Glomerulonefritis adalah salah satu jenis penyakit ginjal berupa
kerusakan yang terjadi pada glomeruli. Epidemiologi Dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering pada golongan umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi. Referensi lain menyebutkan paling sering ditemukan pada anak usia 6-10 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki dan perempuan, namun laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Diduga ada faktor resiko yang berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan dengan prevelansi penyakit ini, tapi kemungkinan prevalensi meningkat pada orang yang sosial ekonominya rendah, sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak sehat. Etiologi Penyebab dan Faktor Pemicu Glomerulonefritis Penyebab di balik glomerulonefritis belum diketahui secara pasti. Namun para pakar menduga bahwa glomerulonefritis merupakan kondisi autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan dan menyerang sel-sel yang sehat. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang mungkin bisa memicu inflamasi dan kerusakan pada glomeruli. Komplikasi dari infeksi-infeksi tertentu, misalnya infeksi tenggorok oleh bakteri streptokokus, HIV, hepatitis B dan hepatitis C, serta endocarditis (radang katup jantung). Mengidap kondisi autoimun lain yang biasanya diturunkan, contohnya lupus, vaskulitis (inflamasi pada dinding pembuluh darah), atau nefropati immunoglobulin A (IgA) yaitu penumpukan jenis immunoglobulin A pada glomeruli ginjal. Mengidap penyakit kronis, seperti hipertensi atau diabetes. Patogenesis Mula mula terjadi peradangan pada bagian tubuh lain sehingga tubuh berusaha memproduksi antibodi untuk melawan kuman penyebabnya. Apabila pengobatan terhadap peradangan pada tubuh lain itu tidak adekuat, maka tubuh akan memproduksi antibodi dan antibodi dalam tubuh akan meningkat jumlahnya dan lama kelamaan akan merusak glomerulus ginjal dan menimbulkan peradangan. Akibat dari peradangan tersebut, maka glomerulus ginjal tidak dapat lagi menjalankan fungsinya dengan baik karena menurunnya laju filtrasi ginjal ( GFR ) dan aliran darah ke ginjal ( REF ) mengalami penurunan. Darah, protein dan substansi lainnya yang masuk ke ginjal tidak dapat terfiltrasi dan ikut terbuang didalam urine sehingga dapat menyebabkan terjadinya proteinuria dan hematuria. Pelepasan sejumlah protein secara terus menerus ini akan mengakibatkan hipoprotein. Hal ini menyebabkan tekanan osmotik sel akan akan menurun dan menjadi lebih kecil dari tekanan hidrostatik sehingga cairan akan berpindah dari plasma keruangan interstisial dan menyebabkan edema fasial yang bermula dari kelopak mata dan pada kondisi kronik edema ini akan mengenai seluruh tubuh. Adanya peningkatan tekanan darah akibat mekanisme renin angiontensin yang merupakan respon tubuh untuk mengurangi sirkulasi volume cairan dan reabsorbsi air dan natrium ditubuh bertambah sehingga terjadilah edema. Manifestasi Klinis Tanda-tanda dan gejala glomerulonefritis yang umum adalah: Urin berwarna merah muda atau seperti cola karena sel-sel darah merah terbawa ke dalam urin Anda Urin berbusa karena kelebihan protein Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi Retensi cairan yang ditandai dengan pembengkakan di wajah, tangan, kaki, dan perut Kelelahan akibat anemia atau gagal ginjal Diagnosis Pemeriksaan fisik Riwayat kesehatan umum, meliputi gangguan atau penyakit yang lalu, berhubungan dengan penyakit sekarang. Riwayat kesehatan sekarang, meliputi; keluhan/gangguan yang berhubungan dengan penyakit saat ini. Seperti; mendadak nyeri abdomen, Pinggang, edema. PEMERIKSAAN FISIK 1. Aktivitas/istirahat Gejala: kelemahan/malaise Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot 2. Sirkulasi Tanda: hipertensi, pucat,edema 3. Eliminasi Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri) Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah) 4. Makanan/cairan Gejala: (edema), anoreksia, mual, muntah Tanda: penurunan keluaran urine 5. Pernafasan Gejala: nafas pendek Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul) 6. Nyeri/kenyamanan Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang penting pada pasien dengan dugaan glomerulonefritis mencakup : a. Penilaian fungsi ginjal dengan kreatinin serum dan bersihan kreatinin, b. Tes dipstik urin dan pemeriksaan mikroskopik terutama untuk mencari seldarah merah dan silinder, c. Ekskresi protein 24 jam, d. USG ginjal untuk mengetahui ukuran ginjal. e. Tes-tes imunologis penting untuk menemukan apakah glomerulonefritis tersebut bersifat sekunder atau tidak, dan tes ini harus mengikutsertakan antibodi sitoplasmik antineurotrofil (antineurotrophil cytoplasmic antibodies [ANCA]), faktor antinuklear (antinuclear factors [ANF]), komplemen C3 dan C4, antibodi anti- membran basal glomerulus (anti-glomerular basal membran [anti- GMB]), dan titer antistreptolisin O (ASO) f. Biopsi ginjal dibutuhkan untuk menegakan diagnosis yang akurat, namun biasanya tidak dilakukan apabila ginjalnya berukuran kecil. g. Urinalisis (UA) menunjukan hematnya gross, protein dismonfik dan bentuk tidak serasi Sdm, leusit dan gips hialin. h. Laju filtrasi glomerulus menurun, klerins kreatinin pada urin digunakan sebagai pengukur dal LFG spesine urin 24 jam dikumpulkan. Sampel darah untuk kreatinin juga ditampung dengan cara arus tengah (midstream). i. Nitrogen Urea Darah (BUN) dan kreatinin serum meningkat bila fungsi ginjal mulai menurun. j. Albumin serum dan protein total mungkin normal atau sedikit menurun (karena hemodilusi). k. Contoh urin acak untuk eletrokoresisi protein mengidentifikasi jenis protein urin yang dikeluarkan dalam urin. l. Elektrolit serum menunjukan peningkatan natrium dan peningkatan atau normal kadar-kadar kalium dan klorida. Tatalaksana 1. Apabila kelainan disebabkan oleh glomerulonefritis pasca sterptococcus akut, maka diperlukan terapi antibiotik. 2. Kerusakan glomerulus akibat proses otoimun dapat diobati dengan kortikosteroid untuk imunosupresi. 3. Pada Glumerulonefritis progresif cepat dapat digunakan antikoagulan untuk mengurangi pengedapan fibrin dan pembentukan jaringan parut. 4. Kontrol glukosa yang ketat pada penderita diabetes terbukti memperlambat atau mengurangi progresi glomerulonefritis. Penelitian menunjukkan inhibitor enzim pengubah-angiotensin ( ACE ) dapat mengurangi kerusakan glomerulus pada penderita diabetes bahkan jika tidak terbukti adanya hipertensi nyata. 5. Inhibotor ACE dapat mengurangi kerusakan glomerulus pada individu dengan hipertensi kronis. 6. Istirahat 1-2 minggu. 7. Modifikasi diet. 8. Pembatasan cairan dan natrium. 9. Antihipertensi 10. Pemberian diuretik furosemid secara IV (1mg/kg BB dosis tunggal) 11. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari) dianjurkan dialisa peritoneal atau hemodialisa. Komplikasi Glomerulonefritis terkadang bisa sembuh tanpa penanganan tertentu, terutama yang ringan. Tetapi jika tidak ditangani dengan saksama, kondisi ini bisa bertambah parah dan memicu penyakit lain. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah: Hipertensi. Sindrom nefrotik. Gagal ginjal akut. Penyakit ginjal kronis. Kerusakan pada organ lain seperti gagal jantung dan oedema paru karena cairan tertahan di dalam tubuh. Prognosis Glomerulonefritis akut poststreptococcal menyebabkan sepenuhnya dalam banyak kasus, terutama pada anak-anak. Sekitar 0,1% anak dan 25% dari orang dewasa menderita gagal ginjal kronis. Prognosis untuk orang dengan glomerulonefritis progresif cepat tergantung pada tingkat keparahan jaringan parut glomerular dan apakah penyakit yang mendasari, seperti infeksi, bisa disembuhkan. Pada sekitar 75% dari orang-orang yang diobati dini (dalam minggu sampai beberapa bulan), fungsi ginjal dipertahankan dan dialisis tidak diperlukan. Namun, karena gejala-gejala awal bisa tak jelas dan samar-samar, banyak orang yang telah glomerulonefritis progresif cepat tidak menyadari penyakit yang mendasarinya dan tidak mencari perawatan medis sampai gagal ginjal berkembang. Jika pengobatan terjadi terlambat, orang tersebut lebih mungkin menderita gagal ginjal kronis. Prognosis juga tergantung pada penyebab, usia orang tersebut, dan setiap penyakit lain orang tersebut mungkin. Jika penyebabnya tidak diketahui atau orang yang lebih tua, prognosis lebih buruk. Pada beberapa anak-anak dan orang dewasa yang tidak pulih sepenuhnya dari glomerulonefritis akut, jenis gangguan ginjal berkembang, seperti proteinuria asimtomatik dan sindrom hematuria atau sindrom nefrotik. Orang lain dengan glomerulonefritis akut, terutama orang dewasa yang lebih tua, sering mengembangkan glomerulonefritis kronis.