Anda di halaman 1dari 16

MINI PROJECT

Catin Sehat

Pembimbing:
dr. Adolfina Vitria Nilasari

Disusun Oleh:
dr. Muhammad Iqbal Al Ghifarry

DOKTER INTERNSIP WAHANA PUSKESMAS BANGUNTAPAN I


PERIODE 27 NOVEMBER 2018 – 26 MARET 2019
KABUPATEN BANTUL
2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... iv
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Lokasi Kegiatan............................................................................................... 1
C. Perumusan Masalah ........................................................................................ 7
D. Tujuan Kegiatan.............................................................................................. 7
BAB II ........................................................................................................................... 8
KEGIATAN POKOK .................................................................................................. 8
A. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan ............................................................. 8
B. Sasaran ........................................................................................................... 8
C. Jadwal Pelaksanaan ......................................................................................... 8
D. Proses Kegiatan ............................................................................................... 9
E. Hasil Kegiatan ................................................................................................. 9
BAB III.......................................................................................................................... 9
PENUTUP ....................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ...................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ............................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Angka Kematian Ibu di DIY tahun 2006-2017 ........................................... 2


Gambar 2 Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten/Kota se-DIY tahun 2017 .................... 2
Gambar 3 . Grafik Peringkat Faktor Risiko Kehamilan Tertinggi di Puskesmas
Banguntapan I ................................................................................................................ 9
Gambar 4 Grafik Jumlah Risiko Kehamilan Usia Lanjut di Tahun 2018 .................. 10

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Faktor Risiko Kehamilan di Puskesmas Banguntapan I ………9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat di

wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas disebutkan bahwa

Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama. Salah satu program UKM

esensial yaitu pelayanan kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu pemerintah

mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 tahun 2014 Pelayanan

Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah

Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan

Seksual. Salah satu tujuan diadakannya pelayanan-pelayanan tersebut yaitu untuk

mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. (Peraturan

Menteri Kesehatan RI, 2014)

Salah satu indikator kesejahteraan suatu wilayah yaitu angka kematian ibu

(AKI). WHO mendefinisikan kematian ibu merupakan kematian selama masa

kehamilan, saat persalinan, atau dalam periode 42 hari setelah persalinan yang tidak

disebabkan oleh kecelakaan/cidera, melainkan sebab yang terkait atau diperberat

oleh kehamilan dan penanganannya. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah

kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. (POGI DIY, 2017)

AKI menjadi salah satu bagian dalam Sustainable Development

Goals(SDGs) yang memiliki target global dan nasional. Target global dari SDGs

adalah menurunkan AKI mnejadi <70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

1
2030. Sedangkan target nasional dari SDGs adalah menurunkan AKI menjadi dua

per tiganya dihitung dari data dasar pada tahun 2010. Sedangkan pada MDGs,

harapannya Indonesia dapat memenuhi AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran

hidup. (Kementerian Kesehatan RI, 2014)

Selama 5 tahun terakhir AKI di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami

fluktuasi, namun belum bisa mencapai AKI di bawah 75 per 100.000 kelahiran

hidup, sesuai dengan target global dari SDGs. Meskipun telah memenuhi target

nasional AKI di Indonesia. (POGI DIY, 2017)

AKI DIY tahun 2005-2016

125
117
109
100 101 102
92 89 94 88
87 86 84
66

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 MDG

Keterangan : poin merah merupakan target yang menjadi ketetapan sesuai dengan MDG

Gambar 1. Angka Kematian Ibu di DIY tahun 2006-2017

Pada tahun 2017, sesuai dengan Audit Maternal Perinatal (AMP) Daerah

Istimewa Yogyakarta, Bantul menyumbang 10 kematian ibu, dan menjadi

peringkat kedua terbanyak di DIY setelah Kabupaten Gunungkidul. Sebaran

jumlah kematian ibu di kabupaten/kota se-DIY pada tahun 2017 adalah sebagai

berikut :

2
Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten/Kota di DIY
Jumlah

12
10

6
4
3

Gunung Kidul Bantul Sleman Kota Kulonprogo

Gambar 2. Sebaran Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten/Kota se-DIY tahun 2017

Sebanyak 10 kematian ibu di Kabupaten Bantul pada tahun 2017 ini

disebabkan oleh: perdarahan pascasalin (2), preeklamsi berat (1), aids (1),

hipertiroid (1), ket (1), reaksi transfusi (1), infeksi pascasalin (1), jantung (1), dan

unclassified (1). Penyebab kematian ibu tersebut sangat beragam dan melibatkan

beberapa faktor risiko. (POGI DIY, 2017)

Dalam ilmu kandungan, kita mengenal faktor-faktor yang mengakibatkan

kehamilan menjadi berisiko, yakni 3 terlambat dan 4 terlalu. Tiga terlambat

tersebut adalah : (1) Keterlambatan mengenal penyakit dan mengambil keputusan,

(2) Keterlambatan merujuk, dan (3) Keterlambatan penanganan saat berada di

tempat rujukan. Sedangkan empat terlalu yakni, (1) terlalu muda, (2) terlalu tua,

(3) terlalu sering, dan (4) terlalu banyak. (Kemenkes RI, 2016)

Kehamilan dengan risiko tinggi merupakan salah satu hal yang perlu kita

identifikasi untuk dapat menekan angka kematian ibu. Kehamilan dengan risiko

tinggi didefinisikan sebagai kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya

dan komplikasi yang lebih besar bagi ibu maupun janin dalam kandungan, dan

dapat menyebabkan kematian. (Fellows & Chance, 1982)

3
Hasil analisa data kunjungan ibu hamil selama bulan Januari- November

tahun 2018 di Puskesmas Banguntapan 1, didapatkan 10 besar risiko yang dimiliki

ibu hamil yang berkunjung adalah faktor usia (terlalu muda dan terlalu tua), terlalu

banyak, terlalu sering, riwayat obstetrik buruk (riwayat abortus dan seksio sesaria),

kekurangan energi kronis, serta komplikasi pada kehamilan (anemia, hipertensi,

dan asma).

Risiko pada Ibu Hamil


60
50
40
30
20
10
0

Gambar 3. Sepuluh Besar Risiko yang dimiliki Ibu Hamil periode kunjungan Januari-
November 2018 di Puskesmas Banguntapan 1

Untuk dapat memerangi kematian ibu, diperlukan adanya tindakan yang

proaktif dan komprehensif. Dimulai dengan mengidentifikasi masalah dan

menentukan langkah pencegahan serta penanganan sesuai dengan faktor risiko

yang relevan. Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia cabang DIY telah

menetapkan slogan “Bibit apik, mbobot tumata, Babaran slamet” sebagai

komitmen memerangi AKI di DIY. Slogarn tersebut mengingatkan kita aan

pentingnya penanganan yang komprehensif dari sejak masa sebelum kehamilan,

saat kehamilan, hingga saat proses kelahiran. Salah satu program yang relevan

dalam komitmen tersebut adalah pelaksanaan ANC terpadu. (POGI DIY, 2017)

4
Sebagai upaya yang mendukung program dan komitmen POGI DIY

tersebut, dokter internship di Puskesmas Banguntapan 1 bermaksud

menyelenggarakan serangkaian program bertajuk “Uwis Mak” yang bertujuan

untuk mengurangi faktor risiko pada ibu hamil agar dapat mengurangi angka

kematian ibu di Kabupaten Bantul khususnya.

Program “Uwis Mak” dalam bahasa Indonesia berarti uwis : sudah, mak :

bu/ibu, yang secara makna berarti himbauan untuk menyudahi risiko tinggi yang

ada pada ibu hamil dan menekan jumlah kematian ibu. Program “Uwis Mak” ini

nantinya akan terbagi menjadi dua focus utama, yaitu pencegahan atau langkah

promotif & preventif, serta program penatalaksanaan atau kuratif. Terdapat 6

program yang akan diselenggarakan, yaitu :

1. Program sosialisasi kesehatan reproduksi pada remaja

2. Program edukasi dan konseling calon penganten (Caten)

3. Program penetapan dan pelaksanaan alur manajemen pada ibu

hamil dengan risiko usia tua

4. Program penetapan dan pelaksanaan alur manajemen pada ibu

hamil dengan kekurangan energi kronis

5. Program penetapan dan pelaksanaan alur manajemen pada ibu

hamil dengan riwayat obstetri buruk, dan

6. Program penetapan dan pelaksanaan alur manajemen pada ibu

hamil dengan adanya penyakit penyerta.

Upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan menurunkan risiko tinggi ibu
hamil harus dilaksanakan secara menyeluruh. Intervensi tidak bisa hanya dilakukan di
bagian hilir saja yaitu pada ibu hamil, namun juga harus ditarik lebih ke hulu yaitu pada
kelompok remaja dan dewasa muda untuk memastikan individu dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat.

5
Saat ini, masalah kesehatan reproduksi pada remaja belum tertangani
sepenuhnya. Hal ini terlihat dengan masih tingginya perkawinan usia dini,yaitu sebesar
46,7% (Riskesdas, 2010) dan masih tingginya kelahiran pada usia remaja (ASFR), yaitu
sebesar 48 per 1000 wanita (SDKI, 2012). Rendahnya pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi dan kejadian kehamilan pada usia remaja masih tinggi yakni
16,7% (Riskesdas, 2010) serta tingginya angka ibu hamil dengan risiko tinggi di
puskesmas banguntapan 1, melihat keadaan ini maka selain pada kelompok remaja,
pemberian pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual secara komprehensif
perlu diberikan kepada usia dewasa muda/calon pengantin yang akan memasuki
gerbang pernikahan.
Pemberian konseling, informasi dan edukasi kesehatan reproduksi kepada calon
pengantin diharapkan calon pengantin dapat mempersiapkan diri untuk menjalani
kehidupan berkeluarga termasuk merencanakan kehamilan yang sehat sehingga dapat
menurunkan angka ibu hamil dengan risiko tinggi dan melahirkan generasi penerus
yang berkualitas.
Di puskesmas banguntapan 1 sudah memiliki program catin (calon pengantin)
terpadu, Calon pengantin yang akan membuat surat keterangan sehat harus mengikuti
alur darii mulai pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, konsultasi
gizi dan pemberian edukasi mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan calon pengantin
pada saat awal pernikahan atau persiapan kehamilan guna menunjang terwujudnya ibu
hamil dengan tingkat kesehatan yang maksimal.
Namun kegiatan pemberian edukasi kepada calon pengantin di puskesmas saja
dirasa belum cukup sehingga diperlukan inovasi agar calon pengantin dapat mengakses
dan mempelajari hal-hal tersebut dengan lebih mudah, yaitu dengan membuat media
yang dapat diakses dimana saja.

B. Lokasi Kegiatan

Pelaksanaan Mini Project Program Internsip dilakukan di Puskesmas


Banguntapan I, Ngipik, Baturetno, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta.

6
C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut ditentukan perumusan masalah


sebagai berikut:
1. Bagaimana alur pelaksanaan catin terpadu yang sudah dilakukan di Puskesmas
Banguntapan I?
2. Apakah pemberian edukasi pada calon pengantin di puskesmas Banguntapan 1
sudah berjalan efektif?
3. Apa media atau sarana edukasi untuk calon pengantin agar lebih efektif dan
mudah diakses.
D. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum
Mengentaskan permasalahan tingginya angka kematian ibu.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui alur pelaksanaan catin terpadu di Puskesmas Banguntapan I
b. Menemukan cara pemberian edukasi pada calon pengantin agar berjalan
efektif.
c. Membuat media atau sarana edukasi untuk calon pengantin agar lebih lebih
efektif dan mudah diakses.

7
BAB II
KEGIATAN POKOK

A. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

Kegiatan Pokok : Membuat media edukasi yang lebih efektif dan mudah diakses
guna memudahkan calon pengantin mendapatkan informasi sehingga dapat
mengurangi angka kematian ibu hamil di wilayah cakupan Puskesmas
Banguntapan I.

Rincian Kegiatan :
1. Melakukan analisis alur pelaksanaan catin (calon pengantin) terpadu di
Puskesmas Banguntapan I
2. Penentuan media edukasi yang tepat untuk calon pengantin yang bisa
digunakan lebih efektif dan lebih mudah diakses.
3. Pembuatan media edukasi (ebook) untuk calon pengantin yang bisa digunakan
lebih efektif dan lebih mudah diakses.
4. Sosialisasi kepada calon pengantin yang berkunjung ke puskesmas
Banguntapan 1.

B. Sasaran

Sasaran dari mini project ini adalah calon pengantin yang berkunjung ke
puskesmas Banguntapan 1.

C. Jadwal Pelaksanaan

No Kegiatan Desember Januari Februari Maret


1 Analisis alur Survey &
pelaksanaan catin Analisis alur
terpadu kegiatan
catin terpadu
2 Penentuan media Perencanaan
yg efektif Konsep
3 Pembuatan ebook Perencanaan Pembuatan
Konsep dan ebook sesuai
Isi konsep
4 Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi
kepada calon dan
pengantin evaluasi

8
D. Proses Kegiatan

1. Pengumpulan & analisis data faktor risiko ibu hamil di wilayah cakupan
Puskesmas Banguntapan I.
2. Analisis alur pelaksanaan catin (calon pengantin) terpadu di Puskesmas
Banguntapan I.
3. Konsultasi dengan dokter pembimbing dan pemegang program catin terkait
dengan hal-hal yang perlu dilakukan guna menunjang program catin terpadu.
4. Survey dan wawancara kepada calon pengantin yang berkunjung ke
puskesmas Banguntapan 1.
5. Penyusunan konten yang dapat digunakan sebagai sarana edukasi
6. Konsultasi dengan dokter pembimbing dan pemegang program catin.validasi
konten edukasi
7. Pembuatan ebook sebagai sarana edukasi calon pengantin.
8. Evaluasi isivalidasi konten dengan penanggungjawab UKP Puskesmas
Banguntapan I dan validasi lay out ebook dengan dokter penanggungjawab
UKP pembimbing dan calon pengantin
9. Publish ebook Catin Sehat.

E. Hasil Kegiatan

1. Alur pelaksanaan catin (calon pengantin) terpadu di Puskesmas Banguntapan I

Pendaftaran

Masuk ke ruang KIA

Cek Laboratorium

Konsul Gigi

Konsultasi Gizi

Konsultasi Gizi

Kembali ke ruang KIA

Konsultasi dg dokter

Suntik TT

9
Mendapatkan surat keterangan kesehatan
2. Media edukasi (ebook) untuk calon pengantin Jelaskan sumber referensi.
Gambar berasal dari mana.jelaskan cara publish nya. Jelaskan proses
sosialisasi. Jelaskan evaluasi pelaksanaan. Kendala, kekurangan. Sudah di
cbkan pada berapa pasangan. Bagaimana tanggapan catin thd aplikasi tsb

10
11
DAFTAR PUSTAKA

1. Lampinen R, Vehviläinen-Julkunen K, Kankkunen P. A review of pregnancy


in women over 35 years of age. The open nursing journal. 2009;3:33.
2. Cavazos-Rehg PA, Krauss MJ, Spitznagel EL, Bommarito K, Madden T,
Olsen MA, Subramaniam H, Peipert JF, Bierut LJ. Maternal age and risk of
labor and delivery complications. Maternal and child health journal. 2015 Jun
1;19(6):1202-11.
3. Laopaiboon M, Lumbiganon P, Intarut N, Mori R, Ganchimeg T, Vogel JP,
Souza JP, Gülmezoglu AM, WHO Multicountry Survey on Maternal
Newborn Health Research Network. Advanced maternal age and pregnancy
outcomes: a multicountry assessment. BJOG: An International Journal of
Obstetrics & Gynaecology. 2014 Mar;121:49-56.
4. Cohen WR. Does maternal age affect pregnancy outcome?. BJOG: An
International Journal of Obstetrics & Gynaecology. 2014 Feb;121(3):252-4.
5. Kemenkes RI, 2016. Memelihara Kesehatan Kehamilan. 27 Juni 2016, pp.1–
2. Available at: www.kemkes.go.id.
6. Kementerian Kesehatan RI, 2014. Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI : Penyebab Kematian Ibu, p.1. Available at:
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Peraturan
Menteri Kesehatan RI, 8(33), p.44.
8. POGI DIY, 2017. Audit Maternal Perinatal DIY tahun 2017. , (October),
pp.1–17.

12

Anda mungkin juga menyukai