Anda di halaman 1dari 36

GANTUNG (HANGING)

Disusun Oleh :

dr. Ricka Brillianty Zaluchu, Sp.KF


Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Kedokteran
Forensik
RSUD Dr. Doris Sylvanus/Fakultas
Kedokteran
Universitas Palangka Raya

Gantung (Hanging)
Suatu keadaan asfiksia dimana
terjadi konstriksi dari leher oleh alat
penjerat yang ditimbulkan oleh berat
badan seluruhnya atau sebagian.

Klasifikasi
Letak simpul/titik gantung
Sempurna tidaknya
penggantungan
Motif daripada
penggantungan

Berdasarkan letak
simpul/titik gantung
A. Typical Hanging
Adalah penggantungan tubuh
dimana titik gantung (simpul
tali) berada tepat diatas tengah
tulang occipital. Dalam situasi
seperti
ini
kemungkinan
penekanan arteri didaerah leher
maksimum.
B. Atypical Hanging
Adalah semua pengantung
tubuh dengan titik gantung
(simpul tali) berada disemua
tempat selain pada ditengah
occipital.

Berdasarkan sempurna tidaknya


penggantungan

A. Complete
hanging
seluruh tubuh
menggantung
sempurna.

B. Partial hanging
hanya sebagian atau
tubuh tergantung dengan
posisi duduk, berlutut,
tersandar, atau telungkup

Complete Hanging

Partial Hanging

Berdasarkan motif dari


penggantungan
A. Suicidal hanging (Bunuh diri)
Bunuh diri (suicide) dapat di definisikan
sebagai : perbuatan merusak diri sendiri
yang
berhasil.
Sedangkan
perbuatan
merusak diri sendiri yang dilakukan dengan
keinginan destruktif, tetapi tidak nyata atau
ragu-ragu (sering disebut sebagai sikap
bunuh diri) merupakan definisi dari
percobaan bunuh diri (parasuicide).

B. Accidental Hanging (kecelakaan)


Penggantungan yang tidak disengaja
ini dapat dibagi dalam dua kelompok
yang terjadi sewaktu bermain atau
bekerja dan sewaktu melampiaskan
nafsu seksual yang menyimpang (Auto
erotic Hanging).

C. Homicidial Hanging (pembunuhan)


Pembunuhan dengan metode menggantung
korbannya relatif jarang dijumpai, cara ini baru
dapat dilakukan bila korbannya anak-anak
atau orang dewasa yang kondisinya lemah,
baik lemah oleh karena menderita penyakit,
dibawah pengaruh obat bius, alkohol atau
korban yang sedang tidur. Pembunuhan
dengan cara penggantungan sulit untuk
dilakukan oleh seorang pelaku.

Penyebab atau mekanisme kematian


pada penggantungan
1. Asfiksia. Merupakan penyebab kematian yang paling sering
2. Apopleksia (kongesti pada otak). Tekanan pada pembuluh
darah vena menyebabkan kongesti pada pembuluh darah
otak dan mengakibatkan kegagalan sirkulasi
3. Kombinasi dari asfiksia dengan apopleksia
4. Iskemia serebral. Hal ini akibat penekanan dan hambatan
pembuluh darah arteri yang memperdarahi otak
5. Syok vaso vagal. Perangsangan pada sinus caroticus
menyebabkan henti jantung
6. Fraktur atau dislokasi vertebra servikalis. (Pada korban yang
dihukum gantung). Pada keadaan dimana tali yang menjerat
leher cukup panjang, kemudian korbannya secara tiba-tiba
dijatuhkan dari ketinggian maka akan mengakibatkan
fraktur atau dislokasi vertebra servikalis yang akan
menekan
medulla
oblongata
dan
mengakibatkan
terhentinya pernafasan. Biasa yang terkena adalah vertebra

Pemeriksaan Kasus
Hanging
Pemeriksaan post-mortal pada kasus
gantung
diri
atau
hanging
dipengaruhi
oleh
mekanisme
kematiannya; mekanisme kematian
yang berbeda akan memberikan
gambaran post-mortal yang berbeda

1. Pemeriksaan tempat kejadian


1) Periksa apakah masih hidup atau sudah meninggal
2) Keadaan di TKP (tempat kejadian perkara) : Pada kasus
gantung diri, keadaanya tenang, di ruang atau tempat
tersembunyi atau pada tempat yang sudah tidak
digunakan.
3) Pakaian korban : Pada kasus gantung diri biasa
ditemukan pakaian korban cukup rapih, sering
didapatkan surat peninggalan dan tidak jarang diberikan
alas sapu tangan sebelum alat jerat dikalungkan ke
leher.
4) Adakah alat penumpu seperti bangku dan sebagainya
5) Jumlah lilitan : Semakin banyak jumlah lilitan, dugaan
bunuh diri makin besar

.....Pemeriksaan tempat kejadian

6) Arah serabut tali penggantung:


- Bunuh diri arah serabut tali menuju korban
- Dibunuh terlebih dulu arah serabut sebaliknya
7) Distribusi lebam mayat. Diperiksa apakah sesuai dengan posisi
korban yang tergantung atau tidak.
8) Macam simpul pada jerat di leher
- Simpul hidup : Umumnya pada kasus bunuh diri.
- Simpul mati
Pemeriksaan : Bila dilonggarkan maksimal, apakah dapat
melewati kepala.
Bila dapat biasanya bunuh diri,. Bila tidak, curiga pembunuhan.
9) Jarak ujung jari kaki dengan lantai.
Pada kasus bunuh diri, posisi korban yang tergantung lebih
mendekati lantai, berbeda dengan pembunuhan dimana jarak
antara kaki dan lantai cukup lebar.
10) Letak korban di tempat kejadian

.....Pemeriksaan tempat kejadian

Cara menurunkan korban:


Potong bahan penggantung di luar simpul. Awalnya
buat ikatan pada 2 tempat untuk mencegah
serabut terurai lalu potong diantara kedua ikatan
secara miring untuk memudahkan rekonstruksi.
11) Bekas serabut tali pada tempat menggantung
dan pada leher diamankan untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
12) Bahan penggantung; makin kecil/keras bahan
makin jelas alur jerat yang timbul di leher.
- Tali, kawat, selendang, ikat pinggang
- Seprei yang disambung

Pemeriksaan luar
Kepala:
1. Muka sianotik (vena terjepit) atau
muka pucat (vena dan arteri
terjepit)
2. Tanda penjeratan pada leher. Hal ini
sangat penting diperhatikan oleh
dokter, dan keadaannya bergantung
kepada beberapa kondisi :

....Pemeriksaan luar

Tanda penjeratannya jelas dan dalam jika tali yang


digunakan kecil dibandingkan jika menggunakan tali
yang besar.
Bila alat penjerat mempunyai permukaan yang luas,
yang berarti tekanan yang ditimbulkan tidak terlalu besar
tetapi cukup menekan pembuluh balik, maka muka
korban tampak sembab, mata menonjol, wajah berwarna
merah kebiruan dan lidah atau air liur dapat keluar
tergantung dari letak alat penjerat.
Jika permukaan alat penjerat kecil, yang berarti tekanan
yang ditimbulkan besar dan dapat menekan baik
pembuluh balik maupun pembuluh nadi; maka korban
tampak pucat dan tidak ada penonjolan dari mata.

....Pemeriksaan luar

Alur jerat : bentuk penjeratannya berjalan miring (oblik


atau berbentuk V) pada bagian depan leher, dimulai pada
leher bagian atas di antara kartilago tiroid dengan dagu,
lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah
menuju belakang telinga. Tanda ini semakin tidak jelas
pada bagian belakang.
Tanda penjeratan atau jejas jerat yang sebenarnya luka
lecet akibat tekanan alat jerat yang berwarna merah
kecoklatan atau coklat gelap dan kulit tampak kering, keras
dan berkilat. Pada perabaan, kulit terasa seperti perabaan
kertas perkamen, disebut tanda parchmentisasi, dan sering
ditemukan adanya vesikel pada tepi jejas jerat tersebut
dan tidak jarang jejas jerat membentuk cetakan sesuai
bentuk permukaan dari alat jerat.

....Pemeriksaan luar

Pada tempat dimana terdapat simpul tali


yaitu pada kulit dibagian bawah telinga,
tampak daerah segitiga pada kulit
dibawah telinga

Pinggiran berbatas tegas dan tidak


terdapat tanda-tanda abrasi
disekitarnya.
Jumlah tanda penjeratan. Kadangkadang pada leher terlihat 2 buah
atau lebih bekas penjeratan. Hal ini
menunjukkan bahwa tali dijeratkan

....Pemeriksaan luar

3. Tanda-tanda asfiksia.
Mata menonjol keluar; oleh karena pecahnya
oleh bendungan kepala, dimana vena-vena
terhambat sedang arteri tidak.
Perdarahan berupa peteki tampak pada wajah
dan subkonjungtiva, pecahnya vena oleh
bendungan dan meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah akibat asfiksia.
Lidah menjulur; tergantung dari letak jerat.
Bila tepat di kartilago tiroid lidah akan terjulur
sedang jika di atasnya lidah tidak akan terjulur.

....Pemeriksaan luar

Air liur mengalir dari sudut bibir di


bagian yang berlawanan dengan
simpul tali. Keadaan ini menunjukkan
tanda pasti hanging ante-mortem.
Kedalaman dari bekas penjeratan
menunjukkan lamanya tubuh
tergantung.
Jika korban lama tergantung, ukuran
leher menjadi semakin panjang.

....Pemeriksaan luar

Anggota gerak
Lebam mayat dan bintik-bintik perdarahan terutama pada
bagian akral dari ekstremitas, sangat tergantung dari
lamanya korban dalam posisi tergantung.
Lebam mayat pada kasus gantung, mengarah kebawah
yaitu kaki, tangan, dan genitalia eksterna.
Posisi tangan biasanya dalam keadaan tergenggam.
Dubur dan kelamin
Keluarnya mani, darah (sisa haid), urin dan feses akibat
kontraksi otot polos pada saat stadium konvulsi pada
puncak asfiksia.
Hal ini bukan merupakan tanda khas dari hanging dan
keadaan ini tidak selalu menyertai hanging.
Pada wanita labium membesar dan terdapat lebam, dan
Pada laki-laki terjadi pada skrotum

Pemeriksaan dalam
Kepala
Tanda bendungan pembuluh darah otak
Leher
Jaringan yang berada dibawah jeratan berwarna
putih, berkilat dan perabaan seperti perkamen
karena kekurangan darah, terutama jika mayat
tergantung cukup lama. Pada jaringan dibawahnya
mungkin tidak terdapat cedera lainnya.
Platisma atau otot lain disekitarnya mungkin memar
atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot
ini lebih banyak terjadi pada kasus hanging yang
disertai dengan tindak kekerasan

....Pemeriksaan Dalam

Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh


darah mengalami laserasi ataupun ruptur.
Resapan darah hanya terjadi didalam dinding
pembuluh darah.
Fraktur tulang hyoid sering terjadi. Fraktur ini
biasanya terdapat pada hanging yang korbannya
dijatuhkan dengan tali penggantung yang
panjang dimana tulang hyoid mengalami
benturan dengan tulang vertebra. Adanya efusi
darah disekitar fraktur menunjukkan bahwa
hangingnya ante-mortem.
Fraktur kartilago tiroid jarang terjadi. Pada korban
diatas 40 tahun, patah tulang ini darap terjadi
bukan karena tekanan alat penjerat tetapi karena
terjadinya traksi pada hanging.

....Pemeriksaan Dalam

Dada dan perut


Bintik perdarahan pada pleura,
pericard atau peritoneum
Organ-organ dapat mengalami
kongesti atau bendungan darah
Pada pengirisan jantung dan paru
ditemukan darah lebih gelap dan
lebih cair

Gambaran Post-Mortem Korban


Hanging
Ada beberapa hal yang dapat kita jumpai
pada pemeriksaan luar dan dalam pada
korban hanging.
Ada 5 bagian tubuh korban yang kita
perhatikan saat melakukan pemeriksaan
Kepala yaitu:
luar dan dalam,
Leher
Anggota gerak (lengan dan
tungkai)
Dubur
Alat kelamin

Ada 4 bagian kepala korban yang


kita perhatikan saat melakukan
pemeriksaan luar, yaitu:
Muka
Mata
Konjungtiva
Lidah

Petechie pada mata sebagai tanda


asfiksia pd kasus gantung diri

Gambaran yang ditemukan pada korban


berdasarkan alat penggantung
1. Penampang kecil (tali)
Muka korban akan mengalami sianosis dan
terlihat pucat karena vena terjepit. Pucat yang
tampak pada wajah korban disebabkan tekanan
alat penggantung tidak hanya menyebabkan
terjepitnya vena, tetapi tekanan penggantung
juga menyebabkan terjepitnya arteri.
2. Penampang lebar (sarung, sprei)
Mata korban melotot akibat terjadinya bendungan
pada kepala korban.wajah korban tampak
kongesti. Hal ini disebabkan oleh terhambatnya
vena-vena kepala tetapi arteri kepala tidak
terhambat.

Gambaran post-mortem pada leher


korban hanging

N
O

Dilihat
dari

PENCEKIKAN

GANTUNG

PENJERATAN

1.

Definisi

Penekanan leher
dan jalan napas
dengan
menggunakan
tangan atau
lengan bawah/
alat (tongkat
atau bambu
pada kasus
bansdola).

Peristiwa
dimana seluruh
atau sebagian
dari berat
badan
seseorang
ditahan di
bagian
lehernya oleh
tali sehingga
daerah itu
tertekan

Penekanan
leher dengan
menggunakan
pita/tali/bahan
sejenis yang
dikencangkan
secara paksa
dengan
kekuatan jerat
berasal dari
tarikan pada
kedua
ujungnya

2.

Jenis kasus

Hampir selalu
kasus
pembunuhan

Sebagian besar Sebagian


bunuh diri
besar
pembunuhan

GANTUNG

PENJERATAN

Melintang, berupa
lingkaran utuh yang
melingkari seluruh bagian
leher, letaknya dibawah
atau tepat pada kartilago
tiroid. Kuku-kuku jari yang
digunakan untuk mencekik
leher dapat meninggalkan
luka-luka lecet berbentuk
bulan sabit kecil.

Oblik, tidak
berupa
lingkaran
utuh yang
melingkari
leher,
letaknya
diatas
kartilago
tiroid

Jejas
horizontal di
leher, mirip
dengan jejas
akibat
gantung
tetapi pada
penjeratan
letaknya
lebih rendah.

Otot leher

Memar lebih banyak

Memar lebih
sedikit

Memar lebih
sedikit

5.

Jaringan di
bawah jejas

Lunak dan kemerahan

Putih, keras,
dan berkilat

Putih, keras

6.

Arteri karotis

Sering mengalami
kerusakan

Bisa mengalami Lebih banyak


kerusakan pada vena yang
penggantungan terkena
yang dijatuhkan
dari tempat
tinggi.

7.

Patah os.
Hyoid

Dapat dijumpai

Sering dijumpai Jarang dijumpai

No

Dilihat dari PENCEKIKAN

3.

Jejas pada
leher

4.

NO
8.

9.

Dilihat
dari
Leher

PENCEKIK GANTUNG PENJERAT


AN
AN

Tanda
asfiksia

Lebih jelas

Leher tidak Tertarik


berubah
dan
menjadi
lebih
panjang

Tidak
berubah

Tidak
Lebih jelas
begitu jelas

Perbedaan Gantung diri dan Pembunuhan


No.

Gantung diri

Pembunuhan

Usia. Gantung diri sering


terjadi pada remaja dan
dewasa. Anak-anak
dibawah 10 tahun dan
orang dewasa di atas 50
tahun lebih sering
melakukan gantung diri.

Tidak mengenal usia

Simpul tali biasanya 1


simpul yang letaknya
pada bagian samping
leher, tetapi tergantung
jenis simpul yng dipakai

Simpul tali biasa lebih dari 1 pada


bagian depan leher dan simpul tali
terikat kuat

Luka pada tubuh korban


biasanya tidak ada

Luka-luka pada tubuh korban


akibat perlawanan biasa dapat
ditemukan

Biasa mayat tergantung


pada tempat yang mudah
di capai dan disekitarnya

Pada kasus dibunuh, tempat sulit


dicapai oleh korban

5.

Jika kejadian
berlangsung dikamar,
dimana pintu dan
jendela dalam keadaan
tertutup dan terkunci
dari dalam

Jika pintu dan jendela


terkunci dari luar, sudah
pasti pembunuhan

6.

Tanda-tanda perlawanan
tidak ditemukan

Tanda perlawanan biasanya


dapat ditemukan, kecuali
korban sedang tidur, tdak
sadar, atau anak-anak.

Referensi

Dewi Raditiyani Nawang Wulan, Kunthi Yulianti. Gantung diri: pola luka dan
livor mortis. Universitas Udayana. 2011.
Apuranto, Hariadi, Hoediyanto. 2010. Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal edisi ke-enam. Penerbit Departemen Ilmu kedokteran Forensik
dan Medikolegal FK UNAIR: Surabaya.
Leonardo. Asfiksia Forensik. Cited May 9 th2008. Available at:
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=20080509041548
Chadha PV. Kematian Akibat Asfiksia. Dalam Ilmu Forensik dan Toksikologi.
Edisi kelima. Penerbit:Widya Medika.
Ernoehazy W. Hanging injuries and Strangulation. Online. 2011. Diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/826704-overview#showal
Gross VA, Weiss MG, Ring M, Hepp U, Bopp M, Gutzwiller F. Methods of
suicide: international suicide patterns derived from the WHO mortality
database. Bulletin of the World Health Organization. 86(9): 726-32. 2008.
Diunduh dari: http://www.scielosp.org/pdf/bwho/v86n9/a17v86n9.pdf

Anda mungkin juga menyukai