Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK AUDIT FORENSIK

TEKNIK WAWANCARA AUDIT

KELOMPOK 8
Daniar Syarafina Mahsun (14312335)
Okky Cahya Akbar (14312379)
Rizal Giri Laksono (14312297)

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Mochammad Ichwan, Ak, MM, CA.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Wawancara merupakan sesuatu yang sering dilakukan oleh Auditor dalam
menjalankan tugas audit, dan merupakan salah satu tehnik dalam pengumpulan keterangan,
memahami obyek pemeriksaan, menguji keterangan yang telah didapatkan sebelumnya,
melengkapi keterangan yang lain, dan tujuan-tujuan lainnya dari wawancara tersebut.

Secara umum, setiap auditor harus menguasai tehnik wawancara. Namun demikian
masing-masing orang memiliki sifat, gaya dan karakter pribadi yang berbeda-beda baik
auditor itu sendiri maupun pihak yang akan diwawancarai. Hal ini akan mempengaruhi tehnik
dan metode wawancara yang dilakukan. Dalam hal waktu pelaksanaan wawancara, dapat
dilakukan di awal atau pada saat audit berlangsung ataupun pada akhir audit sangat
tergantung dari kondisi dan situasi audit serta tujuan dilakukannnya wawancara. Demikian
halnya dengan tempat pelaksanaan wawancara, auditor akan menentukan tempat
dilakukannya wawancara dengan mempertimbangkan beberapa hal yang berkaitan dengan
materi wawancara dan kondisi di lapangan.

Tehnik, waktu dan tempat pelaksanaan wawancara maupun hal-hal lain yang
dilakukan terkait dengan wawancara tidak menjadi masalah dan dapat berbeda antara satu
dengan yang lainnya, tetapi yang terpenting adalah tujuan dan hasil dari wawancara yang
dilakukan sebab antara tujuan yang satu dengan yang lain biasanya berbeda dan untuk
mencapainya tentunya membutuhkan tehnik, waktu, tempat dan hal-hal lainnya yang berbeda
pula.

Hal lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan wawancara sehubungan
dengan audit yang dilakukan adalah bagaimana pendokumentasian hasil, bukti dan inti
maksud wawancara. Ini terkait dengan kertas kerja yang menjadi modal auditor sekaligus
juga menunjukkan kemampuan, kompetensi dan keterampilan auditor dalam melaksanakan
tugas audit. Dokumentasi wawancara dapat berupa tulisan, media elektronik atau media lain
yang digunakan dalam kaitan dengan pembuktian bahwa wawancara benar-benar dilakukan
untuk memperoleh informasi yang diinginkan dan tanpa adanya kesan yang mengada-ada
atau melakukan penekanan yang mengakibatkan informasi tidak sesuai dengan adanya.

Terkait dengan interogasi, auditor internal pemerintah tidak memiliki kewenangan


untuk melakukan interogasi. Namun demikian metode, tujuan dan tehnik-tehnik interogasi
biasanya secara tidak langsung juga sering dilakukan namun dalam kondisi yang tidak formal
layaknya interogasi yang dilakukan oleh penyidik. Meskipun tidak ada aturan yang melarang
atau membolehkan untuk melakukan interogasi, auditor menganggap hal ini dapat dilakukan
sepanjang untuk mencapai tujuan memperoleh informasi dan mencapai tujuan audit yang
dilakukan.

TEHNIK DASAR WAWANCARA

Beberapa tehnik dasar yang harus dikuasai ketika akan melakukan wawancara, antara lain :

Kematangan pribadi, berupa : sikap mental, kemampuan pengetahuan yang dimiliki,


penampilan fisik, dan sebagainya.

Gaya dan karakter, berupa : intonasi suara, tatapan mata, ekspresi wajah, kemampuan
memahami situasi dan kondisi, dan sebagainya

Koordinasi dan kerjasama, berupa : tehnik improvisasi, fleksibilitas atau tidak kaku,
pengalaman berinteraksi, dan sebagainya.

HAL YANG DILAKUKAN DALAM WAWANCARA

Hal-hal yang dilakukan dalam wawancara dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) bagian
yang utama, yaitu persiapan, pelaksanaan, dokumentasi, dan analisis/ simpulan serta
interpretasi hasil wawancara.

1. Persiapan

Sebelum melakukan wawancara, apakah akan dilakukan di awal penugasan atau pada saat
sedang berlangsungnya audit maupun pada akhir audit hendaknya dilakukan persiapan-
persiapan baik dilakukan secara matang ataupun hanya secara insidensial saja. Beberapa
hal yang harus disiapkan adalah :

Pemahaman akan tujuan dilakukannya wawancara


Penguasaan terhadap materi yang akan ditanyakan

Alat dan bahan penunjang pelaksanaan wawancara

2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan wawancara sedapat mungkin menguasai tehnik, prosedur dan situasi
atau kondisi, tidak menutup kemungkinan bahwa wawancara dilakukan tanpa prosedur
yang baku ataupun ada hal-hal yang tidak diperkirakan sebelumnya. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah :

Fokus pada materi wawancara, meskipun sesekali mengalihkan atau pun


menyegarkan kembali sehingga pihak yang diwawancara tidak merasa tertekan atau
terpaksa untuk memberi informasi atau tidak memberi informasi.

Kesiapan untuk membuat pertanyaan yang runut dan tetap berkaitan dengan materi
atau respon terhadap jawaban pihak yang diwawancarai. Disini pentingnya
improvisasi dan kemampuan mendengarkan yang baik dibutuhkan, meskipun kendali
wawancara tetap berada pada auditor.

Bersikap tidak emosional dan tetap tenang terhadap apa pun jawaban yang didapatkan
dan senantiasa menunjukkan sikap yang sangat memahami apa yang dimaksudkan
oleh pihak yang diwawancarai tanpa bermaksud membenarkan atau pun
menyalahkan. Yang terpenting adalah mendapatkan informasi atau jawaban yang
sesungguhnya tanpa dibuat-buat.

Harus mampu memahami psikologi pihak yang diwawancara secara sekilas dan cepat
untuk menentukan tehnik yang dipakai dan pertanyaan yang akan diajukan.
Disamping itu senantiasa mengantisipasi kejadian atau pun sikap dan perilaku yang
tidak diduga sebelumnya, dan mampu mengambil keputusan yang cepat terkait
dengan kelanjutan wawancara.

3. Dokumentasi
Pendokumentasian hasil wawancara merupakan kunci utama dan merupakan sesuatu yang
sangat berharga untuk mengungkapkan informasi yang didapatkan. Demikan halnya
analisis terhadap kemungkinan-kemungkinan digunakannya dokumen atau bukti
wawancara tersebut sebagai bahan pembuktian suatu permasalahan yang akan
diungkapkan. Beberapa hal yang senantiasa diperhatikan dalam pendokumentasian :

Bukti wawancara harus asli dan tidak direkayasa atau dimanipulasi, bila perlu
pencantuman tanda tangan dari pemberi informasi harus diverifikasi sesuai dengan
kartu identitasnya.

Bila menggunakan media elektronik berupa rekaman suara atau gambar, sedapat
mungkin mencantumkan tanggal wawancara, dan untuk pengambilan gambar, lokasi
sekitar wawancara dimuat dan tidak hanya wajah dari pemberi informasi.

Fisik dari dokumentasi hasil wawancara harus disimpan di tempat yang aman untuk
menghidari kehilangan atau berubahnya wujud dari bukti dokumentasi tersebut.

4. Analisis/simpulan dan Interpretasi hasil wawancara

Dalam menganalisis atau menarik kesimpulan atau pun menginterpretasi hasil wawancara
harus teliti, obyektif, lengkap dan akurat sehingga dapat digunakan sebagai bahan
informasi atau pembuktian terhadap masalah yang ditanyakan.

Anda mungkin juga menyukai