Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN

KEPERAWATAN PADA
PASIEN ISPA
KELOMPOK 20
RIBKA SELANG
RUBIE CHRISTINE LAPIAN

DEFINISI ISPA

Menurut WHO (2007), Infeksi Saluran Pernapasan


Akut (ISPA) didefinisikan sebagai penyakit saluran
pernapasan akut yang disebabkan oleh agen
infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia.
Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu
beberapa jam sampai beberapa hari.

Menurut Depkes RI (2005), Infeksi Saluran


Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit Infeksi akut
yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura.

ETIOLOGI ISPA
Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh
virus, dengan frekuensi lebih dari 90% untuk
ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA
bagian bawah frekuensinya lebih kecil.
Penyakit ISPA bagian atas mulai dari hidung,
nasofaring, sinus paranasalis sampai
dengan laring hampir 90% disebabkan oleh
virus, sedangkan ISPA bagian bawah hampir
50% diakibatkan oleh bakteri.
Saat ini telah diketahui bahwa penyakit ISPA
melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari
bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1986).

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


ISPA
1. Agent
2. Manusia :

Umur
Status Gizi
Berat Badan Lahir
Status ASI Eksklusif
Status Imunisasi

3. Lingkungan :
Kelembaban Ruangan
Suhu Ruangan
Ventilasi
Kepadatan Hunian
Rumah
Penggunaan Anti
Nyamuk
Bahan Bakar Untuk
Memasak
Keberadaan Perokok

KLASIFIKASI ISPA
Berdasarkan Lokasi
1. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
2. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut
(ISPbA)

. Klasifikasi
1.
2.
3.

Menurut DEPKES RI (2002)


ISPA Ringan
ISPA Sedang
ISPA Berat

TANDA DAN GEJALA ISPA

Pilek biasa
Keluar sekret cair dan
jernih dari hidung
Bersin-bersin
Sakit tenggorokan
Batuk

Sakit kepala
Sekret menjadi kental
Demam
Nausea
Muntah
Anoreksia

CARA PENULARAN

Penularan penyakit ISPA melalui udara yang


tercemar dan bibit penyakit yang masuk ke
dalam tubuh melalui pernafasan, oleh
karena itu ISPA termasuk golongan Air
Borne Diseases.

PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan:
.
.
.

Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit


tenggorokan).
Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat
diperiksa).
Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah
mengalami penyakit seperti yang dialaminya
sekarang).
Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota
keluarga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien).
Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien).

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
. Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
. Tonsil tampak kemerahan dan edema
. Tampak batuk tidak produktif
. Tidak ada jaringan parut pada leher
. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan.

Palpasi :
. Adanya demam.
. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada
daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis.
. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi :
. Suara paru normal (resonance).
Auskultasi :
. Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi
pada kedua sisi paru.

3. Pemeriksaan Penunjang :
. Pemeriksaan kultur / biakan kuman ; hasil yang
didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai
dengan jenis kuman.
. Pemeriksaan hitung darah (deferential count) ;
laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan
adanya thrombositopenia.
. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b.d anoreksia
2. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil.
3. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
4. Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak
kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun).
1.

INTERVENSI
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia
.

Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.


R/ Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun
tujuan BB dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan
hangat.
R/ Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total.
Tingkatkan tirah baring
R/ Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.
Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan klien.
R/ Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada
situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi
maksimal.

INTERVENSI
2. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil
Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 010), faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri,
lokasi, lama, dan karakteristiknya.
R/ Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang
berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting
untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan
terhadap debu, bahan kimia, asap rokok, dan
mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
R/ Mengurangi bertambah beratnya penyakit.
.

Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.


R/ Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan
serta mengurangi nyeri tenggorokan.
. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral,
IV, dan inhalasi, & analgesik)
R/ Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi
alergi/menghambat pengeluaran histamin dalam
inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi
nyeri.
.

INTERVENSI
3. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
.

Observasi tanda-tanda vital


R/ Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.

Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila


R/ Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi
proses konduksi/perpindahan panas dengan bahan
perantara.

Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis


dan dapat menyerap keringat seperti pakaian dari bahan
katun.
R/ Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian
yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.

Atur sirkulasi udara


R/ Penyediaan udara bersih.
Anjurkan klien untuk minum banyak 2000 2500
ml/hari
R/ Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan
tubuh meningkat.
Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase
febris penyakit.
R/ Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan
panas.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat
antimikrobial dan Antipiretika
R/ Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan
menurunkan panas.

INTERVENSI
4. Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun).
. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
R/ Menurunkan potensi terpajan pada penyakit
infeksius.
. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
R/ Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan
O dan memperbaiki pertahanan klien terhadap
infeksi, meningkatkan penyembuhan.
. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
R/ Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.

Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak


dibawah usia 2 tahun, lansia, dan penderita
penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral,
seng atau antioksidan jika kondisi tubuh
menurun/asupan makanan berkurang.
R/ Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan
umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur
R/ Dapat diberikan untuk organisme khusus yang
teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau
diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi.
.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai