Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN

ENERGI
DELPANRO SITANGGANG
1207136567
TEKNIK MESIN S1
FAKULTAS TEKNIK
AUDIT ENERGI
AUDIT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG
RUMAH SAKIT Dr. KARYADI SEMARANG
(Jurnal Nasional)

Berdasarkan jurnal dari:


Hendra Rizki Hadiputra
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang
E-mail : hendra.rizki.hp@gmail.com
LATAR BELAKANG
Penggunaan alat-alat listrik dalam kehidupan sehari-hari
sangat praktis dan efektif. Namun semakin banyak peralatan
elektronik digunakan di masyarakat juga menyebabkan
konsumsi energi listrik juga meningkat. Peningkatan
konsumsi energi listrik ini tidak sebanding dengan jumlah
pasokan listrik dari pusat pembangkit.

Untuk menghindari terjadinya pemborosan energi listrik,


Direktorat Pengembangan Energi, Departemen Pertambangan
dan Energi, telah membuat petunjuk konservasi energi pada
bangunan gedung yang mengkonsumsi energi cukup besar,
seperti perkantoran, rumah sakit, swalayan, dan lain-lain.
Tujuan:
Mempelajari proses audit dan konservasi
energi pada bangunan gedung dalam rangka
meningkatkan efisiensi penggunaan energi
listrik.
Batasan masalah:
Menjelaskan tentang proses audit energi listrik
pada bangunan gedung Rumah Sakit Dr. Karyadi
Semarang
Tinjauan pustaka:
Petunjuk teknis audit energi pada
bangunan gedung:
a. Kriteria audit energi
b. Audit energi awal
c. Audit energi rinci
Petunjuk teknis ini menggunakan standar yang
berlaku di Indonesia. Apabila ada besaran yang
belum diatur di Indonesia, dapat digunakan standar
lain yang dapat diterima oleh masyarakat profesi,
antara lain standar ASHARE, JIS, dll.
2. Kriteria audit energi
Kriteria umum. Audit energi dianjurkan pada
gedung perkantoran, pusat belanja, hotel,
apartemen, dan rumah sakit.
Dengan harapan:
Diketahui besarnya intensitas konsumsi
energi (IKE) pada bangunan tersebut.
Mencegah pemborosan energi tanpa harus
mengurangi tingkat kenyamanan gedung .
Dapat diketahui profil penggunaan energi
Dapat dicari upaya yang perlu dilakukan
dalam usaha meningkatkan efisiensi
penggunaan energi.
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik dan Standar. IKE
Listrik merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung dan
telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN, APEC),
dinyatakan dalam satuan kWH/m2 per tahun.

a. IKE untuk perkantoran (komersial): 240 kWH/m2/yr.

b. IKE untuk pusat belanja: 330 kWH/m2/yr.

c. IKE untuk hotel/apartemen: 300 kWH/m2/yr.

d. IKE untuk rumah sakit: 380 kWH/m2/yr.


Perhitungan IKE listrik
a. IKE listrik per satuan luas kotor gedung.

Luas kotor = luas total gedung yang dikondisikan (ber


AC) + luas total gedung yang tidak dikondisikan
(tanpa AC).
b. IKE listrik persatuan luas total gedung yang dikondisikan
(netto)

c. IKE persatuan luas ruang dari gedung yang disewakan (net


product)
Tabel .1 Standar IKE Departemen Pendidikan Nasioal
Republik Indonesia
3. Proses Audit Energi
Proses audit energi terdiri dari dua bagian yaitu
audit energi awal dan audit energi rinci. Audit energi
awal pada dapat dilakukan pemilik/pengelola gedung
yang bersangkutan berdasarkan data rekening
pembayaran energi yang dikeluarkan dan luas
gedung.
Disarankan IKE dari hasil audit energi awal
disampaikan kepada asosiasi profesi atau instansi
yang bersangkutan untuk dijadikan bahan informasi
dan masukan dalam menetapkan IKE yang baru.
Gambar. 1 Diagram Alir
Proses Audit
Energi.
3.1 Audit energi awal
A. Pengumpulan Dan Penyusunan Data Energi Bangunan.
Meliputi pengumpulan data energi bangunan dengan data
yang tersedia dan tidak memerlukan pengukuran.

B. Data Yang Diperlukan


Dokumentasi bangunan seperti: Denah tampak dan potongan
bangunan seluruh lantai. Denah instalasi pencahayaan
bangunan seluruh lantai. Diagram garis tunggal listrik.
Tagihan rekening listrik bulanan bangunan selama satu tahun
terakhir dan rekening pembelian bahan bakar minyak atau
bahan bakar gas.
Tingkat hunian bangunan (occupancy rate).
3.2 Audit Energi Rinci
A. Penelitian Dan Pengukuran Konsumsi Energi
Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal
memberikan gambaran nilai IKE listrik lebih dari nilai standar
yang ditentukan.

B. Pengukuran Energi
Alat ukur dan kalibrasi

Seluruh analisa energi bertumpu pada hasil pengukuran.


Hasil pengukuran harus dapat diandalkan dan mempunyai
kesalahan error yang masih dapat diterima
Pengukuran tingkat pencahayaan
Dimana:
Ftotal = Fluks luminus total dari semua lampu yang
menerangi bidang kerja (lumen)
A = Luas bidang kerja (m2)
Kp = Koefisien penggunaan
Kd = Koefisien depresiasi (penyusutan)

Pengukuran besarnya konsumsi energi listrik-pencahayaan


Pengukuran besarnya daya listrik untuk pencahayaan
digunakan wattmeter dan pengukuran konsumsi energi
menggunakan watt-jam meter
Pengukuran besarnya konsumsi listrik untuk tata udara
C. Mengenali kemungkinan peluang hemat energi
Besarnya IKE hasil perhitungan dibandingkan
dengan IKE standar. Bila IKEhitung < IKE standar maka
audit rinci dihentikan atau diteruskan dengan
memperoleh IKE yang lebih rendah lagi.
D. Analisa peluang hemat energi
Analisa peluang hemat energi dilakukan dengan
usaha-usaha:
a. Mengurangi sekecil mungkin penggunaan
energi (Mengurangi kW dan jam operasi ).
b. Memperbaiki kinerja peralatan.
c. Penggunaan sumber energi yang murah.
E. Laporan dan rekomendasi
Laporan audit energi terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
1. Ringkasan (executive summary)
a. Uraian pekerjaan yang dilakukan.
b. Tabel yang berisi langkah-langkah yang direkomendasikan
yang telah diteliti dengan baik dari segi teknis maupun
ekonomis.
c. Langkah-langkah yang kelihatan menguntungkan tetapi perlu
penelitian yang lebih lanjut.
d. Rencana-rencana implementasi yang direkomendasikan.
2. Latar Belakang
3. Manajemen energi
Pandangan umum tentang energi, kaitannya dengan
kegiatan manajemen dan tingkat kesadaran tentang energi.

4. Pelaksanaan audit energi


Mengindikasikan catatan-catatan penggunaan energi apa
yang ada dan bagaimana kinerja peralatan energi di bangunan
yang dipantau

5. Pemanfaatan energi
Mencakup performansi penggunaan energi, neraca energi,
dan biaya energi.
Susunan Rekomendasi:
1. Manajemen energi; termasuk :
a. Program manajemen yang telah diperbaiki
b. Implementasi audit energi yang lebih baik
c. Cara meningkatkan kesadaran penghematan energi
2. Pemanfaatan energi; termasuk :
a. Langkah-langkah perbaikan efisiensi penggunaan energi tanpa
biaya misalnya merubah prosedur.
b. Langkah-langkah perbaikan dengan biaya murah.
c. Langkah-langkah dengan investasi kecil.
d. Langkah-langkah dengan investasi besar.
Lampiran-lampiran pada laporan rekomendasi ini memasukkan:
1. Tarif energi
2. Perhitungan-perhitungan energi.
Tugas khusus
1. Gambaran Umum Gedung RS Dr. Karyadi
Kompleks Rumah Sakit Dr. Karyadi Semarang yang
terletak di Jl.Dr. Sutomo No. 16 Semarang terdiri dari 77
gedung, 1 gedung berlantai empat, 4 gedung berlantai tiga, 8
gedung berlantai dua dan sisanya gedung satu lantai. Luas
kotor kompleks bangunan Rumah Sakit Dr. Karyadi Semarang
80.000 m2 dan luas bangunan ber AC adalah 3.000 m2 (3.75%).
Dengan dua jenis langganan yaitu jenis langganan tegangan
rendah ( 22 kVA dan 1300 VA) dan tegangan menengah (2770
KVA). Dengan konsumsi daya reaktif hanya diukur pada
pelanggan tegangan menengah yaitu pada langganan 2770
kVA.
A. Data penggunaan energi listrik RS. Dr. Karyadi

B. Perhitungan audit awal


intensitas konsumsi energi listrik

Tabel. 2 Konsumsi energi listrik (kWh)


RS Karyadi
Tabel. 3 Intensitas konsumsi energi listrik
sistem 2770 KVA RS Dr. Karyadi
Perhitungan dan pembahasan data audit rinci intensitas
konsumsi energi listrik rumah sakit dr. Karyadi semarang
berdasarkan data:
a. Konsumsi energi listrik/tahun: 22.455,94 kWh/hari x 365
hari/tahun = 8.196.418,1 kWh/tahun
b. Besar intensitas konsumsi energi listrik: 8.196.418,1/51799
=158,24 kWh/m2/tahun
Dari hasil perhitungan di atas, IKE hasil pengukuran dan
perhitungan sebesar 158,24 kWh/m2/tahun masih berada
dibawah batas standard IKE ASEAN-USAID.
Analisa peluang hemat energi pada RS Dr. Karyadi:
Pembenahan sistem penerangan
Pengaturan suhu udara
Pembenahan jaringan listrik
Kesimpulan
1. Profil penggunaan energi listrik
a. Dari data sekunder diperoleh Intensitas Konsumsi Energi
(IKE) rerata terhadap luasan total, untuk gedung Rumah
Sakit Dr. Karyadi sebesar 90,19 kWh/ m2 per tahun (2003),
117.61 kWh/ m2 per tahun (2004), 133,21 kWh/m2 per
tahun (2005), dan 127,57 kWh/m2 per tahun (2006), masih
berada dibawah standar IKE ASEAN- USAID
b. Data dari sampel ruangan ber-AC memiliki nilai IKE
sebesar 4,309 kWh/m2/bulan yang tergolong sangat efisien
2. Distribusi jaringan listrik
Instalasi jaringan listrik yang ada tidak sesuai dengan
yang direncanakan, sehingga pembagian beban antar fasa
tidak seimbang.
Saran
1. Suplai energi listrik antara penerangan dan peralatan fasa
perlu diseimbangkan. Selain karena alasan keamanan, hal ini
perlu diperhatikan untuk tujuan konservasi energi.
2. Perlu adanya penataan kembali group pola operasional
lampu, antara lampu penerangan gedung yang sudah ada dan
lampu tambahan.
3. Perlu penggunaan peralatan dan lampu yang hemat energi
dengan daya yang kecil namun kuat penerangannya tinggi

Anda mungkin juga menyukai