Aktivasi makrofag
Manifestasi MB
Gejala Klinis
Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran
klinis, bakterioskopis, histopatologis, dan
serologis.
Pemeriksaan bakterioskopis memerlukan
waktu sekitar 15-30 menit untuk
mendapatkan hasilnya, histopatologis 10-14
hari, dan jika memungkinkan tes lepromin
(Mitsuda) untuk penentuan tipe, hasil baru
diketahui setelah 3 minggu.
Bentuk tipe klinis bergantung pada sistem
imunitas seluler penderita. Sistem imun seluler
(SIS) yang baik akan tampak gambaran klinis ke
arah tuberkuloid, sebaliknya sistem imun seluler
yang rendah akan memberikan gambaran
lepromatosa.
Klasifikasi
Ridley dan Jopling memperkenalkan spektrum
determinate penyakit kusta yang terdiri atas beberapa
tipe atau bentuk, yaitu :
TT : Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil
Ti :Tuberkuloid indefinit
BT: Borderline tuberkuloid
BB : Mid borderline
BL : Borderline lepromatous
Li :Lepromatosa indefinite
LL : Lepromatosa polar, bentuk yang stabil
Ridley & Jopling Classification (1996)
TT BT BB BL LL
Number of lesion Single Single or Several Many Very many
few
Size of lesion Variable Variable Variable Variable Small
Punched-
out
Surface of lesion Very dry Dry Slightly Shiny Shiny
scaly shiny
Sensation of Absent Markedly Moderate Slightly Not affected
lesion diminishe ly diminishe
d diminishe d
d
AFB in lesion Nil Nil or Moderate Many Very many
scanty numbers
Lepromin test +++ + or ++ - - -
Klasifikasi WHO (1995)
Pausibasilar (PB) Multibasilar(MB)
N. Radialis
Anestesia dorsum manus serta ujung proximal jari
telunjuk.
Tangan gantung ( wrist drop )
Tidak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan.
Gejala Kerusakan Saraf
N. Medianus
Anestesia pada ujung jari ( anterior ibu jari,
telunjuk, dan jari tengah)
Tidak mampu adduksi ibu jari
Clawing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah.
Ibu jari kontraktur.
Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis
lateral.
Gejala Kerusakan Saraf
N. Peroneus Communis/ N.poplitea lateralis
Anestesia tungkai bawah, bagian lateral, dan dorsum
pedis.
Kaki gantung (foot drop)
Kelemahan otot peroneus
N. Tibialis posterior
Anestesia telapak kaki
Claw toes
Paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis
Gejala Kerusakan Saraf
N. Fasialis
Cab. Temporal dan zigomatik menyebabkan
lagoftalmus
Cab. Bucal, mandibular, dan servikal
menyebabkan kehilangan ekspresi wajah dan
kegagalan mengatupkan bibir.
N. Trigeminus
Anestesia kulit wajah, kornea, dan konjungtiva
mata
Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis
lateral.
Pemeriksaan Pemeriksaan
Motorik Palpasi saraf
Kekuatan otot N.aurikularis magnus, N.ulnaris,
atau Range of movement joint N.radialis, N.medianus,
N.peroneus komunis, N.tibialis
posterior
Pemeriksaan Sensorik
Terjadi anestesia/hipestesia
pada saraf yang terinfeksi
dan lesi pada kulit
Pemeriksaan Otonom
Tes gunawan
Menggoreskan pensil tinta mulai dari
tengah lesi kearah kulit normal. Bila ada
gangguan goresan pada kulit normal akan
lebih tebal dibandingkan dengan bagian
tengah lesi. Didapatkan juga alopesia
pada lesi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan Bakteriologis
Sediaan dibuat dari kerokan jaringan
kulit atau usapan dan kerokan mukosa hidung
yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap
basil tahan asam, antara lain Ziehl-Neilsen.
Pemeriksaan Bakteriologis
Indeks bakteri (IB) = kepadatan basil dalam suatu sediaan
(baik solid maupun non solid)
Indeks morfologi
Pemeriksaan Serologis
Pemeriksaan serologik dapat membantu
menegakkan diagnosis kusta yang meragukan
karena tanda klinis dan bakteriologi tidak jelas.
REAKSI BERAT :
1.ISTIRAHAT / IMMOBILISASI
2.PEMBERIAN ANALGETIK , ANTIPIRETIK
3.CARI FAKTOR PENCETUS
4.MDT DITERUSKAN DENGAN DOSIS SAMA
5.PEMBERIAN OBAT ANTI REAKSI
Klasifikasi Kecacatan menurut WHO Expert Comitte
on Leprosy (1997)
Cacat pada tangan dan kaki
Tingkat 0: Tidak ada gangguan sensibilitas, tidak ada kerusakan atau deformitas
yang terlihat
Tingkat 1: Ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau deformitas yang
terlihat
Tingkat 2: Terdapat kerusakan atau deformitas
Tingkat 1: Ada gangguan pada mata akibat kusta; tidak ada gangguan
yang berat pada penglihatan. Visus 6/60 atau lebih baik (dapat
menghitung jari pada jarak 6 meter)
Gangguan penglihatan berat (visus kurang dari 6/60; tidak
Tingkat 2: dapat menghitung jari pada jarak 6 meter)
Cara terbaik untuk melakukan pencegahan cacat
atau prevention of disabilities (POD), yaitu:
Diagnosis dini kusta pemberian pengobatan MDT
cepat dan tepat
Mengenali gejala dan tanda reaksi kusta
kortikosteroid sesegera mungkin
Gangguan sensibilitas diberi petunjuk sederhana +
diajarkan cara perawatan kulit sehari-hari, misalnya:
memakai sepatu untuk melindungi kaki yang telah
terkena, memakai sarung tangan bila bekerja dengan
benda yang tajam atau panas, dan memakai
kacamata untuk melindungi matanya.
Rehabilitasi
Operasi
Fisioterapi
Kekaryaan memberi lapangan pekerjaan
yang sesuai cacat tubuhnya, sehingga dapat
berprestasi dan dapat meningkatkan rasa
percaya diri
Terapi psikologi (kejiwaan)
Prognosis