Anda di halaman 1dari 46

TINJAUAN PUSTAKA

(Clinical Science Session)


KUSTA (Morbus Hansen)
Preseptor : Lina Damayanti, dr. Sp.KK
Kelompok LIII-A dan XLVIII-B
Presentan:
Kharisma Fiqriyani M (4151161426)
Intan Kusma Dewi (4151161453)
Arditia Dwi Putra (4151151006)
Adhitya Pranajati (4151151009)
Partisipan:
Rahmad Dwi Wahyudi (4151161417)
Adri Nanda Jaya (4151161459)
Diana Setyariani (4151161536)
Iva Revliancha Y (4151161538)
Definisi
Kusta adalah penyakit infeksi kronik yang
disebabkan oleh Mycobacterium leprae
suatu bakteri gram positif, tahan asam dan
intraselular obligat.
Epidemiologi
Kusta menyerang semua umur, dengan frekuensi tertinggi usia 25-35 tahun.
Di Indonesia anak dibawah umur 14 tahun didapatkan 13 %, tetapi anak
dibawah umur 1 tahun jarang sekali.
Makin rendah sosial ekonomi makin banyak penyakit kusta
Jumlah kasus terbanyak terdapat di India, Brazil, Bangladesh, dan
Indonesia.
Pada tahun 2000 di Indonesia dikenal sbg eliminasi kusta dgn menurunkan
prevalensi kusta <1 kasus/10.000 penduduk (WHO)
Di Indonesia jumlah kasus kusta yang tercatat pada tahun 2009 yaitu 21.538
orang dengan kasus baru tahun 2008 sebesar 17.441 orang.
Distribusi tidak merata, yang tertinggi antara lain Pulau Jawa, Sulawesi,
Maluku, dan Papua.
Prevalensi pada tahun 2008 yaitu 0,76/10.000 penduduk
Etiologi
Mycobacterium leprae
Obligat Intraseluler
Basil ini berbentuk batang gram positif,
Bersifat tahan asam (BTA) dan alkohol
Non-motil
Tidak berspora
Membelah diri 12-13 hari
Menyerang Sel Schwann
Etiologi
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Upaordo : Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriacea
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium leprae
Etiologi
Perjalanan penyakit
Kontak

TT : Tuberkuloid polar, bentuk


Infeksi Non- Infeksi yang stabil (tuberkulod 100%)
Ti : Tuberkuloid indefinit
BT : Borderline tuberkuloid
95% Subklinis BB : Mid borderline (CAMPURAN)
Sembuh BL : Borderline lepromatous
Li : Lepromatosa indefinite
70% Indeterminate (I) LL : Lepromatosa polar, bentuk
yang stabil (lepromatosa 100%)
30%
Determinate

SIS Baik TT Ti BT BB BL Li LL SIS Buruk

Stabil Tidak Stabil/Labil Stabil


Patofisiologi
M.Leprae

Basil masuk ke sel Schwann

Aktivasi makrofag

Respon tergantung sistem imun individu

Sist. Imun baik Sist. Imun buruk

Makrofag memfagosit basil Makrofag memfagosit basil

Makrofag mengaktifkan Basil tdk mati dan


makrofag lain (kemotaktik) berkembang biak
Bakteri lisis
Manifestasi PB Membentuk epiteloid
Membentuk Basil tdk mati dan
epiteloid/granuloma berkembang biak

Mendesak sel Makrofag lisis


schwan

Basil keluar dari makrofag dan


Mielin rusak ditangkap oleh makrofag lain

Nekrosis sel Membentuk granul Virchcow


saraf (basil dlm makrofag)

Manifestasi MB
Gejala Klinis
Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran
klinis, bakterioskopis, histopatologis, dan
serologis.
Pemeriksaan bakterioskopis memerlukan
waktu sekitar 15-30 menit untuk
mendapatkan hasilnya, histopatologis 10-14
hari, dan jika memungkinkan tes lepromin
(Mitsuda) untuk penentuan tipe, hasil baru
diketahui setelah 3 minggu.
Bentuk tipe klinis bergantung pada sistem
imunitas seluler penderita. Sistem imun seluler
(SIS) yang baik akan tampak gambaran klinis ke
arah tuberkuloid, sebaliknya sistem imun seluler
yang rendah akan memberikan gambaran
lepromatosa.
Klasifikasi
Ridley dan Jopling memperkenalkan spektrum
determinate penyakit kusta yang terdiri atas beberapa
tipe atau bentuk, yaitu :
TT : Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil
Ti :Tuberkuloid indefinit
BT: Borderline tuberkuloid
BB : Mid borderline
BL : Borderline lepromatous
Li :Lepromatosa indefinite
LL : Lepromatosa polar, bentuk yang stabil
Ridley & Jopling Classification (1996)
TT BT BB BL LL
Number of lesion Single Single or Several Many Very many
few
Size of lesion Variable Variable Variable Variable Small
Punched-
out
Surface of lesion Very dry Dry Slightly Shiny Shiny
scaly shiny
Sensation of Absent Markedly Moderate Slightly Not affected
lesion diminishe ly diminishe
d diminishe d
d
AFB in lesion Nil Nil or Moderate Many Very many
scanty numbers
Lepromin test +++ + or ++ - - -
Klasifikasi WHO (1995)
Pausibasilar (PB) Multibasilar(MB)

Lesi kulit -1-5 lesi - >5 lesi


(makula, -Hipopigmentasi/ -Distribusi
papula, eritem simetris
infiltrat, plak -Distribusi tdk -Hilang sensasi
eritem, nodus) simetris kurang jelas
-Hilang sensasi jelas

Kerusakan Satu cabang saraf Banyak cabang


saraf saraf
Gambaran Klinis, Bakteriologi, dan imunologik
kusta multibasilar
Sifat Leprametosa Borderline Mid Borderline
(LL) Lepromatosa (BL) (BB)
Lesi
-Bentuk Makula Makula Plakat
Infiltrat difus Plakat Dome-Shape
(kubah)
Papul Papul Punched-out
Nodus
-Jumlah Tidak terhitung, Sukar dihitung, Dapat dihitung,
prktis tidak ada masih ada kulit Kulit sehat jelas ada
kulit sehat sehat
-Distribus Simetris Hampir simetris Asimetris
-Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak
berkilat
-Anestesia Biasanya tidak jelas Tak jelas Lebih jelas
Sifat Leprametosa Borderline Mid Borderline
(LL) Lepromatosa (BL) (BB)
BTA
-Lesi Kulit Banyak (ada Banyak Agak Banyak
Globus)
-Sekret Hidung Banyak (ada Biasanya Negatif Negatif
Glubus)
Tes lepromin Negatif Negatif Biasanya negatif
Gambaran klinis, bakteriologi, dan imunologi
kusta pausibasilar (PB)
Sifat Tuberkuloid (TT) Borderline Intermedinate (I)
Tuberkulosa (BT)
Lesi
-Bentuk Makula saja; Makula dibatasi Hanya infiltrat
makula dibatasi infiltrat; infiltrat
infiltrat saja
-jumlah Satu, dapat Beberapa atau Satu atau
beberapa satu dengan beberapa
satelit
-Distribusi Asimetris Masih asimetris Variasi
-Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus, agak
berkilat
-Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau
dapat tidak jelas

-Anestesia Jelas Jelas Tidak ada sampai


tak jelas
Sifat Tuberkuloid Borderline Tuberkulosa Intermedinate
(TT) (BT) (I)
BTA
-Lesi Kulit Hampir Selalu Negatif atau hanya (1+) Biasanya
negatif negatif
Tes lepromin Positif Kuat (3+) Positif Lemah Dapat positif
lemah atau
negatif
Kusta Tipe Tuberkuloid (TT)
Kusta Tipe BB dan PB
Kusta Tipe Lepromatosa (LL)
Diagnosis
Cardinal Sign:

1. Bercak hipopigmentasi atau eritema dengan


hipestesia/anestesia.
2. Pembesaran atau penebalan saraf perifer dengan hilangnya
fungsi sensorik dan atau motorik.
3. BTA + atau pemeriksa histopatalogi khas.

(+) kusta Jika seseorang mempunyai SATU ATAU LEBIH tanda


utama (CARDINAL SIGN) kusta yg ditemukan pada saat pemeriksaan
klinis.
Pemeriksaan Status Neurologis
Pada penderita kusta umumnya terdapat lima
kelainan sistem saraf tepi yang sering terjadi
yaitu :
1. Penebalan (pembesaran saraf)
2. Hilangnya sensasi nyeri pada kulit yang
mengalami lesi
3. Gangguan motorik pada saraf perifer
4. Stocking-golve pattern sensory impairment
5. Gangguan fungsi saraf otonom berupa
telapak tangan dan kaki yang tidak
berkeringat.
Gejala Kerusakan Saraf
Gejala Kerusakan Saraf
N. Ulnaris
Anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari
manis
Clawing kelingking dan jari manis
Atrofi hipotenar dan otot intraoseus serta kedua otot
lumbrikalis medial

N. Radialis
Anestesia dorsum manus serta ujung proximal jari
telunjuk.
Tangan gantung ( wrist drop )
Tidak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan.
Gejala Kerusakan Saraf
N. Medianus
Anestesia pada ujung jari ( anterior ibu jari,
telunjuk, dan jari tengah)
Tidak mampu adduksi ibu jari
Clawing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah.
Ibu jari kontraktur.
Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis
lateral.
Gejala Kerusakan Saraf
N. Peroneus Communis/ N.poplitea lateralis
Anestesia tungkai bawah, bagian lateral, dan dorsum
pedis.
Kaki gantung (foot drop)
Kelemahan otot peroneus

N. Tibialis posterior
Anestesia telapak kaki
Claw toes
Paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis
Gejala Kerusakan Saraf
N. Fasialis
Cab. Temporal dan zigomatik menyebabkan
lagoftalmus
Cab. Bucal, mandibular, dan servikal
menyebabkan kehilangan ekspresi wajah dan
kegagalan mengatupkan bibir.
N. Trigeminus
Anestesia kulit wajah, kornea, dan konjungtiva
mata
Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis
lateral.
Pemeriksaan Pemeriksaan
Motorik Palpasi saraf
Kekuatan otot N.aurikularis magnus, N.ulnaris,
atau Range of movement joint N.radialis, N.medianus,
N.peroneus komunis, N.tibialis
posterior
Pemeriksaan Sensorik

Terjadi anestesia/hipestesia
pada saraf yang terinfeksi
dan lesi pada kulit
Pemeriksaan Otonom
Tes gunawan
Menggoreskan pensil tinta mulai dari
tengah lesi kearah kulit normal. Bila ada
gangguan goresan pada kulit normal akan
lebih tebal dibandingkan dengan bagian
tengah lesi. Didapatkan juga alopesia
pada lesi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan Bakteriologis
Sediaan dibuat dari kerokan jaringan
kulit atau usapan dan kerokan mukosa hidung
yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap
basil tahan asam, antara lain Ziehl-Neilsen.
Pemeriksaan Bakteriologis
Indeks bakteri (IB) = kepadatan basil dalam suatu sediaan
(baik solid maupun non solid)
Indeks morfologi
Pemeriksaan Serologis
Pemeriksaan serologik dapat membantu
menegakkan diagnosis kusta yang meragukan
karena tanda klinis dan bakteriologi tidak jelas.

Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle


Aglutination)
Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay)
ML dipstick (Mycobacterium Leprae dispstick)
ML flow test (Mycobacterium leparea flow test)
Penatalaksanaan
MDT Untuk PB MDT untuk MB
Hari ke-1 Rifampisin 600 mg Rifampisin 600 mg
(2 kapsul @ 300 mg). (2 kapsul @ 300 mg)
DDS/dapson 100 mg. Lamprene 300 mg
(3 tablet @ 200 mg).
DDS/dapson 100 mg.

Hari ke-2 DDS 100 mg Lamprene 50 mg


s/d 28 DDS 100 mg

Jumlah 6 Blister 12 Blister

Waktu 6-9 Bulan 12-18 Bulan


WHO Ecpert Committee th 1998
PB 1 lesi Rifampisin 600 mg Dosis tunggal
Ofloksasin 400 mg
Minosiklin 100 mg

MB resisten Klofazimin 50 mg, ofloksasin 400 Setiap hari


mg, minosiklin 100 mg Selama 6 bulan
rifampisin Klofazimin 50 mg Setiap hari
Ofloksasin 400 mg / Minosiklin Selama 8 bulan
100 mg

MB, Rifampisin 600 mg 1 bulan / kali


Ofloksasin 400 mg 24 bulan
menolak Minosiklin 100 mg
klofazimin
MB, Rifampisin 600 Hari I
Ofloksasin 400 mg/ Minoksiklin
menolak 100 mg
klofazimin Dapson 100 mg
Ofloksasin 400 mg/ Minoksiklin Hari ke 2 - 28
100 mg
Dapson 50 mg
Reaksi Kusta

