Anda di halaman 1dari 11

Prinsip Kepemimpinan Islam

Dr. Abdul Munip, M.Ag

Prinsip Kepemimpinan Rasulullah Saw


1. Beliau menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih
orang atau sesuatu, bukan penampilan atau faktor-faktor luar
lainnya
Keempat sahabat yang dikenal sangat dekat dengan Beliau, yakni Abu Bakar
Assidiq, Umar ibnu Khattab, Ustman ibnu Affan dan Ali ibnu Abi Tholib adalah
gambaran jelas kemampuan Muhammad saw dalam melihat fungsi.Keempat
sahabat tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri dalam era kepemimpinan
Muhammad saw, yaitu :
-Abu Bakar Assidiq yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Muhammad saw, adalah
sahabat utama.Ini bermakna kepercayaan dari orang lain adalah modal utama seorang
pemimpin.
-Umar ibnu Khattab bersifat kuat, berani dan tidak kenal takut dalam menegakkan
kebenaran.Ini bermakna kekuasaan akan efektif apabila ditunjang oleh semangat
pembelaan terhadap kebenaran dengan penuh keberanian dan ditunjang kekuatan yang
memadai.
-Ustman ibnu Affan adalah seorang pedagang kaya raya yang rela menafkahkan seluruh
harta kekayaannya untuk perjuangan Muhammad saw.Faktor ketiga yang tidak kalah
penting adalah pendanaan.Sebuah kepemimpinan akan lebih lancar apabila ditunjang
kondisi ekonomi yang baik dan keuangan yang lancar.Dan juga dibutuhkan pengorbanan
yang tulus dari pemimpinnya demi kepentingan orang banyak.

2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan


Tidak ada perkataan, perbuatan bahkan diamnya seorang Muhammad yang
menjadi sia-sia dan tidak bermakna.Pilihan terhadap kurma, madu, susu kambing
dan air putih sebagai makanan yang bermanfaat untuk tubuh adalah salah satu
contohnya.Bagaimana sukanya Muhammad terhadap orang yang bekerja keras
dan memberikan manfaat terhadap orang banyak dan kebencian beliau terhadap
orang yang menyusahkan dan merugikan orang lain adalah contoh yang lain.

3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa


ditunda
Ketika ada yang bertanya kepadanya, mana yang harus dipilih apakah
menyelamatkan seorang anak yang sedang menghadapi bahaya atau meneruskan
shalat, maka beliau menyuruh untuk membatalkan shalat dan menyelamatkan
anak yang sedang menghadapi bahaya.

4. Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri


Ketika datang wahyu untuk melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah,
Muhammad Saw baru berangkat ke Madinah setelah semua kaum Muslimin
Makkah berangkat terlebih dulu.Padahal saat itu beliau terancam akan dibunuh,
namun tetap mengutamakan keselamatan kaumnya yang lebih lemah.
Ketika etnik Yahudi yang berada di dalam kekuasaan kaum Muslimin meminta
perlindungan kepadanya dari gangguan orang Islam di Madinah, beliau sampai
mengeluarkan pernyataan : Bahwa barang siapa yang mengganggu dan
menyakiti orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan kepadanya, maka
sama dengan menyatakan perang kepada Allah dan Rasulnya.Padahal tindakan
demikian bisa menjatuhkan kredibilitas Beliau di mata kelompok-kelompok etnik
Arab yang sudah lama memusuhi etnik Yahudi.

5. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk
umatnya
Apabila ada orang yang lebih memilih mempersulit diri sendiri dari pada mempersulit orang
lain, maka dia adalah para Nabi dan Rasul.Begitu pun dengan Muhammad saw.Ketika orang
lain disuruh mencari jalan yang termudah dalam beragama, maka Beliau memilih untuk
mengurangi tidur, makan dan shalat sampai bengkak kakinya.
Ketika dia menyampaikan perintah Allah Swt kepada umat untuk mengeluarkan zakat
hartanya hanya sebesar 2,5 bagian saja dari harta mereka, dia bahkan menyerahkan seluruh
hartanya untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya dan keluarganya, kecuali rumah
yang menempel di samping mesjid, satu dua potong pakaian dan beberapa butir kurma atau
sepotong roti kering untuk sarapan.Sampai-sampai tidurnya hanya di atas pelepah korma.
Seperti pernah dia bertanya kepada Aisyah ra. Istrinya apakah hari itu ada sepotong roti
kering atau sebiji korma untuk dimakan.Ketika istrinya berkata bahwa tidak ada semua itu,
maka Muhammad Saw mengambil batu dan mengganjalkannya ke perut untuk menahan
lapar.

6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud


duniawi
Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan bagi
kita.Muhammad Saw menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama
daripada kenikmatan dunia dengan seluruh isinya ini.Karena pandangannya
yang selalu melihat akhirat sebagai tujuan, maka tidak ada yang sanggup
menggoyahkan keyakinannya untuk menegakkan kebenaran.
Seandainya kalian letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan
kiriku, maka aku tidak akan berhenti dalam menyampaikan risalah ini.
Demikian Muhammad Saw berkata kepada para pemimpin Quraisy yang
mencoba menyuap Muhammad Saw dengan harta benda, menjanjikan
kedudukan tertinggi di kalangan suku-suku Arab dan juga menyediakan
wanita-wanita cantik asalkan Muhammad Saw mau menghentikan dakwahnya
di kalangan mereka.

7. kualitas moral-personal yang prima, yang dapat disederhanakan


menjadi empat sebagai sifat wajib bagi Rasul, yakni:
siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur, dapat dipercaya,
menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini
membentuk dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul
saw.
Kehidupan Muhammad sejak awal hingga akhir memang senantiasa dihiasi
oleh sifat-sifat mulia ini. Bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul, ia telah
memperoleh gelar al-Amin (yang sangat dipercaya) dari masyarakat pagan
Makkah

8. Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian


Rasul Saw. yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai
tujuan risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat
sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang
menjadi tujuannya.

9.

Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab.

Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep
sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola
hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya.
Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.

10. Kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi.

Keberhasilan Muhammad saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan
kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan. Model dakwah rahasia yang
diterapkan selama periode Makkah kemudian dirubah menjadi model terbuka setelah di Madinah, mengikuti
keadaan lapangan. Keberhasilan Rasul saw. dan para sahabatnya dalam perang Badr jelas-jelas berkaitan
dengan penerapan sebuah strategi yang jitu.

11. Tidak mengambil kesempatan dari kedudukan.

Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau
berdoa untuk mati dan berbangkit di akhirat bersama dengan orang-orang miskin. Jabatan sebagai pemimpin
bukanlah sebuah mesin untuk memperkaya diri. Sikap inilah yang membuat para sahabat rela memberikan
semuanya untuk perjuangan tanpa perduli dengan kekayaannya, sebab mereka tidak pernah melihat Rasul
saw. mencoba memperkaya diri.
Kesederhanaan menjadi trade mark kepemimpinan Rasul saw. yang mengingatkan kita pada sebuah kisah
tentang Umar ibn al-Khattab. Seseorang dari Mesir datang ke Madinah ingin bertemu dan mengadukan
persoalan kepada khalifah Umar ra. Orang tersebut benar-benar terkejut ketika menjumpai sang khalifah duduk
dengan santai di bawah sebatang kurma.

12.Visioner futuristic.
Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW. adalah seorang
pemimpin yang visioner, berfikir demi masa depan (sustainable). Meski
tidak mungkin merumuskan alur argumentasi yang digunakan olehnya,
tetapi banyak hadits Rasul saw. yang dimulai dengan kata "akan datang
suatu masa", lalu diikuti sebuah deskripsi berkenaan dengan persoalan
tertentu. Kini, setelah sekian abad berlalu, banyak dari deskripsi hadits
tersebut yang telah mulai terlihat dalam realitas nyata.

13.Menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan


ajarannya.
Pribadi Rasul Saw. benar-benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses
panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau adalah personifikasi
dari misinya. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah terjadi
manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita

Prinsip Kepemimpinan Islam


(pendapat lain)
1. Tauhid
Nilai ketauhidan harus menjiwai seluruh kehidupan organisasi, jangan sampai
menjadikan organisasi sebagai sarana kemusyrikan dan kemaksiyatan

2. Musyawarah
Dalam urusan duniawi, musyawarah bisa dijadikan wahana untuk mengambil
keputusan yang terbaik

3. Keadilan
Semua anggota organisasi harus diperlakukan secara adil sesuai dengan
situasi dan kondisi

4. Kebebasan (huriyah)
Setiap anggota organisasi diberi kebebasan untuk berpendapat, namaun
kebebasan yang dimaksud adalah kebebsan yang bertanggung jawab.

Prinsip kepemimpinan Secara Umum


1. Memiliki orientasi hidup pada masa depan, namun selalu belajar dari
masa lalu
2. Ia menggunakan perpaduan antara pikiran dan hati dalam menghadapi
problem
3. Ia memiliki motivasi kuat untuk meningkatkan kualitas diri, namun ia
selalu bersyukur atas segalanya
4. Ia bekerja keras namun dengan cara yang cerdas
5. Ia mengambil keputusan dan bertindak cepat, namun juga tepat
6. Ia berada di depan memberi teladan, namun juga ada di belakang
memberi spirit
7. Ia tidak hanya mampu terlihat lihai memimpin orang lain, namun ia
memampukan diri untuk memimpin dirinya.

Anda mungkin juga menyukai