Anda di halaman 1dari 32

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (AC-WC) DENGAN


MEMBANDINGKAN PENGGUNAAN ANTARA TANAH (SILT) DAN ABU BATU SEBAGAI FILLER

RONALD LOAK
211 13 007

What Do You Need ??


BAB I
PENDAHULUAN

BAB II
LANDASAN
TEORI

BAB III
METODE
PENELITIAN

EXIT

Menu

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat dibutuhkan untuk menunjang
dan

menggerakkan

bidangbidang

kehidupan

lainnya,

terutama

bidang

perekonomian.

Bertambahnya volume pengguna jalan, maka akan menimbulkan masalah pada konstruksi jalan.
Konstruksi perkerasan jalan pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu perkerasan kaku (rigid
pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement). Salah satu jenis perkerasan lentur yang biasa
digunakan adalah lapis aspal beton (LASTON). Lapis aspal beton (LASTON) sendiri terdiri dari 3
jenis yaitu lapis aus atau permukaan (AC-WC), lapis antara (AC-BC), dan lapis pondasi (AC-Base).
Lapisan aspal beton (LASTON) merupakan campuran dari aspal dan agregat. Agregat yang
digunakan adalah agregat kasar, agregat halus dan filler (bahan pengisi). Bahan pengisi (filler)
dalam campuran aspal beton adalah bahan yang lolos saringan No.200 (0,075 mm). Macam bahan
pengisi yang dapat digunakan ialah: abu batu, kapur padam, portland cement (PC), debu dolomite,
abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya. Pada
penelitian ini digunakan tanah (Silt) dan abu batu sebagai variasi filler pada campuran lapis aspal

Menubeton (AC-WC).

Next
Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

RUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah dalam penulisan proposal penelitian ini adalah :
1.

Bagaimanakah pengaruh tanah (Silt) sebagai filler pada campuran aspal beton (AC-WC) ?

2.

Bagaimanakah pengaruh abu batu sebagai filler pada campuran aspal beton (AC-WC) ?

3.

Apakah ada perbandingan nilai stabilitas antara tanah (Silt) dan abu batu sebagai filler pada
campuran aspal beton (AC-WC) ?

TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah :
4.

Mengidentifikasi pengaruh tanah (Silt) sebagai filler pada campuran aspal beton (AC-WC)

5.

Mengidentifikasi pengaruh abu batu sebagai filler pada campuran aspal beton (AC-WC)

6.

Mengetahui perbandingan nilai stabilitas antara tanah (Silt) dan abu batu sebagai filler pada
campuran aspal beton (AC-WC)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang hendak dicapai dari penulisan proposal penelitian ini adalah :
1.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai pengaruh penggunaan tanah
(Silt) dan abu batu sebagai filler pada campuran aspal beton.

2.

Apabila penggunaan tanah (Silt) pada campuran aspal beton ini nantinya memenuhi syarat yang
telah ditentukan, maka akan menambah alternatif pemilihan penggunaan filler pada campuran
aspal beton yang lebih ekonomis dan mudah didapat.

BATASAN MASALAH
3.

Tinjauan terhadap karakteristik campuran terbatas pada pengamatan terhadap hasil pengujian
Marshall

4.

Gradasi agregat berdasarkan Spesifikasi Bina Marga 2010 (Revisi 3)

5.

Sifat Campuran Aspal dan Pengujian Marshall berdasarkan spesifikasi umum 2010 revisi III

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KETERKAITAN DENGAN PENELITIAN TERDAHULU

Previous

Menu

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

LANDASAN TEORI
KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN
Menurut Sukirman (1992) berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi
perkerasan jalan dapat dibedakan atas hal berikut :
Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement).
Konstruksi perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan
aspal sebagai bahan pengikat.
Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement)
Konstruksi perkerasan kaku adalah perkerasan yang menggunakan
semen (Portland Cement) sebagai bahan ikat
Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement)
Konstruksi perkerasan komposit adalah perkerasan kaku yang
dikombinasikan dengan perkerasan lentur
.

Menu

Next
Next

Menu

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

PERKERASAN LENTUR
Menurut Sukirman (1992) konstruksi perkerasan lentur
terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah
dasar yang telah dipampatkan. Konstruksi perkerasan lentur
terdiri dari:
Lapisan permukaan (surface course)
Lapisan fondasi atas (base course)
Lapisan fondasi bawah (subbase course)
Lapisan tanah dasar (subgrade)
Lapis Aus (Wearing Course)
Lapis Perkerasan ( Binder Course)

Lapis Pondasi Atas (Base course)

Lapis Pondasi Bawah ( Subbase Course)

Previous

Tanah dasar (Subgrade)

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

LAPIS ASPAL BETON (LASTON)


Lapisan aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri
dari campuran aspal keras dan agregat, dicampur dan dihampar dalam keadaan
panas serta dipadatkan pada suhu tertentu. Ciri lainnya adalah memiliki sedikit
rongga dalam struktur agregatnya, saling mengunci satu dengan yang lainnya,
oleh karena itu aspal beton memiliki sifat stabilitas tinggi dan relatif kaku.
(Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum 2010 )sesuai fungsinya
Laston (AC) mempunyai 3 macam campuran yaitu:
Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt
Concrete-Wearing Course), dengan tebal nominal minimum adalah 4 cm.
Laston sebagai lapisan antara, dikenal dengan nama AC-BC (Asphalt
Concrete-Binder Course), dengan tebal nominal minimum adalah 6 cm.
Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-Base (Asphalt
Concrete-Base), dengan tebal nominal minimum adalah 7,5 cm
Previous

Next

Menu

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

LAPIS ASPAL BETON (LASTON)


Tabel 2.1 Ketentuan sifat-sifat campuran Lapis Aspal Beton (LASTON)
LASTON

Sifat-sifat campuran
Kadar Aspal Efektif (%)

Min

Penyerapan Aspal (%)


Jumlah Tumbukan per
Bidang

Maks

Rongga dalam Campuran (%)

Previous

AC-WC

AC-BC

AC-Base

Halus

Kasar

Halus

Kasar

Halus

Kasar

5,1

4,3

4,3

3,5

1,2
75

112

Min

3,5

Maks

5,0

Rongga dalam Agregat (%)

Min

15

14

13

Rongga Terisi Aspal (%)

Min

65

63

60

Stabilitas Marshall (kg)

Min

800

1800

Pelelehan (mm)

Min

3,0

4,5

Marshall Quotient (kg/mm)

Min

250

300

Stabilitas Marshall Sisa


setelah Perendaman 24 jam ,
60 C (%)

Min

Rongga dalam Campuran


Min
pada Kepadatan Membal (%)
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga, 2010

90
2,5

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

ASPAL
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan
yang bersifat viskoelastic sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat
cukup pemanasan dan sebaliknya. Fungsi aspal adalah sebagai bahan pengikat
aspal dan agregat atau antara aspal itu sendiri, juga sebagai pengisi rongga
pada agregat.
Berdasarkan bentuk aspal dapat dibedakan dalam 3 jenis yaitu :
1. Aspal keras (Asphalt Cement)
a. AC Pen 40/50
b. AC Pen 60/70 (Sering digunakan)
c. AC Pen 80/100
d. AC Pen 120/150
e. AC Pen 200/300
2. Aspal cair (Cut Back Asphalt)
3. Aspal emulsi
Previous

Next

Menu

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

ASPAL
Tabel 2.2 Ketentuan Ketentuan untuk Aspal Keras Pen 60/70
No

Jenis Pengujian

Metode

Persyaratan

Penetrasi, 25 oC, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm

SNI 06-2456-1991

60 70

Viskositas 135 oC

SNI 06-6441-1991

385

Titik Lembek; oC

SNI 06-2434-1991

48

Daktilitas pada 25 oC

SNI 06-2432-1991

100

Titik Nyala (oC)

SNI 06-2433-1991

232

Kelarutan dlm Toluene, %

ASTM D 5546

99

Berat Jenis

SNI 06-2441-1991

1,0

Berat yang Hilang, %

SNI 06-2441-1991

0,8

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga, 2010

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

AGREGAT
Agregat adalah suatu bahan yang keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan
campuran dan berupa berbagai jenis butiran atau pecahan, termasuk didalamnya antara
lain: pasir, kerikil, agregat pecah, terak dapur tinggi dan debu agregat.
Asal dan Sumber Agregat
Asal agregat dapat digolongkan dalam 3 kategori:
1. Agregat dari batuan beku (volcanic rock)
2. Agregat dari batuan endapan (sedimentary rock)
3. Agregat dari batuan methamorphik
Agregat untuk campuran perkerasan jalan diklasifikasikan berdasarkan sumbernya:
4. Pit atau bank run materials (pit-run)
5. Agregat hasil proses mesin
6. Agregat sintetis/buatan (synthetic/artificial aggregates)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

AGREGAT
Bentuk dan Tekstur Agregat
Bentuk dan tekstur agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan
yang dibentuk oleh agregat tersebut. Partikel agregat dapat berbentuk sebagai
berikut :
1. Bulat (rounded)
2. Lonjong (elongated)
3. Kubus (cubical)
4. Pipih (flaky)
5. Tak beraturan (irregular)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

GRADASI
Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh yang
lolos pada saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan menimbang agregat yang
lolos atau tertahan pada masing-masing saringan.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas:
a. Gradasi seragam (uniform graded)/gradasi terbuka (open graded)
b. Gradasi rapat (dense graded)
c. Gradasi senjang (gap graded)
Penentuan distribusi ukuran agregat akan mempengaruhi kekakuan jenis campuran
aspal. Gradasi rapat akan menghasilkan campuran dengan kekakuan yang lebih besar
dibandingkan gradasi terbuka.
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen
terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang diberikan
dalam Tabel 2.3 berikut ini. Pada penelitian ini digunakan campuran Laston AC-WC
bergradasi kasar.

Previous

Next

Menu

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

GRADASI
Tabel 2.3 Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal
% Berat Yang Lolos Terhadap Total Agregat Dalam Campuran
Lapis Aspal Beton (AC)

Ukuran
Ayakan (mm)

Gradasi Halus
WC

BC

37,5

Gradasi Kasar
Base

WC

BC

100

25

100

90 - 100

Base
100

100

90 - 100

19

100

90 - 100

73 - 90

100

90 - 100

73 - 90

12,5

90 - 100

74 - 90

61 - 79

90 - 100

71 - 90

55 - 76

9,5

72 - 90

64 -82

47 - 67

72 - 90

58 - 80

45 - 66

4,75

54 -69

47 - 64

39,5 - 50

43 -63

37 - 56

28 - 39,5

2,36

39,1 - 53

34,6 - 49

30,8 - 37

28 - 39,1

23 - 34,6

19 - 26,8

1,18

31,6 - 40

28,3 - 38

24,1 - 28

19 - 25,6

15 - 22,3

12 - 18,1

0,600

23,1 - 30

20,7 - 28

17,6 - 22

13 - 19,1

10 -16,7

7 - 13,6

0,300

15,5 - 22

13,7 - 20

11,4 - 16

9 - 15,5

7 - 13,7

5 - 11,4

0,150

9 - 15

4 - 13

4 - 10

6 - 13

5 - 11

4,5 - 9

0,075

4 - 10

4-8

3-6

4 - 10

4-8

3-7

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga, 2010

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

BAHAN PENGISI (FILLER)


Bahan pengisi dapat terdiri atas debu batu kapur, debu dolomite, semen
Portland, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral
tidak plastis lainnya. Bahan pengisi yang merupakan mikro agregat ini harus
lolos saringan No. 200 (0,075 mm).
Fungsi bahan pengisi adalah untuk meningkatkan kekentalan bahan
bitumen dan untuk mengurangi sifat rentan terhadap temperatur. Keuntungan
lain dengan adanya bahan pengisi adalah karena banyak terserap dalam bahan
bitumen maka akan menaikkan volumenya.

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL BETON


Persyaratan utama yang harus dimiliki oleh campural aspal dan agregat
harus mempunyai karakteristik campuran aspal beton campuran panas, yaitu :
1.

Stabilitas (Stability), yang dinyatakan dalam kg

2.

Durabilitas (daya tahan)

3.

Fleksibilitas (sifat lentur)

4.

Ketahanan geser (skid resistense)

5.

Impermebilitas (kedap air)

6.

Ketahanan kelelehan (fatique resistence)

7.

Kemudahan pelaksanaan (workability)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

KADAR ASPAL RENCANA


Perkiraan awal kadar aspal optimum dapat direncanakan setelah dilakukan
pemilihan dan pengabungan pada tiga fraksi agregat. Sedangkan
perhitungannya adalah sebagai berikut :

Dimana :
Pb
= Perkiraan kadar aspal optimum
CA
= Nilai presentase agregat kasar
FA= Nilai presentase agregat halus
FF
= Nilai presentase filler
K
= Konstanta (kira-kira 0,5 1,0)
Hasil perhitungan Pb dibulatkan ke 0,5% ke atas terdekat.
Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

PARAMETER HITUNGAN DAN FORMULA MARSHALL


1.

Berat Jenis Bulk dan Apparent Total Agregat


a.

Berat jenis kering (bulk spesific gravity) dari total agregat

Dimana :
Gsbtot agregat

= Berat jenis kering agregat gabungan, (gr/cc)

Gsb1,Gsb2...,Gsbn

= Berat jenis kering dari masing-masing agregat

1,2,3..n, (gr/cc)
P1, P2, Pn
= Prosentase berat dari masing-masing
agregat, (%)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

PARAMETER HITUNGAN DAN FORMULA MARSHALL


b.

Berat jenis semu (apparent spesific gravity) dari total agregat

Dimana :
Gsatot agregat

= Berat jenis semu agregat gabungan, (gr/cc)

Gsa1,Gsa2...,Gsan

= Berat jenis semu dari masing-masing agregat

1,2,3..n, (gr/cc)
P1, P2, Pn
= Prosentase berat dari masing-masing
agregat, (%)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

PARAMETER HITUNGAN DAN FORMULA MARSHALL


2.

Berat Jenis Efektif Agregat


atau
Dimana :
Gse
= Berat jenis efektif/ efektive spesific gravity, (gr/cc)
Gmm = Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan
(gr/cc)
Pmm = Persen berat total campuran (=100)
Pb
= Prosentase kadar aspal terhadap total campuran, (%)
Ps
= Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
Gb
= Berat jenis aspal
Gsb = Berat jenis kering agregat / bulk spesific gravity, (gr/cc)
Gsa = Berat jenis semu agregat / apparent spesific gravity, (gr/cc)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

PARAMETER HITUNGAN DAN FORMULA MARSHALL


3.

Berat Jenis Maksimum Campuran

Dimana :
Gmm
= Berat jenis maksimum campuran,(gr/cc)
Pmm
= Persen berat total campuran (=100)
Ps = Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
Pb = Prosentase kadar aspal terhadap total campuran, (%)
Gse = Berat jenis efektif/ efektive spesific gravity, (gr/cc)
Gb = Berat jenis aspal,(gr/cc)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

PARAMETER HITUNGAN DAN FORMULA MARSHALL


4.

Berat Jenis Bulk Campuran Padat

Dimana :
Gmb= Berat jenis campuran setelah pemadatan, (gr/cc)
Vbulk = Volume campuran setelah pemadatan, (cc)
WA = Berat di udara, (gr)
5.

Previous

Berat Jenis Bulk Campuran Padat

Dimana :
Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat (%)
Gsb = Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Gse = Berat jenis efektif agregat, (gr/cc)
Gb = Berat jenis aspal, (gr/cc)

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

PARAMETER HITUNGAN DAN FORMULA MARSHALL


6.

Kadar Aspal Efektif


Dimana :
Pbe = Kadar aspal efektif, persen total campuran, (%)
Pb = Kadar aspal, persen total campuran, (%)
Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat, (%)
Ps = Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)

7.

Stabilitas (Stability), Kg

Dimana :
Q = Stabilitas
P
= Pembacaan arloji stabilitas dikalibrasikan dengan proving ring

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

PARAMETER HITUNGAN DAN FORMULA MARSHALL


8.
9.

Flow (Kelelehan), mm atau 0,01 inch


Kelelehan didapat langsung dari pembacaan flowmeter.
Kerapatan (Density)

10.

VFA ( Void Filler with Asphalt ), %

Dimana :
VFA = Rongga udara yang terisi aspal, prosentase dari VMA, (%)
VMA = Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume
total, (%)
VIM = Rongga udara pada campuran setelah pemadatan, prosentase
dari volume total, (%)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

PARAMETER HITUNGAN DAN FORMULA MARSHALL


11. VMA (Void in Mineral Aggregate),%
a.

Terhadap Berat Campuran Total

Dimana :
VMA = Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari
volume total, (%)
Gmb = Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Gsb
= Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Ps
= Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran,
(%)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Menu

PARAMETER HITUNGAN DAN FORMULA MARSHALL


b.

Terhadap Berat Agregat Total

Dimana :
VMA
= Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari
volume total, (%)
Gmb
= Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Gsb
= Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Pb
= Kadar aspal, persen total campuran, (%)

Previous

Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

PARAMETER HITUNGAN DAN FORMULA MARSHALL


12. VIM (Void In The Mix),%
Dimana :
VIM = Volume pori dalam campuran, %
Gmm = Berat jenis maksimum dari campuran (tanpa pori)
Gmb = Berat jenis bulk dari campuran yang telah dipadatkan
13.

Hasil bagi Marshall (Marshall Quantient)

Dimana :
MQ = Marshall Quotient, (kg/mm)
MS = Marshall Stabilit,y (kg)
MF = Flow Marshall, (mm)
Previous

Menu

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

METODE PENELITIAN

Menu

Next
Next

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

Previous

Penutup

Menu

Menu

Exit

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai