Anda di halaman 1dari 15

BAHAN BERBAHAYA DAN

BERACUN (B3)
DISUSUN OLEH :
ANDIUS SETIAWAN
(20115035)

PENGERTIAN
B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA
(Occupational Safety and Health of the United State Government)
adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya
berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia,
kerusakan properti dan atau lingkungan.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, B3
didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.

Mengingat penting dan dampaknya Bahan Berbahaya dan


Beracun
bagi
manusia,
lingkungan,
kesehatan,
dan
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya,
pemerintah
melakukan
pengaturan
ketat.
Pengaturan
pengelolaan B3 ini meliputi pembuatan, pendistribusian,
penyimpanan, penggunaan, hingga pembuangan limbah B3.

PEMBAGIAN B3
Dalam PP ini, B3 diklasifikasikan menjadi :
1. Mudah meledak (explosive), yaitu bahan yang pada suhu dan tekanan
standar (25 0C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan
atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.
2. Pengoksidasi (oxidizing), yaitu bahan yang memiliki waktu pembakaran sama
atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
3. Mangat mudah sekali menyala (extremely flammable), yaitu B3 padatan dan
cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0 derajat C dan titik didih lebih
rendah atau sama dengan 35 0C.
4. Sangat mudah menyala (highly flammable), yaitu bahan yang memiliki titik
nyala 0-210C.
5. Mudah menyala (flammable).
6. Amat sangat beracun (extremely toxic);
7. Sangat beracun (highly toxic);
8. Beracun (moderately toxic), yaitu bahan yang bersifat racun bagi manusia
dan akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.

10. Korosif (corrosive), yaitu bahan yang menyebabkan iritasi pada kulit,
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan
laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun, atau mempunyai pH sama
atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau lebih besar dari
12,5 untuk yang bersifat basa.
11. Bersifat iritasi (irritant), yaitu bahan padat atau cair yang jika terjadi
kontak secara langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus
dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.
12. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), yaitu bahaya
yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon
(misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan
tersebut dapat merusak lingkungan.
13. Karsinogenik (carcinogenic), yaitu bahan yang dapat menyebabkan sel
kanker.
14. Teratogenik (teratogenic), yaitu bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio.
15. Mutagenik (mutagenic), yaitu bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom (merubah genetika).

Jenis dan klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun juga diuraikan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No. 453/Menkes/Per/XI/1983. Dalam Kepmenkes
ini B3 dikelompokkan dalam 4 klasifikasi yaitu :
1. Klasifikasi I, meliputi :
a) Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat
menimbulkan bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak
langsung, karena sangat sulit penanganan dan pengamanannya;
b) Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut
diduga menimbulkan bahaya.
2. Klasifikasi II, meliputi :
a) Bahan radiasi;
b) Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik;
c) Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan
LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi
kulit atau selaput lendir;
d) Bahan etilogik/biomedik;
e) Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan;
f) Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari
350C;
g) Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri.

3. Klasifikasi III, meliputi :


a) Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak mudah
meledak karena sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II;
b) Bahan beracun dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara tetapi
tidak mempunyai sifat seperti bahan beracun klasifikasi II;
c) Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka dan
nyeri;
d) Gas atau cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik nyala
350Csampai 600C;
e) Bahan pengoksidasi organik;
f) Bahan pengoksidasi kuat;
g) Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan mutagenik;
h) Alat atau barang-barang elektronika yang menimbulkan radiasi atau bahaya
lainnya.
4. Klasifikasi IV, yaitu :
a) Bahan beracun dengan LD50 (rat) diatas 500 mg/kg atau yang setara;
b) Bahan pengoksid sedang;
c) Bahan korosif sedang dan lemah;
d) Bahan yang mudah terbakar.
Selain itu penggolongan bahan berbahaya dan beracun dapat dilihat juga pada
SK Menteri Perindustrian No. 148/M/SK/4/1985 dan Keputusan Menteri Tenaga

TUJUAN B3
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah
tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan
B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan
penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga
kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi
pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus
dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi
semula.

KEBIJAKAN B3

Dalam rangka pengelolaan B3 secara baik, benar dan efisien, maka Asdep
Pengelolaan B3 mengembangkan empat pilar pengelolaan B3 yaitu :
1. Pengembangan Kebijakan Strategis, antara lain :
a) Merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Pengelolaan B3;
b) Menyiapkan ratifikasi perjanjian international;
c) Meningkatkan kerja sama antar sektor dalam rangka pengelolaan B3;
d) Menyiapkan Peraturan Menteri tentang Penyimpanan B3;
e) Menyiapkan Peraturan Menteri tentang Registrasi, simbol dan label B3;
f) Memperkuat kelembagaan pengelolaan B3
2. Pelaksanaan Kebijakan Operasional, antara lain :
a) Pengawasan pengelolaan B3;
b) Pemantauan pengelolaan B3;
c) Mengembangkan registrasi B3 secara on line;
d) Menetapkan prosedur notifikasi terhadap impor B3 yang terbatas digunaka
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia.
a) Peningkatan kapasitas SDM dalam rangka pengelolaan B3;
b) Melakukan sosialisasi pengelolaan B3;
c) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya resiko B3.

4. Meningkatkan Kemitraan dan Implementasi Konvensi International.


a) Pelaksanaan kegiatan Rottedam Convention;
b) Pelaksanaan kegiatan Stockholm Convention;
c) Melaksanakan Kegiatan Intergovernmental Negotiating Committee (INC)
toprepare a global Legally Binding Instrument (LBI) on mercury;
d) Melaksanakan kerja sama secara regional, bilateral dan multilateral;
e) Melakukan koordinasi antar sektor.

PROSEDUR KHUSUS
TAHAPAN PROSEDUR
1. Jenis-jenis B3 dan Limbah B3 yang mungkin terjadi tumpahan/
ceceran/ kebocoran, sesuai dengan STD-TE-16 Standar Penanganan
B3 dan Pengelolaan Limbah B3 :

2. Tanggap Darurat ceceran/kebocoran pada proses penyimpanan B3 dan


Limbah B3 atau kebocoran B3 dari mesin :
a) Kenali jenis 83 atau Limbah 83 yang bocor (jenis dan skalanya)
b) Jika dalam hal terjadi tumpahan/ceceran/kebocoran dalam skala
yang sangat banyak segera hubungi Dept. QA-HSE
c) Pergunakan APD yang sesuai
d) Jika tumpahan/ceceran/ kebocoran terjadi dari mesin yang sedang
beroperasi dengan jumlah yang cukup banyak, matikan terlebih

5. Segera lokalisir area tumpahan/ceceran/kebocoran dengan menggunakan


absorbent/maju n
6. Tutup akses aliran tumpahan yang menuju ke tanah terbuka atau badan air di
sekitar lokasi tumpahan/ceceran/kebocoran.
7. Taburi tumpahan/ceceran/kebocoran dengan menggunakan pasir atau bubuk
gergaji, biarkan beberapa saat agar menyerap
8. Setelah terserap buang pasir atau bubuk gergaji, absorbent/majun ke dalam
drum yang berlabel "8arang Terkontaminasi 83".
9. Catat kejadian dan segera laporkan ke Dept. QA-HSE

PENANGANAN B3
Penanganan dibedakan menjadi 2 metode yaitu :
1. Metode Pengolahan secara Kimia, Fisik, dan Biologi
2. Metode Pembuangan Limbah B3 :
a) Sumur dalam/sumur injeksi (deep well injection)
b) Kolam penyimpanan (surface impoundments)
c) Landfill untuk limbah B3 (secure landfills)

APD YANG DIGUNAKAN


1.
2.
3.
4.
5.

Pelindung pernapasan/masker
Pelingdung anggota tubuh
Helm
Kacamata pengaman
Sarung tangan, baik dengan bahan karet, kain ataupun kulit sesuai bahan
berbahaya dan beracun (B3) yang ditangani.
6. Sepatu pengaman
7. Pakaian kerja

SEKAIN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai