Anda di halaman 1dari 60

PENYELENGGARAAN

OTONOMI DAERAH
 SETTING POLITIK
◦ Merebaknya protes dan ketidakpuasan daerah (tuntutan
otonomi lebih luas, negara federasi, merdeka), terutama dari
daerah penghasil SDA utama
◦ Semangat demokratisasi dan keterbukaan
 MISI POLITIK UU NO. 22/99 & NO.25/99
◦ Memuaskan semua daerah dengan memberikan ruang
partisipasi: demokrasi lokal
◦ Memuaskan daerah kaya SDA: menikmati hasil SDA lebih
besar
 PERUBAHAN MENDASAR
◦ Dati I & II menjadi Propinsi dan Kabupaten/Kota
◦ Pemerintah daerah (KDH+DPRD) menjadi Badan Eksekutif
Daerah (Kepala daerah+Perangkat Daerah Otonom).
Implikasinya, keterpisahan eksekutif & legislatif.
◦ Memperpendek jangkauan asas dekonsentrasi (hanya sampai
dengan Propinsi). Implikasinya:
 Gubernur tetap wakil pusat & KDH
 Kabupaten & Kota bebas dari intervensi pusat (Kandep tak ada
lagi)

2
UU NO.22 Tahun 1999
Local Government
UU No. 32 Tahun 2004 Authority
REGIONAL
AUTONOMY UU NO.25 Tahun 1999
Fiscal
UU No. 33 Tahun 2004 Decentralization

Pembangunan Ekonomi Daerah


• Kemiskinan, Pengangguran, ketimpangan
• Industri, UKM, Ekspor?

Pelayanan Publik & governance


• Efisiensi?
• Perubahan perilaku birokrat?

Siapa mendapat buah otda?


• Elit politik daerah: bupati/walikota/gubernur, DPRD?
• Masyarakat lokal?
3
OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
PUSAT
AUTONOMOUS REGION

S,A S,C,A S,A

KOTA PROVINSI KABUPATEN

A A A

DESA

S : Desentralisasi=penyerahan APBD
wewenang
C : Dekonsentrasi=pelimpahan - “ SENTRALISASI”
wewenang - Dari APBN
A : Tugas perbantuan=penugasan
4
Pembagian Pendapatan

Fanatisme Daerah
•Putra Daerah (PAD)
•Aset Daerah

Disintegrasi?
5
Gambar 1. Perubahan Paradigma dalam Era Otonomi Daerah

PEMBANGUNAN DI DAERAH DAERAH MEMBANGUN

PERUBAHAN NILAI

SENTRALISTIK DESENTRALISTIK

TOP DOWN BOTTOM UP

KESERAGAMAN KEBERAGAMAN

BUDAYA PETUNJUK PRAKARSA/INISIATIF

INSTRUKTIF PILIHAN/FASILITATIF

KETERGANTUNGAN KEMANDIRIAN

HIRARKI KETERKAITAN

KESENJANGAN PERIMBANGAN
6
Pusat (pasal 7 ayat 1 Provinsi (penjelasan  Kabupaten/Kota
& 2): Pasal 9): ◦ kewenangan daerah
1. Politik luar negeri; • Bidang pemerintahan
Pertahanan keamanan;
adalah kewenangan
2.
yang bersifat lintas sisa: Mencakup semua
Peradilan;
Kabupaten dan Kota, kewenangan selain
Moneter dan fiskal;
termasuk bidang yang diatur pada Pasal
Agama
pekerjaan umum,
Plus: Perencanaan 7 dan Pasal 9.
nasional secara perhubungan,
makro;.Dana kehutanan, dan ◦ Bidang pemerintahan
perimbangan
perkebunan yang wajib meliputi:
keuangan;
• Bidang tertentu, Kesehatan; Pendidikan;
Sistem administrasi
negara dan lembaga termasuk Perencanaan Kebudayaan; Pertanian;
perekonomian negara; dan pengendalian Perhubungan; Industri;
Pembinaan &
pembangunan regional Perdagangan; Penanaman
pemberdayaan modal; Lingkungan hidup;
sumberdaya manusia; secara makro
Pendayagunaan Pertanahan;
sumberdaya alam & Koperasi;Tenaga kerja.
Teknologi tinggi yg
strategis; Konservasi;
Standardisasi
nasional.

