RONALD LOAK
211 13 007
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
EXIT
Menu
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat dibutuhkan untuk menunjang
dan
menggerakkan
bidangbidang
kehidupan
lainnya,
terutama
bidang
perekonomian.
Bertambahnya volume pengguna jalan, maka akan menimbulkan masalah pada konstruksi jalan.
Konstruksi perkerasan jalan pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu perkerasan kaku (rigid
pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement). Salah satu jenis perkerasan lentur yang biasa
digunakan adalah lapis aspal beton (LASTON). Lapis aspal beton (LASTON) sendiri terdiri dari 3
jenis yaitu lapis aus atau permukaan (AC-WC), lapis antara (AC-BC), dan lapis pondasi (AC-Base).
Lapisan aspal beton (LASTON) merupakan campuran dari aspal dan agregat. Agregat yang
digunakan adalah agregat kasar, agregat halus dan filler (bahan pengisi). Bahan pengisi (filler)
dalam campuran aspal beton adalah bahan yang lolos saringan No.200 (0,075 mm). Macam bahan
pengisi yang dapat digunakan ialah: abu batu, kapur padam, portland cement (PC), debu dolomite,
abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya. Pada
penelitian ini digunakan tanah (Silt) dan abu batu sebagai variasi filler pada campuran lapis aspal
Menubeton (AC-WC).
Next
Next
Menu
RUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah dalam penulisan proposal penelitian ini adalah :
1.
Bagaimanakah pengaruh tanah (Silt) sebagai filler pada campuran aspal beton (AC-WC) ?
2.
Bagaimanakah pengaruh abu batu sebagai filler pada campuran aspal beton (AC-WC) ?
3.
Apakah ada perbandingan nilai stabilitas antara tanah (Silt) dan abu batu sebagai filler pada
campuran aspal beton (AC-WC) ?
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah :
4.
Mengidentifikasi pengaruh tanah (Silt) sebagai filler pada campuran aspal beton (AC-WC)
5.
Mengidentifikasi pengaruh abu batu sebagai filler pada campuran aspal beton (AC-WC)
6.
Mengetahui perbandingan nilai stabilitas antara tanah (Silt) dan abu batu sebagai filler pada
campuran aspal beton (AC-WC)
Previous
Next
Menu
MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang hendak dicapai dari penulisan proposal penelitian ini adalah :
1.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai pengaruh penggunaan tanah
(Silt) dan abu batu sebagai filler pada campuran aspal beton.
2.
Apabila penggunaan tanah (Silt) pada campuran aspal beton ini nantinya memenuhi syarat yang
telah ditentukan, maka akan menambah alternatif pemilihan penggunaan filler pada campuran
aspal beton yang lebih ekonomis dan mudah didapat.
BATASAN MASALAH
3.
Tinjauan terhadap karakteristik campuran terbatas pada pengamatan terhadap hasil pengujian
Marshall
4.
5.
Sifat Campuran Aspal dan Pengujian Marshall berdasarkan spesifikasi umum 2010 revisi III
Previous
Next
Previous
Menu
LANDASAN TEORI
KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN
Menurut Sukirman (1992) berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi
perkerasan jalan dapat dibedakan atas hal berikut :
Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement).
Konstruksi perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan
aspal sebagai bahan pengikat.
Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement)
Konstruksi perkerasan kaku adalah perkerasan yang menggunakan
semen (Portland Cement) sebagai bahan ikat
Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement)
Konstruksi perkerasan komposit adalah perkerasan kaku yang
dikombinasikan dengan perkerasan lentur
.
Menu
Next
Next
Menu
PERKERASAN LENTUR
Menurut Sukirman (1992) konstruksi perkerasan lentur
terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah
dasar yang telah dipampatkan. Konstruksi perkerasan lentur
terdiri dari:
Lapisan permukaan (surface course)
Lapisan fondasi atas (base course)
Lapisan fondasi bawah (subbase course)
Lapisan tanah dasar (subgrade)
Lapis Aus (Wearing Course)
Lapis Perkerasan ( Binder Course)
Previous
Next
Menu
Next
Menu
Sifat-sifat campuran
Kadar Aspal Efektif (%)
Min
Maks
Previous
AC-WC
AC-BC
AC-Base
Halus
Kasar
Halus
Kasar
Halus
Kasar
5,1
4,3
4,3
3,5
1,2
75
112
Min
3,5
Maks
5,0
Min
15
14
13
Min
65
63
60
Min
800
1800
Pelelehan (mm)
Min
3,0
4,5
Min
250
300
Min
90
2,5
Next
Menu
ASPAL
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan
yang bersifat viskoelastic sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat
cukup pemanasan dan sebaliknya. Fungsi aspal adalah sebagai bahan pengikat
aspal dan agregat atau antara aspal itu sendiri, juga sebagai pengisi rongga
pada agregat.
Berdasarkan bentuk aspal dapat dibedakan dalam 3 jenis yaitu :
1. Aspal keras (Asphalt Cement)
a. AC Pen 40/50
b. AC Pen 60/70 (Sering digunakan)
c. AC Pen 80/100
d. AC Pen 120/150
e. AC Pen 200/300
2. Aspal cair (Cut Back Asphalt)
3. Aspal emulsi
Previous
Next
Menu
ASPAL
Tabel 2.2 Ketentuan Ketentuan untuk Aspal Keras Pen 60/70
No
Jenis Pengujian
Metode
Persyaratan
SNI 06-2456-1991
60 70
Viskositas 135 oC
SNI 06-6441-1991
385
Titik Lembek; oC
SNI 06-2434-1991
48
Daktilitas pada 25 oC
SNI 06-2432-1991
100
SNI 06-2433-1991
232
ASTM D 5546
99
Berat Jenis
SNI 06-2441-1991
1,0
SNI 06-2441-1991
0,8
Previous
Next
Menu
AGREGAT
Agregat adalah suatu bahan yang keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan
campuran dan berupa berbagai jenis butiran atau pecahan, termasuk didalamnya antara
lain: pasir, kerikil, agregat pecah, terak dapur tinggi dan debu agregat.
Asal dan Sumber Agregat
Asal agregat dapat digolongkan dalam 3 kategori:
1. Agregat dari batuan beku (volcanic rock)
2. Agregat dari batuan endapan (sedimentary rock)
3. Agregat dari batuan methamorphik
Agregat untuk campuran perkerasan jalan diklasifikasikan berdasarkan sumbernya:
4. Pit atau bank run materials (pit-run)
5. Agregat hasil proses mesin
6. Agregat sintetis/buatan (synthetic/artificial aggregates)
Previous
Next
Menu
AGREGAT
Bentuk dan Tekstur Agregat
Bentuk dan tekstur agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan
yang dibentuk oleh agregat tersebut. Partikel agregat dapat berbentuk sebagai
berikut :
1. Bulat (rounded)
2. Lonjong (elongated)
3. Kubus (cubical)
4. Pipih (flaky)
5. Tak beraturan (irregular)
Previous
Next
Menu
GRADASI
Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh yang
lolos pada saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan menimbang agregat yang
lolos atau tertahan pada masing-masing saringan.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas:
a. Gradasi seragam (uniform graded)/gradasi terbuka (open graded)
b. Gradasi rapat (dense graded)
c. Gradasi senjang (gap graded)
Penentuan distribusi ukuran agregat akan mempengaruhi kekakuan jenis campuran
aspal. Gradasi rapat akan menghasilkan campuran dengan kekakuan yang lebih besar
dibandingkan gradasi terbuka.
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen
terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang diberikan
dalam Tabel 2.3 berikut ini. Pada penelitian ini digunakan campuran Laston AC-WC
bergradasi kasar.
Previous
Next
Menu
GRADASI
Tabel 2.3 Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal
% Berat Yang Lolos Terhadap Total Agregat Dalam Campuran
Lapis Aspal Beton (AC)
Ukuran
Ayakan (mm)
Gradasi Halus
WC
BC
37,5
Gradasi Kasar
Base
WC
BC
100
25
100
90 - 100
Base
100
100
90 - 100
19
100
90 - 100
73 - 90
100
90 - 100
73 - 90
12,5
90 - 100
74 - 90
61 - 79
90 - 100
71 - 90
55 - 76
9,5
72 - 90
64 -82
47 - 67
72 - 90
58 - 80
45 - 66
4,75
54 -69
47 - 64
39,5 - 50
43 -63
37 - 56
28 - 39,5
2,36
39,1 - 53
34,6 - 49
30,8 - 37
28 - 39,1
23 - 34,6
19 - 26,8
1,18
31,6 - 40
28,3 - 38
24,1 - 28
19 - 25,6
15 - 22,3
12 - 18,1
0,600
23,1 - 30
20,7 - 28
17,6 - 22
13 - 19,1
10 -16,7
7 - 13,6
0,300
15,5 - 22
13,7 - 20
11,4 - 16
9 - 15,5
7 - 13,7
5 - 11,4
0,150
9 - 15
4 - 13
4 - 10
6 - 13
5 - 11
4,5 - 9
0,075
4 - 10
4-8
3-6
4 - 10
4-8
3-7
Previous
Next
Menu
Previous
Next
Menu
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Previous
Next
Menu
Dimana :
Pb
= Perkiraan kadar aspal optimum
CA
= Nilai presentase agregat kasar
FA= Nilai presentase agregat halus
FF
= Nilai presentase filler
K
= Konstanta (kira-kira 0,5 1,0)
Hasil perhitungan Pb dibulatkan ke 0,5% ke atas terdekat.
Previous
Next
Menu
Dimana :
Gsbtot agregat
Gsb1,Gsb2...,Gsbn
1,2,3..n, (gr/cc)
P1, P2, Pn
= Prosentase berat dari masing-masing
agregat, (%)
Previous
Next
Menu
Dimana :
Gsatot agregat
Gsa1,Gsa2...,Gsan
1,2,3..n, (gr/cc)
P1, P2, Pn
= Prosentase berat dari masing-masing
agregat, (%)
Previous
Next
Menu
Previous
Next
Menu
Dimana :
Gmm
= Berat jenis maksimum campuran,(gr/cc)
Pmm
= Persen berat total campuran (=100)
Ps = Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
Pb = Prosentase kadar aspal terhadap total campuran, (%)
Gse = Berat jenis efektif/ efektive spesific gravity, (gr/cc)
Gb = Berat jenis aspal,(gr/cc)
Previous
Next
Menu
Dimana :
Gmb= Berat jenis campuran setelah pemadatan, (gr/cc)
Vbulk = Volume campuran setelah pemadatan, (cc)
WA = Berat di udara, (gr)
5.
Previous
Dimana :
Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat (%)
Gsb = Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Gse = Berat jenis efektif agregat, (gr/cc)
Gb = Berat jenis aspal, (gr/cc)
Next
Menu
7.
Stabilitas (Stability), Kg
Dimana :
Q = Stabilitas
P
= Pembacaan arloji stabilitas dikalibrasikan dengan proving ring
Previous
Next
Menu
10.
Dimana :
VFA = Rongga udara yang terisi aspal, prosentase dari VMA, (%)
VMA = Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume
total, (%)
VIM = Rongga udara pada campuran setelah pemadatan, prosentase
dari volume total, (%)
Previous
Next
Menu
Dimana :
VMA = Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari
volume total, (%)
Gmb = Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Gsb
= Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Ps
= Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran,
(%)
Previous
Next
Menu
Dimana :
VMA
= Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari
volume total, (%)
Gmb
= Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Gsb
= Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Pb
= Kadar aspal, persen total campuran, (%)
Previous
Next
Dimana :
MQ = Marshall Quotient, (kg/mm)
MS = Marshall Stabilit,y (kg)
MF = Flow Marshall, (mm)
Previous
Menu
METODE PENELITIAN
Menu
Next
Next
Previous
Penutup
Menu
Menu
Exit
THANK YOU