11/9/2017
Definisi
(permenkes no.72 tahun 2016 pasal 1)
Instalasi Farmasi
unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.
Tujuan disusun Standar Kefarmasian di Rumah
Sakit (permenkes no.72 tahun 2016 pasal 2)
11/9/2017
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
meliputi (permenkes no.72 tahun 2016 pasal 3)
11/9/2017
Pelayanan Farmasi Klinik sebagaimana dimaksud
(permenkes no.72 tahun 2016 pasal 3 ayat 3)
Pemantauan terapi obat untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif
7.
(PTO) dan rasional bagi pasien.
11/9/2017
Untuk mendapatkan gambaran keadaan pasien
Evaluasi penggunaan obat atas pola penggunaan obat dan membandingkan
9.
(EPO) pola penggunaan obat pada periode waktu
tertentu.
11/9/2017
Permenkes no.72 tahun 2016 pasal 4
11/9/2017
Permenkes no.72 tahun 2016 pasal 5
11/9/2017
Permenkes no.72 tahun 2016 pasal 6
11/9/2017
Etika adalah refleksi dari Perkataan etika itu identik dengan
apa yang disebut dengan
self control, karena perkataan moral, karena moral menyangkut
segala sesuatunya dibuat akhlak manusia. Misalnya, perbuatan
dan diterapkan dari dan
untuk kepentingan seseorang dikatakan melanggar nilai-nilai
kelompok sosial (profesi) moral dapat diartikan pula bahwa perbuatan
itu sendiri.
tersebut melanggar nilai-nilai dan norma-
norma etis yang berlaku di masyarakat.
ETIKA FARMASIS DI RUMAH SAKIT SESUAI KETENTUAN UMUM
DALAM KODE ETIK YANG DIATUR IAI
11/9/2017
Kasus-kasus
Pelanggaran Etika
Farmasi di Rumah Sakit
11/9/2017
1. Keengganan farmasis untuk
memberikan informasi 2.Sering menyerahkan tugas
mengenai obat kepada yang seharusnya dilakukannya
praktisi kesehatan lain dan kepada perawat
pasien
Kasus ini merupakan
Kasus ini merupakan pelanggaran kode etik :
pelanggaran kode etik
- pasal 7 : seorang apoteker -Pasal 3 : Apoteker harus
merupakan sumber menjalankan profesi sesuai
informasi kompetensi dan memiliki jiwa
- pasal 9 : Apoteker harus kemanusiaan dalam
mengutamakan pasien menjalankan kewajiban
- pasal 13 : Apoteker harus
membangun hubungan -Pasal 6 : Apoteker harus
profesi antar praktisi berbudi luhur dan menjadi
kesehatan lainnya contoh yang baik bagi orang lain
3. Tidak rutin mengunjungi pasien rawat
inap
Solihul, warga Surodadi, Tegal, Jawa Tengah meninggal Selasa (25/03/13) kemarin, di Rumah Sakit
Mitra Siaga Tegal. Salah satu keluarga korban berteriak-teriak histeris sambil menunjukkan sisa
infus kadaluarsa yang diberikan ke korban saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Mitra Siaga
Tegal Sabtu pekan lalu tempat sebelumnya korban dirawat.
Pada kemasan infus tertera tanggal kadaluarsa 14 Januari 2013. Keluarga korban menuding
pemberian infus kadaluarsa inilah yang menyebakan korban meninggal. Pihak Rumah Sakit Mitra
Siaga dinilai teledor karena memberikan infus yang sudah kadaluarsa.
Direktur Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal, Dokter Wahyu Heru Triono mengatakan, tidak ada unsur
kesengajaan dalam kasus infus kadaluarsa yang di berikan kepada pasien Solihul, namun pihaknya
mengakui insiden ini menunjukkan adanya kelemahan monitoring logistik farmasi. Meski belum
dapat dipastikan meninggalnya korban akibat infus kadaluarsa, pihaknya akan menjadikan kasus ini
sebagai evaluasi untuk memperbaiki monitoring logistik farmasi. Sementara itu keluarga korban
mengaku tetap akan menuntut pertanggungjawaban pihak Rumah Sakit Mitra Siaga atas terjadinya
kasus ini. Pasalnya, tidak saja telah kehilangan nyawa, namun keluarga korban tetap harus
membayar biaya perawatan sebesar 7 juta rupiah. (Kuncoro Wijayanto/Sup/26-Mar-2013
PATROLI INDOSIAR)
Tanggung jawab seorang farmasis klinis rumah sakit dalam hal
pengawasan obat di Rumah Sakit. Kelalaian dalam
penyelenggaraan pemantauan atau pemantauan yang tidak
mengikuti standar (kurang tepat) oleh farmasis klinik dapat
dikatagorikan dalam kegiatan malpraktek kefarmasian. Hal
inilah yang telah terjadi pada kasus di atas.
Berdasarkan kasus diatas, farmasis telah melanggar UU No. 72
tahun 2016 tentang kefarmasian rumah sakit dan melanggar
peraturan pemerintah SK Menkes Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit.
Penjelasan pelanggaran
Apoteker memiliki kode etik profesi yang disahkan pada tanggal 8 desember 2009
yang merupakan hasil keputusan kongres nasional XVIII ikatan sarjana farmasi
indonesia (ISFI) tahun 2009.
Implementasi :
Hubungan antar apoteker harus sedemikian rupa eratnya sehingga setiap
masalah antar apoteker dapat diselesaikan secara kekeluargaan dengan mengingat
janji/sumpah dan kode etik yang ada. Apoteker yang senior dihormati dan yang muda
disayangi dan diayomi. Dengan memperlakukan seniornya seperti orang tua, teman
sejawat dan juniornya sebagaimana dia sendiri ingin diperlakukan maka akan
terhindar dari tindakan yang buruk dan mendiskreditkan teman sejawatnya karena dia
sendiri tidak ingin menerima perlakuan buruk yang serupa. Hal ini akan membuat
terjalinnya rasa kebersamaan, kekeluargaan dan keakraban sehingga dalam
menjalankan profesinya akan saling membantu, saling mendukung dan saling belajar
dengan penuh pengertian.
Pedoman Pelaksaan Kode Etik :
1. Setiap Apoteker harus menghargai teman sejawatnya,
termasuk rekan kerjanya
2. Bilamana seorang Apoteker dihadapkan kepada suatu
situasi yang problematik, baik secara moral atau
peraturan-perundangan yang berlaku, tentang
hubungannya dengan sejawatnya, maka komunikasi
antar sejawat harus dilakukan dengan baik dan
santun
3. Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun
Majelis Pembina Etik Apoteker dalam menyelesaikan
permasalahan dengan teman sejawat
B. Pasal 11 : Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan
dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode
etik.
Implementasi :
Penting bagi sesama Apoteker untuk saling menjaga
martabat luhur jabatan kefarmasian lewat penerapan kode etik.
Karena tercakup dalam suatu keluarga besar, maka kesalahan
seorang apoteker akan berdampak pada image dan kredibilitas
apoteker lainnya. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari
adanya penyimpangan dalam melakukan tugas dan wewenang
apoteker.
Pedoman Pelaksaan Kode Etik :
Ket :
MPEAD = Majelis Pertimbangan Etik Apoteker Daerah
C. Pasal 12 : Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di
dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian,
serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.
Implementasi :
Para Apoteker harus menegaskan eksistensinya dengan memiliki ikatan
yang solid antar sesama Apoteker. Untuk menjawab segala tantangan yang
ada di masa sekarang ini, Apoteker harus saling bahu membahu. Tanpa
adanya rasa saling percaya, hal itu tidaklah mungkin. Kepercayaan merupakan
modal dalam menjalin suatu hubungan yang baik dan lama. Dapat dimulai
dengan bekerjasama dengan rekan sejawat yang meminta pertolongan, karena
akan memberikan modal kepercayaan yang berkelanjutan. Kerja sama yang
dilakukan hendaknya tidak merugikan pihak-pihak lain, dapat
dipertanggungjawabkan serta memiliki komitmen dalam mengupayakan
peningkatan kualitas kesehatan pasien/penderita.
Pedoman Pelaksanaan Kode Etik : Hubungan Sesama Apoteker :
1 3
Dibantu
2
Pasien Diberi resep
datang
Ditangani
dokter
oleh
perawat 4 yang dicarik
apoteker
Adanya hubungan personal antara masing-masing individu, saling mengenal agar dapat
1 berkontribusi
Untuk Untuk
pasien apoteker
4.Tahapan Konseling
a. Pembukaan
Apoteker memperkenalkan diri
Apoteker mengetahui identitas pasien (terutama nama)
Menjelaskan Tujuan konseling
Memberitahukan berapa lama sesi konseling itu akan berlangsung
Hubungan yang baik antara apoteker dan pasien dapat menghasilkan pembicaraan
yang menyenangkan dan tidak kaku.
B. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah.
Diskusi dengan pasien baru
Apoteker harus mengumpulkan informasi dasar tentang pasien dan tentang
sejarah pengobatan yang pernah diterima oleh pasien tersebut.