PENGERTIAN
SLE adalah gangguan imun radang kronis yang memepengaruhi kulit dan
organ tubuh lain. Antibodi pada DNA dan RNA menyebabkan respons
peradangan autoimun, pengakibatkan bengkak dan sakit. Ini paling banyak
terjadi pada wanita muda dan mempunyai faktor genetik kuat. Etiologi tidak
diketahui. (DeMYSTiFieD,2014:168)
Systemic lupus eryhematosus atau dikenal sebagai penyakit lupus merupakan
penyakit autoimun yang menyebabkan terjadinya keradangan dan kerusakan
berbagai bagian tubuh, misalnya kulit, sendi, ginjal, jantung, pembuluh darah
dan otak. Penyakit ini banyak diderita oleh perempuan berumur antara 15-44
tahun. (SOEDARTO)
Penyakit autoimun inflamasi multisistem akibat interaksi multifaktor yang
kompleks, yaitu faktor genetik, hormonal, lingkungan, dan imunitas dimana
mempengaruhi kulit, sendi, membran serosa (pleura perikardium) yang
berkaitan dengan sistem renal, hematologi dan neurologi. Kondisi kronik yang
terjadi tidak diperediksi ditandai dengan perubahan periode eksaserbasi dan
remisi. (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, 2014).
Penyebab
2. Faktor Imunologi
3. Faktor Hormonal
Peningkatan hormon dalam tubuh dapat memicu
terjadinya LE. Beberapa studi menemukan
korelasi antara peningkatan risiko lupus dan
tingkat estrogen yang tinggi. Studi lain juga
menunjukkan bahwa metabolisme estrogen yang
abnormal dapat dipertimbangkan sebagai faktor
resiko terjadinya SLE.
4. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan dapat bertindak sebagai antigen yang
bereaksi dalam tubuh dan berperan dalam timbulnya SLE. Faktor
lingkungan tersebut terdiri dari:
a. Infeksi virus dan bakteri
Agen infeksius, seperti virus dan bakteri, dapat berperan dalam timbulnya
SLE. Agen infeksius tersebut terdiri dari Epstein Barr Virus (EBV), bakteri
Streptococcus dan Clebsiella.
b. Paparan sinar ultra violet
Sinar ultra violet dapat mengurangi penekanan sistem imun, sehingga terapi
menjadi kurang efektif dan penyakit SLE dapat kambuh atau bertambah
berat. Hal ini menyebabkan sel pada kulit mengeluarkan sitokin dan
prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat tersebut secara sistemik
melalui peredaran pembuluh darah.
c. Stres
Stres berat dapat memicu terjadinya SLE pada pasien yang sudah memiliki
kecenderungan akan penyakit ini. Hal ini dikarenakan respon imun tubuh
akan terganggu ketika seseorang dalam keadaan stres. Stres sendiri tidak
akan mencetuskan SLE pada seseorang yang sistem autoantibodinya tidak
ada gangguan sejak awal.
d. Obat-obatan
Obat pada pasien SLE dan diminum dalam jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan Drug Induced Lupus Erythematosus (DILE). Jenis obat yang
dapat menyebabkan DILE diantaranya kloropromazin, metildopa, hidralasin,
prokainamid, dan isoniazid.
Sistem pulmonal
Sistem renal
hipertensi paru).
Hematuria mikroskopik; piuria; sedimen urin dengan cast
selular.
Butterfly Rash
Definisi
Terdapat eritema, datar, atau meninggi yang cenderung tidak mengenai
lipatan nasolabial.
2. Discoid Rash
3. Fotosensitivitas
4. Ulser Mulut
5. Arthtritis
6. Serositis
7. Kelainan Ginjal
8. Kelainan Saraf
9. Kelainan Darah
diketahui.
Anemia hemolitik disertai retikulosis; leukopenia - <4,0 x 10 pangkat 9/L
Patofisiologi
Disregulasi imun dalam bentuk autoimunitas
Hiperaktivitas sel B, yang menyebabkan tubuh menghasilkan antibodi melawan komponen selnya sendiri
Produksi antibodi melawan banyak komponen jaringan yang berbeda (eritrosit, neutrofil, trombosit,
limfosit) atau hampir semua jaringan tubuh
Kemungkinan terjadi komplikasi kardiovaskular, ginjal, dan neurologik; infeksi bakteri yang berat.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah : hitung jenis dan laju endap darah (LED) dan pemeriksaan
kimiawi darah.
Pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya ANA (antinuklear antibody),
autoantibody test lainnya misalnya anti DNA, anti Sm, anti RNP, anti Ro (SSA),
dan anti La (SSB).
Pemeriksaan kadar komplemen.
Anticardiolipin antibody test. Cardiolipin berperan untuk mencegah pembekuan
darah patologis atau mencegah aburtus.
Biopsi kulit atau organ ginjal.
Pemeriksaan radiologis atau imaging test pada orga-organ yang terserang.
Pengobatan Lupus
Pengobatan penderita lupus disesuaikan dengan kebutuhan penderita, umur, jenis kelamin,
keadaan kesehatan umumnya, gejala klinis yang diderita, dan cara hidup menderita. Tujuan
pengobatan selain mengatasi keluhan dan gejala klinis penderita juga untuk mencegah
kekambuhan, dan mengurangi terjadinya kerusakan organ dan mencegah komplikasi. Obatobatan yang dapat diberikan adalah:
NSAIDs (Non steroidal anti-infalamatory drugs) : menghambat inflamasi, mengurangi
nyeri sendi, nyeri dada, dan mengatasi demam. Contoh obat : ibuprofen, flurbiprofen,
indomethacin, sulindac, naproxen, diclofenac.
Antimalaria, untuk mengatasi rasa lelah, nyeri sedi, ruam kulit, dan inflamasi paru.
Coontoh obat: hidroksiklorokuin (palquenil).
Kortikosteroid, untuk mengatasi infalamasi diberikan dalam bentuk suntikan, pemberian
oral, atau salep kulit. Contoh obat: hidrokortison, metilprednisolon, prednison, dan
deksametason.
Imunosupresif, untuk menghambat prosuksi sel imun. Contoh obat: cyclophosphamide
(cytoxan) dan mycophenolate.
Obat lainnya, misalnya methotrexate.
Thankyou ^^
Daftar Pustaka
DIGIULIO,Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah DeMYSTiFieD.
Yogyakarta: Raphapublising.
SOEDARTO. 2012. Alergi dan Penyakit Sistem Imun. Jakarta: CV Sagung
Seto.
SUDOYO, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. Ed 5. Jakarta:
EGC
BUSS, Jaime Stockslanger. 2013. Buku Saku: Patofisiologi. Ed II. Jakarta:
EGC