Anda di halaman 1dari 26

BELLs PALSY

Dosen Pembimbing
dr. Satmoko Nughroho, Sp.S
Disusun oleh
Erlyn Lyliwati

RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN


KABUPATEN PROBOLINGGO
2016
IDENTITAS
Nama : Ny. T
Usia : 55 tahun
Alamat : Maron
Tanggal Pemeriksaan : 1 Agustus 2016
SUBJEKTIF

Ny.T, 55 tahun datang ke poli saraf RSUD Waluyo Jati


Kraksaan dengan keluhan mulut mencong ke kiri. Mulut
mencong ke kiri dirasakan sejak kurang lebih satu minggu
yang lalu setelah pulang dari pasar. Keadaan ini bermula
sewaktu pasien makan pagi, pasien merasa ada makanan
yang tertinggal pada sisi mulut bagian kanan. Dua hari
kemudian saat pasien sedang istirahat dirumah, pasien
merasakan mata sebelah kanannya nyeri dan berair,
disertai rasa gatal. Pasien juga mengeluh tidak dapat
menutup mata kanannya sehingga matanya makin berair.
Keluhan gigi nyeri atau berlubang disangkal oleh pasien.
Pasien juga menyangkal pernah ada riwayat trauma
didaerah wajah sebelumnya. Demam, mual muntah,
nyeri kepala, dan gangguan pendengaran juga disangkal
pasien. Sehari hari pasien berangkat ke pasar pada pagi
hari sekitar pukul 05.00 WIB dengan menggunakan
becak. Pasien juga mengaku sering terpajan dengan
kipas angin dinding yang mengenai wajahnya secara
langsung saat istirahat diruang tamu sambil menonton
televisi. Keluhan lemas di sebagian tubuh, bicara pelo,
pandangan ganda, gangguan penglihatan, sulit menelan,
gangguan pengecapan dan kesemutan disekitar wajah
disangkal pasien. BAB dan BAK normal. Tidak pernah
mengalami keadaan seperti ini sebelumnya. Keluarga
juga tidak pernah mengalami keadaan serupa
OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik:
a) Keadaan Umum :
Baik, keadaan gizi cukup, kesadaran compos mentis.
b) Tanda-tanda vital : HR: 140/90 mmHg; suhu 36,60 C; RR 20 x/
menit; nadi 64 x/menit,
c) BB : 49kg; TB 152 cm BMI : 21.21 ( Normal )
d) Keadaan Tubuh
Kepala : mesosefal
Kulit : turgor baik, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, reflek pupil (+/+),
ikterik (-/-)
Hidung : sekret (-/-)
Telinga : discharge (-/-)
Mulut : kering (-), sianosis (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Thorax:
Pulmo:
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Vesikular
Cor: S1,S2 tunggal, gallop(-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : permukaan cembung, dinding perut
sejajar dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) 11x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-), defans muskular (-),
hepar & lien sulit teraba
Ekstremitas : Akral Hangat, edema (-)
PEMERIKSAAN SARAF
Pemeriksaan nervus kranialis:
Tanda rangsang meningen: Nervus 7:
Kaku Kuduk -
1. Mengangkat alis, alis kanan
Brudzinky 1 - / -
tidak dapat diangkat, alis kiri
Brudzinky 2 - / - dapat diangkat
Kernig -/-
2. Kerutan dahi, kanan tidak
Laseque - / -
terdapat kerutan, kiri terdapat
Nervus 3: Ptosis -/-, kerutan.
Pupil isokor 3mm / 3mm,
3. Menutup mata sekuatnya,
reflek cahaya +/+ kanan tidak dapat ditutup, kiri
Nervus 5 : dapat ditutup.
Motorik:
4. Mengembungkan pipi, kanan
- Membuka mulut baik
tidak bisa, kiri bisa.
- Gerakan rahang baik
5. Tersenyum mencong ke kiri.
Sensorik:
- Rasa nyeri simetris
- Rasa raba simetris
- Rasa suhu tidak dilakukan
Nervus 8: Motorik
1. Ekstremitas atas 5 / 5
- Nistagmus :
2. Ekstremitas bawah 5 / 5
- Past pointing: Baik Reflek fisiologis
- Test Rinne tidak dilakukan 1. Reflek bisep +3 / +3
- Tes Schwabach tidak 2. Reflek tricep +3 / +2
dilakukan 3. Reflek patella +3 / +3
4. Reflek achilles +3 / +2
- Tes Weber tidak dilakukan
Reflek patologis
Nervus 9:
1. Hoffman - / -
- Arcus Faring : Simetris 2. Trommer + / -
- Uvula : Di tengah 3. Babinski - / -
- Disfonia, disfagia (-) 4. Chaddock - / -
Fungsi serebelum :dbn
Columna Vetebralis dan corpus
vetebralis: dbn
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinis :
Paralisis N VII perifer
dextra, Lagoftalmus
dextra, Hiperlacrimasi
dextra, Hipertensi grade I.
Diagnosis Etiologi :
Idiopatik ( Bells Palsy)
Diagnosis Topis : Parese
Nerve VII perifer dextra
setinggi foramen
stylomastoideus.
PLANNING
Planning diagnosis:
Monitor keluhan
Lab (darah lengkap)
Planning terapi:
Terapi Medikamentosa
Methylprednisolone 3x8 mg p.o
Ranitidine 2x75 mg p.o
Artificial tears eye drop
Neurodex 1x1tab p.o
Amlodipine 1x 5mg p.o
TERAPI NON MEDIKAMENTOSA
Edukasi
3.Peningkatan gerak organ
Dianjurkan untuk melakukan artikulasi bicara untuk ketepatan,
latihan fisioterapi otot wajah kekuatan dan kecepatan dengan
dirumah dengan cara: buka dan tutup mulut, meringis,
1.Latihan gerak volunter otot diberi tahanan pada daerah yang
wajah kiri dengan menggunakan lemah sampai simetris.
cermin dengan gerakan : 4.Kompres hangat dengan
mengerutkan dahi, menutup handuk.
mata, tersenyum, bersiul/meniup, 5.Perawatan mata :
mengangkat sudut mulut, -Memakai kacamata gelap
meringis, meniup bola sewaktu bepergian siang hari
pingpong,/lilin, berkumur.
-Biasakan menutup kelopak mata
2.Latihan makan dengan secara pasif sebelum tidur, bila
mengunyah disisi yang lemah. perlu bisa mengunakan plester Y.
Psikologi
1. Memberikan penjelasan
kepada pasien bahwa
kelumpuhan wajah sisi
kirinya tidak berbahaya dan
pada umumnya dapat
sembuh kembali.
2. Memotivasi pasien
tentang perlunya latihan
teratur di Poli Rehabilitasi
Medis dan dirumah.
ANATOMI
Saraf otak ke VII mengandung 4 macam serabut
Serabut somato motorik, yang mensarafi otot-
otot wajah kecuali m. levator palpebrae (N.III),
otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian
posterior dan stapedius di telinga tengah
Serabut visero-motorik, (parasimpatis) yang
datang dari nukleus salivatorius superior.
Serabut saraf ini mengurus glandula dan
mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus
paranasal, dan glandula submaksilaris serta
sublingual dan lakrimalis.
Serabut visero-sensorik, yang
menghantar impuls dari alat
pengecap di dua pertiga bagian
depan lidah.
Serabut somato-sensorik, rasa nyeri
dan mungkin juga rasa suhu dan rasa
raba dari sebagian daerah kulit dan
mukosa yang dipersarafi oleh nervus
trigeminus.
ANATOMI
Bells palsy
Bells palsy ditemukan pertama kalinya
oleh seorang dokter dari Inggris
bernama Sir Charles Bell.

Bells palsy merupakan gangguan


neurologis yang disebabkan oleh
kerusakan saraf wajah (nervus fasialis)
yang menyebabkan asimetris wajah serta
mengganggu fungsi normal, seperti
menutup mata dan makan, bersifat akut
dan idiopatik.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, insiden Bells palsy secara pasti sulit
ditentukan. Data yang dikumpulkan dari 4 Rumah
sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bells palsy
sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati dan
terbanyak pada usia 21-30 tahun.
Lebih sering terjadi wanita hamil daripada pria. tidak
didapatkan perbedaan insiden antara iklim panas
maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita
didapatkan adanya riwayat terpapar udara dingin atau
angin yang berlebihan.
ETIOLOGI
Penyebab Bells palsy adalah edema dan iskemia
akibat penekanan atau kompresi dari nervus
fasialis.
Paparan udara/ suhu dingin (misalnya: hawa
dingin, AC, menyetir mobil dengan jendela terbuka
dalam perjalanan jauh, mengendarai sepeda motor
perjalanan jauh dengan udara dingin, tidur
ditempat terbuka, tidur dilantai tanpa alas)
Beberapa penelitian mulai diyakini HSV sebagai
penyebab Bells palsy karena telah diidentifikasi
HSV pada ganglion geniculata pada beberapa
penelitian otopsi
PATOFISIOLOGI

Lesi
Inflamasi Nervus supranuklear
nervus fasialis keluar Gangguan bisa terletak di
tulang dari daerah wajah
fasialis temporal korteks motorik
berbentuk
konduksi primer atau di
corong jaras
kortikobulbar
ataupun di
lintasan asosiasi
yang
Kompresi dari Gangguan berhubungan
Peningkatan saraf tersebut dilintasan dengan daerah
diameter pada saat supranuklear, somatotropik
nervus nuklear dan wajah di korteks
melalui tulang motorik primer
fasialis temporal infranuklear
GAMBARAN KLINIS
Otot muka pada bagian sisi
lesi atau yang sakit tidak
dapat digerakkan atau kaku
dan tebal
Lipatan-lipatan didahi akan
menghilang dan nampak
seluruh muka sisi yang sakit
akan mencong tertarik kearah
sisi yang sehat
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan nervus kranialis
akan didapatkan adanya parese dari
nervus fasialis yang menyebabkan
bibir mencong, tidak dapat
memejamkan mata dan adanya rasa
nyeri pada telinga. Hiperakusis dan
augesia juga dapat ditemukan. Kita
juga perlu membedakan apakah lesi
LMN dan UMN. Pada Bells palsy lesi
bersifat LMN.
PENATALAKSANAAN
Kortikosteroid Prednison, 1 mg/kgBB/hari peroral selama 7
hari. Oral kortikosteroid sering diberikan untuk mencegah
terjadinya inflamasi saraf pada pasien dengan Bells palsy.
Prednisone biasanya diberikan dengan dosis 60-80 mg per hari
selama 5 hari, dan di tappering off 5 hari selanjutnya
Perawatan mata pemberian airmata pengganti, lubrikan dan
pelindung mata.
Agen Antiviral Dikarenakan adanya kemungkinan
keterlibatan HSV-1 pada Bells palsy, maka telah diteliti efek
dari Valacyclovir (1000 mg per hari, diberikan 5-7 hari) dan
Acyclovir (400 mg, 5 kali sehari, diberikan 10 hari). Dari hasil
penelitian, penggunaan antivirus sendiri tidak memberikan
keuntungan untuk penyembuhan penyakit.
Konsultasi neurologi, otolaringologi, oftalmologi dan
bedah jika diperlukan
TERAPI NON MEDIKA MENTOSA

1. Penggunaan selotip untuk


menutup kelopak mata saat tidur dan
eye patch untuk mencegah
pengeringan pada kornea.
2. Fisikal terapi seperti facial
massage dan latihan otot dapat
mencegah terjadinya kontraktur
pada otot yang paralisa. Pemberian
panas pada area yang terpengaruh
dapat mengurangi nyeri
KOMPLIKASI

Hampir semua pasien dengan


Bells palsy dapat sembuh
tanpa mengalami deformitas
kosmetika, tetapi sekitar 5%
mengalami gejala sisa cukup
berat yang tidak dapat
diterima oleh pasien.
PROGNOSA
Penderita Bells palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala
sisa.
Pada umumnya prognosa Bells palsy baik, sekitar 80-90% penderita
sembuh dalam waktu 6 minggu samapai tiga bulan tanpa adanya
kecacatan.
Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih memiliki peluang 40%
sembuh total dan beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa.
Penderita yang berusia 30 tahun atau kurang, hanya memilki
perbedaan peluang 10-15% antara sembuh total dengan
meninggalkan gejala sisa.
Jika tidak sembuh dalam kurun waktu 4 bulan, maka penderita
cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile
tears, dan kadang spasme hemifasial.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai