SURAHMAT, M. Hum
HADIST
Hafidz Fajarudin
Agung Wibowo
Ardian Yogatama
933507715
MENUTUP AURAT
Aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh ditampakkan kecuali kepada muhrimnya.
Wanita maupun pria memiliki batasan-batasan aurat. Khusus wanita, aurat ibarat perhiasan
yang sangat berharga.
Ini sesuai firman Allah dalam Al Quran surat An-Nuur ayat 31.
Ayat tersebut memerintahkan wanita Muslimah agar tidak menampakkan perhiasan (aurat),
kecuali kepada suami, ayah, dan beberapa pihak lain yang termasuk dalam pengecualian.
Dalam ayat tersebut, Allah juga melarang para wanita bertabaruj. Tabaruj adalah
berhias diri secara berlebihan, sehingga mengundang syahwat kaum Adam. Yang termasuk
perilaku tabaruj juga adalah memakai wangi-wangian yang baunya dapat tercium orang lain
di tempat umum. Memakai perhiasan (gelang, kalung, dan lain-lain) secara berlebihan dan
mencolok mata juga termasuktabaruj.
Pandangan mata secara berlebihan serta persentuhan antara lelaki dan perempuan
yang bukan muhrim juga bisa menimbulkan zina. Buka Al Quran surat Al-Isra ayat 32.
Dalam ayat ini Allah melarang kita mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang
sangat keji. Pandangan mata dan persentuhan tubuh adalah salah satu tindakan mendekati
zina. Jika mendekati zina saja haram dan mendapat larangan keras, Anda tentu bisa
menyimpulkan sendiri, betapa berdosanya perbuatan zina yang sekarang demikian
merajalela dan dilakukan manusia tanpa rasa bersalah!
Baik perempuan atau laki-laki, hendaknya tidak mengeluarkan kata-kata secara mesra
atau berlebihan kepada lawan jenis selain istri atau suaminya. Hal ini tertuang dalam firman
Allah swt., Al Quran Surat Al-Ahzaab ayat 32. Dalam ayat ini, secara khusus Allah mengingatkan
istri-istri Nabi agar jangan melembutkan suara ketika bicara sehingga membangkitkan nafsu
lelaki yang mendengarnya.
Walaupun ayat tersebut ditujukan kepada para istri Nabi, tak ada salahnya kita meneladani
ajaran Al Quran yang selalu memiliki hikmah tersendiri bagi pengikutnya. Sebagian ulama juga
berpendapat bahwa ayat tersebut juga berlaku untuk wanita biasa.
Allah swt. melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya saling berdua-duaan,
kecuali disertai mahramnya atau orang ketiga. Menurut Rasulullah saw., jika lelaki dan
perempuan berdua-duaan, maka akan muncul pihak ketiga, yakni setan. Apa akibatnya
jika setan ikut nimbrung di antara dua manusia yang berlainan jenis? Anda tentu sudah tahu
jawabannya, bukan?
Demikian beberapa adab pergaulan dalam Islam yang harus diperhatikan setiap umat Islam
yang mengaku beriman. Islam tak pernah melarang pergaulan dengan siapa pun. Bergaul
bahkan sangat dianjurkan sebagai upaya meningkatkan ukhuwah Islamiyah. Yang dilarang
adalah pergaulan secara bebas antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim.
Pergaulan yang tidak mematuhi norma-norma agama
Rosulullah SAW melarang duduk di pinggir jalan, baik ditempat duduk yang khusus,
seperti diatas kursi, di bawah pohon, dan lain lain. Sebenarnya larangan tersebut bukan
pada tempat duduknya , yakni bahwa membuat tempat duduk dipinggir jalan itu haram.
Terbukti ketika para sahabat merasa keberatan dan berargumen bahwa hanya itulah
tempat mereka mengobrol.
! : : :
( )
Rosululloh SAW membolehkannya dengan syarat mereka harus memenuhi hak jalan, yaitu:
Menjaga pandangan mata
-
-
Menyebarluaskan Salam
Menyiarkan (menyebar) salam
Salam merupakan salah satu identitas seorang muslim untuk mendoakan antar sesama muslim
setiap kali bertemu. Ini dipahami dari ayat 86 surah An Nisa :
-
Artinya: Apabila ada orang yang memberi hormat (salam) kepada kamu, balaslah hormat
(salamnya) itu dengan cara yang lebih baik, atau balas penghormatan itu (serupa dengan
penghormatannya). Sesungguhnya Tuhan itu menghitung segala sesuatu. (Q.S An Nisa: 86)
Mengucapkan salam tidak hanya disunnahkan ketika berjumpa dengan orang yang dikenal
saja, tetapi juga ketika bertemu dengan orang Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu.
Salam juga Sunnah diucapkan dalam berbagai situasi, misalnya ketika hendak masuk rumah
orang lain.
Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia
menyambung tali silaturahmi. [Muttafaqun alaihi].
Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: Barang siapa yang menyambungku, maka Allah
akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus
hubungan dengannya. [Muttafaqun alaihi].
Yang amat disayangkan, ternyata ada sebagian orang yang tidak mau menyambung
silaturahmi dengan kerabatnya, kecuali apabila kerabat itu mau menyambungnya.
Jika demikian, maka sebenarnya yang dilakukan orang ini bukanlah silaturahmi, tetapi hanya
sebagai balasan. Karena setiap orang yang berakal tentu berkeinginan untuk membalas setiap
kebaikan yang telah diberikan kepadanya, meskipun dari orang jauh.
SELES
AI