Pertemuan 4 - Prinsip Kepemimpinan Rasulullah
Pertemuan 4 - Prinsip Kepemimpinan Rasulullah
5. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk
umatnya
Apabila ada orang yang lebih memilih mempersulit diri sendiri dari pada mempersulit orang
lain, maka dia adalah para Nabi dan Rasul.Begitu pun dengan Muhammad saw.Ketika orang
lain disuruh mencari jalan yang termudah dalam beragama, maka Beliau memilih untuk
mengurangi tidur, makan dan shalat sampai bengkak kakinya.
Ketika dia menyampaikan perintah Allah Swt kepada umat untuk mengeluarkan zakat
hartanya hanya sebesar 2,5 bagian saja dari harta mereka, dia bahkan menyerahkan seluruh
hartanya untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya dan keluarganya, kecuali rumah
yang menempel di samping mesjid, satu dua potong pakaian dan beberapa butir kurma atau
sepotong roti kering untuk sarapan.Sampai-sampai tidurnya hanya di atas pelepah korma.
Seperti pernah dia bertanya kepada Aisyah ra. Istrinya apakah hari itu ada sepotong roti
kering atau sebiji korma untuk dimakan.Ketika istrinya berkata bahwa tidak ada semua itu,
maka Muhammad Saw mengambil batu dan mengganjalkannya ke perut untuk menahan
lapar.
9.
Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep
sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola
hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya.
Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
Keberhasilan Muhammad saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan
kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan. Model dakwah rahasia yang
diterapkan selama periode Makkah kemudian dirubah menjadi model terbuka setelah di Madinah, mengikuti
keadaan lapangan. Keberhasilan Rasul saw. dan para sahabatnya dalam perang Badr jelas-jelas berkaitan
dengan penerapan sebuah strategi yang jitu.
Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau
berdoa untuk mati dan berbangkit di akhirat bersama dengan orang-orang miskin. Jabatan sebagai pemimpin
bukanlah sebuah mesin untuk memperkaya diri. Sikap inilah yang membuat para sahabat rela memberikan
semuanya untuk perjuangan tanpa perduli dengan kekayaannya, sebab mereka tidak pernah melihat Rasul
saw. mencoba memperkaya diri.
Kesederhanaan menjadi trade mark kepemimpinan Rasul saw. yang mengingatkan kita pada sebuah kisah
tentang Umar ibn al-Khattab. Seseorang dari Mesir datang ke Madinah ingin bertemu dan mengadukan
persoalan kepada khalifah Umar ra. Orang tersebut benar-benar terkejut ketika menjumpai sang khalifah duduk
dengan santai di bawah sebatang kurma.
12.Visioner futuristic.
Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW. adalah seorang
pemimpin yang visioner, berfikir demi masa depan (sustainable). Meski
tidak mungkin merumuskan alur argumentasi yang digunakan olehnya,
tetapi banyak hadits Rasul saw. yang dimulai dengan kata "akan datang
suatu masa", lalu diikuti sebuah deskripsi berkenaan dengan persoalan
tertentu. Kini, setelah sekian abad berlalu, banyak dari deskripsi hadits
tersebut yang telah mulai terlihat dalam realitas nyata.
2. Musyawarah
Dalam urusan duniawi, musyawarah bisa dijadikan wahana untuk mengambil
keputusan yang terbaik
3. Keadilan
Semua anggota organisasi harus diperlakukan secara adil sesuai dengan
situasi dan kondisi
4. Kebebasan (huriyah)
Setiap anggota organisasi diberi kebebasan untuk berpendapat, namaun
kebebasan yang dimaksud adalah kebebsan yang bertanggung jawab.