Reaksi kusta merupakan interupsi episode akut pada


perjalanan penyakit yang sangat kronik Perubahan
sistem kekebalan tubuh.
Dapat timbul sebelum, selama & sesudah pengobatan.
Ditandai adanya peradangan akut pada kulit, saraf, organ
lain dan dapat disertai gejala konstitusi.
Klasifikasi reaksi kusta dapat bermacam-
macam, namun yang paling banyak dianut pada
akhir-akhir ini, yaitu ENL (eritema nodusum
leprosum) dan reaksi reversal atau reaksi upgrading.
ENL timbul terutama pada tipe lepromatosa polar
dan dapat pada BL (Borderline Lepromatous) .
Reaksi reversal hanya terjadi pada tipe borderline
(Li, BL, BB, BT, Ti), sehingga disebut reaksi
borderline.
Reaksi Kusta
RINGAN BERAT
TIPE I TIPE I
- Lesi kulit tambah aktif, menebal - Lesi kulit merah, teraba panas
- Nyeri tekan saraf (-) - Sendi sakit
- Gangguan fungsi saraf (-) - Nyeri tekan
- Gangguan fungsi saraf (+)
TIPE II
- Nodul nyeri tekan, hilang dalam 2-3 hari TIPE II
- Demam ringan - Nodul nyeri tekan, jumlah >>,
- Nyeri tekan saraf (-) ulkus (+)
- Gangguan fungsi saraf (-) - Demam berat
- Gangguan organ tubuh (-) - Nyeri tekan saraf (+)
- Gangguan fungsi saraf (+)
- Peradangan organ tubuh (+)
Pengobatan Reaksi
REAKSI RINGAN :
1.BEROBAT JALAN , ISTIRAHAT DIRUMAH
2.BERI ANALGETIK , ANTIPIRETIK
3.CARI FAKTOR PENCETUS
4.MDT DITERUSKAN

REAKSI BERAT :
1.ISTIRAHAT / IMMOBILISASI
2.PEMBERIAN ANALGETIK , ANTIPIRETIK
3.CARI FAKTOR PENCETUS
4.MDT DITERUSKAN DENGAN DOSIS SAMA
5.PEMBERIAN OBAT ANTI REAKSI
Klasifikasi Kecacatan menurut WHO Expert Comitte
on Leprosy (1997)
Cacat pada tangan dan kaki
Tingkat 0: Tidak ada gangguan sensibilitas, tidak ada kerusakan atau deformitas
yang terlihat
Tingkat 1: Ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau deformitas yang
terlihat
Tingkat 2: Terdapat kerusakan atau deformitas

Cacat pada mata


Tingkat 0: Tidak ada gangguan pada mata akibat kusta; tidak ada
gangguan penglihatan

Tingkat 1: Ada gangguan pada mata akibat kusta; tidak ada gangguan
yang berat pada penglihatan. Visus 6/60 atau lebih baik (dapat
menghitung jari pada jarak 6 meter)
Gangguan penglihatan berat (visus kurang dari 6/60; tidak
Tingkat 2: dapat menghitung jari pada jarak 6 meter)
Cara terbaik untuk melakukan pencegahan cacat
atau prevention of disabilities (POD), yaitu:
Diagnosis dini kusta pemberian pengobatan MDT
cepat dan tepat
Mengenali gejala dan tanda reaksi kusta
kortikosteroid sesegera mungkin
Gangguan sensibilitas diberi petunjuk sederhana +
diajarkan cara perawatan kulit sehari-hari, misalnya:
memakai sepatu untuk melindungi kaki yang telah
terkena, memakai sarung tangan bila bekerja dengan
benda yang tajam atau panas, dan memakai
kacamata untuk melindungi matanya.
Rehabilitasi
Operasi
Fisioterapi
Kekaryaan memberi lapangan pekerjaan
yang sesuai cacat tubuhnya, sehingga dapat
berprestasi dan dapat meningkatkan rasa
percaya diri
Terapi psikologi (kejiwaan)
Prognosis

Dengan adanya obat-obatan kombinasi,


pengobatan menjadi lebih sederhana dan
lebih singkat, serta prognosis menjadi
lebih baik.
Jika sudah ada kontraktur dan ulkus
kronis, prognosis menjadi kurang baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai