Anda di halaman 1dari 6

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang

diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah[1], yang


terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta peningkatan kualitas LKPP dan LKPD.
Daftar Isi [sembunyikan]
1 Ketentuan Umum
2 Penerapan
o 2.1 SAP Berbasis Akrual
o 2.2 SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
o 2.3 PSAP Dalam Dua Basis SAP
o 2.4 Perubahan PSAP
o 2.5 Sistem Akuntansi Pemerintahan
3 Referensi

Proses Penyusunan SAP


Proses penyusunan (Due Process) yang digunakan ini adalah proses yang berlaku umum secara internasional dengan
penyesuaian terhadap kondisi yang ada di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan
yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan standar yang ditetapkan.
Tahap-tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
c. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
d. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
e. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
f. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
g. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
h. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public Hearings)
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j. Finalisasi Standar

Penetapan SAP
Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, Standar dibahas bersama dengan Tim Penelaah Standar Akuntansi
Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan pembahasan berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian
KSAP meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan. Namun draf SAP ini belum diterima oleh BPK karena
komite belum ditetapkan dengan Keppres. Suhubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004
dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite ini segera bekerja untuk menyempurnakan kembali draf SAP yang
pernah diajukan kepada BPK agar pada awal tahun 2005 dapat segera ditetapkan.

SAP yang Berlaku di Indonesia


1. Pada tanggal 13 Juni 2005 Presiden menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
2. Pada tahun 2010 diterbitkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, sehingga sejak saat itu PP No. 24
Tahun 2005 dinyatakan tidak berlaku lagi. PP No. 71 Tahun 2010 mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan berbasis
akrual.

Ketentuan Umum
SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP),
yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Selain itu, SAP juga dilengkapi
dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
PSAP dapat dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (IPSAP) atau Buletin Teknis SAP. IPSAP dan Buletin Teknis SAP disusun
dan diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan diberitahukan
kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Rancangan IPSAP
disampaikan kepada BPK paling lambat empat belas hari kerja sebelum IPSAP
diterbitkan.
IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna menghindari
salah tafsir pengguna PSAP. Sedangkan Buletin Teknis SAP dimaksudkan untuk
mengatasi masalah teknis akuntansi dengan menjelaskan secara teknis penerapan
PSAP atau IPSAP.

Penerapan
SAP Berbasis Akrual
Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan,
beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku
penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan
pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran
III Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. SAP Berbasis
Kas Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan
berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Ketentuan
lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada
pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut
mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah
diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan memperhatikan
urutan persiapan dan ruang lingkup laporan.
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi
dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Sebelumnya, SAP Berbasis Kas Menuju Akrual digunakan dalam SAP berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis
kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut
Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat
lima tahun. Karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 digantikan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
PSAP SAP Berbasis Kas
Tentang SAP Berbasis Akrual
No. Menuju Akrual

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Lampiran I.01 Lampiran II.01

PSAP Penyajian Laporan Keuangan Lampiran I.02 Lampiran II.02


01

PSAP Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas Lampiran I.03 Lampiran II.03
02

PSAP Laporan Arus Kas Lampiran I.04 Lampiran II.04


03

PSAP Catatan atas Laporan Keuangan Lampiran I.05 Lampiran II.05


04

PSAP Akuntansi Persediaan Lampiran I.06 Lampiran II.06


05

PSAP Akuntansi Investasi Lampiran I.07 Lampiran II.07


06

PSAP Akuntansi Aset Tetap Lampiran I.08 Lampiran II.08


07

PSAP Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan Lampiran I.09 Lampiran II.09


08

PSAP Akuntansi Kewajiban Lampiran I.10 Lampiran II.10


09

PSAP Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Lampiran I.11 Lampiran II.11


10 Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Operasi yang Tidak Dilanjutkan
PSAP Laporan Keuangan Konsolidasian Lampiran I.12 Lampiran II.12
11

PSAP Laporan Operasional Lampiran I.13


12

PSAP Dalam Dua Basis SAP


SAP tercantum dalam dua lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Lampiran I untuk SAP Berbasis Akrual dan Lampiran II untuk SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual.
Perubahan PSAP
Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP, perubahan tersebut diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari BPK. Rancangan
perubahan PSAP disusun oleh KSAP sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam
penyusunan SAP. Rancangan perubahan PSAP disampaikan oleh KSAP kepada
Menteri Keuangan. Menteri Keuangan menyampaikan usulan rancangan perubahan
PSAP kepada BPK untuk mendapat pertimbangan.
Yang dimaksud dengan perubahan adalah penambahan, penghapusan, atau
penggantian satu atau lebih PSAP.
Konsekuensi Ditetapkannya PP SAP
Dengan ditetapkan PP SAP, diharapkan akan adanya transparansi, partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangn
negara guna mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Sehingga diperlukan langkah-langkah strategis yang perlu
segera diupayakan dan diwujudkan bersama dalam rangka implementasi Standar akuntansi Pemerintahan. Salah satu langkah yang
akan dilakukan pemerintah adalah menyusun sistem akuntansi yang mengacu pada SAP.
Untuk implementasi pada pemerintah daerah, Departemen Dalam Negeri telah membuat serangkai kebijakan/strategi implementasi
SAP. Antara lain:
1. Omnibus Regulation : Revisi PP 105/2000 dan Kepmendagri 29/2002
2. Melakukan identifikasi terhadap hal-hal yang memerlukan revisi (antara lain jenis laporan keuangan, penyesuaian beberapa kode
rekening, perubahan sistem dan prosedur akuntansi, perubahan peran organisasi keuangan daerah).
3. Penerapan PP SAP disesuaikan dengan kondisi Pemda dalam penerapan sistem pertanggungjawaban sesuai Kepmendagri 29/2002.
4. Revisi dilaksanakan secara bertahap dan selektif.
5. Melakukan pendampingan kepada pemerintah daerah dalam implementasi standar akuntansi.
6. Pelaksanaan Daerah media Inkubator (DMI) secara sukarela dalam penerapan PP SAP. DMI adalah salah satu program Depdagri
melalui Ditjen BAKD dalam rangka menegakkan pilar good governance: akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan transparansi,
melalui pemberian pedoman, pembinaan, bimbingan, diklat, konsultasi dan pengawasan. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan daerah, dan perlu adanya sosialisasi dan penyamaan persepsi kepada para stakeholders (auditor, pemda dan pihak
terkait lainnya)
7. Evaluasi dan monitoring secara berkala dari pihak-pihak yang berwenang.

Sistem Akuntansi Pemerintahan


Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak
analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi
pemerintah.[1]
Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan yang mengacu pada SAP.
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan. Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur dengan
peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan. Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam
Negeri.
Selain mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan, dalam
menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah,
gubernur/bupati/walikota mengacu pula pada peraturan daerah dan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pengelolaan keuangan daerah.
Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan diperlukan dalam rangka mewujudkan
konsolidasi fiskal dan statistik keuangan Pemerintah secara nasional.

Perbedaan SAK dan SAP


Perbandingan Definisi Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas
menurut PSAK dan SAP
SAK SAP
Aktiva sumber daya yang dikuasai sumber daya ekonomi yang
oleh perusahaan sebagai dikuasai dan/atau dimiliki oleh
akibat dari peristiwa masa pemerintah sebagai akibat dari
lalu dan dari mana manfaat peristiwa masa lalu dan dari
ekonomi di masa depan mana manfaat ekonomi dan
diharapkan akan diperoleh atau sosial di masa depan
perusahaan. diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk
sumber daya non-keuangan
yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan
sumber- sumber daya yang
dipelihara karena Balasan
sejarah dan budaya.
Kewajiban hutang perusahaan masa kini utang yang timbul dari
yang timbul dari peristiwa peristiwa masa lalu yang
masa lalu, penyelesaiannya penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan mengakibatkan aliran keluar
arus keluar dari sumber daya sumber daya ekonomi
perusahaan yang pemerintah
mengandung manfaat
ekonomi.
Ekuitas hak residual atas aktiva Dikenal dengan ekuitas dana
perusahaan setelah dikurangi adalah kekayaan bersih
semua kewajiban. hak pemerintah yang merupakan
residual selisih antara aset dan
atas aktiva perusahaan setelah kewajiban pemerintah.
dikurangi semua kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai