Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK 1

BY :
CATTLEYA
ELSADELLA
IRWAN ARDIANSYAH
KOYO ALEX M
KUKUH AL RASYID
PUTRI ALLYSHA
OUTLINE
1.PENGARUH MAGMA CHAMBER
2. PEMBENTUKAN G. TAMBORA (KUKUH)
3. PENGARUH DAPUR MAGMA PADA LETUSAN G. TAMBORA (IRWAN)
Pengaruh Magma
Chamber terhadap
Vulkanisme
1. Fraksinasi pada Magma
ChamberFraksional kristalisasi adalah proses dimana magma mengalami
pendinginan dan mengkristal berturut mineral dan dalam prosesnya
semakin berkembang komposisinya.

Gambar 1: Ilustrasi fraksinasi pada magma chamber.


(https://www.e-education.psu.edu/geosc30/sites/www.e-
education.psu.edu.geosc30/files/images/lesson_4/17.%20Fractional_crystallization.jp
g)
Magma basaltik akan mengalami fraksinasi apabila waktu tinggal magma dalam
magma chamber lama.
Dua faktor yang mengontrol cooling & crystalization:
1. Resupply magma dari mantel ke magma chamber.
2. Frekuensi erupsi dari magma chamber.
Jika magma chamber disuplai secara kontinu maka pendinginan
akan terhambat dan sifat kimia magma tidak akan teralterasi
secara kuat, dan mungkin juga bahwa erupsi sering terjadi
sehingga waktu tinggal magma hanya sebentar.
Namun, jika magma disuplai secara berselang maka, magma
dalam magma chamber berkemungkinan untuk mendingin dan
berkembang komposisinya.
Contoh :
Ilustrasi perbedaan di Hawai dan Iceland
Di Hawai sebagian besar erupsi memproduksi magma basaltik. Di Islandia
banyak erupsi juga murni basaltik namun, tidak jarang juga yang campuran.
Perbedaan utama pada keduanya adalah periodik waktu suplai magmanya,
dimana Hawai mendapatkan suplai secara terus-menerus sehingga magma tidak
pernah cukup mendingin atau berkembang komposisinya dan dihasilkanlah
erupsi magma bersifat basaltik. Di Islandia, yang terletak pada Mid-Atlantic ridge,
suplai magma ke shallow chamber dipengaruhi oleh proses spreading. Akibatnya,
resupply cukup jarang terjadi untuk memungkinkan terjadinya pendinginan dan
kristalisasi magma sehingga, magma dapat berkembang.
2. Mekanisme frekuensi erupsi
dan besarnya
Magma akan terus mengisi magma chamber sampai erupsi terjadi.
Saat titik tertentu magma chamber akan membentuk retakan
dimana dike terjadi. Saat dike tiba di permukaan, maka akan terjadi
erupsi. Secara matematis, dapat dijelaskan menuru Stephen Blake:

Jumlah magma yg dapat ditampung:


Dimana, dipengaruhi beberapa faktor lain. Misalnya modulus Bulk
atau densitas dari magma tersebut.
a. Hubungan
ukuran dan
frekuensi

erupsi
Semakin kecil erupsi, maka
erupsi akan semakin sering
terjadi
Semakin besar erupsi, maka
erupsi akan semakin
jarang/lama terjadi
b. Hubungan ukuran dapur
magma
Aktivitas pada pusat vulkanisme
Selama dinding magma chamber elastis, maka jika
volume magma akan terus naik sampai batas
failure, tidak akan terbentuk caldera collapse
Frekuensi erupsi dapat dilihat menurut:

Dimana, dipengharuhi oleh volume magma per debit


magma yg masuk ke magma chamber.
Volatile in Magma Chamber
Jika magma mengandung volatile (bahan yang mudah menguap) yang tidak
larut maka jika mencapai permukaan akan meletus secara efusiv hanya
mengalir keluar melalui lubang (vent) membentuk aliran atau kubah lava
( tergantung pada kandungan kimia dan tingkat efusinya )
Dalam beberapa kasus, letusan eksplosif terjadi karena suatu zat yang mudah
menguap seperti air tercampur dengan magma saat mendekati permukaan.
Namun, dalam beberapa kasus letusan eksplosif disebabkan karena magma yang
naik memiliki volatile (zat yang mudah menguap) terlarut di dalamnya. Saat
magma naik ke permukaan dan batas tekanan menurun, zat-zat volatile (mudah
menguap) secara bertahap melepaskan diri dari magma membentuk gelembung
gas yang didistribusikan keseluruh cairan.
Bahan Yang Mudah Larut Dalam
Magma

Volatile yang paling umum terlarut adalah H2O (air) dan CO2
(karbondioksida).
Sering kumpulan sulfur dapat ditemukan di dekat lubang (vent) dan
fumarol. pada kenyataannya campuran sulfur yang paling umum
terlepaskan oleh gunung api adalah sulfur dioksida (SO2). Gas
sulfur sangat berkaitan dengan magma basaltic erupsi basaltic
akan melepaskan sekitar 10 kali belerang sebanyak letusan rhyolitic
dengan ukuran yang sama.
Basaltic magma masuk mengisi magma chamber dari bawah. Seiring berjalannya
waktu, daya larut CO2 yang rendah akan merubah magma menjadi sangat jenuh
pada volatile sehingga magma yang mencapai magma chamber telah mengandung
gelembung CO2.
Gelembung CO2 akan bergerak naik hingga puncak magma chamber. Terkadang
CO2 akan bergerak naik melewati celah pada batuan yang menyebabkan pelepasan
CO2 pada puncak kaldera. Magma pada magma chamber lebih bersifat kurang
jenuh pada H2O pada keseluruhan tubuh magma chamber. Sehingga ketika terjadi
erupsi, magma lebih cenderung kehilangan CO2 dari pada H2O.
Bubble Nucleation

Menurut definisinya nukleasi ini melibatkan molekul dalam jumlah


besar yang dating bersama-sama untuk membentuk gelembung
stabil dalam gelembung yang mencoba untuk membentuk dirinya
sangat kecil, gaya tegangan permukaan berperan untuk
mengecilkan gelembung yang pada tingkat molekuler, berarti
mendorong molekul volatile kembali kedalam cairan. Pengumpulan
molekul jenis volatil yang terjadi secara spontan kedalam
gelembung dengan cara ini dinamakan homogenous nucleation .
Bubble Growth
Setelah gelembung gas telah terbentuk dalam kenaikan
magma, gelembung tumbuh secara progresif melalui
beberapa kombinasi dari tiga proses: penyebaran
banyak gas kedalam gelembung yang ada, dekompresi
dan perluasan gas yang ada pada gelembung, dan
koalesensi gelembung.
Formation of Mount Tambora
Tambora is 340km (210mi)
north of theJava
Trenchsystem and 180
190km (110120mi) above
the upper surface of the
active north-
dippingsubduction zone.
The convergence rate is
7.8cm (3.1in) per year.
Tambora is estimated to have
formed around 57,000 years
ago.

Degens, E.T.; Buch, B (1989). "Sedimentological events in Saleh Bay, off Mount Tambora". Netherlands Journal of Sea
Research. 24 (4): 399404. doi:10.1016/0077-7579(89)90117-8.
MORB-type mantle source (Indian-type
or I-MORB) overprinted to various
degrees by slab-derived fluid and
sediment components
Results from U-series disequilibria
indicate that the above processes
occurred over timescales of 4000
4500 years. Most of the mineral
phases in the 1815 eruptive products
were not in equilibrium with the melt
(groundmass) at time of eruption, but
formed during somewhat earlier
crystallization episodes (<8000 years
ago).

Stephen Self . Louise E. Thomas . Heather K. Handley . Peter Van Calsteren . John A. Wolff . 2012 . Processes and Timescales of Magma Genesis and
Differentiation Leading to the Great Tambora Eruption in 1815 . Journal of Petrology . 0022-3530
Magma accumulation and differentiation
at shallow depth within the crust prior to
the 1815 eruption was accompanied by
degassing of sulphur (and other volatile
species), presumably through permeable
wall-rocks. Such a process has
implications for the assessment of the
volatile budget of fairly oxidized arc
magmas.

Stephen Self . Louise E. Thomas . Heather K. Handley . Peter Van


Calsteren . John A. Wolff . 2012 . Processes and Timescales of
Magma Genesis and Differentiation Leading to the Great Tambora
Eruption in 1815 . Journal of Petrology . 0022-3530
https://www.britannica.com/place/Mount-Tambora diakses pada
26/02/17 pukul 12.00
Tambora Magma Chamber
and Eruption
Magma Chamber

A magma chamber is a large underground pool of liquid rock found beneath the
surface of the Eart
Tambora Magma Chamber
Tambora explosion Timeline

3910 SM 200 tahun,


3050 SM
740 M 150 tahun
1815 M
Source
-Data kajian Badan Geologi
-http://wonderopolis.org/wonder/what-is-a-magma-chamber
https://www.lls.edu.au/teacherspace/assets/uploadResources/8c55093f596eeef53
cc83d912d19eabb.pdf

Anda mungkin juga menyukai