Anda di halaman 1dari 43

Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Anastesi RSUD Ciamis, Jawa Barat.

Opioid disebut juga sebagai anlgetika narkotika,


obat yg bekerja secara selektif pada SSP
mempunyai efek utama terhadap penurunan atau
perubahan kesadaran, & mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, digunakan utk analgesik,
antitusif, antispasmodik & premedikasi anastesi dlm
praktek kedokteran.

sering digunakan dalam anesthesia untuk mengendalikan nyeri


saat pembedahan dan nyeri pasca pembedahan
Penggolongan Opioid

Agonis kuat
c. Metadon
a. Heroin
d. Meperidin
b. Morfin
e. Fentanil
Agonis parsial
a. Kodein
b. Propoksifen
c. Buprenorfin

Antagonis
a. Nalokson
b. Naltrekson
Reseptor Opioid
Sebagai analgetik, opioid bekerja secara sentral pada reseptor reseptor opioid yang diketahui ada 4
reseptor, yaitu :
1. Reseptor Mu
Stimilasi pada reseptor ini akan menimbulkan analgesia, rasa segar, euphoria dan depresi respirasi. Morfin
bekerja secara agonis pada reseptor ini.

2. Reseptor Kappa
Stimulasi reseptor ini menimbulkan analgesia, sedasi dan anesthesia. Morfin bekerja pada reseptor ini.

3. Reseptor Sigma
Stimulasi reseptor ini menimbulkan perasaan disforia, halusinasi, pupil medriasis, dan stimulasi respirasi.

4. Reseptor Delta
Pada manusia peran reseptor ini belum diketahui dengan jelas. Diduga memperkuat reseptor Mu
Efek Farmakologi

Terhadap susunan saraf pusat


Sebagai analgetik, obat ini bekerja pada thalamus dan substansia gelatinosa medulla
spinalis, di samping itu, narkotik juga mempunyai efek sedasi.

Terhadap respirasi
Menimbulkan depresi pusat nafas terutama pada bayi dan orang tua. Efek ini semakin
manifest pada keadaan umum pasien yang buruk sehingga perlu pertimbangan seksama
dalam penggunaanya. Namun demikian efek ini dapat dipulihkan dengan nalorpin atau
nalokson.

Terhadap bronkus, petidin menyebabkan dilatasi bronkus, sedangakan morfin menyebabkan


konstriksi akibat pengaruh pelepasan histamine.
Terhadap sirkulasi
Tidak menimbulkan depresi system sirkulasi, sehingga cukup aman
diberikan pada semua pasien kecuali bayi dan orang tua.
Pada kehamilan, opiod dapat melewati bairer plasenta sehingga bisa
menimbulkan depresi nafas pada bayi baru lahir.

Terhadap system lain


Merangsang pusat muntah, menimbulkan spasme spinter kandung empedu sehingga
menimbulkan kolik abdomen. Morfin merangsang pelepasa histamine sehingga bisa
menimbulkan rasa gatal seluruh tubuh atu minimal pada daerah hidung, sedangkan
petidin, pelepasan histaminnya bersifat local ditempat suntikan.
AGONIS KUAT
AGONIS KUAT : MORFIN
(EFEK)
Analgesik : ambang nyeri, kesadaran (+)
Euforia : rasa puas, sehat & kuat
Pernapasan : depresi pernapasan
Antitusif : penekanan reflek batuk
Miosis : pupil mengecil

GIT : motilitas, tonus, mual muntah


CV : dosis tinggi hipotensi &
bradikardia
Release Histamin : urtikaria
AGONIS KUAT : MORFIN
(farmakinetik)
Absorpsi : lambat di GIT, o.k lebih baik
diberikan rute parenteral
Rute non medis Inhalasi menimbulkan
efek yang lebih cepat
Distribusi : baik ke seluruh jaringan tubuh
tmsk janin pada wanita hamil, penembusan
sawar otak (-)
Metabolisme : menjadi Morfin 6 glukoronida
suatu analgetik poten ekskresi urin
AGONIS KUAT : MORFIN (Side
Effect)
Depresi pernapasan
Muntah
Disforia
Alergi
Hipotensi
AGONIS KUAT : METADON
Substitusi opioid yang bersifat agonis dan long- acting.
Opioid sintetik, efektif per oral ~ Morfin
Bekerja pada reseptor (mu)
Kurang menimbulkan euforia
AGONIS KUAT : METADON

(EFEK)
Efek analgetik ~ Morfin
Efek analgetik per oral > Morfin
Efek miotik & depresi pernapasan dg waktu paruh 24 jam
tekanan bilier & konstipasi
AGONIS KUAT : METADON

(Aplikasi)
Terapi gejala putus obat Heroin, Morfin
Sindrom putus obat Metadon << dibanding Heroin tapi lebih lama
(hari/minggu)
AGONIS KUAT : METADON

(farmakinetik)
Diabsorpsi cepat secara per oral
Terakumulasi di jaringan & sisanya terikat di protein dilepas
perlahan
Di metabolisme di hati
Diekskresikan dalam urine sbg metabolit tdk aktif
AGONIS KUAT : MEPEDRIN
(Mekanisme)
Opioid sintetik dengan struktur yg tidak berhubungan dengan
Morfin
Utk nyeri akut
Mekanisme : mengikat reseptor opioid terutama reseptor
(kappa)
Aplikasi klinik : Untuk Nyeri Berat & Ketagihan Morfin & Heroin
AGONIS KUAT : MEPEDRIN (Effect)
Oral : depresi pernapasan, efek CV (-)
IV : aliran darah, denyut jantung & resistensi perifer.
Dilatasi PD serebral, tekanan cairan serebrospinal
Kontraksi otot polos
GIT : motilitas usus konstipasi
Kurang menyebabkan retensi urine dibanding morfin
AGONIS KUAT : MEPEDRIN
(Farmakinetik)
Diapsorpsi baik di saluran cerna
Dimetilasi di hepar
Diekskresikan melalui urin
Lebih disukai utk Analgesia persalinan
AGONIS KUAT : MEPEDRIN (Efek
samping)
Dosis tinggi : tremor, kedutan otot
Dilatasi pupil
Reflek hiperaktif
Hipotensi bila diberikan pasca operasi
Dg neuroleptik mayor depresi hebat
Dg MAO inhibitor konvulsi, hipertermia
Menimbulkan adiksi
AGONIS KUAT : FENTANIL
Fentanyl memiliki struktur dasar seperi meperidin yaitu
fenilpiperidin
Fentanil adalah zat sintetik seperti petidin dengan efek analgesik
100 x Morfin
Lebih larut dalam lemak dan lebi mudah menembus sawr jaringan.
Digunakan sbg Anestesi

Subgrup fenanyl:
Sufentanyl (lebih kuat 5-7 kali fentanyl)
Alfentanyl
remifentanyl
AGONIS KUAT : FENTANIL

Banyak digunakan karena untuk mencapai pucak analgesia lebih cepat


dibandingkan morfin dan meperdin (5 menit) dan efeknya cepat
berakhir, kurang mempengaruhi kardiovaskular.
Sering digunakan IV tapi adajuga epidural.
Efek: mual, muntah dan gatal. Depresi respirasi lebih cepat timbul
dibandingkan agonis lainnya.
Fentanil dan sulfentanil sering digunakan pada oprasi kardiovaskular
atau fungsi jantung yg buruk. Karna fentanyl dan sulfentanil dapat
mengurangi frekuensi jantung dan sedikit menurunkan tekanan darah.
AGONIS PARSIAL
Agonis Parsial adalah agonis yang
menghasilkan respon maksimal kurang dari
respon maksimal yang dihasilkan agonis lain
AGONIS PARSIAL : KODEIN

Efek analgetik kurang poten daripada


morfin
Absorpsi per oral lebih baik
Efek : analgesia, antitusif, sedasi, euforia
Untuk mendapatkan efek analgetik lebih
baik dapat dikombinasi dg aspirin atau
asetaminofen.
AGONIS PARSIAL :
PROPOKSIFEN
Derivat metadon
Dekstro isomer : analgetik (Menghilangkan nyeri ringan
sampai sedang)
Levo isomer : antitusif
Efek analgetik propoksifen < kodein
Efek Samping : mual, konstipasi, anoreksia
Dosis toksik menyebabkan depresi pernapasan,
konvulsi, halusinasi
Dpt diantagonis Nalokson
AGONIS PARSIAL : BUPRENORFIN

Perawatan ketergantungan narkotik (opioid)


Mempunyai reaksi yang lebih besar terhadap reseptor
otak daripada obat-obatan yang lain seperti heroin
dan methadone, menggantikan dan mengalihkan
keinginan untuk menggunakan lagi
Mengikat kuat ke reseptor, membuat dampak
methadone dan heroin akan menjadi kecil atau tidak
berdampak sama sekali
Efek yang dihasilkan lebih rendah
Efek samping

Dapat menyebabkan ketergantungan.


Jika tiba-tiba dihentikan, seseorang dapat
mengalami gejala putus zat dan/atau adanya
keinginan kambuh lagi dan menggunakan
obat-obatan adiktif kembali.
ANTAGONIS OPIOID
ANTAGONIS OPIOID
Antagonis opioid mengikat reseptor opioid dg afinitas
tinggi & tdk mengaktifkan reseptor.
Pemberian antagonis opioid menimbulkan efek yg tdk
berbahaya bagi individu normal
Pada kecanduan opioid Pengobatan dg antagonis
cepat membalikkan efek agonis seperti Heroin & Morfin.

Antagonis reseptor Opioid antara lain :


- Nalokson
- Naltrekson
KERJA ANTAGONIS DI RESEPTOR
OPIOID
Antagonis bekerja pada reseptor , dan .
Antagonis bekerja membalikkan efek agonis
opioid.
Obat-obat yang tergolong antagonis opioid umumnya tidak
menimbulkan banyak efek kecuali bila sebelumnya telah ada
efek agonis opioid atau bila opioid endogen
sedangaktif,misalnyadalamkeadaanstressatausyok.

Nalokson merupakan
prototipeantagonisopioidyangrelatifmurni,
Naltrekson yang dapat diberikan per oral dan memperlihatkan
masa kerja yang lebih lama dari pada nalokson.
Kedua obat ini merupakan antagonis kompetitif pada reseptor
mu, kappa dan delta , tetapi afinitasnya pada reseptor mu jauh
lebih tinggi.
Dalam dosis besar keduanya memperlihatkan beberapa efek
agonis, tetapi efek ini tidak berarti secara klinis.
NALOKSON
ANTAGONIS : NALOKSON
Reverse gejala koma & depresi pernapasan o.k
overdosis opiat.
Waktu paruh 60-100 menit
Antagonis kompetitif reseptor mu (10 x >), kappa,
sigma.
Reverse minimal pada analgesia
Tdk menimbulkan efek farmakologi pada org normal
Menyebabkan gejala putus obat pada penderita
penyalahgunaan morfin atau heroin
DOSIS PEMBERIAN NALOKSON

Tanpa hipoventilasi : Dosis awal 0,4 mg iv


Dengan hipoventilasi : Dosis awal 1-2 mg iv
Tidak ada respon dalam 5 menit : 1-2 mg iv
Dosis nalokson maksimal 10 mg
Bila tidak ada respon rujuk ICU
Narkoba (Naloxone HCL) amp 0,8 mg/2ml
ANTAGONIS : NALTREKSON

Masa kerja lebih panjang dari nalokson


Dosis tunggal peroral naltrekson dapat memblok efek
suntikan heroin sampai 48 jam.
Absorpsi baik pada pemberian peroral tetapi cepat
mengalami first pass metabolism oleh hepar
Digunakan untuk program pemeliharaan ketergantungan
opiat
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai