Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS PARU
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Tanggal lahir
Alamat
No. RM
Tgl. Pemeriksaan
Dokter yang memeriksa
Dokter muda

:
:
:
:
:
:
:
:

Tn. S
Laki-laki
30 Januari 1981
Makasssar
697416
20 Januari 2015
dr. Agus Salim
Fitri Mutiah Sappewali

2. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA:
Berat badan menurun
ANAMNESIS TERPIMPIN:
Berat badan menurun mulai dialami sejak 1 bulan lalu. Lemas (+), Mual (+), muntah (+), demam (-).
Riwayat sering demam (-). Riwayat sering diare (+). Batuk (+) sejak sekitar 2 bulan lalu, berlendir
berwarna putih. Sesak (-). Riwayat keringat malam (+).
Riwayat minum obat antivirus sejak November 2014 selama 1 minggu dan mengalami putus minum
obat hingga saat ini. Tidak ada riwayat minum OAT sebelumnya.
Riwayat pemeriksaan rapid test HIV positif. BAB biasa, dan tidak encer. BAK lancar.
3. PEMERIKSAAN FISIS
Sakit sedang/ Gizi kurang/ kesadaran kompos mentis.
Tanda vital
Tensi
:
100/70 mmHg
Nadi
:
86x/ menit
Pernapasan :
20x/menit
Suhu
:
36.7 derajat C
Kepala
:
Ekspresi datar
Muka simetris
Deformitas (-)
Mata

:
Gerakan
Tekanan bola mata
Kelopak mata
Konjungtiva
Sklera

: normal
: normal
: normal
: anemis
: tidak ikterus

Kornea
Pupil
Pendengaran

: bening
: isokor 2.5mm/2.5mm
: normal

Telinga

tophi
: (-)
Nyeri tekan mastoideus : (-)
Pendengaran
: normal

Hidung

perdarahan

: (-)

Mulut

Bibir
Gigi geligi
Gusi
Tonsil
Farings
Lidah

: pucat
: normal
: normal
: normal
: normal
: normal

Leher

Kel. Getah bening


Kel. Gondok
DVS
Pemb. Darah
Kaku kuduk

: normal
: (-)
: R+1 cm H20
: normal
: (-)

Dada

Inspeksi
Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
Sela iga

: normochest, simetris kanan kiri


: spider nevi (-)
: ginekomasti (-)
: normal

palpasi
Fremitus
Nyeri tekan

: normal
: tidak ada

Paru-paru

Auskultasi :

Perkusi
Paru kiri
: normal
Paru kanan
: normal
Batas paru hepar
: ICS 5
Batas paru belakang kanan
: C10
Batas paru belakang kiri
: C10
Ronkhi pulmo dextra, whezeeng (-)

Jantung
Inspeksi
Palpasi

normal
Ictus kordis teraba

:
:

Perkusi
:
Auskultasi :

Abdomen
Inpeksi
Palpasi
Hati
Limpa
Ginjal
Lain-lain

pekak
BJ I/II
Bunyi tambahan

:
:

Murni, regular
-

cekung, tidak terdapat massa dan jejas

:
:
:
:

tidak teraba
tidak teraba
tidak teraba
(-)

Alat Kelamin
Anus dan rectum
Punggung
Ekstremitas
Laboratorium

Foto Thorax

: normal
: normal
: normal
: hangat, edema (-)
:
- RBC
: 3.58
- HB
: 8.9
- WBC
: 11.5
- PLT
: 332
- GDS
: 102
- Ur/Cr
: 20/ 0.6
- SGOT
: 34
- SGPT
: 25
- HbsAg
:- IgM Salmonella
: (+8)
- Anti HIV
: (+)
: Bronchopneumonia

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium:
BTA1 : +3
BTA2 : +3
BTA3 : +2
- Imunoserologi:
Antibodi HIV reaktif
- Cd4 39 sel/uL
- Darah rutin:
Anemia dan leukositosis
- Kimia darah:
Imbalans elektrolit
5. RESUME
Seorang laki-laki usia 34tahun masuk rumah sakit dengn keluhan berat badan menurun yang
dialami sejak 1 bulan lalu. Selain itu, pasien juga mengeluh mual ada, muntah ada, demam tidak

ada. Keluhan keringat malam ada. Riwayat sering demam ada. Batuk ada sejak beberapa bulan
lalu, berlendir berwarna putih. Sesak tidak ada. Riwayat sering diare ada.
Riwayat pada bulan November 2014 minum obat antivirus selama 1 minggu dan mengalami
putus minum obat hingga saat ini. Riwayat pemeriksaan rapid test HIV positif.
BAB biasa, dan tidak encer. BAK lancar.

Pemeriksaan fisis
Sakit sedang/ Gizi kurang/ kompos mentis
T: 110/70 mmHg
N: 88x/menit
P: 28x/ menit
S: 36.5 derajat C
Anemis ada, ikterus tidak ada.
Ronkhi ada pada pulmo dextra, wheezing tidak ada.
Bunyi jantung I,II murni regular, bunyi tambahan tidak ada.
Peristaltic ada, kesan normal
Ekstremitas hangat, edema tungkai tidak ada

6.

ASSESSMENT
Immunodeficiency
Community Acquired Pneumonia
Demam tifoid
Tuberkulosis paru BTA (+)
Toxoplasma
Kandidiasis oral

7.

PLANNING
Periksa hematologi rutin
Periksa fungsi hati
Periksa darah rutin
Periksa elektrolit
Pemeriksaan sputum BTA 3x
Foto polos PA

8. PROGNOSIS
Ad functionam : dubia
Ad Sanationam : dubia
Ad Vitam
: dubia ad bonam
9. CATATAN PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal
Perjalanan Penyakit
20 Januari 2015
Perawatan hari-1

Instruksi Dokter
-IUVD NaCl 0.9% 28 tpm
-Ceftriaxon 2gr/24jam/IV

S : sesak napas
Dialami sejak 3 bulan terakhir, memberat
1 bulan terakhir, terutama setelah batuk.
Sesak dipengaruhi oleh aktivitas dan
posisi. Pasien lebih nyaman tidur dengan
posisi miring, batuk berdahak ada,
berwarna bening. Riwayat batuk darah
tidak ada.
Batuk dalam 3 bulan terakhir, dirasakan
memberat 1 minggu terakhir.
Lemas 1 bulan terakhir. Nafsu makan
menurun. Setiap makan selalu muntah
akibat batuk, mual dan nyeri ulu hati
tidak ada. Demam tidak ada. Riwayat
demam dan menggigil ada, tidak terus
menerus sudah 3 bulan terakhir.
BAK: biasa
BAB: biasa, riwayat diare disangkal.
O:
Sakit sedang/ gizi kurang/ compos
mentis.
T: 100/70 mmHg
N: 86x/menit
P: 20x/ menit
S: 36.7derajat C
Kepala : conjungtiva anemis. Ikterus
tidak ada. Lidah kotor. DVS: R+1 cm
H20
Jantung: S1S2 murni regular
Dada: ronkhi kanan paru, wheezing tidak
ada.
Abdomen: peristaltic kesan normal
Ekstremitas: hangat, edem tungkai
bilateral.
-

RBC
HB
WBC
PLT
GDS

: 3.58
: 8.9
: 11.5
: 332
: 102

-Paracetamol 500mg 3x1


-Oksigen 4L/menit/ nasal canul
-Flunacyl syr/ 8jam/oral
-Cotrimoxazol 960/ 12jam/oral

PLANNING:
-Periksa sputum BTA 3x,
pewarnaan gram, jamur
-Kultur darah dan sensitivitas
OAT

- Ur/Cr
: 20/ 0.6
- SGOT
: 34
- SGPT
: 25
- HbsAg : - IgM Salmonella : (+8)
- Anti HIV
: (+)
Foto thorax PA: Bronchopneumonia
A:

17 Januari 2015

Immunodeficiency syndrome
CAP
Demam Tifoid
Hiponatremia
Anemia ec. Penyakit kronik

Perawatan hari-2
Follow up:
S: Demam naik turun sejak 2 bulan.
Batuk berlendir, sesak kadang-kadang.
BB menurun drastis dalam 1 bulan
terakhir.
BAB biasa.

-Diet tinggi kalori dan protein


-IUVD NaCl 0.9% 28 tpm
-Ceftriaxone 2gr/24 jam/ IV
-Paracetamol 500g/ 3x1/ oral
-Flunacyl syrup 3x1
-Cotrimoxazol 9450/ 12jam/oral
-Transfuse PRC 2 bag
premedikasi (dypenhydramin/
1cc/ IM + dexamethasone
1amp/IV)

O:
Sakit sedang/ gizi kurang/ compos
Planning:
mentis
-Kultur darah dan sensitivitas
Anemis ada, ikterus tidak ada. Ronkhi di
OAT
kanan paru. Wheezing ada. BJ I,II murni
regular. Edema tungkai bilateral.
T: 100/70 mmHg
N: 86x/menit
P: 20x/ menit
S: 36.7derajat C
A:

Immunodeficiency syndrome
Community acquired pneumonia
Demam tifoid
Hiponatremia
Anemia mikrositik hipokrom ec.
Penyakit kronik.
Perawatan hari-3
-Diet tinggi kalori dan protein
-IUVD NaCl 0.9% 28 tpm
-Ceftriaxone 2gr/24 jam/ IV

18 Januari 2015

Follow up:
S: Demam naik turun sejak 2 bulan.
Batuk berlendir, sesak kadang-kadang.
BB menurun drastis dalam 1 bulan
terakhir.
BAB biasa.
O:
Sakit sedang/ gizi kurang/ compos
mentis
Anemis ada, ikterus tidak ada. Ronkhi di
kanan paru. Wheezing ada. BJ I,II murni
regular. Edema tungkai bilateral.

-Paracetamol 500g/ 3x1/ oral


-Flunacyl syrup 3x1
-Cotrimoxazol 450/ 12jam/oral
-Premedikasi PRC
Planning:
-Kultur darah dan sensitivitas
OAT

T: 100/70 mmHg
N: 86x/menit
P: 20x/ menit
S: 36.7derajat C
A:

19 Januari 2015

Immunodeficiency syndrome
Community acquired pneumonia
Demam tifoid
Hiponatremia
Anemia mikrositik hipokrom ec.
Penyakit kronik.
Perawatan hari-4
-IUVD NaCl 0.9% 28 tpm
-OAT 4 FDC/ 3tab/ 24jam/ oral
-Cotrimoxazol 450mg/12jam/ oral
Follow up:
-Ceftriaxon 2gr/24jam/ IV
S: Demam kadang-kadang, batuk
-Transfusi 2 bag PRC
berlendir bening, sesak napas, nafsu
-Ambroxol 30mg/8jam/ oral
makan menurun. BAB/BAK normal.
O: sakit sedang/ gizi kurang/ compos
mentis
Anemis ada, ikterus tidak ada.
Ronkhi di kanan paru. Wheezing tidak
ada. Edema tungkai bilateral.
T: mmHg
N: x/menit
P: / menit
S: derajat C

A:
Infeksi human
immunodeficiency virus
TB paru BTA +
Demam tifoid
Hipoalbuminemia
Infeksi toxoplasma
Hipokalemia
Hiponatremia
Anemia (Hb: 8.9)
Kandisiasis oral
20 Januari 2015

Perawatan hari-5
Follow up:
S: Sesak sejak 1 hari yang lalu. Batuk
berlendir, tidak demam, dan sulit
menelan. BAB/BAK normal.
O: sakit sedang/ gizi kurang/ compos
mentis
Anemis ada, ikterus tidak ada.
Ronkhi di kanan paru, wheezing tidak
ada.. Edema dorsum pedis bilateral.
T: mmHg
N: x/menit
P: / menit
S: derajat C
A:
Infeksi human
immunodeficiency virus
TB paru BTA +
Pneumonia
Demam tifoid
Hipoalbuminemia
Infeksi toxoplasma
Hipokalemia
Hiponatremia
Anemia (Hb: 8.9)
Kandisiasis oral

-Diet tinggi kalori dan tinggi


protein
-IUVD NaCl 0.9% 28 tpm
-OAT 4 FDC/ 3tab/ 24jam/ oral
-Cotrimoxazol 450mg/12jam/ oral
-Ceftriaxon 2gr/24jam/ IV
-Ambroxol 30mg/8jam/ oral

DISKUSI

Seorang laki-laki usia 34 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan berat badan menurun yang
dialami sejak 1 bulan lalu. Selain itu didapatkan mual ada, muntah ada, demam tidak ada.
Riwayat sering diare ada. Riwayat sering demam ada. Batuk ada sejak beberapa bulan lalu,
berlendir berwarna putih. Sesak tidak ada. Keluhan keringat malam ada.
Riwayat pada bulan November 2014 minum obat antivirus selama 1 minggu dan mengalami
putus minum obat hingga saat ini. Riwayat pemeriksaan rapid test HIV positif. Tidak ada riwayat
minum OAT.
BAB biasa, dan tidak encer. BAK lancar.

Dari pemeriksaan fisis ditemukan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan
28x/menit, dan suhu 36.5 derajat Celcius. Pasien konjungtiva anemis (+), sclera ikterus (-),
pembesaran getah bening (-), DVS R+1cm H2O, thorax inspeksi simetris, palpasi dalam batas
normal, auskultasi terdapat ronkhi (+) apex paru kanan, wheezing (-). Abdomen pada inspeksi
ditemukan bentuk cekung ikut gerak napas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) region
epigastrium, perkusi timpani, auskultasi peristaltik (+) kesan normal. Udema extremitas (-),
effloresensi (-).
Pemeriksaan penunjang dari laboratorium, yang bermasalah yaitu:
o

Darah rutin: anemia dan leukositosis


- RBC : 3.58
- HB : 8.9
- WBC : 11.5
- PLT : 332

o
o
o
o

Foto thorax PA: Bronchopneumonia


IgM Salmonella: (+8)
Anti HIV
: (+)
Sputum BTA 3X:
BTA1 : +3
BTA2 : +3
BTA3 : +2
Kimia darah
: imbalans elektrolit

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka pasien ini
didiagnosis sebagai Tuberculosis Paru Dextra.

TINJUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacteruim tuberculosis, yakni
kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen tinggi. Kuman ini mempunyai kandungan lemak tinggi yang
terdapat pada membrane selnya, sehingga menyebabkan bakteri ini mampu bertahan di suasana
asam dan pertumbuhan kumannya bertahan secara lambat.bakteri tersebut tidak tahan tehadap
kuman ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi di malam hari.
Di beberapa negara berkembang, 10-15% dari morbiditas berbagai penyakit anak di bawah umur
6 tahun adalah penyakit tuberculosis paru. Faktor risiko tertinggi dari tuberculosis paru adalah:
- Berasal dari Negara berkembang
- Anak anak usia dibawah 5 tahun
- Pecandu alkohol atau narkotik
- Infeksi HIV
- Diabetes mellitus
- Penghuni rumah beramai-ramai
- Imunosuppresi
- Hubungan intim dengan pasien yang mempunyai sputum positif
- Kemiskinan dan malnutrisi
B. PATOGENESIS
Penularan kuman terjadi melalui udara dan diperlukan hubungan yang intim untuk penularannya.
Selain itu jumlah kuman yang terdapat pada saat batuk adalah lebih banyak pada tuberculosis
laring dibanding pada tubrkulosis organ lainnya. Tuberculosis yang mempunyai kaverna dan
tuberculosis yang belum mendapat pengobatan mempunyai angka penularan yang tinggi.
Berdasarkan penularannya, maka tuberculosis dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yakni;
1. Tuberculosis primer
Terdapat pada anak-anak. Setelah tertular 6-8 minggu kemudian maka dibentuk mekanisme
imunitas dalam tubuh, sehingga tes tuberculin menjadi positif. Di dalam alveoli yang
kemasukan kuman terjadi penghancuran bakteri yang dilakukan oleh makrofag dan dengan
terdapatnya sel langhans, yakni makrofag yang mempunyai inti di perifer, maka mulailah
terjadi pembentukan granulasi. Keadaan ini disertai pula dengan fibrosis dan kalsifikasi yang
terjadi di lobus bawah paru. Proses infeksi yang terjadi di lobus bawah paru yang disertai
dengan pembesaran kelenjar limfeyang terdapat pada hilus disebut sebagai kompleks Ghon.
Kuman tuberculosis akan mengalami penyebaran secara hematogen ke apeks paru yang kaya
dengan oksigen dan kemudian berdiam diri (dorman) untuk menunggu reaksi yang lebih
lanjut.
2. Reaktifasi dari tuberculosis primer
10% dari infeksi tuberculosis primer akan mengalami reaktifasi, terutama setelah 2 tahun dari
infeksi primer. Reaktifasi ini disebut juga dengan tuberculosis postprimer. Kuman akan

disebarkan melalui hematogen ke bagian segmen apical posterior. Reaktifasi dapat juga
terjadi melalui metastase hematogen ke berbagai jaringan tubuh.
3. Tipe reinfeksi
Infeksi yang baru terjadi setelah infeksi primer jarang terjadi. Mungkin dapat terjadi apabila
terdapat penurunan dari imunitas tubuh atau terjadi penularan secara terus-menerus oleh
kuman tersebut dalam suatu keluarga.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda klinis dari tuberculosis adalah terdapatnya keluhan keluhan berupa:
- Batuk
- Sputum mukoid atau purulen
- Nyeri dada
- Hemoptisis
- Dispne
- Demam dan berkeringat, terutama malam hari
- Berat badan berkurang
- Anoreksia
- Malaise
- Ronkhi basah di apeks paru
- Wheezing (mengi) yang terlokalisir
Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya. Pada tipe infeksi yang primer dapat
tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala pneumonia, yakni batuk dan panas
ringan. Gejala tuberculosis primer juga dapat menunjukkan bentuk pleuritis dengan efusi pleura
atau dalam bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas. Tanpa
pengobatan tipe infeksi primer dapat menyembuh dengan sendirinya, hanya saja tingkat
kesembuhannya berkisar sekitar 50%.
Pada tuberculosis postprimer terdapat gejala penurunan berat badan, keringat dingin pada malam
hari, temperature subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis akibat
terlukanya pembuluh darah di sekitar bronkus, sehingga menyebabkan bercak-bercak darah
padasputum, sampai ke batuk darah yang massif. Tuberculosis postprimer dapat menyebar ke
berbagai organ sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti meningitis, tuberculosis miliar,
peritonitis dengan fenomena papan catur, tuberculosis ginjal, sendi, dan tuberculosis pada
kelenjar limfe di leher, yakni berupa skrofuloderma.

D. DIAGNOSIS
Batuk yang lebih dari 2 minggu setelah dicurigai berkontak dengan pasien tuberculosis dapat
diduga sebagai tuberculosis. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan foto thoraks, tes kulit,
dan pemeriksaan basil tahan asam (BTA) yang terdapat di sputum atau bilasan lambung pada
anak-anak.

Radiologi

Infiltrat atau nodular, terutama pada lapangan atas paru.


Kavitas
Kalsifikasi
Ghon focus
Atelektasis
Miliar
Tuberkuloma (bayangan seperti coin lesion)

Dalam mendiagnosis tuberculosis bukan hanya berdasarkan pada pemeriksaana radiologi, tetapi
juga berdasarkan pada pemeriksaan bakteriologi. Pada tuberculosis primer tampak gambaran
radiologi berupa infiltrat pada paru-paru unilateral yang disertai dengan pembesaran kelenjar
limfe di bagian infiltrat berada.

Mikrobiologi

Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi adalah sputum pada pagi hari, bilasan lambung, dan cairan
pleura, serta biakan dari cairan bronkoskopi. Kultur digunakan untuk diagnosis dan tes retensi.
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan atas adanya BTA (basil tahan asam) pada pengecatan.
Pengecatan secara langsung maupun kultur dari kuman merupakan diagnosis pasti. Tes retensi
dikerjakan sebagai bahan pertimbangan dalam penanganan tuberculosis. Pada anak-anak
dilakukan pemeriksaan cairan lambung. Cairan pleura, cairan bilasan bronkoskopi, serebrospinal,
urin, dan cairan sendi dapat digunakan sebagai bahan untuk pemeriksaan. Bila pasien tidak dapat
mengeluarkan sputum maka dapat diberikan aerosol, terutama larutan garam, yakni dengan cara
aerasi. Pada prinsipnya diperlukan waktu selama 3-8 minggu untuk menumbuhkan kuman
tuberculosis pada pembiakan dan waktu yang lebih lama untuk menilai tes resistensi. Apabila
klinis dan radiologi menunjukkan kecurigaan terhadap tuberculosis dan ditambah dengan hasil
pemeriksaan dari basil tahan asam yang positif maka pengobatan harus segera duberikan tanpa
menunggu hasil dari biakan kuman dan tes resistensi.

Tes tuberculosis

Tes mantoux diberikan dengan menyuntikkan 0.1 cc PPD secara intradermal. Kemudian diameter
indurasi yang timbul dibaca 48-72 jam setelah tes. Dikatakan positif bila diameter indurasi lebih
besar dari 10 mm.
Tes Heaf dipakai secara luas untuk survey. Satu tetes dari 100.000 IU tuberculin/cc melalui 6
jarum, dipungsikan ke kulit. Hasilnya dibaca setelah 3-7 hari maka didapat gradasi tes sebagai
berikut:
Gradasi I

1-6 indurasi papula yang halus

Gradasi II

adanya cincin indurasi yang dibentuk oleh sekelompok papula

Gradasi III

indurasi dengan diameter 5-10 mm

Gradasi IV

indurasi dengan lebar lebih dari 10 mm

Hasilnya adalah:

Gradasi II-IV tanpa BCG menunjukkan adanya infeksi atau gradasi III
IV dengan vaksinasi BCG menunjukkan adanya infeksi tuberculosis
Vaksinasi BCG sebelumnya hanya akan menghasilkan gradasi I-II
Anergi terjadi pada sarkoidosis, infeksi HIV, imunosupresi, atau beberapa minggu setelah
kena campak
Tuberculosis miliar atau tuberculosis usia tua menunjukkan reaksi yang lemah atau
mungkin sama sekali tidak terjadi reaksi.

Pada prinsipnya saat kuman tuberculosis dihancurkan oleh makrofag maka pada saat itu reaksi
imunologi dari tubuh telah dapat dinilai. Cara lain untuk menentukan reaksi tuberculin ini adalah
dengan tes Mantoux yang positif setelah 2-6 minggu sejak masuknya kuman ke dalam tubuh. Tes
dilakukan dengan 5 TU, reaksi ini dinilai positif setelah 48-72 jam.
Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi:

Tes positif bila ditemukan indurasi dan bukan eritema dengan ukuran lebih dari 10 mm
Tes dengan hasil indurasi yang kurang dari 10 mm masih dapat mempunyai kemungkinan
terkena tuberculosis, yakni pada keadaan:
a. Dalam keadaan umum yang buruk
b. Tuberculosis miliar (50% tes negatif)
c. Tuberculosis pleura ( lebih dari 33% tes negatif)
d. Tuberculosis dengan HIV positif (diameter indurasi berukuran antara 5-10 mm)
e. Kasus tuberculosis yang baru (lebih dari 20% negatif)

Selain tes di atas, dapat dilakukan tes lainnya seperti biopsi jaringan dan bronkoskopi. Biopsi jaringan
terutama dilakukan pada tuberculosis kelenjar leher dan di bagian lainnya. Terdapatnya sel langhans
bukan merupakan suatu diagnosis dari tuberculosis oleh karena dasar dari diagnosis tuberculosis ialah
ditemukannya Mycobacterium tuberculosa.

ALUR DIAGNOSIS TB PARU


SUSPEK TB PARU

PEMERIKSAAN DAHAK MIKROSKOPIS SEWAKTU, PAGI, SEWAKTU

HASIL BTA
+++
++-

HASIL BTA
+- -

HASIL BTA
---

ANTIBIOTIK NON OAT


(-) PERBAIKAN (+) PERBAIKAN

FOTO THORAX + PERTIMBANGAN DOKTER


PEMERIKSAAN DAHAK

HASIL BTA HASIL BTA


+++
--+++--

FOTO THORAX + PERTIMBANGAN DOKTER

Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011

TB
BUKAN TB
E. TERAPI
Specimen yang diberikan harus berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Untuk menghindari resistensi terhadap obat, maka lebih baik digunakan beberapa obat
sekaligus daripada obat tunggal.
Dosis tunggal lebih baik daripada dosis dua atau tiga kali sehari

Pengobatan diberikan selama 6 bulan dan 9 bulan dan dapat diperpanjang berdasarkan
atas dasar klinis dan tes resistensi
Antara perawatan rumah sakit dan yang bukan di rumah sakit regimen pengobatannya
adalahs sama, hanya saja perawatan di rumah sakit tetap perlu diberikan selama sputum
BTA tetap positif
Masing-masing obat mempunyai toksisitas yang berbeda, oleh karena itu dalam
melakukan pengawasan (monitoring) diharapkan ditujukan pada 2 hal pokok, yakni
resistensi dan intoksikasi.

Beberapa regimen pengobatan yang dianjurkan antara lain:


Alternatif pertama adalah:
- INH 300mg
- Rifampisin 600mg
- Pirazinamid 25-30 mg/kg BB, diberikan berturut-turut selama 2 bulan dan
kemudian dilanjutkan dengan pemberian INH 300 mg dan Rifampisin 600 mg
selama 4 bulan.
Alternatif yang kedua adalah:
- INH 300mg
- Rifampisin 600 mg, diberikan selama 9 bulan.
Alternatif yang ketiga adalah:
- INH 900 mg
- Rifampisin 600 mg, diberikan selama sebulan dan kemudian dilanjutkan dengan
2 kali seminggu selama 8 bulan.
Alternative yang keempat adalah:
- Bila terdapat resistensi terhadap INH (Isoniazid), maka dapat diberikan
etambutol dengan dosis 15-25 mg/kg BB.
- Pengobatan Tuberkulosis dan efek sampingnya

F. PROGNOSIS
Dubia

DAFTAR PUSTAKA

Rab, H. T. (2010). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Trans Info Media


Ringel, E. (2012). Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta. Indeks
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai