Anda di halaman 1dari 55

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 73 TAHUN 2016


TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

FA J A R N U G R A H A , M . S c , A p t
Pendahuluan
Setelah terbongkarnya beberapa kasus terkait
kefarmasian beberapa bulan terakhir, meliputi kasus
vaksin palsu dan peredaran obat-obat illegal tahun
2016, Kementrian Kesehatan memutuskan untuk
mengkaji ulang tiga peraturan menteri kesehatan
(permenkes) terkait pelayanan kefarmasian.
Permenkes yang kemudian mengalami perubahan yaitu
Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Permenkes
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, dan Permenkes Nomor 30
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
Perubahan-perubahan yang dibuat kemudian dicantumkan dalam tiga
permenkes Baru (8 agustus 2016), yaitu :
Permenkes No. 36 tahun 2016 Tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Status: mengubah Permenkes
No 30 tahun 2014.
Permenkes No. 35 tahun 2016 Tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Status: mengubah Permenkes
No. 35 tahun 2014.
Permenkes 35 2016 permenkes 73 2016
Permenkes No. 34 tahun 2016 Tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Status: mengubah
Permenkes No. 58 Tahun 2014.
Poin yang ditambahkan pada Pasal 1 masing-masing Permenkes
tersebut berbunyi,
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya
disingkat Kepala BPOM adalah Kepala Lembaga Pemerintah Non
Kementerian yang mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan.
Pasal-pasal yang disisipkan pada masing-masing Permenkes tersebut
mencakup 3 poin, yaitu:
Pengawasan dalam pengelolaan sediaan farmasi, selain dilaksanakan
oleh Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, juga dilakukan oleh Kepala BPOM sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing. Selain pengawasan, Kepala
BPOM dapat melakukan pemantauan, pemberian bimbingan, dan
pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan masyarakat di
bidang pengawasan sediaan farmasi.
Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, yang juga dilakukan oleh Kepala BPOM,
dilaporkan secara berkala kepada Menteri Kesehatan. Laporan dibuat
dan disampaikan setidaknya sekali dalam setahun.
Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat dikenai sanksi administratif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 1
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker
Lanjutan

Standar Pelayanan
Pelayanan Kefarmasian
Kefarmasian

adalah tolak ukur yang adalah suatu pelayanan


dipergunakan sebagai langsung dan
pedoman bagi tenaga bertanggung jawab
kefarmasian dalam kepada pasien yang
menyelenggarakan berkaitan dengan sediaan
pelayanan kefarmasian farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien.
Lanjutan

Resep Apoteker

adalah permintaan adalah sarjana farmasi


tertulis dari dokter atau yang telah lulus sebagai
dokter gigi, kepada apoteker dan telah
apoteker, baik dalam mengucapkan sumpah
bentuk paper maupun
jabatan apoteker.
electronic untuk
menyediakan dan
menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan
yang berlaku.
Lanjutan

Tenaga Teknis
Sediaan Farmasi
Kefarmasian

adalah tenaga yang adalah obat, bahan obat,


membantu apoteker obat tradisional dan
dalam menjalani kosmetika.
Pekerjaan Kefarmasian,
yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, dan Analis
Farmasi.
Pasal 2

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek


bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian; dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan Obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety).
Pembinaan dan pengawasan (dapat
melibatkan organisasi profesi) terhadap
pelaksanaan Peraturan Menteri ini
dilakukan oleh Menteri, kepala dinas
Pasal 9 kesehatan provinsi, dan kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-
masing.
Pengawasan selain dilaksanakan
oleh Menteri, kepala dinas
kesehatan provinsi dan kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota, khusus
terkait dengan pengawasan sediaan
farmasi dalam pengelolaan sediaan
Pasal 10 farmasi dilakukan juga oleh Kepala
BPOM sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
Kepala BPOM dapat melakukan
pemantauan, pemberian bimbingan,
dan pembinaan terhadap
pengelolaan sediaan farmasi di
instansi pemerintah dan masyarakat
di bidang pengawasan sediaan
farmasi.
Pengawasan yang dilakukan oleh
dinas kesehatan provinsi dan
dinas kesehatan kabupaten/kota
Pasal 11 dan pengawasan yang dilakukan
oleh Kepala BPOM dilaporkan
secara berkala kepada Menteri.
Laporan disampaikan paling
sedikit 1 kali dalam 1 tahun.
Pelanggaran terhadap ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini dapat
Pasal 12 dikenai sanksi administratif
(peringatan tertulis; penghentian
sementara kegiatan; dan/atau
pencabutan izin).
Yanfar di apotek meliputi :
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
Dan BMHP

2. Pelayanan farmasi klinik


Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu
diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.
Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima.
LANJUTAN.....

Penyimpanan
Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurangkurangnya
memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara
alfabetis.
Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First
Out) dan FIFO (First In First Out)
LANJUTAN....

Pemusnahan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian
lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan Formulir 1.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/ kota.
Lanjutan...
Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok sekurangkurangnya memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan.
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelayanan farmasi klinik
pengkajian Resep;
dispensing;
Pelayanan Informasi Obat (PIO);
konseling;
Pelayanan Kefarmasian di rumah (home
pharmacy care);
Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
Kajian administratif meliputi:
nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf; dan
tanggal penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
bentuk dan kekuatan sediaan;
stabilitas; dan kompatibilitas (ketercampuran Obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
ketepatan indikasi dan dosis Obat;
aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
duplikasi dan/ atau polifarmasi;
reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi klinis
lain);
kontra indikasi; dan
interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus
menghubungi dokter penulis Resep.
Dispensing
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep;
mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
warna putih untuk Obat dalam/oral;
warna biru untuk Obat luar dan suntik;
menempelkan label kocok dahulu pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
Obat yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :
Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan
Resep);
Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat;
Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait
dengan Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat
dan lain-lain;
Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak
stabil;
Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau keluarganya;
Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan);
Menyimpan Resep pada tempatnya;
Apoteker membuat catatan pengobatan pasien
PIO
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan,
formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi,
terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari
Obat dan lain-lain.
Lanjutan.......
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet,
pemberdayaan masyarakat (penyuluhan);
memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi;
melakukan penelitian penggunaan Obat;
membuat atau menyampaikan makalah dalam forum
ilmiah;
melakukan program jaminan mutu.
KONSELING
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis
(misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).
Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat
untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga
termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang
diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home
pharmacy care)
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
Apoteker, meliputi :
Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang
berhubungan dengan pengobatan
Identifikasi kepatuhan pasien
Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di
rumah, misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan
insulin
Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan
penggunaan Obat berdasarkan catatan pengobatan pasien
Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien:
Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
Adanya multidiagnosis.
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi
Obat yang merugikan.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
Kegiatan:
Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai
resiko tinggi mengalami efek samping Obat.
Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat
(MESO)
Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat
Nasional
Penyelenggaraan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek harus didukung
oleh ketersediaan sumber daya
Pasal 4 kefarmasian (sumber daya manusia dan
sarana dan prasarana) yang berorientasi
kepada keselamatan pasien.
Sumber daya kefarmasian
sumber daya manusia;
sarana dan prasarana
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat.
Sarana dan prasarana Apotek dapat menjamin
mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai serta kelancaran
praktik Pelayanan Kefarmasian.
Sarana dan prasarana meliputi :

Ruang penerimaan Resep


Ruang penerimaan Resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat
penerimaan Resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set
komputer. Ruang penerimaan Resep ditempatkan pada bagian
paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
Ruang pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
Ruang pelayanan Resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di
ruang peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan
peracikan, timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk
pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin,
termometer ruangan, blanko salinan Resep, etiket dan label Obat.
Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang
cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air
conditioner).
Lanjutan....
Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.
Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan
pasien.
Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari
Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan
khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus,
pengukur suhu dan kartu suhu.
Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
LAPORAN

Apotek wajib mengirimkan laporan Pelayanan


Kefarmasian secara berjenjang kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi, dan Kementerian Kesehatan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk menjamin mutu Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, harus
Pasal 5 dilakukan evaluasi mutu Pelayananan
Kefarmasian.
(Lanjutan)
Evaluasi mutu di Apotek dilakukan terhadap:

A. Mutu Manajerial B. Mutu Pelayanan Farmasi Klinik


1. Metode Evaluasi (Audit, Review, 1. Metode Evaluasi Mutu (Audit, Review,
Observasi)
2. Indikator Evaluasi Mutu
Survei, Observasi )
Kesesuaian proses terhadap standar;
2. Indikator Evaluasi Mutu
Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero
Efektifitas dan efisiensi,
deffect dari medication error;
Standar Prosedur Operasional (SPO);
Lama waktu pelayanan Resep antara 15-30
menit;
Keluaran Pelayanan Kefarmasian secara
klinik
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Apotek
Standar Operasional Prosedur
SOP Pelayanan Resep
1. Menerima resep pasien
2. Melakukan Skrining resep seperti administrasi, pharmaceutical & klinik
3. Bila ada obat yang ingin diganti (merk lain) mintakan persetujuan dari dokter
ataupun pasien terlebih dahulu
4. Hitunglah normal harga dan mintalah persetujuan kepada pasien
5. Pasien diberi no antrian
6. Tulis no struk (print out) pada resep dan satukan resep dengan print out
7. Cocokkan nama, jumlah dan kekuatan obat dalam resep dengan print out
8. Siapkan obat sesuai dengan resep
9. Obat yang disiapkan dimasukkan dalam buku stock obat
10. Jika ada obat racikan maka patuhi SOP meracik
11. Beri etiket sesuai dengan penandaan di resep lengkap dengan indikasi obat
12. Teliti kembali resep sebelum diserahkan kepada pasien
13. Pada saat menyerahkan obat ke pasien, wajib memberikan informasi obat
minimal mengenai kegunaan dan aturan pakai.
14. Catat nama pasien, alamat dan no telp pasien
15. Buat catatan khusus tentang pasien
Standar Operasional Prosedur
SOP Meracik Obat
1. Siapkan alat yang akan digunakan dan bersihkan meja untuk meracik
2. Buatlah instruksi meracik obat meliputi : no resep, nama pasien, jumlah
dan cara mencampur
3. Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan instruksi untuk
diracik
4. Cucilah tangan bila perlu gunakan sarung tangan dan masker
5. Siapkan obat sesuai resep dan cocokkan dengan tertera pada struknya
6. Jika ada bahan yang harus ditimbang maka persiapkan lebih dahulu
7. Bacalah instruksi meracik dengan sesama dan lakukan dengan hati-hati
8. Pastikan hasil racikan sesuai dengan instruksinya
9. Masukkan dalam wadah yang telah disediakan dan diberi etike, kemudian
serahkan pada petugas lain untuk diperiksa dan diserahkan
10. Bersihkan peralatan dan meja racik
11. Cucilah tangan sampai bersih
Standar Operasional Prosedur
SOP Menimbang
1. Bersihkan timbangan
2. Pastikan timbangan dalam keadaan on dan dalam
keadaan 0
3. Ambil bahan-bahan sesuai dengan permintaan resep
4. Timbang bahan-bahan sesuai dengan permintaan
resep
5. Ambil bahan yang sudah ditimbang kemudian diberi
nama tertera pada botol persediaan bahan
6. Cek ulang apakah bahan yang diambil sudah sesuai
dengan resep kemudian dikembalikan ketempatnya
Standar Operasional Prosedur
SOP Pelayanan Resep yang mengandung obat PSIKOTROPIKA atau NARKOTIKA
1. Menerima resep pasien
2. Melakukan Skrining resep seperti administrasi, pharmaceutical & klinik
3. Bila ada obat yang ingin diganti (merk lain) mintakan persetujuan dari dokter ataupun pasien
terlebih dahulu
4. Hitunglah normal harga dan mintalah persetujuan kepada pasien
5. Pasien diberi no antrian
6. Tulis no struk (print out) pada resep dan satukan resep dengan print out
7. Cocokkan nama, jumlah dan kekuatan obat dalam resep dengan print out
8. Siapkan obat sesuai dengan resep
9. Tandailah garis bawah warna biru untuk PSIKOTROPIKA dan warna merah untuk
NARKOTIKA
10. Obat yang disiapkan dimasukkan dalam buku stock obat
11. Jika ada obat racikan maka patuhi SOP meracik
12. Beri etiket sesuai dengan penandaan di resep lengkap dengan indikasi obat
13. Teliti kembali resep sebelum diserahkan kepada pasien
14. Pada saat menyerahkan obat ke pasien, wajib memberikan informasi obat minimal mengenai
kegunaan dan aturan pakai.
15. Catat nama pasien, alamat dan no telp pasien
16. Buat catatat khusus tentang pasien
Standar Operasional Prosedur
SOP Pelayanan tanpa Resep (OTC dan OWA)
1. Pasien datang
2. Menyapa Pasien dengan ramah dan menanyakan kepada
pasien obat apa yang dibutuhkan
3. Tanyakan terlebih dahulu keluhan atau penyakit yang diderita
pasien, kemudian bantu pasien mendapatkan obat yang tepat,
jika tidak tepat ditangani dengan swamedikasi disarankan
untuk berkonsultasi ke dokter. Jika bisa diswamedikasi, maka
menyarankan terapi obat yang bisa diberikan
4. Menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal
kepada pasien
5. Bila sudah terjadi persetujuan, ambilkan obat yang diminta
pasien
6. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi
mengenai kegunaan dan aturan pakai
Standar Operasional Prosedur
SOP Konseling Resep
1. Obat diserahkan pada pasien sekaligus dicocokkan dengan data pasien
2. Mencocokkan obat dengan kondisi pasien dengan cara menanyakan pada pasien
tentang keluhan dialaminya
3. Memberitahu pada pasien tentang obat yang diberikan dan tujuan penggunaan
obat tersebut
4. Memberikan informasi pada pasien tentang aturan penggunaan obat (dosis,
frekuensi, durasi, cara penggunaannya)
5. Menanyakan kembali tentang semua informasi yang telah disampaikan untuk
memastikan bahwa pasien telah paham dan mengerti tentang aturan
penggunaan obat
6. Memberitahukan pada pasien tentang ESO yang mungkin terjadi dan cara
penggunaan yang mungkin bisa dilakukan oleh pasien terhadap efek samping
yang terjadi
7. Menyarankan pasien untuk pergi ke dokter bila ESO cukup berat dan
mengganggu
8. Informasikan pada pasien tentang hal apa saja yang perlu dihindari atau yang
perlu dilakukan untuk menunjang keberhasilan riset
9. Catat nama pasien dan no telp pasien
10. Buat catatan khusus tentang pasien
Standar Operasional Prosedur
SOP Konseling OTC
1. Menanyakan keluhan pasien sehingga pasien menggunakan
obat tersebut dan sudah berapa lama pasien mengalami gejala
tersebut
2. Menanyakan bagaimana kondisi pasien setelah menggunakan
obat tersebut
3. Apabila obat yang diminta sesuai dengan kondisi pasien dan
memberikan efek seperti yang diharapkan maka obat boleh
diberikan
4. Apabila obat yang diminta tidak sesuai dengan kondisi pasien
maka pasien dipilihkan obat yang tepat untuk kondisinya
5. Menanyakan tentang bagaimana pasien menggunakan obat
tersebut, bila ada yang kurang jelas atau salah maka farmasis
wajib membenarkan dan melengkapinya.
Standar Operasional Prosedur
SOP Konseling OWA
1. Menanyakan keluhan pasien sehingga pasien menggunakan obat
tersebut dan sudah berapa lama pasien mengalami gejala tersebut
2. Cocokkan kondisi pasien dengan obat yang diminta, bila obat kurang
sesuai untuk pasien maka rekomendasikan obat yang tepat untuk
pasien
3. Menanyakan tentang bagaimana pasien menggunakan obat tersebut
meliputi dosis, frekuensi, durasi dan cara penggunaan; bila yang
kurang atau salah maka farmasis wajib membenarkan dan
melengkapinya
4. Menanyakan bagaimana kondisi pasien setelah menggunakan obat
tersebut
5. Apabila obat yang diminta sesuai dengan kondisi pasien dan
memberikan efek seperti yang diharapkan maka obat boleh diberikan
6. Apabila kondisi pasien tidak membaik atau semakin memburuk maka
sebaiknya dirujuk ke dokter
7. Informasikan kepada pasien bahwa pasien diperbolehkan
berkonsultasi dengan Apoteker untuk berdiskusi tentang terapi yang
dijalani
Standar Operasional Prosedur
SOP Pemesanan Obat
1. Pemesanan obat dilakukan pada PBF yang resmi
2. Pemesanan obat menggunakan Surat Pesanan (SP)
rangkap 2 lembar yang asli diberikan kepada sales
sedangkan salinannya disimpan sebagai arsip
3. Untuk pemesanan obat-obat NARKOTIKA dan
PSIKOTROPIKA menggunakan SP khusus
4. Jumlah dan jenis obat yang dipesan harus
disesuaikan dengan kebutuhan
5. SP ditandatangani oleh Apoteker dan diberi stempel
Apotek
Standar Operasional Prosedur
SOP Penerimaan dan Penyimpanan Barang
1. Saat barang datang dari PBF
2. Periksa keabsahan faktur meliputi nama dan alamat PBF serta tanda tangan
penanggung jawab dan stempel PBF
3. Mencocokkan faktur dengan data obat yang datang meliputi jenis dan jumlah serta no
batch sediaan
4. Memeriksa kondisi fisik obat meliputi kondisi wadah dan sediaan serta tanggal
kadarlursa. Bila rusak maka obat dikembalikan dan minta diganti
5. Setelah selesai diperiksa, faktur ditanda tangani oleh Apoteker atau asisten apoteker
dilengkapi dengan no. SIK/SIA/NIP dan diberi tanggal serta distempel.
6. Faktur yang asli diserahkan kepada sales sedangkan salinannya disimpan oleh apotek
sebagai arsip
7. Serahkan faktur kepada bagian administasi untuk diedit di komputer
8. Cocokkan harga yang sudah ada di komputer dengan harga yang tertera pada faktur
baru, apakah ada kenaikkan atau tidak
9. Tandatangani faktur yang telah diedit di komputer
10. Hargai barang-barang /obat bebas dan letakkan sesuai dengan spesifiksinya. Untuk obat
keras/ PSIKOTROPIKA/ NARKOTIKA langsung disimpan dalam lemari sesuai
dengan efek farmakologinya atau berdasarkan abjad
11. Arsip faktur sesuai dengan nama PBF masing-masing merupakan rencana yang dipilih
dari beberapa alternative untuk dilakukan atau tidak dilakukan
MEMBERI HARGA RESEP
PPN Obat
Pabrik 1000, PPN 100
PBF 1100 bayar ke pabrik, PPN 110
Apotek 1210 bayar ke PBF
Konsumen 1210 + Laba 10% + PPN 10%
Terimakasih

Next : Perpajakan di Apotek


Terima Kasih

Selamat Ujian Semoga Sukses


Kisi-Kisi Ujian
Pelayanan kefarmasian yang terkait dengan
Permenkes dan Undang2
Studi kelayakan, aspek2 penting yg perlu dikaji
dalam stukel
Strategi dalam manajemen persediaan, SDM,
mendapatkan keuntungan dan kepuasan
pelayanan dalam kefarmasian
Pendirian Apotek
Perhitungan studi kelayakan apotek, BEP, ROI,
PBP, LABA kotor, laba bersih
Perhitungan perpajakan

Anda mungkin juga menyukai