Anda di halaman 1dari 51

Gagal Ginjal

dan
Manfaat Cuci Darah

Dr. Bambang Djarwoto, SpPD-KGH


Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UGM
FK UGM/RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
ISI PRESENTASI
1. Pendahuluan
2. Gagal Ginjal
3. Cuci Darah
4. Apa yang harus kita lakukan
5. Penutup
Pemeriksaan Penunjang Penyakit Ginjal Kronik

Kadar kreatinin serum untuk menghitung laju filtrasi glomerulus.


Rasio protein terhadap kreatinin atau albumin terhadap kreatinin, dalam
contoh urin pertama pada pagi hari atau urin sewaktu.
Pemeriksaan sedimen urin atau dipstick untuk melihat adanya sel darah
merah dan sel darah putih.
Pemeriksaan pencitraan ginjal, biasanya dengan USG
Kadar elektrolit serum (natrium, kalium, klorida dan bicarbonat).
Rumus Cockcroft & Gault :
(140 - umur) x BB
KKr =
72 x kreatinin serum
wanita : x 0,85
eLFG
Kriteria Batasan Penyakit Ginjal Kronik:

Kerusakan ginjal 3 bulan, yaitu kelainan struktur


atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus berdasarkan:
Kelainan patologik atau
Petanda kerusakan ginjal seperti kelainan pada komposisi
darah atau urin, atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan
Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/men./1,73 m2 selama
3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal
Klasifikasi Diagnosis Penyakit Ginjal Kronik

Penyakit Tipe Utama (contoh)


Penyakit Ginjal Diabetik Diabetes Tipe 1 dan 2
Penyakit Ginjal Nondiabetik Penyakit Glomeruler (penyakit
aotoimun, infeksi sistemik,
neoplasia)
Penyakit Vaskuler (penyakit
pembuluh darah besar, hiper-
tensi, mikroangiopati)
Penyakit Tubulointerstitial (isk,
batu, obstruksi, toksisitas obat)
Penyakit Kistik (penyakit ginjal
polikistik)
Penyakit Ginjal Transplan Rejeksi kronik, Toksisitas obat,
Penyakit rekuren dan Glomeru-
lopati transplan
PANDUAN 1
Pasien dengan kreatinin serum >2 mg/dL
dan atau TKK (Tes Klirens Kreatinin)/LFG
(Laju Filtrasi Glomerulus) <50 mL/menit
mempunyai faktor prognosis yang buruk
sehingga memerlukan penanganan yang
khusus dan sebaiknya dirujuk ke
dokter spesialis penyakit
dalam/konsultan ginjal
hipertensi.
PANDUAN 2
Pasien penyakit ginjal dan keluarga
harus mendapat penjelasan yang
lengkap mengenai perjalanan alamiah
penyakitnya dan risiko yang akan
timbul di kemudian hari termasuk
terapi dialisis atau
transplantasi.
Klasifikasi Gangguan fungsi Ginjal
dari NKF-K/DOQI ( 2000)

Tahap Diskripsi LFG

1. Ggan fungsi Ginjal kronik dengan LFG > 90 ml/mnt


normal atau meningkat

2. Penurunan ringan LFG 60 - 89

3. Penurunan sedang LFG 30 - 59

4. Penurunan Berat LFG 15 - 29

5. Gagal Ginjal <15/ dialisis


Rencana Kerja Berdasarkan Stadium Penyakit Ginjal
Kronik
Stadium Deskripsi LFG (ml/men. Aksi
/1,73 m2)
1 Kerusakan ginjal 90 Diagnosis dan pengo-
dengan LFG normal batan,
Terapi penyakit penyerta
Penghambatan progresi-
fitas,
2 Kerusakan ginjal 60-89 Penurunan risiko PKV
dengan penurunan
ringan LFG
3 Penurunan sedang 30-59 Perkiraan progresifitas
LFG
4 Penurunan berat LFG 15-29 Evaluasi & pengobatan
komplikasi
5 Gagal ginjal <15 Terapi pengganti ginjal
(atau dialisis)
LFG: laju filtrasi glomerulus; PKV: penyakit kardiovaskuler
The gradual loss of glomerular filtration rate (GFR) over years
showing approximate stages of increasing renal failure with
increasing symptoms Ch. Chronis

Increasingly
Asymptomatic Symptomatic

100 Reserve Ch. Failure !


Insufficiency Uraemia
75

50

25

Time (y)
KEGAWATAN PADA GGK :

1 Hiperkalemia.

2 Asidosis metabolik berat.

3 Kegawatan hipertensi.

4 Kelebihan cairan (overload).


PANDUAN 21
Kadar serum kalsium total pada sampel
darah pra-dialisis yang dianjurkan adalah
9-11 mg/dL
Kadar fosfat serum pra-dialisis harus
terkontrol di bawah 4,5 mg/dL
Nilai hasil perkalian kalsium dan fosfat
setelah dikoreksi dengan albumin tidak
boleh melebihi 70. Pemantauan sebaiknya
dilakukan secara berkala pada semua pasien
dialisis
Target hormon paratiroid pada pasien HD
adalah 2-3x nilai normal
Kadar magnesium yang dianjurkan adalah
0,70-1,05 mmol/L
Kadar bikarbonat serum yang dianjurkan
pada pasien HD adalah 18-20 mmol/L.
Sedangkan pada dialisis peritoneal nilai
kisarannya adalah 21-23 mmol/L.
Pemantauan sebaiknya dilakukan tiap 3
bulan
Status besi dalam tubuh dikatakan
cukup jika ferritin serum >100 g/L
dan saturasi transferin >20%.
Pemantauan saturasi transferin
dilakukan tiap bulan selama koreksi
besi dan 3 bulan sekali bila koreksi
besi telah selesai
Target Hb pada pasien HD sebaiknya
>10g/dL. Pemantauan dilakukan tiap 2-
4 minggu selama terapi koreksi
Komplikasi yang umum :
1. Hipotensi : 20 30 %
2. Kejang/Kram : 5 20 %
3. Mual : 5 - 15 %
4. Muntah : 5 - 15 %
5. Sakit kepala : 5%
6. Nyeri dada : 25%
7. Nyeri punggung : 25%
8. Gatal : 5%
9. Demam, menggigil : <1%
PANDUAN 22
Semua pasien dialisis dilakukan
penilaian nutrisi awal (bekerja
sama dengan ahli gizi)
Nutrien yang diberikan sbb:
1. Energi: 35 kkal/kg/hr. Pada CAPD
energi dari cairan dialisat
diperhitungkan
2. Protein: 1-1,2 g/kg/hr (HD), 1,3
g/kg/hr (CAPD) (50% dari protein
bernilai biologis tinggi)
3. Karbohidrat: 55-60% dari total
kalori
4. Lemak: 30% dari total kalori
5. Air: jumlah urin 24 jam + 500
mL (kenaikan BB diantara waktu
HD <5% BB kering). Pada CAPD air
disesuaikan dengan jumlah
dialisat yang keluar
6. Natrium: individual, umumnya
dibatasi 3-5 g NaCl/hr
7. Kalium: pada keadaan
hiperkalemia asupan kalium dari
buah-buahan dibatasi
8. Kalsium dan Fosfat: Ca 1000
mg/hr, P 17 mg/hr. Pengikat P
diberikan jika kadar P di atas
nilai normal
Pemantauan dan evaluasi terhadap
status gizi pasien dinilai tiap 6
bulan melalui pemeriksaan lab.,
antropometri, SGA (Subjective
Global Assessment) dan riwayat
gizi. Pemantauan dan evaluasi
disesuaikan dengan status dan
kondisi pasien
Mikronutrien dan atau vitamin (Mg,
Zn) diberikan sesuai kebutuhan
Jika terdapat penyakit penyerta
lain, kebutuhan nutrisi disesuaikan
dengan kondisi klinisnya.
Prinsip Peritoneal Dialisis
Figure 17 | GFR and albuminuria grid to reflect the risk of progression by intensity
of coloring (green, yellow, orange, red, deep
red).
Figure 21 | Referral decision making by GFR and albuminuria
Presentase Pandangan Pasien
Pada Unit Renal di Indonesia
Kontraktor
2% Pribadi/ Umum Lain-lain
10% 1%
Asuransi
1%

JKN Non PBI


15%

JKN PBI
71%
Jumlah Perawat HD di Indonesia dan Presentase
perawat yang Bersertifikat Tahun 2015

Jumlah Perawat
Bersertifikat
42%
Jumlah Perawat
58%
Pasien Baru dan Pasien Aktif di
Indonesia dari tahun 2007-2015
Distribusi Usia Pasien HD Dalam
Persen Tahun 2015
Pasien Aktif Pada
No Usia Pasien Baru Pasien Aktif Pada 31 Des
30 Juni

1 1 14 0.63 % 0.47 % 0.23 %

2 15 24 2.31 % 1.92 % 2.24 %

3 25 34 8.08 % 8.50 % 8.29 %

4 35 44 16.84 % 17.66 % 18.34 %

5 45 54 28.04 % 29.80 % 29.46 %

6 55 64 28.68 % 26.94 % 27.31 %

7 >= 65 14.64 % 14.05 % 13.47 %


Tabel Jumlah Pasien Meninggal Berdasarkan
Lama Hidup dengan Hemodialisis

No Lama HD Jumlah Pasien


1 <1 Bulan 57
2 1- < 3 Bulan 253
3 3 - < 6 Bulan 213
4 6 12 Bulan 387
5 12 - < 36 Bulan 157
6 > 36 Bulan 91
Presentasi Penyebab kematian pasien HD di
Indonesia tahun 2015
Jumlah Tindakan HD berdasarkan Durasi se
Indonesia Tahun 2007 - 2015
Jumlah Pemakaian Dialiser Re-Use Pada Tindakan
HD di Indonesia dari Tahun 2007 - 2015
Presentase Tindakan HD Berdasarkan Akses
Sirkulasi di Indonesia Tahun 2015
Jumlah Pemakaian Transfusi Pada Pasien HD di
Indonesia Tahun 2015
Presentase Pasien dengan Program Terapi
Eritropoetin Tahun 2015
Jumlah Pemakaian Terapi Preparat Besi IV Pada
Pasien HD di Indonesia Tahun 2007-2015
TARGET ADEKUASI

1. Tidak didapatkan tanda-tanda uremik


2. Tekanan darah sesuai target
3. Tercapai keseimbangan cairan
4. Tercapai target hemoglobin
5. Tercapainya pengendalian metabolisme :
protein, renal osteodistrofi, zat besi, dll
6. Status gizi yang optimal
Chronic Kidney Cardiovascular
Disease Disease

Kidney Failure End Heart Failure


(ESRD) Stage

CKD ( GFR) Progression ASCVD Events

Albuminuria
Initiation, Injury CAD, LVH, SD
Proteinuria

Elderly, DM, Elderly, DM,


HBP At Risk HBP

NDT (2001) 16 (5): 45-49


Stages in the course
of kidney & cardiovascular disease
Langkah-langkah pencegahan holistik:

G ula darah terkendali


I nfeksi Saluran kencing diatasi/dihindari
N o, hipertensi
J auhi obat/makanan/minuman racun Ginjal
A ir minum/ air putih secukupnya
L anjutkan perilaku hidup SEHAT
Umur dan Jenis Kelamin Faktor Genetik :
Etnis
Riwayat Keluarga
Faktor Lingkungan :
1.Faktor Makanan meliputi :
Obesitas
Konsumsi alcohol yang tinggi,
kopi, zat toksik Penyakit ginjal kronik
Konsumsi zat psikostimulan

2. Faktor sosial ekonomi

Faktor Penyakit :
Dislipidemia
3. Faktor merokok
Hipertensi
Infeksi saluran kencing (ISK)
4. Faktor obat obatan : Glomerulonefritis akut (GNA)
Narkoba Glomerulonefritis kronik (GNK)
Analgetik Peny. bawaan & batu ginjal
Non steroid antiinflamatory Drug Diabetes mellitus
Gagal jantung
Managing the Azotemic Patient
Establish Diagnosis * renal biopsy
* acute ?
* reversible ? * clearance
* genetic ? * bacteriuria ?
* BP + ?
Quantitate Renal Status * bone survey
* nerve conduction
* systemic disease ?
* project course
Initiate Surveillance * inventory donors
* tissue typing
* psychiatric evaluation
Family * * phosphate binders
Clergy * Formulate Life Plan * antihypertensives
social worker *
psychiatric * * extensive systemic disease
No Therapy * depression, psychosis
* infants
* malignancy
children * * elderly
adults * Transplantation Dialysis * no familial donor
diabetics * * Exalasis (?)
Cadaveric Live Donor Hemodialysis Peritoneal Dialysis

Home Hospital Center


Figure 22 | The CKD chronic care model.

Anda mungkin juga menyukai