Anda di halaman 1dari 20

Managemen Kefarmasian

Di Pusat Kesehatan Masyarakat


(PUSKESMAS)

KELOMPOK 4

1. Putri Peni Utami (201410410311075)


2. Roziana Alvira (201410410311105)
3. Sahrini Putri (201410410311174)
4. Rika Febriani (201410410311221)
5. Nurul Askarani (201410410311222)
6. Nadya Fachrun Nisa (201410410311225)
7. Onelia Istighfarin S (201410410311226)
8. Wahidatin Nabila (201410410311256)
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan
kesehatan, kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Derajat kesehatan diselenggarakan bagi
masyarakat untuk mewujudkan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Puskesmas merupakan unit pelaksana
teknis dinas kesehatan
kabupaten atau kota yang
bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah
tolak ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian
dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian (Depkes RI, 2014).
LANDASAN HUKUM DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia untuk Prasarana dan Sarana
melakukan pekerjaan kefarmasian Prasarana adalah tempat,
di Puskesmas adalah apoteker fasilitas dan peralatan yang
Landasan Hukum (Undang-Undang RI Nomor 23 secara tidak langsung
1. UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). mendukung pelayanan
Tahun1992 tentang 1. Mampu menyediakan dan kefarmasian, sedangkan sarana
kesehatan. memberikan pelayanan adalah suatu tempat, fasilitas
2. UU Nomor 5 Tahun 1997 kefarmasian yang bermutu dan peralatan yang secara
tentang psikotropika. 2. Mampu mengambil keputusan langsung terkait dengan
3. UU Nomor 22 tahun secara profesional pelayanan kefarmasian. Dalam
1997 tentang narkotika. 3. Mampu berkomunikasi yang upaya mendukung pelayanan
4. KEPMENKES Nomor baik dengan pasien maupun kefarmasian di Puskesmas
125/Kab/B/VII/Tahun profesi kesehatan lainnya dengan disesuaikan dengan kebutuhan
19971 tentang wajib menggunakan bahasa verbal, masing-masing Puskesmas
wajib daftar obat. nonverbal maupun bahasa lokal. dengan memperhatikan luas
5. DOEN (Daftar Obat 4. Selalu belajar sepanjang karier cakupan, ketersediaan ruang
Esensial Nasional) baik pada jalur formal maupun rawat inap, jumlah karyawan,
informal, sehingga ilmu dan angka kunjungan dan kepuasan
keterampilan yang dimiliki selalu pasien.
baru (up to date).
Administrasi
Administrasi untuk sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan meliputi
semua tahap pengelolaan dan
pelayanan kefarmasian, yaitu :
Perencanaan
SEDIAAN FARMASI DAN PERBEKALAN Permintaan obat ke instalasi farmasi
KESEHATAN kabupaten/ kota
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat Penerimaan
tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan Penyimpanan mengunakan kartu
adalah semua bahan selain obat dan
stok atau komputer
peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan kesehatan. Pengelolaan Pendistribusian dan pelaporan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan menggunakan form LP-LPO.
(Lihat pada Buku Pedoman Obat Publik dan
Perbekalan Obat di Puskesmas, Ditjen Yanfar Pengadministrasian termasuk juga
dan Alkes, 2004). untuk:
Kesalahan pengobatan (medication
error)
Monitoring Efek Samping Obat
(MESO)
Medication Record
PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

Pengelolaan obat di puskesmas terdiri atas kegiatan


perencanaan, pengadaan, pendistribusian,
penyimpanan, pencatatan, dan pelaporan obat
(Anonim, 2006).
PERENCANAAN OBAT
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
puskesmas
Kegiatan perencanaan obat di puskesmas meliputi pemilihan jenis obat,
kompilasi pemakaian obat, dan perhitungan jumlah kebutuhan obat. Sementara
itu kegiatan dari proses pengadaan obat di puskesmas meliputi menyusun daftar
permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan, pengajuan permintaan
kebutuhan obat kepada Dinas Kesehatan Dati II/Gudang Obat dengan
menggunakan formulir Daftar Permintaan/Penyerahan Obat, serta penerimaan
dan pengecekan jenis dan jumlah obat.
PENGADAAN / PERMINTAAN
OBAT

Pengadaan obat di Puskesmas dilakukan untuk memperoleh jenis dan jumlah


obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat dengan cepat
dan tepat waktu.
Pengadaan/permintaan obat di puskesmas dilakukan melalui dinas kesehatan
kota dan Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) dengan mengajukan lembar
permintaan dan lembar pemakaian obat (LPLPO).
PENYIMPANAN OBAT
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.

Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk :


Memelihara mutu obat
Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung - jawab
Menjaga kelangsungan persediaan
Memudahkan pencarian dan pengawasan

Kegiatan penyimpanan obat meliputi :


a. Pengaturan tata ruang
b. Penyusunan stok obat
c. Pencatatan stok obat
d. Pengamatan mutu obat
DISTRIBUSI OBAT
Distribusi obat adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari
gudang obat secara merata dan teratur guna memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan
kesehatan (Anonima, 2006).

Tujuan distribusi :
Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan teratur sehingga dapat
diperoleh pada saat dibutuhkan.
Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di unit pelayanan
kesehatan.
Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan
program kesehatan.
PEMAKAIAN OBAT

Pemakaian atau penggunaan obat adalah suatu kegiatan yang


berkaitan dengan penggunaan obat yang meliputi (Anonim, 2006) :
1. Pembinaan cara penggunaan obat yang benar.
2. Adanya daftar sinonim untuk obat-obatan tertentu yang tersedia di
puskesmas.
3. Adanya daftar nama seluruh obat beserta kadar obat yang tersedia di
puskesmas baik di gudang atau ruang pelayanan maupun di ruang dokter.
4. Lampiran, daftar kadar obat.
5. Adanya perlengkapan kemasan (kantong plastik/botol, pot dan etiket).
6. Setiap pengeluaran obat-obatan dari ruangan pelayanan harus dicatat dalam
kartu status penderita yang kemudian dibukukan dalam buku pemakaian obat-
obatan/alat kesehatan.
PENCATATAN DAN PELAPORAN OBAT

Pencatatan dan pelaporan data obat di IF


Kabupaten/Kota merupakan rangkaian kegiatan
dalam rangka pengelolaan obat secara tertib baik
obat yang diterima, disimpan, didistribusikan.
PELAYANAN FARMASI KLINIK
1. PENERIMAAN RESEP

Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai


berikut :
Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter,
nomor surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf
dokter, tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara
penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien
Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada
resep atau obatnya tidak tersedia
2. PERACIKAN OBAT

Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :


Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal
kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
Peracikan obat.
Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket
warna biru untuk obat luar, serta menempelkan label kocok
dahulu pada sediaan obat dalam bentuk larutan.
Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
penggunaan yang salah
3. PENYERAHAN OBAT

Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :


Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya kurang stabil.
Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya
Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang
terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat, dll.
4. PELAYANAN INFORMASI
OBAT

Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti,


akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan
dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien
INFORMASI OBAT YANG
DIPERLUKAN PASIEN ADALAH :
Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan
dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam.
Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau
sesudah makan.
Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau
harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika
harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan
mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk
sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep
mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga,
suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.
5. MONITORING EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan


memantau seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian mulai dari pelayanan resep sampai
kepada pelayanan informasi obat kepada pasien
sehingga diperoleh gambaran mutu pelayanan
kefarmasian sebagai dasar perbaikan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas selanjutnya.
Hal-hal yang perlu dimonitor dan dievaluasi dalam
pelayanan kefarmasian di Puskesmas, antara lain :
Sumber daya manusia (SDM)
Pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan, dasar
perencanaan, pengadaan, penerimaan dan distribusi)
Pelayanan farmasi klinik (pemeriksaan kelengkapan
resep, skrining resep, penyiapan sediaan, pengecekan
hasil peracikan dan penyerahan obat yang disertai
informasinya serta pemantauan pemakaian obat bagi
penderita penyakit tertentu seperti TB, Malaria dan
Diare)
Mutu pelayanan (tingkat kepuasan konsumen)

Anda mungkin juga menyukai