Anda di halaman 1dari 19

Pemeriksaan fisik pada keganasan paru

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan


kelainan-kelainan berupa perubahan bentuk
dinding toraks dan trakea, pembesaran
kelenjar getah bening dan tanda-tanda
obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan
cairan pleura.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan
oleh kanker paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai
dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan
analisis gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan
oleh kanker paru pada organ-organ lainnya.
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan
oleh kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh karena
tumor primernya maupun oleh karena metastasis.
Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling
utama dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru.
Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan
tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah
bening, dan metastasis ke organ lain.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode
tomografi komputer. Pada pemeriksaan tomografi
komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan
dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas.
Keuntungan tomografi komputer tidak hanya
memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi
serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer
juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat
mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh
struktur normal yang berdekatan.
Sitologi
Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang
rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada
jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran
perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain
itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang
dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum
adalah pemeriksaan yang paling sederhana dan murah untuk
mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif.
Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk
kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering
digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan
risiko tinggi.
Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor
bronkus merupakan indikasi untuk bronkoskopi.
Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik,
perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat
dilihat berupa nodul atau gumpalan daging.
Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada
tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang
letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung
bronkoskop.
Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak
digunakan untuk mendiagnosis tumor pada
paru terutama yang terletak di perifer. Dalam
hal ini diperlukan peranan radiologi untuk
menentukan ukuran dan letak, juga menuntun
jarum mencapai massa tumor. Penentuan
letak tumor bertujuan untuk memilih titik
insersi jarum di dinding kulit toraks yang
berdekatan dengan tumor.
Keganasan nasofaring
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pemeriksaan status generalis dan status lokalis.
Pemeriksaan nasofaring:
Rinoskopi posterior
Nasofaringoskop ( fiber / rigid )
Laringoskopi
Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI (Narrow Band
Imaging) digunakan untuk skrining, melihat mukosa
dengan kecurigaan kanker nasofaring, panduan lokasi
biopsi, dan follow up terapi pada kasus-kasus dengan
dugaan residu dan residif.
Pemeriksaan Radiologik
a. CT Scan
Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring mulai setinggi sinus
frontalis sampai dengan klavikula, potongan koronal, aksial, dan
sagital, tanpa dan dengan kontras. Teknik pemberian kontras
dengan injector 1-2cc/kgBB, delay time 1 menit. CT berguna untuk
melihat tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitarnya serta
penyebaran kelenjar getah bening regional.
b. USG abdomen
Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen. Apabila dapat
keraguan pada kelainan yang ditemukan dapat dilanjutkan dengan
CT Scan Abdomen dengan kontras.
c. Foto Thoraks
Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya
kelainan maka dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks dengan kontras.
d. Bone Scan
Untuk melihat metastasis tulang.
. Pemeriksaan Patologi Anatomik
Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan PA dari biopsi
nasofaring BUKAN dari Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH)
atau biopsi insisional/eksisional kelenjar getah bening leher.
Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau mulut
dengan
tuntunan rinoskopi posterior atau tuntunan nasofaringoskopi
rigid/fiber.

Pelaporan diagnosis karsinoma nasofaring berdasarkan


kriteria WHO yaitu:
Karsinoma Sel Skuamosa Berkeratin (WHO 1)
Karsinoma Tidak Berkeratin:
Berdiferensiasi (WHO 2)
Tidak Berdiferensiasi (WHO 3)
Karsinoma Basaloid Skuamosa
Eksplorasi nasofaring dengan anestesi umum jika:
1. Dari biopsi dengan anestesi lokal tidak didapatkan hasil yang positif
sedangkan gejala dan tanda yang ditemukan menunjukkan ciri
karsinoma nasofaring.
2. Unknown Primary Cancer
Prosedur ini dapat langsung dikerjakan pada:
Penderita anak
Penderita dengan keadaan umum kurang baik
Keadaan trismus sehingga nasofaring tidak dapat diperiksa.
Penderita yang tidak kooperatif
Penderita yang laringnya terlampau sensitif
3. Dari CT Scan paska kemoradiasi/ CT ditemukan kecurigaan residu / rekuren,
dengan Nasoendoskopi Nasofaring menonjol.
Biopsi Aspirasi Jarum Halus Kelenjar Leher
Pembesaran kelenjar leher yang diduga keras sebagai metastasis tumor
ganas nasofaring yaitu, internal jugular chain superior, posterior
cervical triangle node, dan supraclavicular node jangan di biopsi
terlebih dulu sebelum ditemukan tumor induknya. Yang mungkin
dilakukan adalah Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH).
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologik : darah perifer lengkap, LED,
hitung jenis.
Alkali fosfatase, LDH
SGPT SGOT
Kanker mediastinum
Pemeriksaan fisik akan memberikan informasi
sesuai dengan lokasi, ukuran dan keterbatasan
organ lain, misalnya telah terjadi penekanan
ke organ sekitarnya. Kemungkinan tumor
mediastinum dapat dipikirkan atau dikaitkan
dengan beberapa keadaan klinis lain,
misalnya:
miastenia gravis mungkin menandakan timoma
limfadenopati mungkin menandakan limfoma
Prosedur Radiologi
Foto toraks
Dari foto toraks PA/ lateral sudah dapat ditentukan lokasi tumor, anterior, medial atau
posterior, tetapi pada kasus dengan ukuran tumor yang besar sulit ditentukan
lokasi yang pasti.
Tomograf
Selain dapat menentukan lokasi tumor, juga dapat mendeteksi klasifikasi pada lesi,
yang sering ditemukan pada kista dermoid, tumor tiroid dan kadang-kadang
timoma. Tehnik ini semakin jarang digunakan.
CT-Scan toraks dengan kontras

Selain dapat mendeskripsi lokasi juga dapat mendeskripsi kelainan tumor secara lebih
baik dan dengan kemungkinan untuk menentukan perkiraan jenis tumor, misalnya
teratoma dan timoma. CT-Scan juga dapat menentukan stage pada kasus timoma
dengan cara mencari apakah telah terjadi invasi atau belum. Perkembangan alat
bantu ini mempermudah pelaksanaan pengambilan bahan untuk pemeriksaan
sitologi. Untuk menentukan luas

radiasi beberapa jenis tumor mediastinum sebaiknya dilakukan CT-Scan toraks dan
CT-Scan abdomen.
Flouroskopi

Prosedur ini dilakukan untuk melihat kemungkinan aneurisma aorta.


Ekokardiografi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi pulsasi pada tumor yang diduga
aneurisma.
Angiografi
Teknik ini lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma dibandingkan flouroskopi dan
ekokardiogram.
Esofagografi
Pemeriksaan ini dianjurkan bila ada dugaan invasi atau penekanan ke esofagus.
USG, MRI dan Kedokteran Nuklir
Meski jarang dilakukan, pemeriksaan-pemeriksaan terkadang harus dilakukan untuk
beberapa kasus tumor mediastinum.
Patologi Anatomik
Beberapa tindakan, dari yang sederhana sampai yang
kompleks perlu dilakukan untuk mendapatkan jenis tumor.
Pemeriksaan sitologi
Prosedur diagnostik untuk memperoleh bahan
pemeriksaan untuk pemeriksaan sitologi ialah:
biopsi, jarum halus (BJH atau fine needle aspiration biopsy, FNAB),
dilakukan bila ditemukan pembesaran KGB atau tumor supervisial.
punksi pleura bila ada efusi pleura
bilasan atau sikatan bronkus pada saat bronkoskopi
biopsi aspirasi jarum, yaitu pengambilan bahan dengan jarum yang
dilakukan bila terlihat masa intrabronkial pada saat prosedur
bronkoskopi yang amat mudah berdarah, sehingga biopsi amat
berbahaya
biopsi transtorakal atau transthoracal biopsy (TTB) dilakukan bila
massa dapat dicapai dengan jarum yang ditusukkan di dinding dada
dan lokasi tumor tidak dekat pembuluh darah atau tidak ada
kecurigaan aneurisma. Untuk tumor yang kecil (<3cm>, memiliki
banyak pembuluh darah dan dekat organ yang berisiko dapat
dilakukan TTB dengan tuntunan flouroskopi atau USG atau CT Scan.
Pemeriksaan histologi
Bila BJH tidak berhasil menetapkan jenis
histologis, perlu dilakukan prosedur di bawah ini:
biopsi KGB yang teraba di leher atau supraklavikula. Bila
tidak ada KGB yang teraba, dapat dilakukan pengangkatan
jaringan KGB yang mungkin ada di sana. Prosedur ini disebut
biopsi Daniels.
biopsi mediastinal, dilakukan bila dengan tindakan di atas
hasil belum didapat.
biopsi eksisional pada massa tumor yang besar
torakoskopi diagnostik
Video-assisted thoracic surgery (VATS), dilakukan untuk
tumor di semua lokasi, terutama tumor di bagian posterior.
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium rutin sering tidak
memberikan informasi yang berkaitan dengan tumor. LED
kadang meningkatkan pada limfoma dan TB mediastinum.
Uji tuberkulin dibutuhkan bila ada kecurigaan limfadenitis
TB
Pemeriksaan kadar T3 dan T4 dibutuhkan untuk tumor
tiroid.
Pemeriksaan a-fetoprotein dan b-HCG dilakukan untuk
tumor mediastinum yang termasuk kelompok tumor sel
germinal, yakni jika ada keraguan antara seminoma atau
non-seminoma. Kadar a-fetoprotein dan b-HCG tinggi pada
golongan nonseminoma.
Keganasan pada laring
Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X thorax, scan tulang
Untuk mengidentifikasi kemungkinan metastase.
b. Darah lengkap
Dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum.
c. Laringografi
Dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe. Kemudian laring
diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsi pada kanker. Gigi yang berlubang, sebaiknya dicabut
pada saat yang sama.
d. Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor. Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi
langsung dapat menunjukkan kanker dengan jelas. Tempat yang sering timbul kanker dapat dilihat pada
gambar
e. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.
f. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta
metastasis kelenjar getah bening leher.
g. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel
skuamosa

Anda mungkin juga menyukai