Anda di halaman 1dari 25

IMMUNODEFISIENSI

Dwi Nurwulan Pravitasari

1
Imunodefisiensi
• Menurunnya atau gagalnya fungsi salah satu
atau lebih komponen sistem imun.
• Dapat melibatkan :
– Spesifik : sel T/sel B
– Non-spesifik : fagosit dan komplemen, NK sel
• Gejala klinik yang menonjol :
– infeksi berulang atau berkepanjangan
– infeksi oportunistik yang tidak memberikan respons
adekuat terhadap terapi antimikroba

2
Imunodefisiensi
• Imunodefisiensi dibagi menjadi :
– Primer/congenital
– Fisiologik
– Sekunder/didapat, biasanya terjadi akibat
malnutrisi, kanker, obat imunosupresif infeksi
pada sel sistem imun, AIDS

3
Imunodefisiensi Primer
• Imunodefisiensi primer :
– jarang terjadi
– kelainan dalam sistem fagosit dan atau
komplemen (C1-8), atau defek dalam proses
maturasi dan fungsi limfosit

4
Imunodefisiensi Primer
• X-linked hypoglobulinemia :
– Bruton 1952, agamaglobulinemia yang X-linked
– Jarang sekali terjadi 1/100.000
– Terjadi pada bayi laki-laki
– Nampak pada usia 5 – 6 bulan
– Bayi menderita infeksi bakteri berulang
– Px : tidak terbentuk Ig dari semua kelas Ig, darah,
sumsum tulang, limpa dan kelenjar limfoid tidak
mengandung sel B

5
Imunodefisiensi Primer
- Bayi menderita otitis media, rekurens bronchitis,
septikemi, pneumonia, arthritis, meningitis dan
dermatitis
- Kuman penyebab pada umumnya : H.influenza
dan S. pneumoniae

6
Imunodefisiensi Primer
• Common variable immuno-deficiency (CVID)
– sering dijumpai
– bukan herediter, umumnya timbul setelah dewasa
(15-35 th)
– pria dan wanita
– ditandai infeksi piogenik berulang kali
– sumsum tulang : sel B-imatur dalam jumlah normal
atau 85 % sel B tidak berfungsi normal, kadar semua
kelas Ig sangat menurun

7
Imunodefisiensi Primer
– Limfosit B tidak mampu berdeferensiasi
menjadi sel plasma atau tidak mampu
mensekresi Ig
– Kadang dijumpai kelainan limfosit T
– Etiologi : belum diketahui dan dapat timbul
setiap saat

8
Imunodefisiensi Primer
• Chronic mucocutaneus candidiasis (CMC)
- Infeksi jamur yang non patogenik yang disertai
gangguan fungsi sel T
- Pada pria dan wanita terutama anak
- Diduga herediter

9
Imunodefisiensi Primer
• Aplasia timus congenital (Sindrom di
George)
– Defek perkembangan embrio yang terjadi
pada 12 mg gestasi
– Bayi mengalami hipokalsemi 24 jam setelah
lahir dan sering disertai kelainan jantung dan
ginjal congenital
– Bukan herediter
– Terjadi infeksi kronik oleh virus, bakteri, jamur
dan protozoa
10
Imunodefisiensi fisiologik
• Kehamilan

– Defisiensi imun seluler (sel Ts) dan efek supresi dari


humoral trophoblas
– Diperlukan untuk kelangsungan hidup fetus

11
Imunodefisiensi fisiologik
• Usia lanjut
– Jaringan timus atropi : Tc/CD8 dan Th1 turun efek
apoptosis
– Defisiensi seluler sering disertai dengan
meningkatnya kejadian kanker, kepekaan terhadap
infeksi m/ tbc, herpes, gangguan penyembuhan
infeksi, autoimun

12
Imunodefisiensi fisiologik
• Usia dini (lahir – 5 tahun)
– Sel T yang naive tinggi sehingga tidak bisa
merespon antigen yang masuk
– IgG : transfer plasenta dari ibu

13
Imunodefisiensi secunder
• Malnutrisi
– Malnutrisi protein : atropi timus dan jaringan
limfoid, depresi respons sel T, limfokin,
gangguan respon uji hypersensitivitas type IV
– Membaik setelah diberikan diet cukup

14
Imunodefisiensi secunder
• Infeksi
– infeksi virus dan bakteri dapat menekan
sistem imun
– kehilangan imunitas seluler terjadi pada
penyakit campak, mononucleosis, hepatitis
virus, sifilis, lepra, tuberculosis dan parasit
(Sel TDh)

15
Imunodefisiensi secunder
• Acquaired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS)
– Diungkapkan pada awal tahun 1980-an
– Ciri : imunosupresi dengan manifestasi klinik
yang beragam infeksi oportunistik, keganasan
dan degenerasi susunan saraf pusat

16
Imunodefisiensi secunder
• Acquaired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS)
– Ditemukan pada homoseks dan biseks,
pecandu obat, transfusi darah dan transmisi
fetomaternal (ibu HIV positif kepada janin)

17
Imunodefisiensi secunder
– Disebabkan : human immunodeficiency virus
(HIV) terutama menginfeksi sel T
– Kegagalan sistem imun untuk mengatasi
infeksi HIV:
1.Sel T berkurang akibat terinfeksi virus
2.HIV mutasi yang sangat tinggi sehingga tidak
dikenal oleh sistem imun

18
Imunodefisiensi secunder
3. Sel yang terinfeksi HIV dapat mengelak dari
lisis
4. HIV dapat menghambat imunitas seluler
dengan cara menghambat transkripsi sitokin
oleh sel Th
5. Sel B aktif membentuk antibodi Ig dan imun
kompleks dalam serum meninggi

19
Imunodefisiensi secunder
• Virus dikenali oleh dendrite sel (APC) 
mengaktifkan CD4  berada di kelenjar
lymphe  viremia  mengaktifkan sel B
untuk menghasilkan Ab  Ag-Ab
compleks dan virus replikasi masuk ke
lymphoid  sel T abnormal  selain itu
terinfeksi oleh mikrobial lainnya (AIDS)

20
Imunodefisiensi secunder
• Obat, tindakan kateterisasi dan bedah
– Dapat menimbulkan imunokompromis
• Obat sitotoksik, gentamycin, amikain
menganggu kemotaksik neutrofil
• Steroid dosis tinggi menekan fungsi sel T dan
inflamasi

21
Imunodefisiensi secunder
• Tetracycline menekan imunitas seluler
• Kloramphenicol menekan respon antibodi
• Obat kemoterapi, analgesic, antihistamin,
antitiroid, antikonvulsi, penenang dan
antibiotika menurunkan jumlah neutrofil

22
Imunodefisiensi secunder
• Penyinaran
– dosis tinggi dapat menekan jaringan limfoid
– dosis rendah menekan aktivitas sel Ts

23
Imunodefisiensi secunder
• Penyakit berat
– uremia menekan sistem imun dan
menimbulkan defisiensi imun
– nefrotik sindrom defisiensi immunoglobulin
karena tubuh kehilangan protein berlebih

24
25

Anda mungkin juga menyukai