7
Pusat (pasal 10 ayat Provinsi (Pasal 13 ayat  Kabupaten/Kota (Pasal
3 & 5): 11)
1. politik luar 1&2): ◦ perencanaan dan
• pengendalian pembangunan
negeri. Perencanaan & pengendalian
pembangunaan
◦ perencanaan, pemanfaatan,
dan pengawasan tata ruang;
• perencanaan, pemanfaatan, dan penyelenggaraan ketertiban
pengawasan tata ruang umum dan ketentraman
2. Pertahanan. • penyelenggaraan ketertiban umum &
ketentraman masyarakat ◦
masyarakat
penyediaan sarana dan
• penyediaan sarana & prasarana umum prasarana umum
• penanganan bidang kesehatan penanganan bidang
3. Keamanan. • penyelenggaraan pendidikan & alokasi

kesehatan
sumber daya manusia potensial ◦ penyelenggaraan pendidikan;
• penanggulangan masalah sosial lintas penanggulangan masalah
4. Yustisi. •
kabupaten/ kota
pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas ◦
sosial
pelayanan bidang
kabupaten/kota ketenagakerjaan
• fasilitasi pengembangan koperasi, UKM ◦ fasilitasi pengembangan
5. moneter termasuk lintas kabupaten/kota koperasi, usaha kecil dan
menengah
dan fiskal
• pengendalian lingkungan hidup
• pelayanan pertanahan termasuk lintas ◦ pengendalian lingkungan
nasional. •
kabupaten/kota;
pelayanan kependudukan, dan catatan ◦
hidup
Pelayanan pertanahan
sipil ◦ pelayanan kependudukan,
dan catatan sipil
agama.
• pelayanan administrasi umum
6. pemerintahan ◦ pelayanan administrasi
• pelayanan administrasi penanaman modal umum pemerintahan
termasuk lintas kabupaten/ kota ◦ pelayanan administrasi
• penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya penanaman modal
◦ penyelenggaraan pelayanan
dasar lainnya

8
 menciptakan kesejahteraan.
bagaimana menjadikan Pemda sebagai
instrumen untuk menciptakan kesejahteraan

 mendukung proses demokrasi di tingkat lokal


bagaimana menjadikan Pemda sebagai
instrumen pendidikan politik di tingkat lokal
untuk mendukung proses demokratisasi
menuju civil society

9
1.Urusan Pemerintahan (Function)
2.Kelembagaan (Institution)
3.Personil (Personnel)
4.Keuangan Daerah (Local Finance)
5.Perwakilan (Representation)
6.Pelayanan Publik (Public Service)
7.Pengawasan (Control/Supervision)
Catatan:
Penataan harus bersifat sistemik dan bukan parsial
10
 bagaimana menata elemen dasar Pemda tersebut agar
kondusif untuk meningkatkan kapasitas Pemda untuk
mampu mencapai kedua tujuan otonomi daerah yaitu
kesejahteraan dan demokrasi.
 bagaimana menata elemen dasar tersebut dan
mengoperasionalkannya dalam koridor UU 32/2004
tentang Pemerintahan Daerah.
 Menata setiap elemen dasar berarti memahami secara
filosofis :
1. Mau kemana kita (target)
2. Di mana kita sekarang (Existing Condition)
3. Bagaimana strategi mencapai target (Action Plans)

11
◦Dalam peraturan lebih teknis,
perumusan kewenangan
didahului dengan kewenangan
pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi, menurut PP
No.25/2000).
◦Perumusan berdasarkan
pengakuan kewenangan dalam
tiga jenjang (pusat, provinsi,
kabupaten/kota) menurut PP
◦ Metode yang dianut adalah general
competence, dengan sedikit
modifikasi
◦ Perumusan kewenangan daerah
ditetapkan berdasarkan
“kewenangan residual”, dengan
rumusan eksplisit dimulai dari
pemerintah pusat, yi: bidang
pertahanan dan keamanan,
kebijakan moneter dan fiskal,
politik luar negeri, agama, justisi.
 UU No 32/2004 meletakkan otonomi atas
dasar lima landasan yaitu:
(1) demokrasi,
(2) partisipasi dan pemberdayaan,
(3) persamaan dan keadilan,
(4) pengakuan atas potensi daerah dan
perbedaannya,
(5) penguatan parlemen lokal.
 Pengakuan adanya otonomi luas,
kecuali lima urusan pemerintah
pusat.
 Bertanggung jawab terhadap
semua urusan yang telah
diresahkan kepada daerah mulai
dari perencanaan, penganggaran,
implementasi, dan evaluasinya.
 Daerah diberi kewenangan untuk
mengurus urusan keuangan,
kepegawaian dan organisasi
daerah.
 Pemerintah daerah tidak
termasuk DPRD (ada
pemisahan yang jelas).
 Instansi vertikal digabung
dengan dinas daerah.
 Kecamatan memiliki fungsi
dekonsentrasi,
pemerintahan desa berhak
untuk memilik kepala desa
dan BPD sendiri
 Kewenangan daerah dalm
konstruksi otonomi UU
No.32/2004 seharusnya lebih
leluasa ketimbang ketika diatur
oleh UU No.5/1974
 Peraturan pemerintah
seharusnya tidak mengatur yang
cenderung membatasi
keleluasaan dan keberagaman
daerah
Diberikankeleluasaan
daerah untuk menatanya
sesuai dengan
kemampuan dan
kebutuhan
Daerahmempunyai
keadaan dan kemampuan
yang berbeda.
 Pembagian kewenangan antara
pemerintah pusat, provinsi,
kab/kota secara rinci (lampiran
856 hal, mirip dengan muatan
Kepmendagri 130-67 th 2002)
 Kewenangan wajib (basic
services): 26 urusan
 Kewenangan pilihan (core
competence) : 8 urusan.
 Bagaimana dengan urusan
pemerintahan yang konkuren?
 Penyusunan SOT berdasarkan penilaian mandiri
(self-assessment)
 Struktur inti: kepala daerah & wakil dibantu staf
(sekretariat), unsur pengawas (inspektorat),
unsur perencana (badan), unsur pendukung
(lembaga teknis daerah), unsur pelaksana
(dinas).
 Struktur tambahan: unsur pelaksana sesuai
potensi unggulan (core competence) daerah
 Kemungkinan pembentukan lembaga lain
sesuai kebijakan nasional (Sekr. Badan Narkoba,
Komisi Penyiaran, dsb)
 Kriteria objektif (?) dengan
pembobotan: 40% variabel penduduk,
35% luas wilayah, 25% besaran APBD.
Masalah: apakah eselonisasi sudah
sesuai dengan beban kerja?
 Penurunan eselon Kabid pd dinas &
badan  IIIa menjadi IIIb.
 Kepala Daerah dapat merekrut hingga
5 orang staf ahli (eselon IIa untuk staf
ahli Gub, IIb untuk staf ahli
Bup/Walikota). Masalah: kemungkinan
nepotisme? Kecemburuan?
1. Pendidikan politik; pemberian otonomi akan
memberi peluang lebih besar bagi partisipasi
politik
2. Melatih kepemimpinan politik; pemerintah
daerah yang otonom akan memberi
pengalaman mengenai sistem kepartaian,
peran legislatif, metode formulasi kebijakan,
dsb
3. Stabilitas politik; sistem pemerintahan yang
terdesentralisasi akan memungkinkan
terciptanya demokrasi yang stabil karena
masyarakat dapat memilih pemimpin yang
mereka percayai.
1. Persamaan politik; dengan
menyediakan peluang partisipasi
dalam pembuatan kebijakan,
pemerintahan yang otonom akan
menjamin persamaan politik
warganya.
2. Akuntabilitas; Setiap hak
individual akan lebih terjamin
sehingga masyarakat lebih bebas.
3. Responsivitas (daya-tanggap);
Pemerintahan yang otonom akan
mampu menyediakan apa yang
dikehendaki oleh rakyatnya.
 Tata-pemerintahan (Kriteria Good
Governance, Governance
Assessment 2006)
 Kriteria Otonomi Award (Jawa
Timur bersama Jawa Pos, 2007)
 Kriteria Kontekstual Daerah
Istimewa Jogjakarta (Bappenas
&MAP-UGM,2007)
1. Kemampuan memenuhi hak politik warga;
partisipasi, transparansi, kapasitas
penyampaian aspirasi (voice)
2. Melaksanakan kebijakan & menyelenggarakan
layanan publik; efisien, efektif, akuntabel?
3. Mengendalikan korupsi; insiden korupsi,
toleransi masy.
4. Menjaga stabilitas politik; keamanan &
ketertiban, mengelola konflik
5. Membuat Perda untuk pelayanan publik;
kualitas peraturan, fasilitasi thd dunia usaha
6. Menegakkan hukum; kepastian, keadilan,
kesamaan akses warga
1. Inovasi kebijakan; Apakah ada inovasi baru
yg dilaksanakan pejabat daerah?
2. Layanan publik; kesehatan, pendidikan,
perizinan
3. Pengembangan ekonomi; pertumbuhan,
pemerataan, pemberdayaan
4. Kinerja politik lokal; partisipasi,
akuntabilitas, kesinambungan politik.
Tumpang tindih
KEHUTANAN
- Statistik
PERKEBUNAN - Naker/Kepeg
- Pertambangan
13 %

PERTANAHAN - Pendidikan
10 %
- Perikanan
PAJ&RES KEND BERMOT 3% - Kelautan
PU 8%
PERTANIAN 3% - Metrologi
PARAWISATA 4 % - AMDAL
PERHUB LAUT
8% - SIUP/IMB
KELAUTAN 4 %
- Parawisata
PERTAMBANGAN 7 % PMA
PENDIDIKAN 4 %
- Kebudayaan
4% - Perdagangan
NAKER/KEPEG 6 % PERHUB. DAR & UDARA 6 %

N=277
Sumber: Survei I Made Suwandi (2005), “Monitoring & Evaluasi
Implementasi otonomi Daerah Di Indonesia”, Dirjen Otda, Depdagri 30
PENDIDIKAN 3 %
NAKER/KEPEG 3%
BPS

PERTAMBANGAN
LIHAT HAL 3%
PMA
BERIKUT :
PERTANAHAN 5%
41%
PERHUB LAUT 8 %

PERHUB. DAR & UD


9%

BKKN KEHU
11% TANAN
10 %

Sumber: Survei I Made Suwandi (2005), “Monitoring & Evaluasi


Implementasi otonomi Daerah Di Indonesia”, Dirjen Otda, Depdagri
31
KONDISI SAAT INI (EXISTING CONDITIONS):
1. Terdapat 29 urusan yang di desentralisasikan ke daerah
2. Terjadi tumpang tindih antar tingkatan pemerintahan dalam
pelaksanaan urusan tersebut, karena belum sinkronnya
antara UU Otda dengan UU Sektor
3. Terjadi tarik menarik urusan, khususnya urusan yang
mempunyai potensi pendapatan (revenue)
4. Adanya gejala keengganan dari Departemen/LPND untuk
mendesentralisasikan urusan secara penuh karena
kekhawatiran daerah belum mampu melaksanakan urusan
tsb secara optimal
5. Tidak jelasnya mekanisme supervisi dan fasilitasi oleh
Departemen/LPND terhadap Daerah karena ketidak jelasan
mekanisme kordinasi antara Depdagri sebagai pembina
umum dengan Departemen/LPND sebagai pembina tehnis

32
KEWENANGAN
BIDANG PERENCANAAN
SETIAP TINGKAT PEMERINTAHAN MEMILIKI PORSI
KEWENANGAN DALAM BIDANG PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
1. PUSAT BERWENANG
: MENYUSUN PERENCANAAN MAKRO-
STRATEGIS DAN BIDANG-BIDANG PRIORITAS NASIONAL, BAIK
YANG BERSIFAT LINTAS PROPINSI MAUPUN MASALAH KHUSUS
SETIAP LOKALITAS;
2. PROPINSI BERWENANG MENYUSUN PERENCANAAN LINTAS
KABUPATEN/KOTA MAUPUN MENGATASI KESENJANGAN ANTAR
KABUPATEN/ KOTA DAN MASALAH KHUSUS LOKALITAS DI
WILAYAHNYA;
3. KABUPATEN/KOTA MENYUSUN PERENCANAAN ATAS
KEWENANGANNYA DAN MENJABARKAN ISYARAT PERENCANAAN 33
A. Mengapa Perlu Berencana?
Ada 3 alasan utama bagi negara sedang berkembang
perlu berencana:
1. Adanya Kegagalan Mekanisme Pasar (Market Failures)
2. Ketidakpastian (uncertainty) masa datang;
3. Untuk memberikan arah pembangunan yang jelas.
4. Dunia terus berubah, jangan sampai perubahan
tidak dikelola sehingga dapat merugikan.
Mengelola perubahan dengan perencanaan

34
1. Untuk mendukung koordinasi antar pelaku
pembangunan;
2. Menjamin terciptanya integrasi, singkronisasi
dan sinergi antar daerah, waktu dan fungsi
pemerintahan, baik pusat maupun daerah;
3. Menjamin terwujudnya keterpaduan antara
perencanaan dengan penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan;
4. Mengoptimalksan partisipasi masyarakat
dalam penyusunan perencanaan
pembangunan;
5. Menjamin penggunaan sumberdaya
pembangunan secara efisien, efektif dan adil.
35
 Menurut UU 25/2004:
◦ Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
 Menurut Thomas L Saaty (1992):
◦ Planning is a thinking and social process of aligning what
is deduced to be the likely outcome of situation, given
current actions, policies, and environment forces, with
what is perceived as desirable outcome which requires
new actions and policies.
 Conyers & Hills (1994):
◦ perencanaan sebagai suatu proses yang bersinambungan
yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan
berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan
datang.

36
PERENCANAAN PEMBANGUNAN

 Berdasarkan definisi tersebut berarti ada 4 elemen


dasar perencanaan yakni :
a. Merencanakan berarti memilih
b. Perencanaan merupakan alat pengalokasian
sumberdaya.
c. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai
tujuan.
d. Perencanaan untuk masa depan.

37

37
1. Perencanaan
ekonomi daerah disusun sesuai
dengan kewenangan daerah sebagai satu
kesatuan dalam sistem perencanaan ekonomi
nasional

2. Berdasarkan
dimensi waktu terdiri atas perenc.
Jangka panjang, perenc. Jangka menengah dan
perencanaan jangka pendek (tahunan)

3. Dimaksudkan untuk menjami keterkaitan antara


perencanaan & penganggaran, pelaksanaan,
evaluasi dan pengendalian
38
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) = 20 tahun
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) = 5 tahun
3. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renstra SKPD) = 5 tahun
4. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) = 1
tahun
5. Rencana Kerja (RK-SKPD) = 1 tahun

39
Penetapan & Ruang Lingkup Perencanaan

NASIONAL DAERAH
Rencana Pembangunan Jangka Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJP Panjang Daerah (RPJP Daerah) Ditetapkan
Ditetapkan
dengan UU
Nasional) Dengan Perda

Rencana Pembangunan Jangka Rencana Pembangunan Jangka


Ditetapkan
Ditetapkan Menengah Nasional (RPJM Menengah Daerah (RPJM dengan Peraturan
dengan PerPres Nasional) Daerah) Kepala Daerah

Ditetapkan
Ditetapkan Rencana Strategis Kementerian Rencana Strategis Satuan Kerja dengan Peraturan
dengan Peraturan / Lembaga (Renstra-KL) Perangkat Daerah (Renstra- Pimpinan SKPD
Pimpinan KL
SKPD)
Ditetapkan
Ditetapkan dengan Peraturan
dengan PerPres Rencana Kerja Pemerintah Rencana Kerja Pemerintah Kepala Daerah
(RKP) Daerah (RKPD)
Ditetapkan Ditetapkan
dengan Peraturan dengan Peraturan
Pimpinan KL Pimpinan SKPD
Rencana Kerja Kementerian / Rencana Kerja Satuan Kerja
Lembaga (Renja-KL) Perangkat Daerah (Renja-
SKPD) 40

40
Ada 3 alasan perlunya dibedakan dari
perencanaan pembangunan nasional;
1. Struktur dan orientasi pembangunan
daerah berbeda dengan nasional;
2. Pada pembangunan daerah terdapat
interaksi yang sangat erat antar daerah
baik dalam perdagangan mobilitas
penduduk;
3. Struktur dan komponen keuangan daerah
berbeda dengan nasional;
4. Kewenangan daerah berbeda dengan
nasional;

41
 BERDASAR SISTEM
◦ Sistem wilayah
◦ Sistem internal perkotaan
 BERDASAR FUNGSI UTAMA KAWASAN
◦ Kawasan lindung
◦ Kawasan budidaya
 BERDASAR WILAYAH ADMINISTRATIF
◦ Penataan ruang wilayah nasional
◦ Penataan ruang wilayah propinsi
◦ Penataan ruang wilayah kabupaten/kota
 BERDASAR KEGIATAN KAWASAN
◦ Penataan ruang kawasan perkotaan
◦ Penataan ruang kawasan perdesaan
 BERDASAR NILAI STRATEGIS KAWASAN
◦ Penataan ruang kawasan strategis nasional
◦ Penataan ruang kawasan strategis propinsi
◦ Penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota
42
RPJP RTRW
NASIONAL NASIONAL
RPJM
NASIONAL

RPJP RTRW
PROPINSI PROPINSI
RPJM/RKP
PROPINSI
RPJP RTRW
KABUPATEN RPJM/RKP KABUPATEN

KABUPATEN
NON SPATIAL SPATIAL
DOKUMEN KETERANGAN WAKTU

RPJP Nasional Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 20 tahun

RPJM Nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah 5 tahun


Nasional

RKP Rencana Kerja Pemerintah 1 tahun

Renstra-KL Rencana Strategis Kementrian/Lembaga 5 tahun

Renja-KL Rencana Kerja Kementrian/Lembaga 1 tahun


DOKUMEN KETERANGAN WAKTU

RPJP Daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 20 tahun

RPJM Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah 5 tahun


Daerah

RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah 1 tahun

Renstra-SKPD Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat 5 tahun


Daerah

Renja-SKPD Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah 1 tahun


 RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan
dibentuknya pernerintahan Negara Indonesia yang
tercanturn dalam Pembukaan UUD 1945, dalam bentuk
visi, misi, dan arah pernbangunan Nasional.

 RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan


program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP
Nasional, memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan
umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan,
serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan
fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

 RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, mernuat


prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro
yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal, serta program
Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga,
kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif
 RPJP Daerah mernuat visi, misi, dan arah
pembangunan Daerah yang mengacu pada
RPJP Nasional
 RPJM Daerah merupakan penjabaran visi, misi,
dan program Kepala Daerah yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP
Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional,
memuat arah kebijakan keuangan daerah,
strategi pembangunan Daerah, kebijakan
umum, dan program SKPD, lintas SKPD, dan
program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif.
 RKPD merupakan penjabaran dari RPJM
Daerah dan mengacu pada RKP, memuat
rancangan kerangka ekonomi Daerah,
prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja,
 Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan
tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun
dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat
indikatif.
 Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL
dan mengacu pada prioritas pembangunan Nasional dan
pagu indikatif, serta. memuat kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung
oleh Pernerintah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat.

 Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi,


kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang
disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta
berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
 Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra
SKPD dan mengacu kepada RKP, memuat kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
 Penyiapan rancangan awal
rencana pembangunan
 Musyawarah perencanaan
pembangunan
 Penyusunan rancangan akhir
rencana pembangunan.
 Penyiapan rancangan awal
rencana pembangunan;
 Penyiapan rancangan rencana
kerja
 Musyawarah perencanaan
pembangunan
 Penyusunan rancangan akhir
rencana pembangunan.
DOKUMEN PENGANGGUNG JAWAB PENGESAHAN
RPJP Nasional Menteri (Pimpinan Kementrian Perencanaan UU
Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS)
RPJM Nasional Menteri PP

RKP PP

RPJP Daerah Kepala Bappeda Perda

RPJM Daerah Kepala Bappeda Perkada

RKPD Perkada

Renstra-KL Pimpinan Kementrian/Lembaga Permen

Renja-KL
Renstra-SKPD Kepala SKPD Peraturan
Kepala SKPD
Renja-SKPD
Pedoman Pedoman

Pemerintah
RENSTRA RENJA RKA - KL RINCIAN
KL KL APBN

Pusat
Pedoman diacu

RPJP Pedoman RPJM dijabarkan Pedoman


RKP RAPBN
NASIONAL NASIONAL APBN

diacu diperhatikan Diserasikan melalui MUSRENBANGDA

Pedoman Pedoman
RPJP Pedoman RPJM dijabarkan RAPBD APBD
RKPD KUA

Pemerintah
DAERAH DAERAH

Daerah
Pedoman

RENSTRA Pedoman RENJA Pedoman RKA – PENJABARAN


SKPD SKPD SKPD APBD

RENCANA
KERJA ANGGARAN
 Presiden menyelenggarakan dan bertanggung
jawab atas Perencanaan Pembangunan Nasional,
dibantu Menteri, dan Pimpinan
Kementrian/Lembaga sesuai tugas &
Kewenangannya.
 Kepala Daerah menyelenggarakan dan
bertanggung jawab atas perencanaan
pembangunan daerah di daerahnya, dibantu
Kepala Bappeda dan Pimpinan SKPD sesuai tugas
dan kewenangannya
 Gubernur selaku wakil pemerintah pusat
mengkoordinasikan pelaksanaan perencanaan
tugas-tugas Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan, serta koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan sinergi perencanaan
pembangunan antar kabupaten/kota
DOKUMEN WAKTU KETERANGAN
RPJP Nasional Musrenbang dilaksanakan
paling lambat 1 tahun sebelum
RPJP berjalan berakhir

RPJM Nasional Paling lambat 3 bulan setelah Musrenbang dilaksanakan


paling lambat 2 bulan setelah
presiden dilantik presiden dilantik

RKP Musrenbang dilaksanakan


paling lambat bulan April

RPJP Daerah Musrenbang dilaksanakan


paling lambat 1 tahun sebelum
RPJP berjalan berakhir

RPJM Daerah Paling lambat 3 bulan setelah kepala Musrenbang dilaksanakan


paling lambat 2 bulan setelah
daerah dilantik kepala daerah dilantik

RKPD Musrenbang dilaksanakan


paling lambat bulan Maret

Renstra-KL Disesuaikan dengan RPJM Nasional

Renja-KL
Renstra-SKPD Disesuaikan dengan RPJM Daerah

Renja-SKPD
1.Apakah Pemda (provinsi, kab/kota) mampu memperbaiki
kondisi ekonomi makro?
 Pertumbuhan sektoral
 Pertanian
 Pendidikan & pariwisata
 Kemakmuran rakyat
2. Apakah Pemda mampu mengatasi masalah di daerah?
 Pengendalian tata-ruang
 Konversi lahan
 Masalah Sultan Ground
 Masalah pencemaran lingkungan
3. Apakah Pemda mampu menggerakkan sektor andalan?
 Pertumbuhan sektor pertanian
 Pertumbuhan sektor pariwisata
 Pertumbuhan sektor pendidikan
 Adakah inovasi di sektor andalan yg lain?
4. Apakah Pemda mampu menyelenggarakan layanan publik
dengan baik?
 Kesehatan
 Pendidikan
 Perizinan
N Lokasi Luas Tanah Terkonversi (Ha)
o.
1 Kabupaten Gunung Kidul 200
2 Kabupaten Kulon Progo 150
3 Kabupaten Bantul 246
4 Kabupaten Sleman 328
5 Kota Yogyakarta 924

Sumber: diolah dari Kantor BPS Provinsi DI Yogyakarta.


Ringkasan Penyelenggaraan Otda di Provinsi DIY
Daerah Penyesuaian Kelembagaan Keuangan daerah Kepegawaian Pengelolaan aset Pelayanan publik
peraturan daerah
Kota Jogjakarta Inventarisasi Kerjasama antar Penajaman skala Assessment Aset tanah dan Pembentukan Dinas
kebutuhan peraturan daerah (menurut PP prioritas psikologi, tes bangunan masih Perijinan
PP Pelaksana UU No.50/2007) Mslh: berubah- kompetensi bagi dihuni pihak lain Askes dengan KTP
belum ada ubahnya peraturan PNS yg masuk Jogja Bagaimana Penyerahan urusan
Mslh: proses SK pengosongannya? ke Kecamatan?
pensiun lama (Gol
IV/c)  harus ke
Pusat
Kabupaten Bantul Perda 15/2005 ttg Ketidakjelasan Retribusi air bawah Peningkatan Masalah tanah Otonomi untuk
RPJMD 2006-2010 kewenangan. Mis: tanah. Kabupaten kapasitas SDM Sultan Ground. Mis: kesejahteraan
Belum seluruh pemeriksaan (menurut UU di Imogiri masyarakat, bukan
kewenangan kendaraan bermotor 32/2004) atau sekadar pembagian
terlaksana  Kewenangan provinsi (menurut UU kewenangan
Peraturan LPND kabupaten atau 34/2000)?
masih parsial provinsi?
Kabupaten Melengkapi NSPK & Tidak ada Juklak DIPA mestinya Tenaga honorer: SK Aset daerah yg Penyakit menular
Kulonprogo SPM urusan wajib pembantuan ke desa sepengetahuan Menpan >< PP diserahkan ternyata sudah teratasi
Perda No.2/2005: Urusan concurrent Bupati, tidak dialirkan No.48/200. Tepatkah PAG. Mslh: kapasitas SDM
pelimpahan (bencana, penyuluh langsung ke SKPD daerah merekrut Eks Cabdin Sosial kurang
kewenangan Bupati pertanian) tenaga honorer? diserahkan gedung,
kepada Camat menyebabkan tanah tidak?
tumpang-tindih
Kabupaten Sleman Penyiapan Perda Percontohan Otda Masalah dana dekon: Jabatan fungsional Penyelesaian status Dilema antara
Penetapan Urusan (22 dinas)  Perda untuk pelaksanaan tanpa tunjangan hukum & sertifikasi perijinan dengan
Status urusan tugas 12/2000 (7 dinas)  kewenangan daerah? PNS Sleman aset daerah konservasi lahan
pembantuan & dekon Perda 12/2003 (9 Siapa pengelola dipergunakan Aset limpahan Retribusi BTS: Pusat
tidak jelas dinas) keuangan daerah? Pemprov untuk Pemprov tidak jelas: kurang sensitif
Produk: 12 Perda, 21 Bgm aturan untuk PP 58/2005: Kepala Selokan Mataram rumah dinas mantri terhadap aspirasi
Perbup/Kepbup, 34 lembaga baru? (UU SKPD, PP 8/2006: Masalah guru bidang pertanian, pos-pos lokal.
perjanjian kerjasama 24/2007 ttg BPBD, Sekda studi vs. kurikulum pemantauan, tanah,
UU 16/2006 ttg Standar akuntansi baru kendaraan, dsb
SKPD Penyuluhan) tidak konsisten
1. Daerah menghadapi keadaan & kemampuan yg
berbeda-beda
2. Keleluasaan penataan kelembagaan harus
ditetapkan dg indikator yg objektif (SPM, NSPK)
3. Urusan pemerintah (Pusat/Daerah) yg
konkuren harus ditempatkan melalui negosiasi
(dg argumentasi rasional-objektif)
4. Prioritas Otda adl: peningkatan PD, fasilitasi
dunia usaha (menarik investor), atau perbaikan
pelayanan publik?
5. Sampai di mana peran koordinatif Pemprov?
Penyerahan aset terkait dengan tujuan
pelayanan publik.
No. Daerah Kategori Jumlah

Kelembagaan Keuangan Pajak Retribusi Kesehatan Tenagakerja Lainnya

1 Provinsi Jateng 12 13 6 17 3 4 17 72

2 Kota Semarang 7 11 8 9 2 1 8 46

3 Kudus 17 14 2 17 0 1 9 60

4 Pekalongan 17 11 5 12 0 1 5 51

5 Blora 11 7 2 13 1 2 0 36

6 Surakarta 9 14 1 14 2 0 4 44

7 Sragen 23 11 4 28 3 2 11 82

8 Purbalingga 27 15 2 15 2 3 5 69

9 Kebumen 20 10 1 25 2 1 29 88

10 Wonosobo 34 19 4 26 0 2 38 123

11 Cilacap 10 0 6 20 0 1 16 53

Jumlah 187 125 41 196 15 18 142 724

Sumber: Enny Nurbaningsih et al, Dinamika Implementasi Perda, 2006.


Sekian

Dan

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai