Anda di halaman 1dari 20

Landasan Moral dan Etika

Kepemimpinan Islam (Pertemuan ke-3)


Dr. Abdul Munip, M.Ag

Konsep kepemimpinan dalam Islam


Dalam Islam, setiap diri kita adalah pemimpin yang akan
dimintai tanggungjawabnya di hadapan Allah.
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang
sehingga ia memperoleh rasa hormat (respect),
pengakuan (recognition), kepercayaan (trust), ketaatan
(obedience), dan kesetiaan (loyalty) untuk memimpin
kelompoknya dalam kehidupan bersama menuju cita-cita.
Dalam Islam karena kepemimpinan erat kaitannya dengan
pencapaian cita-cita maka kepemimpinan itu harus ada
dalam tangan seorang pemimpin yang beriman.

Kepemimpinan dalam Islam dlm Perspektif


Politik
Kepemimpinan
bersifat tunggal

Kepemimpina
n Ditegakkan
Untuk
Menerapkan
Hukum Allah

Kepemimpinan
Islam bersifat
universal

Kepemimpinan
itu adalah
amanah

Kepemimpina
n Itu Bersifat
Manusiawi

Kepemimpina
n Adalah
Tugas
Pengaturan,
Bukan
Kekuasaan
Otoriter

Kepemimpinan bersifat tunggal


Dalam hal ini, Rasulullah Saw bersabda:







Siapa saja yang telah membaiat seorang Imam (Khalifah), lalu ia memberikan uluran
tangan dan buah hatinya, hendaknya ia mentaatinya jika ia mampu. Apabila ada orang
lain hendak merebutnya (kekuasaan itu) maka penggallah leher orang itu. [HR. Muslim].
Dalam khazanah politik Islam, kepemimpinan negara itu bersifat tunggal. Tidak ada
pemisahan, ataupun pembagian kekuasaan di dalam Islam. Kekuasaan berada di tangan
seorang Khalifah secara mutlak.
Seluruh kaum Muslim harus menyerahkan loyalitasnya kepada seorang pemimpin yang
absah. Mereka tidak diperbolehkan memberikan loyalitas kepada orang lain, selama
Khalifah yang absah masih berkuasa dan memerintah kaum Muslim dengan hukum Allah
SWT.

Kepemimpinan Islam bersifat


universal
Kepemimpinan Islam itu bersifat univeral, bukan bersifat lokal maupun regional.
Artinya, kepemimpinan di dalam Islam diperuntukkan untuk Muslim maupun
non Muslim.
Sedangkan dari sisi konsep kewilayahan, Islam tidak mengenal batas wilayah
negara yang bersifat tetap sebagaimana konsep kewilayahan negara bangsa.
Batas wilayah Daulah Khilafah Islamiyyah terus melebar hingga mencakup
seluruh dunia, seiring dengan aktivitas jihad dan futuhat.
Al-Quran telah menjelaskan hal ini dengan sangat jelas. Allah SWT berfirman:

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Qs. Saba[34]: 28).

Kepemimpinan itu adalah amanah


Pada dasarnya, kepemimpinan itu adalah
amanah yang membutuhkan karakter dan
sifat-sifat tertentu. Dengan karakter dan sifat
tersebut seseorang akan dinilai layak untuk
memegang amanah kepemimpinan. Atas
dasar itu, tidak semua orang mampu memikul
amanah kepemimpinan, kecuali bagi mereka
yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan.

Kepemimpinan Ditegakkan Untuk


Menerapkan Hukum Allah
Pada dasarnya, kepemimpinan di dalam Islam
merupakan jabatan yang berfungsi untuk
pengaturan urusan rakyat. Seorang pemimpin
adalah pengatur bagi urusan rakyatnya dengan
aturan-aturan Allah SWT. Selama pengaturan
urusan rakyat tersebut berjalan sesuai dengan
aturan Allah, maka ia layak memegang jabatan
pemimpin. Sebaliknya, jika ia telah berkhianat dan
mengatur urusan rakyat dengan aturan kufur,
maka pemimpin semacam ini tidak wajib untuk

Kepemimpinan Itu Bersifat


Manusiawi
Kepemimpinan di dalam Islam bersifat manusiawi. Artinya,
seorang pemimpin bukanlah orang yang bebas dari dosa dan
kesalahan. Ia bisa salah dan lupa, alias tidak mashum
(terbebas dari dosa). Untuk itu, syarat kepemimpinan di dalam
Islam bukanlah kemashuman akan tetapi keadilan. Dengan
kata lain, seorang pemimpin tidak harus mashum (bahkan
tidak boleh menyakini ada pemimpin yang mashum), akan
tetapi cukup memiliki sifat adil. Allah SWT berfirman:

Hendaknya menjadi saksi dua orang yang adil dari kamu sekalian.
(TQS. ath-Thalq [65]: 2).

Kepemimpinan Adalah Tugas Pengaturan,


Bukan Kekuasaan Otoriter

Islam telah mewajibkan penguasa untuk menjalankan roda pemerintahan


berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Sebab, kekuasaan itu
disyariatkan untuk menegakkan dan menerapkan hukum-hukum Allah
swt.
Kekuasaan dan pemerintahan tidak disyariatkan semata-mata untuk
menciptakan kemashlahatan di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi,
ditujukan untuk melaksanakan hukum-hukum Allah swt. Untuk itu, setiap
persoalan harus dipecahkan berlandasarkan hukum Allah.
Islam juga memberi hak kepada penguasa untuk melakukan ijtihad,
menggali hukum-hukum dari dua sumber hukum tersebut. Islam
melarang penguasa mempelajari (untuk diterapkan) aturan-aturan selain
Islam, atau mengambil sesuatu selain dari Islam.
Hukum yang diberlakukan untuk mengatur urusan kenegaraan dan
rakyat, hanyalah hukum yang bersumber dari Al-Kitab dan Al-Sunnah
tentu dengan ijtihad

Sifat pemimpin yang baik


Al-quwwah (kuata)
Seorang pemimpin harus memiliki
kekuatan ketika ia memegang
amanah kepemimpinan.
Kepemimpinan tidak boleh diserahkan
kepada orang-orang yang lemah.
Dalam sebuah riwayat dituturkan,
bahwa Rasulullah Saw pernah
menolak permintaan dari Abu Dzar alGhifariy yang menginginkan sebuah
kekuasaan. Diriwayatkan oleh Imam
Muslim, bahwa Abu Dzar berkata,
Aku berkata kepada Rasulullah Saw,
Ya Rasulullah tidakkah engkau
mengangkatku sebagai penguasa
(amil)? Rasulullah Saw menjawab,
Wahai Abu Dzar, sesungguhnya
engkau orang yang lemah

Al-taqwa (ketaqwaan)
Ketaqwaan adalah salah
satu sifat penting yang
harus dimiliki seorang
pemimpin maupun
penguasa. Sebegitu
penting sifat ini, tatkala
mengangkat pemimpin
perang maupun ekspedisi
perang, Rasulullah Saw
selalu menekankan aspek
ini kepada para amirnya.
Dalam sebuah riwayat
dituturkan bahwa tatkala
Rasulullah Saw melantik
seorang amir pasukan
atau ekspedisi perang
belia berpesan kepada
mereka, terutama pesan
untuk selalu bertaqwa
kepada Allah SWT dan
bersikap baik kepada
kaum Muslim yang

Ar-Rifq (Lembut)
Sifat ini juga sangat
ditekankan oleh Rasulullah
Saw. Dengan sifat ini,
pemimpin akan semakin
dicintai dan tidak ditakuti
oleh rakyatnya.
Dalam sebuah riwayat
dikisahkan, bahwa
Aisyah ra berkata, Saya
mendengar Rasulullah
Saw berdoa di rumah ini,
Ya Allah, siapa saja yang
diserahi kekuasaan untuk
mengurusi urusan
umatku, kemudian ia
memberatkannya, maka
beratkanlah dirinya, dan
barangsiapa yang
diserahi kekuasaan untuk
mengurus urusan
umatku, kemudian ia
berlaku lemah lembut, m

ETIKA KEPEMIMPINAN ISLAM

Mengapa etika seorang pemimpin


sangat penting dalam Islam?
Pemimpin dalam Islam adalah teladan bagi
yang dipimpinnya
Para pemimpin yang beretika akan lebih
mudah dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya
Etika kepemimpinan Islam merupakan
panduan moral bagi seorang pemimpin
Islam menekankan pentingnya akhlak
karimah dalam setiap aktifitas, termasuk

Ruang Lingkup Etika Pemimpin


Muslim
Etika
kepada
Allah
Etika dalam
Etika
situasi
kepada
tertentu
bawahan
Etika
kepada
kelompok
lain

Etika Kepada Allah


Seorang pemimpin dalam Islam tidak hanya bertanggung jawab
kepada orang yang dipimpinnya tetapi juga kepada Allah swt
Oleh karena itu, seorang pemimpin juga harus memiliki etika
ketika berhubungan dengan Allah, antara lain:
1. Selalu beriman kepada Allah swt
2. Rajin beribadah kepadaNya
3. Memohon petunjuk kepada Allah dalam menghadapi semua persoalan
terkait dengan kepemimpinannya
4. Selalu memohon ampunan kepada Allah atas kesalahan dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya
5. Berserah diri kepada Allah atas segala keberhasikan dari keputusan yang
daiambilnya

Hal-hal yang harus dihindari


1. Bersikap suudzon atau berburuk sangka kepada Allah swt
2. Bersikap sombong dan tidak mau bersyukur kepada Allah
3. Berbuat dosa/maksiyat kepada Allah di hadapan
bawahannya
4. Berputus asa dalam menghadaapi masalah yang sulit
5. Menyuruh bawahan untuk melakukan hal-hal yang
dilarang Allah
6. Melupakan akhirat

Etika Kepada Bawahan

Selalu menunjukkan perilaku terpuji dalam segala tindakan dan ucapannya


Bersikap objektif dalam memandang bawahannya
Bersikap adil terhadap bawahannya
Menghargai usul, saran, pendapat dari bawahannya
Memperlakukan bawahan sebagai mitra kerja
Memberikan reward bagi bawahan yang berprestasi atau berjasa
Memberikan semua yang menjadi hak bawahannya
Mengutamakan kepentingan bawahan daripada kepentingannya sendiri.
Bersikap tegas dalam memberikan pusnishment kepada bawahannya yang
melakukan kesalahan.
Dan lain-lain

Hal-hal yang harus dihindari


Bersikap sombong dan congkak kepada bawahan
Menggunakan bahasa yang kasar dalam
memerintah bawahan
Menjelek-jelekan salah satu bawahannya di
hadapan teman-temannya
Bertindak semena-mena kepada bawahan
Mengabaikan kesejahteraan bawahan
Lebih mementingkan diri sendiri
Bersikap kurang tegas dalam memperingatkan

Etika kepada kelompok lain


Pemimpin harus bisa menjadi duta atau wakil
dari kelompoknya ketika berhubungan dengan
kelompok lain
Dalam berinteraksi dengan kelompok lain harus
menunjukkan asas kesetaraan. Berdiri sama tegak
Mampu bernegosiasi dengan pihak lain tanpa
merugikan pihaknya sendiri
Mampu mempengaruhi pihak lain agar bisa
menerima gagasan dari organisasi yang
dipimpinnya.

Etika dalam situasi/aktifitas tertentu


Harus bisa menyesuaikan diri dalam sistuasi
apapun tanpa kehilangan jatidirinya sebagai
pemimpin
Mampu berkomunikasi dengan siapa saja demi
tercapainya tujuan bersama

Etika kepemimpinan Ki Hajar


Dewantara
Ing Ngarso Sung Tulodo
Ing Madyo Mangun Karso
Tut Wuri Handayani

Anda mungkin juga menyukai