KEPERAWATAN PADA
PASIEN ISPA
KELOMPOK 20
RIBKA SELANG
RUBIE CHRISTINE LAPIAN
DEFINISI ISPA
ETIOLOGI ISPA
Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh
virus, dengan frekuensi lebih dari 90% untuk
ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA
bagian bawah frekuensinya lebih kecil.
Penyakit ISPA bagian atas mulai dari hidung,
nasofaring, sinus paranasalis sampai
dengan laring hampir 90% disebabkan oleh
virus, sedangkan ISPA bagian bawah hampir
50% diakibatkan oleh bakteri.
Saat ini telah diketahui bahwa penyakit ISPA
melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari
bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1986).
Umur
Status Gizi
Berat Badan Lahir
Status ASI Eksklusif
Status Imunisasi
3. Lingkungan :
Kelembaban Ruangan
Suhu Ruangan
Ventilasi
Kepadatan Hunian
Rumah
Penggunaan Anti
Nyamuk
Bahan Bakar Untuk
Memasak
Keberadaan Perokok
KLASIFIKASI ISPA
Berdasarkan Lokasi
1. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
2. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut
(ISPbA)
. Klasifikasi
1.
2.
3.
Pilek biasa
Keluar sekret cair dan
jernih dari hidung
Bersin-bersin
Sakit tenggorokan
Batuk
Sakit kepala
Sekret menjadi kental
Demam
Nausea
Muntah
Anoreksia
CARA PENULARAN
PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan:
.
.
.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
. Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
. Tonsil tampak kemerahan dan edema
. Tampak batuk tidak produktif
. Tidak ada jaringan parut pada leher
. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan.
Palpasi :
. Adanya demam.
. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada
daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis.
. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi :
. Suara paru normal (resonance).
Auskultasi :
. Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi
pada kedua sisi paru.
3. Pemeriksaan Penunjang :
. Pemeriksaan kultur / biakan kuman ; hasil yang
didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai
dengan jenis kuman.
. Pemeriksaan hitung darah (deferential count) ;
laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan
adanya thrombositopenia.
. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b.d anoreksia
2. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil.
3. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
4. Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak
kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun).
1.
INTERVENSI
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia
.
INTERVENSI
2. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil
Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 010), faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri,
lokasi, lama, dan karakteristiknya.
R/ Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang
berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting
untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan
terhadap debu, bahan kimia, asap rokok, dan
mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
R/ Mengurangi bertambah beratnya penyakit.
.
INTERVENSI
3. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
.
INTERVENSI
4. Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun).
. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
R/ Menurunkan potensi terpajan pada penyakit
infeksius.
. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
R/ Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan
O dan memperbaiki pertahanan klien terhadap
infeksi, meningkatkan penyembuhan.
. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
R/ Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.
TERIMA KASIH