OTONOMI DAERAH
SETTING POLITIK
◦ Merebaknya protes dan ketidakpuasan daerah (tuntutan
otonomi lebih luas, negara federasi, merdeka), terutama dari
daerah penghasil SDA utama
◦ Semangat demokratisasi dan keterbukaan
MISI POLITIK UU NO. 22/99 & NO.25/99
◦ Memuaskan semua daerah dengan memberikan ruang
partisipasi: demokrasi lokal
◦ Memuaskan daerah kaya SDA: menikmati hasil SDA lebih
besar
PERUBAHAN MENDASAR
◦ Dati I & II menjadi Propinsi dan Kabupaten/Kota
◦ Pemerintah daerah (KDH+DPRD) menjadi Badan Eksekutif
Daerah (Kepala daerah+Perangkat Daerah Otonom).
Implikasinya, keterpisahan eksekutif & legislatif.
◦ Memperpendek jangkauan asas dekonsentrasi (hanya sampai
dengan Propinsi). Implikasinya:
Gubernur tetap wakil pusat & KDH
Kabupaten & Kota bebas dari intervensi pusat (Kandep tak ada
lagi)
2
UU NO.22 Tahun 1999
Local Government
UU No. 32 Tahun 2004 Authority
REGIONAL
AUTONOMY UU NO.25 Tahun 1999
Fiscal
UU No. 33 Tahun 2004 Decentralization
A A A
DESA
S : Desentralisasi=penyerahan APBD
wewenang
C : Dekonsentrasi=pelimpahan - “ SENTRALISASI”
wewenang - Dari APBN
A : Tugas perbantuan=penugasan
4
Pembagian Pendapatan
Fanatisme Daerah
•Putra Daerah (PAD)
•Aset Daerah
Disintegrasi?
5
Gambar 1. Perubahan Paradigma dalam Era Otonomi Daerah
PERUBAHAN NILAI
SENTRALISTIK DESENTRALISTIK
KESERAGAMAN KEBERAGAMAN
INSTRUKTIF PILIHAN/FASILITATIF
KETERGANTUNGAN KEMANDIRIAN
HIRARKI KETERKAITAN
KESENJANGAN PERIMBANGAN
6
Pusat (pasal 7 ayat 1 Provinsi (penjelasan Kabupaten/Kota
& 2): Pasal 9): ◦ kewenangan daerah
1. Politik luar negeri; • Bidang pemerintahan
Pertahanan keamanan;
adalah kewenangan
2.
yang bersifat lintas sisa: Mencakup semua
Peradilan;
Kabupaten dan Kota, kewenangan selain
Moneter dan fiskal;
termasuk bidang yang diatur pada Pasal
Agama
pekerjaan umum,
Plus: Perencanaan 7 dan Pasal 9.
nasional secara perhubungan,
makro;.Dana kehutanan, dan ◦ Bidang pemerintahan
perimbangan
perkebunan yang wajib meliputi:
keuangan;
• Bidang tertentu, Kesehatan; Pendidikan;
Sistem administrasi
negara dan lembaga termasuk Perencanaan Kebudayaan; Pertanian;
perekonomian negara; dan pengendalian Perhubungan; Industri;
Pembinaan &
pembangunan regional Perdagangan; Penanaman
pemberdayaan modal; Lingkungan hidup;
sumberdaya manusia; secara makro
Pendayagunaan Pertanahan;
sumberdaya alam & Koperasi;Tenaga kerja.
Teknologi tinggi yg
strategis; Konservasi;
Standardisasi
nasional.
7
Pusat (pasal 10 ayat Provinsi (Pasal 13 ayat Kabupaten/Kota (Pasal
3 & 5): 11)
1. politik luar 1&2): ◦ perencanaan dan
• pengendalian pembangunan
negeri. Perencanaan & pengendalian
pembangunaan
◦ perencanaan, pemanfaatan,
dan pengawasan tata ruang;
• perencanaan, pemanfaatan, dan penyelenggaraan ketertiban
pengawasan tata ruang umum dan ketentraman
2. Pertahanan. • penyelenggaraan ketertiban umum &
ketentraman masyarakat ◦
masyarakat
penyediaan sarana dan
• penyediaan sarana & prasarana umum prasarana umum
• penanganan bidang kesehatan penanganan bidang
3. Keamanan. • penyelenggaraan pendidikan & alokasi
◦
kesehatan
sumber daya manusia potensial ◦ penyelenggaraan pendidikan;
• penanggulangan masalah sosial lintas penanggulangan masalah
4. Yustisi. •
kabupaten/ kota
pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas ◦
sosial
pelayanan bidang
kabupaten/kota ketenagakerjaan
• fasilitasi pengembangan koperasi, UKM ◦ fasilitasi pengembangan
5. moneter termasuk lintas kabupaten/kota koperasi, usaha kecil dan
menengah
dan fiskal
• pengendalian lingkungan hidup
• pelayanan pertanahan termasuk lintas ◦ pengendalian lingkungan
nasional. •
kabupaten/kota;
pelayanan kependudukan, dan catatan ◦
hidup
Pelayanan pertanahan
sipil ◦ pelayanan kependudukan,
dan catatan sipil
agama.
• pelayanan administrasi umum
6. pemerintahan ◦ pelayanan administrasi
• pelayanan administrasi penanaman modal umum pemerintahan
termasuk lintas kabupaten/ kota ◦ pelayanan administrasi
• penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya penanaman modal
◦ penyelenggaraan pelayanan
dasar lainnya
8
menciptakan kesejahteraan.
bagaimana menjadikan Pemda sebagai
instrumen untuk menciptakan kesejahteraan
9
1.Urusan Pemerintahan (Function)
2.Kelembagaan (Institution)
3.Personil (Personnel)
4.Keuangan Daerah (Local Finance)
5.Perwakilan (Representation)
6.Pelayanan Publik (Public Service)
7.Pengawasan (Control/Supervision)
Catatan:
Penataan harus bersifat sistemik dan bukan parsial
10
bagaimana menata elemen dasar Pemda tersebut agar
kondusif untuk meningkatkan kapasitas Pemda untuk
mampu mencapai kedua tujuan otonomi daerah yaitu
kesejahteraan dan demokrasi.
bagaimana menata elemen dasar tersebut dan
mengoperasionalkannya dalam koridor UU 32/2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Menata setiap elemen dasar berarti memahami secara
filosofis :
1. Mau kemana kita (target)
2. Di mana kita sekarang (Existing Condition)
3. Bagaimana strategi mencapai target (Action Plans)
11
◦Dalam peraturan lebih teknis,
perumusan kewenangan
didahului dengan kewenangan
pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi, menurut PP
No.25/2000).
◦Perumusan berdasarkan
pengakuan kewenangan dalam
tiga jenjang (pusat, provinsi,
kabupaten/kota) menurut PP
◦ Metode yang dianut adalah general
competence, dengan sedikit
modifikasi
◦ Perumusan kewenangan daerah
ditetapkan berdasarkan
“kewenangan residual”, dengan
rumusan eksplisit dimulai dari
pemerintah pusat, yi: bidang
pertahanan dan keamanan,
kebijakan moneter dan fiskal,
politik luar negeri, agama, justisi.
UU No 32/2004 meletakkan otonomi atas
dasar lima landasan yaitu:
(1) demokrasi,
(2) partisipasi dan pemberdayaan,
(3) persamaan dan keadilan,
(4) pengakuan atas potensi daerah dan
perbedaannya,
(5) penguatan parlemen lokal.
Pengakuan adanya otonomi luas,
kecuali lima urusan pemerintah
pusat.
Bertanggung jawab terhadap
semua urusan yang telah
diresahkan kepada daerah mulai
dari perencanaan, penganggaran,
implementasi, dan evaluasinya.
Daerah diberi kewenangan untuk
mengurus urusan keuangan,
kepegawaian dan organisasi
daerah.
Pemerintah daerah tidak
termasuk DPRD (ada
pemisahan yang jelas).
Instansi vertikal digabung
dengan dinas daerah.
Kecamatan memiliki fungsi
dekonsentrasi,
pemerintahan desa berhak
untuk memilik kepala desa
dan BPD sendiri
Kewenangan daerah dalm
konstruksi otonomi UU
No.32/2004 seharusnya lebih
leluasa ketimbang ketika diatur
oleh UU No.5/1974
Peraturan pemerintah
seharusnya tidak mengatur yang
cenderung membatasi
keleluasaan dan keberagaman
daerah
Diberikankeleluasaan
daerah untuk menatanya
sesuai dengan
kemampuan dan
kebutuhan
Daerahmempunyai
keadaan dan kemampuan
yang berbeda.
Pembagian kewenangan antara
pemerintah pusat, provinsi,
kab/kota secara rinci (lampiran
856 hal, mirip dengan muatan
Kepmendagri 130-67 th 2002)
Kewenangan wajib (basic
services): 26 urusan
Kewenangan pilihan (core
competence) : 8 urusan.
Bagaimana dengan urusan
pemerintahan yang konkuren?
Penyusunan SOT berdasarkan penilaian mandiri
(self-assessment)
Struktur inti: kepala daerah & wakil dibantu staf
(sekretariat), unsur pengawas (inspektorat),
unsur perencana (badan), unsur pendukung
(lembaga teknis daerah), unsur pelaksana
(dinas).
Struktur tambahan: unsur pelaksana sesuai
potensi unggulan (core competence) daerah
Kemungkinan pembentukan lembaga lain
sesuai kebijakan nasional (Sekr. Badan Narkoba,
Komisi Penyiaran, dsb)
Kriteria objektif (?) dengan
pembobotan: 40% variabel penduduk,
35% luas wilayah, 25% besaran APBD.
Masalah: apakah eselonisasi sudah
sesuai dengan beban kerja?
Penurunan eselon Kabid pd dinas &
badan IIIa menjadi IIIb.
Kepala Daerah dapat merekrut hingga
5 orang staf ahli (eselon IIa untuk staf
ahli Gub, IIb untuk staf ahli
Bup/Walikota). Masalah: kemungkinan
nepotisme? Kecemburuan?
1. Pendidikan politik; pemberian otonomi akan
memberi peluang lebih besar bagi partisipasi
politik
2. Melatih kepemimpinan politik; pemerintah
daerah yang otonom akan memberi
pengalaman mengenai sistem kepartaian,
peran legislatif, metode formulasi kebijakan,
dsb
3. Stabilitas politik; sistem pemerintahan yang
terdesentralisasi akan memungkinkan
terciptanya demokrasi yang stabil karena
masyarakat dapat memilih pemimpin yang
mereka percayai.
1. Persamaan politik; dengan
menyediakan peluang partisipasi
dalam pembuatan kebijakan,
pemerintahan yang otonom akan
menjamin persamaan politik
warganya.
2. Akuntabilitas; Setiap hak
individual akan lebih terjamin
sehingga masyarakat lebih bebas.
3. Responsivitas (daya-tanggap);
Pemerintahan yang otonom akan
mampu menyediakan apa yang
dikehendaki oleh rakyatnya.
Tata-pemerintahan (Kriteria Good
Governance, Governance
Assessment 2006)
Kriteria Otonomi Award (Jawa
Timur bersama Jawa Pos, 2007)
Kriteria Kontekstual Daerah
Istimewa Jogjakarta (Bappenas
&MAP-UGM,2007)
1. Kemampuan memenuhi hak politik warga;
partisipasi, transparansi, kapasitas
penyampaian aspirasi (voice)
2. Melaksanakan kebijakan & menyelenggarakan
layanan publik; efisien, efektif, akuntabel?
3. Mengendalikan korupsi; insiden korupsi,
toleransi masy.
4. Menjaga stabilitas politik; keamanan &
ketertiban, mengelola konflik
5. Membuat Perda untuk pelayanan publik;
kualitas peraturan, fasilitasi thd dunia usaha
6. Menegakkan hukum; kepastian, keadilan,
kesamaan akses warga
1. Inovasi kebijakan; Apakah ada inovasi baru
yg dilaksanakan pejabat daerah?
2. Layanan publik; kesehatan, pendidikan,
perizinan
3. Pengembangan ekonomi; pertumbuhan,
pemerataan, pemberdayaan
4. Kinerja politik lokal; partisipasi,
akuntabilitas, kesinambungan politik.
Tumpang tindih
KEHUTANAN
- Statistik
PERKEBUNAN - Naker/Kepeg
- Pertambangan
13 %
PERTANAHAN - Pendidikan
10 %
- Perikanan
PAJ&RES KEND BERMOT 3% - Kelautan
PU 8%
PERTANIAN 3% - Metrologi
PARAWISATA 4 % - AMDAL
PERHUB LAUT
8% - SIUP/IMB
KELAUTAN 4 %
- Parawisata
PERTAMBANGAN 7 % PMA
PENDIDIKAN 4 %
- Kebudayaan
4% - Perdagangan
NAKER/KEPEG 6 % PERHUB. DAR & UDARA 6 %
N=277
Sumber: Survei I Made Suwandi (2005), “Monitoring & Evaluasi
Implementasi otonomi Daerah Di Indonesia”, Dirjen Otda, Depdagri 30
PENDIDIKAN 3 %
NAKER/KEPEG 3%
BPS
PERTAMBANGAN
LIHAT HAL 3%
PMA
BERIKUT :
PERTANAHAN 5%
41%
PERHUB LAUT 8 %
BKKN KEHU
11% TANAN
10 %
32
KEWENANGAN
BIDANG PERENCANAAN
SETIAP TINGKAT PEMERINTAHAN MEMILIKI PORSI
KEWENANGAN DALAM BIDANG PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
1. PUSAT BERWENANG
: MENYUSUN PERENCANAAN MAKRO-
STRATEGIS DAN BIDANG-BIDANG PRIORITAS NASIONAL, BAIK
YANG BERSIFAT LINTAS PROPINSI MAUPUN MASALAH KHUSUS
SETIAP LOKALITAS;
2. PROPINSI BERWENANG MENYUSUN PERENCANAAN LINTAS
KABUPATEN/KOTA MAUPUN MENGATASI KESENJANGAN ANTAR
KABUPATEN/ KOTA DAN MASALAH KHUSUS LOKALITAS DI
WILAYAHNYA;
3. KABUPATEN/KOTA MENYUSUN PERENCANAAN ATAS
KEWENANGANNYA DAN MENJABARKAN ISYARAT PERENCANAAN 33
A. Mengapa Perlu Berencana?
Ada 3 alasan utama bagi negara sedang berkembang
perlu berencana:
1. Adanya Kegagalan Mekanisme Pasar (Market Failures)
2. Ketidakpastian (uncertainty) masa datang;
3. Untuk memberikan arah pembangunan yang jelas.
4. Dunia terus berubah, jangan sampai perubahan
tidak dikelola sehingga dapat merugikan.
Mengelola perubahan dengan perencanaan
34
1. Untuk mendukung koordinasi antar pelaku
pembangunan;
2. Menjamin terciptanya integrasi, singkronisasi
dan sinergi antar daerah, waktu dan fungsi
pemerintahan, baik pusat maupun daerah;
3. Menjamin terwujudnya keterpaduan antara
perencanaan dengan penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan;
4. Mengoptimalksan partisipasi masyarakat
dalam penyusunan perencanaan
pembangunan;
5. Menjamin penggunaan sumberdaya
pembangunan secara efisien, efektif dan adil.
35
Menurut UU 25/2004:
◦ Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Menurut Thomas L Saaty (1992):
◦ Planning is a thinking and social process of aligning what
is deduced to be the likely outcome of situation, given
current actions, policies, and environment forces, with
what is perceived as desirable outcome which requires
new actions and policies.
Conyers & Hills (1994):
◦ perencanaan sebagai suatu proses yang bersinambungan
yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan
berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan
datang.
36
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
37
37
1. Perencanaan
ekonomi daerah disusun sesuai
dengan kewenangan daerah sebagai satu
kesatuan dalam sistem perencanaan ekonomi
nasional
2. Berdasarkan
dimensi waktu terdiri atas perenc.
Jangka panjang, perenc. Jangka menengah dan
perencanaan jangka pendek (tahunan)
39
Penetapan & Ruang Lingkup Perencanaan
NASIONAL DAERAH
Rencana Pembangunan Jangka Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJP Panjang Daerah (RPJP Daerah) Ditetapkan
Ditetapkan
dengan UU
Nasional) Dengan Perda
Ditetapkan
Ditetapkan Rencana Strategis Kementerian Rencana Strategis Satuan Kerja dengan Peraturan
dengan Peraturan / Lembaga (Renstra-KL) Perangkat Daerah (Renstra- Pimpinan SKPD
Pimpinan KL
SKPD)
Ditetapkan
Ditetapkan dengan Peraturan
dengan PerPres Rencana Kerja Pemerintah Rencana Kerja Pemerintah Kepala Daerah
(RKP) Daerah (RKPD)
Ditetapkan Ditetapkan
dengan Peraturan dengan Peraturan
Pimpinan KL Pimpinan SKPD
Rencana Kerja Kementerian / Rencana Kerja Satuan Kerja
Lembaga (Renja-KL) Perangkat Daerah (Renja-
SKPD) 40
40
Ada 3 alasan perlunya dibedakan dari
perencanaan pembangunan nasional;
1. Struktur dan orientasi pembangunan
daerah berbeda dengan nasional;
2. Pada pembangunan daerah terdapat
interaksi yang sangat erat antar daerah
baik dalam perdagangan mobilitas
penduduk;
3. Struktur dan komponen keuangan daerah
berbeda dengan nasional;
4. Kewenangan daerah berbeda dengan
nasional;
41
BERDASAR SISTEM
◦ Sistem wilayah
◦ Sistem internal perkotaan
BERDASAR FUNGSI UTAMA KAWASAN
◦ Kawasan lindung
◦ Kawasan budidaya
BERDASAR WILAYAH ADMINISTRATIF
◦ Penataan ruang wilayah nasional
◦ Penataan ruang wilayah propinsi
◦ Penataan ruang wilayah kabupaten/kota
BERDASAR KEGIATAN KAWASAN
◦ Penataan ruang kawasan perkotaan
◦ Penataan ruang kawasan perdesaan
BERDASAR NILAI STRATEGIS KAWASAN
◦ Penataan ruang kawasan strategis nasional
◦ Penataan ruang kawasan strategis propinsi
◦ Penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota
42
RPJP RTRW
NASIONAL NASIONAL
RPJM
NASIONAL
RPJP RTRW
PROPINSI PROPINSI
RPJM/RKP
PROPINSI
RPJP RTRW
KABUPATEN RPJM/RKP KABUPATEN
KABUPATEN
NON SPATIAL SPATIAL
DOKUMEN KETERANGAN WAKTU
RKP PP
RKPD Perkada
Renja-KL
Renstra-SKPD Kepala SKPD Peraturan
Kepala SKPD
Renja-SKPD
Pedoman Pedoman
Pemerintah
RENSTRA RENJA RKA - KL RINCIAN
KL KL APBN
Pusat
Pedoman diacu
Pedoman Pedoman
RPJP Pedoman RPJM dijabarkan RAPBD APBD
RKPD KUA
Pemerintah
DAERAH DAERAH
Daerah
Pedoman
RENCANA
KERJA ANGGARAN
Presiden menyelenggarakan dan bertanggung
jawab atas Perencanaan Pembangunan Nasional,
dibantu Menteri, dan Pimpinan
Kementrian/Lembaga sesuai tugas &
Kewenangannya.
Kepala Daerah menyelenggarakan dan
bertanggung jawab atas perencanaan
pembangunan daerah di daerahnya, dibantu
Kepala Bappeda dan Pimpinan SKPD sesuai tugas
dan kewenangannya
Gubernur selaku wakil pemerintah pusat
mengkoordinasikan pelaksanaan perencanaan
tugas-tugas Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan, serta koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan sinergi perencanaan
pembangunan antar kabupaten/kota
DOKUMEN WAKTU KETERANGAN
RPJP Nasional Musrenbang dilaksanakan
paling lambat 1 tahun sebelum
RPJP berjalan berakhir
Renja-KL
Renstra-SKPD Disesuaikan dengan RPJM Daerah
Renja-SKPD
1.Apakah Pemda (provinsi, kab/kota) mampu memperbaiki
kondisi ekonomi makro?
Pertumbuhan sektoral
Pertanian
Pendidikan & pariwisata
Kemakmuran rakyat
2. Apakah Pemda mampu mengatasi masalah di daerah?
Pengendalian tata-ruang
Konversi lahan
Masalah Sultan Ground
Masalah pencemaran lingkungan
3. Apakah Pemda mampu menggerakkan sektor andalan?
Pertumbuhan sektor pertanian
Pertumbuhan sektor pariwisata
Pertumbuhan sektor pendidikan
Adakah inovasi di sektor andalan yg lain?
4. Apakah Pemda mampu menyelenggarakan layanan publik
dengan baik?
Kesehatan
Pendidikan
Perizinan
N Lokasi Luas Tanah Terkonversi (Ha)
o.
1 Kabupaten Gunung Kidul 200
2 Kabupaten Kulon Progo 150
3 Kabupaten Bantul 246
4 Kabupaten Sleman 328
5 Kota Yogyakarta 924
1 Provinsi Jateng 12 13 6 17 3 4 17 72
2 Kota Semarang 7 11 8 9 2 1 8 46
3 Kudus 17 14 2 17 0 1 9 60
4 Pekalongan 17 11 5 12 0 1 5 51
5 Blora 11 7 2 13 1 2 0 36
6 Surakarta 9 14 1 14 2 0 4 44
7 Sragen 23 11 4 28 3 2 11 82
8 Purbalingga 27 15 2 15 2 3 5 69
9 Kebumen 20 10 1 25 2 1 29 88
10 Wonosobo 34 19 4 26 0 2 38 123
11 Cilacap 10 0 6 20 0 1 16 53
Dan
Terima Kasih