Anda di halaman 1dari 43

PANDUAN

PENULISAN RESEP

DIVISI FARMASI
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
Bahasan
• Definisi dan tujuan Panduan Penulisan Resep
• Tata Kelola
 Resep
 Kertas Resep
 Kebijakan Penulisan Obat Generik
 Kerahasiaan Dalam Penulisan Resep
 Jenis-Jenis Resep
 Bahasa Latin Dalam Resep
 Apograph atau Salinan Resep
• Tata Laksana
 Kaidah Penulisan Resep
 Tata Cara Penulisan Resep di Rumah Sakit
Filosofi dasar peresepan (Bernhard Fantus)

Resep adalah kunci dari seluruh upaya terapi


seorang dokter kepada pasiennya

Resep dibuat berdasarkan pada diagnosis


(dasar patofisiologi dan prognosis kasus
serta pengetahuan Farmakologi dan Terapi
seorang dokter)

Kelemahan pada salah satu dasar tersebut akan


tercermin pada resep yang ditulis
Penulisan resep

adalah langkah yang dilakukan dokter untuk


pasiennya setelah melakukan anamnesis,
menegakkan diagnosis dan prognosis serta
memutuskan bahwa diperlukan terapi
farmakologi

(WHO, 1994; Jas, 2009)


Resep

adalah suatu permintaan tertulis dari dokter,


dokter gigi, atau dokter hewan yang diberi izin
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
kepada apoteker/farmasis untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi penderita

(WHO, 1994; Jas, 2009)


Contoh Resep-kaidah penulisan
.............................
.............................
.............................
..............................................................................

.............................

.............................
Definisi Panduan Penulisan Resep

serangkaian petunjuk/penuntun atau informasi


untuk menuliskan obat atau alat kesehatan pada lembar
resep (pasien Rawat Jalan) atau pada Rekam Medik
(pasien Rawat Inap) secara benar sehingga tidak
menimbulkan kesalahan penafsiran atau
interpretasi bagi pembaca resep atau petugas farmasi
(Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian)
Tujuan

Penyamaan persepsi penulis resep dan pembaca resep


tidak menimbulkan kekeliruan penafsiran atau
interpretasi
Penuntun atau sumber informasi bahkan media
komunikasi lintas profesi berkaitan erat dengan terapi
pasien
Mewujudkan terapi yang rasional dengan menuliskan
jenis dan dosis obat secara tepat, cara dan jadwal
pemberian yang sesuai untuk penderita yang tepat
Upaya pengawasan distribusi obat kepada masyarakat
sebagai tanggung jawab profesional
PERMENKES 58 TAHUN 2014 Tentang Standar
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

• Pengkajian dan pelayanan resep  Pelayanan


farmasi klinik

Persyaratan administrasi :
• Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan TB
• Nama, nomor ijin dan paraf dokter
• Tanggal resep
• Ruangan/unit asal resep
Persyaratan Farmasetik :
• Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan
• Dosis dan jumlah obat
• Stabilitas
• Aturan dan cara penggunaan

Persyaratan klinis :
• Duplikasi pengobatan
• Alergi dan Reaksi Obat yg tidak dikehendaki
(ROTD)
• Kontraindikasi dan Interaksi obat
KEPMENKES HK.02.02/MENKES/068/I/2010
Tentang Obat Generik

Dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan


kesehatan pemerintah wajib menulis resep obat
generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis
KEPMENKES HK.03.01/MENKES/159/I/2010
Pedoman Dan Pembinaan Dan Pengawasan
Penggunaan Obat Generik Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah

• Pemantauan pelaksanaan penulisan resep obat


generik dilakukan oleh instalasi farmasi rumah
sakit dan hasil pemantauan dilaporkan ke
Dinkes Kota/Kab
Siapa yang berhak menulis resep ?

• Yang berhak menulis resep adalah Dokter Penanggung


Jawab Pasien (DPJP) dan mempunyai SIP di RSUA

• Penulis resep harus melakukan penyelarasan obat


(medication reconciliation) sebelum menulis resep

• Penulis resep harus memperhatikan kemungkinan


adanya kontraindikasi, interaksi obat dan reaksi alergi
Penulisan Resep

 Resep ditulis secara manual pada blanko lembar


resep berukuran 10-12 cm x 15-18 cm atau
catatan pengobatan /instruksi pengobatan
dengan kop RSUA yang telah dibubuhi stempel
Poli/Ruangan/Unit tempat pasien
dirawat/berobat

 Tulisan harus jelas dan dapat dibaca,


menggunakan istilah dan singkatan yang lazim
atau yang sudah ditetapkan sehingga tidak
menimbulkan salah pengertian
Tata cara
• Terapi obat dituliskan dalam rekam medik hanya ketika :
- obat pertama kali diresepkan atau
- rejimen berubah atau
- obat dihentikan

• Untuk terapi obat lanjutan pada rekam medik dituliskan


“terapi lanjutkan”

• Pada catatan pemberian obat (Medication Chart) tetap


dicantumkan semua nama obat dan rejimennya
Tata cara

 Dokter harus mengenali obat-obat yang masuk


dalam daftar Look Alike Sound Alike (LASA)
yang diterbitkan oleh Divisi Farmasi

 Obat yang diresepkan harus sesuai dengan


Formularium RS Universitas Airlangga
Kelengkapan penulisan resep

 Nama pasien
 Tanggal lahir atau umur pasien (jika tidak dapat
mengingat tanggal lahir)
 BB pasien (pasien anak)
 BB dan TB untuk pasien yang perhitungan dosis
obatnya berdasarkan luas permukaan tubuh
 Nama dokter
 Tanggal penulisan resep
 Nama ruang pelayanan / nama poli
Tata cara

• Riwayat alergi obat  kolom riwayat alergi


obat.
• Tanda R/ pada setiap sediaan
• Nama obat tunggal ditulis nama generik
• Obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam
Formularium, dilengkapi:
- bentuk sediaan obat (injeksi, tablet, dll)
- kekuatan (250 mg, 500 mg, 1 gram)
- jumlah sediaan
Tata cara
Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu
sediaan tidak dianjurkan kecuali efektif

Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap


jenis/bahan obat dan jumlah bahan obat
bahan padat : mikrogram, miligram, gram
cairan : tetes, milliliter, liter
Tata laksana
 Penggunaan obat off-label harus berdasarkan
panduan pelayanan medik yang ditetapkan oleh
KSM

 Aturan pakai - frekuensi, dosis, rute pemberian


harus jelas
aturan pakai jika perlu atau prn atau “pro re
nata” harus dituliskan dosis maksimal
dalam sehari dan indikasinya
Contoh resep
baru
halaman depan
Contoh resep
baru halaman
belakang

FORM PELAYANAN INFORMASI OBAT


Tata Kelola
• Pasien diberi penjelasan tentang efek tidak
diharapkan yang mungkin terjadi akibat
penggunaan obat

• Permintaan peresepan/instruksi pengobatan


baru yang telah diterima oleh petugas farmasi
secara lisan harus diganti dengan
resep/instruksi pengobatan tertulis

• Resep/instruksi pengobatan yang tidak


memenuhi kelengkapan yang ditetapkan, tidak
akan dilayani oleh farmasi
Tata laksana
 Jika resep/instruksi pengobatan tidak dapat dibaca
atau tidak jelas, maka Apoteker/TTK yang menerima
resep/instruksi pengobatan tersebut harus
menghubungi dokter penulis resep sesuai dengan
SPO

 Instruksi lisan (Verbal Order) harus diminimalkan

 Instruksi lisan untuk obat high alert tidak


diperbolehkan kecuali dalam situasi emergensi

 Instruksi lisan tidak diperbolehkan saat dokter


berada di ruang rawat. Pelaksanaan instruksi lisan
mengikuti SPO
• Setiap obat yang diresepkan harus sesuai
dengan yang tercantum dalam rekam medik

• Kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan


karena operasi atau sebab lain harus dituliskan
kembali dalam rekam medik, untuk narkotika
dan psikotropika harus ditulis dalam bentuk
resep

• Jumlah R/ dalam satu lembar resep maksimal 4


R/
• Penulisan nama brand
obat

• Frekuensi penggunaan:
1-1-1, 0-0-1 seharusnya
3 dd 1 atau 1 dd 1 ...hs

• Jumlah R/ dalam satu


lembar resep lebih dari 4
R/

• Aturan pakai „prn‟ sering


tidak disebutkan dosis
maksimum perhari
Penulisan singkatan mengikuti kaidah :
… IU seharusnya ditulis … Unit
… gr seharusnya ditulis … g (gram)
No. Singkatan tidak Arti singkatan Kekeliruan Penulisan
diperbolehkan penafsiran yang benar
1. AZT Zidovudine Azathioprine, Zidovudine
(Retrovir) aztreonam (Retrovir)
2. CC Centimeter Unit mL
Cubic
3. IJ Injeksi IV Injeksi
4. IN Intranasal Im atau Iv Intranasal
5. MS Morfin Sulfat Magnesium, Morfin
Magnesium Sulfat
Sulfat
No. Singkatan Arti Kekeliruan Penulisan yang
tidak singkatan penafsiran benar
diperboleh
kan
6. MSO4 Morfin Sulfat Magnesium Morfin Sulfat
Sulfat, Sulfat
7. MgSO4 Magnesium Morfin Sulfat Magnesium
Sulfat Sulfat
8. OD, OS, Mata kanan, Telinga kanan, Mata kanan,
OU mata kiri, tiap telinga kiri, tiap mata kiri, tiap
mata telinga mata
9. od Once daily/ Mata kanan Sekali sehari
satu kali atau sehari
sehari sekali
No. Singkatan Arti Kekeliruan Penulisan yang benar
tidak singkatan penafsiran
diperboleh
kan
10. SC, SQ, Subcutaneus SL (Sub Subcut atau subcutan
Subq Lingual)
11. U Unit 0 atau 4 Unit

12. X.0 mg X mg X0 mg Jangan menuliskan


angka “0” di belakang
koma desimal (mg)
13. .X mg 0.X mg X mg Harus menggunakan
“0” sebelum koma
desimal (0,X mg)
Contoh : singkatan sediaan obat
Restriksi penulisan resep beberapa sediaan obat
oleh KSM px BPJS
No. Sediaan obat Ketentuan Penulis R/

1. Lamivudin tab 100 Px Hepatitis B kronik Dokter SpPD


mg dilakukan pemeriksaan (KGEH)
HBV-DNA
2. Alprazolam tab Px Psikosomatik SpPD
Max. 5 hari/bulan

Px Panic SpKJ
Attack/Disorder
3. Ribavirin tab 200 Px Hepatitis C Dokter SpPD
mg Diberikan bersama (KGEH)
interferon alfa
R/ tertutup no. resep
Penulisan angka Romawi tidak lazim
untuk jumlah sediaan
Tidak ada R/ setiap sediaan obat
Penulisan nama sediaan F V
PENULISAN RESEP YANG TEPAT
DAN RASIONAL

• Penulisan resep yang tepat dan rasional


merupakan penerapan berbagai ilmu
 banyak variabel harus diperhatikan

• Variabel yang harus diperhatikan :


1. Unsur Obat
2. Kombinasi Obat
3. Penderita
PENULISAN RESEP YANG TEPAT
DAN RASIONAL
• Rasional : Rasio kemanfaatan lebih besar dari
resiko efek yang tidak diharapkan dari obat

• Penulisan resep yg rasional :


- Tepat Obat
- Tepat Dosis
- Tepat Bentuk sediaan
- Tepat Penderita
- Tepat Indikasi
DAMPAK PERESEPAN YANG TIDAK RASIONAL

• Tidak tercapai efektifitas obat/target terapi yg


dikehendaki
• Bertambahnya kemungkinan toksisitas obat
yang diberikan
• Terjadi interaksi obat satu dengan obat lain
• Meningkatkan biaya pengobatan penderita
DAFTAR PUSTAKA
• Anonim. 2014. Permenkes no. 58 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit.
• Anonim. 2010. Permenkes 68 Tahun 2010 tentang
Obat Generik.
• Jas, A. 2009. Perihal Resep dan Dosis serta latihan
Menulis Resep. Edisi 2. Medan: Universitas
Sumatera utara Press. 1-15
• Joenoes. NZ. 1995. Ars Prescribendi Resep yang
Rasional. Edisi 1. Airlangga University Press.
• Samsuri. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai