengobatan TB selama 2-8 minggu).

Setelah pemberian ARV diberikan maka diperlukan adanya pemantauan


untuk mengevaluasi respon pengobatan serta efek samping yang mungkin terjadi.
Pemantauan dilakukan minimal sebulan sekali dalam enam bulan pertama
selajutnya

dilakukan

minimal

bulan

sekali

atau

sesuai

kondisi.

15

Efek samping pemberian ARV dapat terjadi dalam beberaa minggu pertama
setelah inisiasi hingga toksisitas pada pemakaian lama. Kebanyakan toksisitas
tidak berat dan dapat diatasi dengan terapi supportif. Pada beberapa minggu
pertama dapat terjadi gejala seperti mual, muntah dan diare beserta ruam atau
toksisitas hati. Efek samping ini biasanya self-limiting. Sesudah empat minggu,
biasanya muncul anemia dan neutropenia. Pada waktu berikutnya dapat ditemukan
disfungsi mitokondria, lipodistrofi, asidosis laktat dan keainan metabolic dapat
terjadi. Prinsip penanganan pada efek samping ini bergantung pada jenis toksisitas,
evaluasi penyebab dan pertimbangan untuk tetap melanjutkan, mengganti atau
menghentika semua jenis obat ARV serta penanganan supportif dan simptomatis.

IRIS(Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome)/IRD(Immune Reconstitution


Disease)
IRIS merupakan penyakit atau pathogen yang spesifik membuat adanya
respon inflamasi pada penderita HIV yang biasanya terjadi setelaha adanya
inisiasi/reinisiasi dari ARV atau penggantian ARV. Karakteristik dari IRIS yaitu
adanya gejala perburukan yang paradox dari kondisi klinis beberapa minggu atau
bulan setelah inisiasi ARV, biasanya muncul pada pasien yang memulai terapi ARV
dengan jumlah sel CD4 <50/L dan sering dijumpai pada pasien dengan TB.
Pathogenesis dari IRIS mirip dengan hipersensitivitas tipe IV dan muncul
setelah adanya perbaikan dari fungsi imun seperti HIV RNA yang menurun atau
infeksi HIV yang mulai terkontrol. IRIS dapat muncul dengan gejala limfadenitis
local, prolonged fever, infiltrate di paru, peningkatan tekananintrakranial, uveitis,
sarcoidosis dan penyakit Grave. Diagnosis dari adanya IRIS dapat ditegakkan bila
kemungkinan perburukan dari penatalaksanaan yang tidak tepat, adanya infeksi
baru yang tidak berhubungan dengan IRIS dan reaksi obat dapat disingkirkan.
Pada pasien TB, gejala dari IRIS yang dapat dipantau adalah pasien
merespon terhadap pengobatan TB namun terdapat perburukan gejala dan pada xray
terdapat perburukan, pembesaran KGB atau munculnya tanda rangsang meningeal,
hepatotoksisitas TB-IRIS dan resistensiganda obat TB dapat meningkatkan angka
kejadian IRIS. Penatalaksanaannya berupa pemberian prednisone 1-2mg/kg untuk
1-2 minggu pada kasus berat. ARV tetap lanjut dan pantau perkembangan infeksi

16

oportunistik. Untuk kasus yang berat data diberikan NSAID untuk nyeri atau
inhalasi steroid untuk bronkospasm.
Definisi gagal terapi dapat ditentukan setelah minimal pemakaian ARV
selama 6 bulan dengan tiga macam kriteria yakni gagal klinis, imunologis dan
virologis. Kriteria terbaik adalah kriteria virologis, bila kegagalan ditemukan maka
diperlukan adanya pemberian ARV dengan lini kedua.(Untuk HIV dan koinfeksi
TB, dapat digunakan TDF+3TC(FTC)+LPV/r dosis ganda atau AZT+3TC+ LPV/r
dosis ganda.

Penatalaksanaan Infeksi Oportunistik pada penderita HIV


1. Pengobatan Pencegahan Kotrimoksasol
Kotrimoksasol terbukti menurunkan angka kematian dan kesakitan pada
ornag yang terinfeksi HIV. Untuk orang dewasa direkomendasikan
pemberian kotrimoksasol pada stadium berapapun dengan jumlah sel
CD4 <200sel/mm3 atau stadium klinis WHO 2,3 atau 4 atau penderita
HIV dengan tuberculosis aktif berapun jumlah sel CD4. Oleh karena itu,
kotrimoksasol diberikan pada pasien ini dengan dosis 960mg 1x1

17

sampai pengobatan TB selesai apabila jumlah sel CD4>200


sel/mm3(monitoring klinis tiap 3 bulan).
2. Tuberkulosis
Gejala infeksi tuberculosis paru pada ODHA dewasa biasanya
memunculkan gejala yang tidak khas seperti demam dan penurunan
berat badan yang signifikan, jarang ditemukan adanya batuk. Diagnosis
TB dapat ditegakkan dengan mikroskopik langsung, pemeriksaan tes
cepat TB, kultur sputum dan pemeriksaan foto thoraks. Ketika diagnosis
TB dapat ditegakkan, carilah tanda-tanda sepsis dan infeksi sekunder.
Bila ditemukan tanda infeksi sekunder segera beri antibiotika
nonflouroquinolon, bila sepsis segera larikan ke rumah sakit untuk
perawatan lebih lanjut.
Berdasarkan ISTC(International Standard for Tuberculosis Care)
panduan pengobatan TB pada penderita HIV sama dengan penderita TB
biasanya yakni kasus baru dengan 2 bulan pertama RHZE setiap harinya
dan 4 bulan lanjutan dengan RH setiap harinya. Dosisnya Isoniazid
5mg/kgBB/hari,

Rifampisin

10mg/kgBB/hari,

Pirainamid

25mg/kgBB/hari dan Etambutol 15mg/kgBB/hari.


3. Kandidiasis oral
Pada dewasa diberikan suspensi nistatin kumur 4 x 4-6ml Po selama 714 hari atau flukonazol kapsul 4 x 100-400mg/hari Po selama 7-14 hari
atau itrakonazol 4 x 200mg/hari PO selama 7-14 hari.
Pencegahan dan Penanganan Komorbiditas Lain dan Penatalaksanaan Penyakit
Kronik pada Orang dengan HIV
1. Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Perawatan dan skrining yang intensif pada penderita HIV dapat
membantu mencegah terjadinya atau pendeteksian dini penyakitpenyakit tidak menular.
2. Kesehatan Mental
Gangguan depresi, terkait NAPZA, gangguan cemas, psikotik, demensia
dan kognitif lainnya maupun gangguan yang erat kaitannya dengan

18

populasi kunci sudah tentu membutuhkan layanan kesehatan jiwa untuk


memastikan adanya kepathan dalam penggunaan ARV.
3. Tatalaksana Dukungan Gizi
HIV menebabkan status zat-zat gizi makro terganggu dan penurunan
berat badan yang ditandai dengan penurunan IMT secara berkala.
Defisiensi imun ini dapat menyebabkan penurunan gizi sehingga terjadi
kegagalan metabolism dan dapat mengakibatkan infeksi oportunistik
menjadi merajarela.
Berikut adalah penatalaksanaan terapi nutrisi dan indikasinya:

19

Pasien memiliki IMT 17.7 sehingga pasien diatas memenuhi indikasi


terapi gizi pada penderita HIV.
4. Terapi Paliatif
Berkaitan dengan banyaknya penyakit infeksi oportunistik yang dapat
terjadi dan rasa sakit yang dirasakan pasien, terapi paliatif diperlukan
oleh penderita untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J.
Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 18. USA: The McGraw Hill
Companies; 2012.
2. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral. Jakarta:
Bakti Husada; 2014.
3. New York State Department of Health AIDS Institute. IRIS in HIV-Infected
Patient.

HIV

Clinical

Resources:

Agustus

2009.

Tersedia

di

http://www.hivguidelines.org/clinical-guidelines/adults/immunereconstitution-inflammatory-syndrome-iris-in-hiv-infected-patients/
4. TB CARE I, United States Agency for International Development(USAID).
International Standards for Tuberculosis Care. Edisi 3. WHO 2014. Tersedia
di http://www.who.int/tb/publications/ISTC_3rdEd.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai