Anda di halaman 1dari 28

DIARE

KELOMPOK 3
o LUH AYU RIZKA RATNA NINGTYAS
o AULIA RACHMAN
o TUTUT CHYNTIA RIZCA
o NURGHAISANI HENDRA ADLINA
o EMILIA MARHAMAH
o NURUL ASKARANI S
o NADYA FACHRUN NISA
o AISYAH LUTHFI KARIMAH
o WIDDADUL ATHIYAH
o NOVITA RAHMANIA PUTRI
o EVI WULANDARI
DIARE
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.(Depkes,2011)

Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses yang lunak dan cair.


Urgensi adalah sensasi inin defekasi yang tidak dapat ditunda. Ini dapat
mengidentifikasin adanya iritabilitas tetapi dapat pula terjadi ketika volume
feses yang cair terlalu banyak, sehingga menyebabkan rektum terlalu penuh
sebagai tempat penimbunan. Frekuensi hanya menggambarkan jumlah feses
yang dikeluarkan yang dapat atau tidak berhubungan dengan urgensi atau
diare.(Grace and Borley, 2006)
Etiologi
Etiologi diare akut pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum
diketahui, akan tetapi sekarang lebih dari 80% penyebabnya telah diketahui.
Terdapat 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Penyebab
utama oleh virus adalah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus
norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirs, minirotavirus, dan virus bulat kecil
(Depkes RI, 2005).

Penyebab diare juga dapat bermacam macam tidak selalu karena


infeksi dapat dikarenakan faktor malabsorbsi seperti malabsorbsi karbohidrat,
disakarida (inteloransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) monosakarida (inteloransi
glukosa, fruktosa, dan galaktosa), Karena faktor makanan basi, beracun, alergi
karena makanan, dan diare karena faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Vila
J et al., 2000).
GEJALA DIARE
Tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari
Kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu
makan, darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang
disebabkan oleh infeksi virus.
Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja
berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-
gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang,
dan sakit kepala.
Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi

(Amiruddin, 2007)
GEJALA DIARE
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
Kram perut
Demam
Mual dan muntah
Kembung
Anoreksia (tidak nafsu makan)
Lemas dan pucat
Urine output menurun (oliguria, anuria)
Turgor kulit menurun sampai jelek
Ubun-ubun / fontanela cekung
Kelopak mata cekung
Membran mukosa kering
(Suriadi, 2001)
PENATALAKSANAAN

a) Penggantian cairan dan elektrolit


Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana
harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena
diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa.
Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium
bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. 2,4 Cairan seperti itu
tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan
dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat
dibuat dengan menambahkan sendok teh garam, sendok teh baking soda, dan 2 4
sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk
mengganti kalium.
.
Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama
kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal
atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia
darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital,
pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke
cairan rehidrasi oral sesegera mungkin.
Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.
Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara : dikutip dari 8 BD
plasma, dengan memakai rumus :
b) Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit
pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan
tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi
kuman.
c) Obat anti diare
Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya
secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat
enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali
secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari
elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara
normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah nama hidrasec
sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula
digunakan lebih aman pada anak.
Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta
kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan
kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3 4x
sehari dan lomotil 5mg 3 4 x sehari.
Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini
cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare
akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau
smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan
infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus
terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi
elektrolit.
Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,
Karaya(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk
kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan
konsistensi feses tetapi tidak
dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.
Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau
diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami
peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran
cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/
menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.
Pencegahan
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral,
penularannya dapat dicegah
Dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering
mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama
mengolah makanan.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini
harus diberikan perhatian khusus. Air yang digunakan untuk
memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang
keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau
atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi.
Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk
tidak menelan air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air
yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi.
Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan
sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran.
Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu
yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC
terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak
dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan
terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius,
tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada
saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan
demam tipoid.
RESEP GANJIL
PRIMADEX FORTE
KOMPOSISI : primadex forte : trimetropim 160 mg & sulfametoxazol 800 mg

INDIKASI : Pengobatan oral untuk infeksi saluran infeksi karena bakteri e coli, klebsiella dan
enterobacter sp; m.morganii, p. Mirabilis dan p. Vulgaris; diare karena
enterogenik e.coli.

DOSIS : satu dengan dua kekuatan (sulfametoxazol 800 mg dan trimetropim 160 mg ) tablet
setiap 12 jam untuk 10-14 hari Diare ; satu dengan 2 kekuatan tablet 12 jam untuk 5
hari

KONTRAINDIKASI : hipersensitivitas terhadap sulsonamida ; anemia megaloblastik ;


kehamilan menytusui dan bayi umur 2 tahun

EFEK SAMPING : gangguan pencernaan mual, muntah, anoreksia


Reaksi dermatologi ruam atau urtikaria
Lanjutan.
PERHATIAN : factor resiko kehamilan tidak boleh digunakan pada ibu hamil
dan menyusui

INTERAKSI : Metotrexat menigkatkan efek toksik Metotrexat


Fenitoin trimetroprim menurunkan metabolism Fenitoin
Derivate sulfonamide trimetroprim meningkatkan ES hipoglikemia

CARA PENYIMPANAN : simpan tablet atau suspensi pada suhu kamar dalam
wadah tertutup, tahan cahaya
LITERATUR
A to Z Drug Facts
Drug Information Handbook, 17th Edition
SCOPMA
Komposisi : Scopolamine Butylbromide
Indikasi : Pengobatan terhadap kejang otot polos genitourinaria atau
saluran pencernaan ; injeksi juga dapat digunakan untuk prosedur
sebelum radiologi / diagnostic untuk mencegah kejang (DIH 17th ed)
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap skopolamin, alkaloid
belladonna lainnya, atau komponen lain dalam formulasi; glaukoma sudut
sempit; perdarahan akut; ileus paralitik; takikardia sekunder untuk
insufisiensi jantung; myasthenia gravis
Dosis :
Oral: 10-20 mg sehari (1-2 tablet); maksimum: 6 tablet / hari
I.M., I.V : 10-20 mg; maksimum: 100 mg / hari.
suntikan intramuskular harus diberikan 10-15 menit sebelum prosedur
radiologi / diagnostik
(DIH 17th ed)
Interaksi
Acetylcholinesterase Inhibitors (Central): Antikolinergik dapat mengurangi
efek terapeutik acetylcholinesterase Inhibitors (Central).
Acetylcholinesterase Inhibitors (Central) dapat mengurangi efek terapeutik
Antikolinergik. Jika tindakan antikolinergik adalah efek samping dari agen,
hasilnya mungkin menguntungkan. Risiko C: monitoring terhadap terapi
yang dihasilkan (DIH 17th ed).
Efek Samping :
Pertimbangan Geriatric: Karena durasi panjang tindakan sebagai agen
mydriatic, itu harus dihindari pada pasien usia lanjut. agen antikolinergik
tidak ditoleransi dengan baik pada orang tua dan penggunaannya harus
dihindari jika memungkinkan.
Faktor Risiko Kehamilan
Pertimbangan kehamilan : efek teratogenik tidak diamati dalam studi
hewan; Peristiwa embriotoksik diamati dalam beberapa studi. Skopolamin
melintasi plasenta; dapat menyebabkan depresi pernapasan dan / atau
perdarahan neonatal ketika digunakan selama kehamilan. Transdermal
skopolamin telah digunakan sebagai tambahan untuk anestesi epidural
untuk persalinan sesar tanpa efek CNS buruk pada bayi baru lahir. Kecuali
bila digunakan sebelum operasi caesar, gunakan selama kehamilan hanya
jika manfaat untuk ibu melebihi potensi risiko pada janin.
Laktasi : Memasuki ASI / penggunaan hati-hati
(DIH 17th ed)
Perhatian :
Efek SSP: Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan / atau penglihatan
kabur, yang dapat mengganggu kemampuan fisik atau mental; pasien harus
diperingatkan tentang tugas melakukan yang membutuhkan kewaspadaan
mental
Reaksi idiosinkratik: Pasien dengan reaksi istimewa untuk antikolinergik,
termasuk skopolamin, mungkin mengalami disorientasi, delirium dan / atau
ditandai mengantuk; bisa disertai dengan pupil melebar, nadi cepat dan
xerostomia.
gangguan visual: Hentikan jika pasien melaporkan gangguan penglihatan
yang tidak biasa atau nyeri di dalam mata.
Penyakit kardiovaskular: Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
penyakit arteri koroner, takiaritmia, gagal jantung, atau hipertensi;
mengevaluasi takikardia sebelum pemberian.
Obstruksi gastrointestinal
Gangguan hati: Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan hati; efek
samping CNS terjadi lebih sering pada pasien ini.
Hiatus hernia: Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan hernia hiatus dengan refluks
esofagitis.
Prostat hiperplasia / retensi urin: Gunakan injeksi, tetes mata, dan produk transdermal
dengan hati-hati pada pasien dengan prostat hyperplasia (nonobstruktif) atau retensi urin;
produk oral kontraindikasi.
Psikosis: Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat psikosis; mungkin
memperburuk kondisi. gangguan ginjal: Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
gangguan ginjal; efek samping CNS terjadi lebih sering pada pasien ini. gangguan kejang:
Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat gangguan kejang; mungkin
memperburuk kondisi.
Kolitis ulseratif: Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan kolitis ulserativa; dapat
memicu / memperburuk megakolon toksik.
Pediatrics: Gunakan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak karena mereka mungkin
lebih rentan terhadap efek samping; keamanan dan keefektifan belum ditetapkan untuk
penggunaan transdermal dan skopolamin oral pada anak-anak
(DIH 17th ed)
Mekanisme Kerja : memblok aksi asetilkolin pada situs parasimpatis pada
otot polos, kelenjar sekresi dan SSP; meningkatkan curah jantung,
mengurangi sekresi, antagonis histamin dan serotonin; melebarkan pupil
Farmakodinamika :
Onset
Oral, I.M : 0,5-1 jam;
I.V : 10 menit
Puncak efek : 20-60 menit; mungkin 3-7 hari untuk pemulihan penuh;
Durasi
Transdermal : 24 jam
Oral, I.M : 4-6 jam; I.V .: 2 jam Penyerapan: garam Tersier
(hidrobromida) yang diserap dengan baik; garam
kuaterner (butylbromide) yang buruk diserap (konsentrasi
lokal di saluran pencernaan berikut dosis oral mungkin tinggi)
Metabolisme: Hati
Waktu paruh eliminasi: 4,8 jam Ekskresi: Urin (<10%, dilihat dari metabolit
pasien geriatric)
LOPERAMID
Indikasi : Diare akut dan Kronik
Dosis : Diare akut :Dewasa : 2 Tablet, anak-anak > 5 tahun : dosis
awal 1 tablet. Diikuti dengan 1x tablet setiap habis buang air besar
Diare kronik : Dewasa : 2 Tablet, anak-anak > 5 tahun : dosis awal 1
tablet
Diminum sebelum makan atau sesudah makan
Kontraindikasi : tidak boleh menghambat peristaltik
Perhatian : bayi umur <24 bulan, kehamilan (B)
Efek samping : Mulut kering, pusing, frekuensi BAK meningkat
Interaksi obat : alkohol, antidepresan MAOI

Anda mungkin juga menyukai