Anda di halaman 1dari 28

Ptm 1

PEREKONOMIAN INDONESIA

Oleh

Dr. SRI WAHYUNINGSIH SE., MSi


Buku Bacaan Wajib
Dumairy ,1997, Perekonomian Indonesia,
Jakarta, Penerbit Erlangga
Maddaremmeng A. Panennungi dan Novia
Xu, 2017, Perekonomian Indonesia
Dalam Tujuh Neraca Makroekonomi,
Jakarta, Yayasan pustaka Obor Indonesia.
Tulus TH. Tambunan ,2014, Perekonomian
Indonesia, Kajian Teoritis dan Analisis
Empiris, Bogor, Ghalia Indonesia.

PEREKONOMIAN INDONESIA

1. SEJARAH EKONOMI INDONESIA


2. PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR
EKONOMI
3. SISTEM EKONOMI INDONESIA
4. INDUSTRIALISASI DAN PERKEMBANGAN SEKTOR
INDUSTRI
5. PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN
6. KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER
7. PERDAGANGAN LUAR NEGERI
8. PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
9. ASPEK GLOBALISASI
SEJARAH EKONOMI INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA
PEMERINTAHAN REFORMASI

PEMERINTAHAN ORDE LAMA


PEMERINTAHAN ORDE BARU
PEMERINTAHAN TRANSISI
PEMERINTAHAN REFORMASI
Proses dinamika pembangunan ekonomi ditentukan
factor-faktor internal(domestik) dan eksternal.

Internal: kondisi fisik, lokasi geografi,


jumlah dan kualitas SDA dan SDM,
kondisi awal ekonomi social dan
budaya, system politik serta peranan
pemerintah.
Eksternal : perkembangan dunia dalam
hal teknologi, perekonomian, politik,
dan keamanan global.
PEMERINTAHAN ORDE LAMA
Sistem ekonomi tertutup (inward oriented) yang
mengutamakan kekuatan militer dari pada ekonomi.
Terjadi stagnasi ekonomi.
Higgins: Sejak kabinet pertama prioritas
pembangunan berupa stabilitas dan pertumbuhan
ekonomi, pembangunan industri, unifikasi dan
rekonstruksi.
Akan tetapi karena keterbatasan factor-faktor produksi
dan kekacauan politik nasional, prioritas tersebut tidak
pernah terlaksana dengan baik.
Sejak tahun-tahun pertama setelah 17 Agustus 1945
keadaan ekonomi sangat buruk.
STAGFLASI
Defisit neraca pembayaran dan keuangan
pemerintah
Produksi sector pertanian dan industri
manufaktur terhenti
Inflasi mencapai 500%
Saat pendudukan Jepang sebelum ini terjadi
eksploitasi sector pertambangan (minyak)
dan sector pertanian (karet dan kayu)untuk
mendukung kekuatan perang jepang.
Sedangkan produksi untuk barang-barang
konsumsi dalam negeri non militer prakstis
terhenti.
Disamping factor Jepang itu, juga terdapat
pengaruh PD II, perang revolusi, dan
buruknya manajemen makro ekonomi.
Tahun 1949-1956 sistem politik demokrasi
liberal.
Kekuasaan ada pada sejumlah partai poltik.
Yang terbesar Masjumi dan Nasional
Indonesia.
Saat paling demokratis namun hanya
menghasilkan kehancuran politik dan
ekonomi.
Terjadi konflik antar partai politik.
Kabinet pemerintah tidak pernah solid dan
hanya bertahan rata-rata 2 tahun.
Konflik internal kabinet.
Selama tahun 1950-an struktur ekonomi masih
kental warna peninggalan zaman kolonialisasi.
Boeke: Dual Societies Dual economy.
Sektor formal/modern seperti pertambangan,
distribusi, transportasi, bank, dan pertanian
komersil jauh meninggalkan sector
informal/tradisional dalam PDB.
Tahun 1957-1965 sistem politik demokrasi
terpimpin.
Kekuasaan militer dan presiden sangat besar
Nasionalisasi perusahaan asing pada 1957 dan
1958 menjadikan keadaan ekonomi justru jauh
lebih buruk dari pada masa penjajahan.
Guided Economy ekonomi terpimpin.
Dekat ke haluan komunis/sosialis.
Antikolonialisme, antiimperialisme,
antiliberalisme dan antikapitalisme melahirkan
orientasi politik yang lebih berhaluan komunis.
Pinjaman dan penanaman modal asing sangat
sulit didapatkan.
Akhir September 1965 terjadi kudeta yang
gagal oleh PKI.
Hal yang merupak aliran pemikiran sosialis di
Indonesia menjadi semikapitalis (hingga
sekarang). Bagaimana dengan ideology
demokrasi ekonomi Pancasila?
PEMERINTAHAN ORDE BARU
Sejak Maret 1966 Indonesia masuk era pemerintahan
Orde Baru.
Lebih mengedepankan ekonomi kesejahteraan rakyat
lewat pembangunan ekonomi dan social.
Outward oriented, membuka kembali hubungan
dengan PBB dan IMF.
Sebelum repelita dimulai, diadakan pemulihan
stabilitas ekonomi, social, dan politik denga sasaran
menekan inflasi, defisit keuangan pemerintah, dan
menghidupkan kegiatan produksi dan ekspor.
Penyusunan repelita bertahap dengan target-target
yang jelas. Mendapat simpati negara Barat.
Lewat kerja sama dengan WB, IMF, dan ADB
dibentuk IGGI.
Menjadi negara beruntung dengan aliran bantuan
(hutang) luar negeri yang begitu melimpah. Saat ini
belum terdapat krisis hutang dari negara berkembang
dunia sampai dengan decade 1980-an.
Tujuan jangka panjang pembangunan ekonomi orde
baru adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui proses industrialisasi dalam skala besar.
Menganut keyakinan penuh pada mekanisme trickle
down effect. Salah satunya karena alasan keterbatasan
anggaran. Mendahulukan industri-industri besar
dikawasan-kawasan industri seperti di Jawa Barat.
Repelita I, April 1969
Penekanan utama pada sector pertanian dan
industri-industri yang terkait seperti
agroindustri. Industri merupakan penghasil
devisa melalui ekspor dan substitusi impor,
local content, padat karya, pendukung
pembangunan regional, dan industri-industri
dasar.
Untuk mencapai swasembada beras
jugadilaksanakan green revolution.
Sektor pertanian memasuki era modernisasi.
Pembangunan ekonomi selama periode orde baru
berdampak positif terhadap peningkatan
pendapatan perkapita. Dari sekitar 38 ribu rupiah
pada 1960 pendapatan nasional bruto perkapita
pada harga konstan naik menjadi hampir 100 ribu
rupiah lebih pada 1983.
Keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia
pada masa orde baru selain karena kabinet
Soeharto jauh lebih solid dari masa orla juga
karena penghasilan yang sangat tinggi dari
minyak terutama pada masa oil boom pertama
tahun 1973/1974 didukung pinjaman luar negeri,
dan PMA.
Sejak paro pertama decade 1980-an pemerintah
mengeluarkan berbagai paket deregulasi dan
debirokratisasi yang membawa pengaruh besar.

Akan tetapi pada tingkat meso dan mikro


selama ini boleh dikatkan tidak berhasil.
Jumlah kemiskinan baik absolut maupun relatif
masih tinggi sehingga kesenjangan makin
lebar.
Khususnya sejak Repelita VI, orientasi kebijakan
beralih dari hanya padada pertumbuhan ke
pertumbuhan dengan pemerataan. Program-
program IDT, Keluarga Sejahtera, dan pembinaan-
pembinaan usaha kecil.
Kebijakan-kebijakan ekonomi Orba telah
menghasilkan suatu proses transformasi ekonomi
yang pesat dengan laju pertumbuhan ekonomi
yang tinggi tetapi dengan biaya yang tinggi (high
cost economy dan fundamental ekonomi yang
rapuh. Hal ini ditandai buruknya sector perbankan,
besarnya ketergantungan pada modal asing, hutang
luar negeri, dan impor.
PEMERINTAHAN TRANSISI
Tanggal 14 dan 15 Mei 1997 nilai Bath goncang
terhadap Dolar. Hal di Thailand ini merambat ke
Indonesia bahkan dengan dampak yang lebih parah.
Sekitar Juli 1997 Rupiah mulai goyah dari nilainya
semula Rp. 2.500,- perdolar. Gonjang-ganjing kurs
rupiah terus berlangsung sampai pada 8 Oktober
1997 pemerintah resmi meminta bantuan IMF.
Paket bantuan 40 miliar dolar AS, yang memuat 23
miliar berupa front line defence.
Likuidasi 16 Bank swasta yang justru menimbulkan
dampak psikologis buruk.
Ditandatangani paket program pemulihan
ekonomi pada November 1997, namun tidak
membawa hasil sehingga ditegaskan pad Jan
1998 dengan nota kesepakatan (Letter of
Intent) yang terdiri dari 50 point termasuk
pemantapan model anggaran berimbang,
pencabutan subsidi BBM dan listrik.
Setelah gagal dengan kesepakatan pertama, April
1998 dituangkan Memorandum Tambahan
tentang Kebijakan Ekonomi Keuangan (MTKEK)
yang menjadi pelengkap 50 butir LoI. Diantaranya
berisi penundaan penghapusan subsidi BBM dan
Listrik. Kemudian ditambah dengan meorandum
tambahan pada pertengahan 1998.
Mei 1998 DPR diduduki ribuan mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi.
21 Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri.
23 Mei 1998 Presiden Habibie membentuk kabinet
baru, sebagai awal terbentuknya pemerintahan
transisi.
KKN dan berbagai krisis tidak pupus.
Pertengahan 1999 diadakan Pemilu yang
menempatkan PDIP sebagai pemenang,
Pada 20 Oktober berakhirlah masa
pemerintahan transisi yang ditandai dengan
terpilihnya Gus Dur sebagai presiden RI ke
4.
PEMERINTAHAN REFORMASI

Dibandingkan tahun sebelumnya, pada 1999


kondisi perekonomian Indonesia mulai
menunjukan perbaikan. PDB tumbuh positif
walau tidak jauh dari 0%. Tahun 2000
tumbuh hampir 5%. Kondisi moneter mulai
stabil ditandai dengan laju inflasi yang
menurun dan suku bunga SBI juga rendah.
Kondisi ini dimentahkan sendiri oleh preseiden
dengan berbagai sikap dan ucapannya yang
cenderung kontroversial
Konfliks elit Pemerintah : Presiden DPR
Departemen MPR
Konfliks horizontal di Aceh, Maluku,
Kalimantan dll menambah kendala pemulihan
Hubungan dengan lembaga internasional juga
menjadi tidak harmonis terlebih dengan sikap
Gus Dur yang mengamendemen UU No.23
1999 mengenai independensi BI, penundaan
penerapan OTDA, dan revisi APBN.
Ketidakstabilan politik dan social menambah tingkat
Country Risk Indonesia.
Inkonsistensi kebijakan dimasa krisis dilakukan
seperti pemotongan bea masuk mobil mewah untuk
KTT G-15 dan pembebasan pajak atas pinjaman luar
negeri dan hibah.
Beberapa indicator seperti IHSG antara Maret 2000
spi maret 2001 menunjukan trend pertumbuhan
negatif. Nilai tukar rupiah pada awal 2000 sekitar
Rp.7000,- menjadi Rp.10.000,- per dolar AS. Inflasi
menembus dua digit dan cadangan devisa menurun
dari 29 M dolar menjadi 28,87 M dolar.
Perekonomian Indonesia bergantung
pada impor baik untuk barang modal
dan pembantu, komponen dan bahan
baku, dan barang-barang konsumsi
Utang luar negeri dalam dolar AS baik
swasta maupun pemerintah. Terlalu
besar
Hal-hal penting dalam
pembangunan ekonomi:

Political Will
Stabilitas Politik dan Ekonomi
SDM yang baik
Sistem Politik dan Ekonomi yang terbuka
(?)
Kondisi ekopol dunia.
Pengembangan local potency based
economy
Sekian

Dan

Terima Kasih
23 sep 2017

Anda mungkin juga menyukai