OLEH:
INTAN APRILIANA, S.KED 04054821618004
PENDAHULUAN
Salah satu kasus gawat darurat
yang dapat menyebabkan
keracunan.
Penting mengetahui
jenis ular yang Manifestasi berupa
menggigit dan Vulnus sitotoksik,
penanganan pra Morsum hematotoksik,
hospital terhadap Serpentis neurotoksik
korban gigitan ular
Identitas
Nama : An. R
Umur : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Desa Muara Kumbang, Kayuagung
Tanggal MRS : 12 November 2017
Anamnesis
PRIMARY SURVEY
A : Airway Paten
B : Spontan, Frekuensi nafas 20x/menit, reguler
C :Akral hangat, CRT < 2 detik, frekuensi nadi
83x/menit. Perubahan warna kulit: tanda-tanda luka
gigitan ular di kaki kanan -> tidak di curigai tanda-
tanda kelainan sirkulasi dan syok.
D : GCS 15 (E4 M6 V5)
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
STATUS LOKALIS
Kepala : normochepali
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), air
mata (+), reflek cahaya (+/+) normal, pupil isokor
(3mm/ 3mm), mata cekung (-/-), perdarahan
konjungtiva (-/-), ptosis (-/-)
Hidung : bentuk normal, secret (-), darah (-), deformitas (-),
nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), perdarahan gusi (-), lidah kotor (-)
Telinga : bentuk normal, sekret (-),
Leher :bentuk normal, kelenjar getah bening tidak
membesar, trakea di tengah, kelenjar thyroid tidak
membesar
Pemeriksaan Fisik
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-).
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Lemas, hepar-lien tak teraba,
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Regio cruris dextra
Inspeksi : tampak vulnus morsum luka gigitan melingkar (-) fang marks
(+), hiperemis disekitar (+), edema (+), ekimosis (-)
kehitaman (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), akral hangat (+), ukuran edema 12cm.
Status Neurologis
Dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Hb : 14,5 g/ dL
Leukosit : 25500 mm3
HT : 43 %
Tromboist : 231000 mm3
GDS : 103 mg/ dL
DIAGNOSIS
Vulnus morsum serpentis grade II regio cruris dextra
Penatalaksanaan
Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau steril
Untuk mengidentifikasi bekas gigitan yg disebabkan ular yang
berbisa/bukan
Untuk mengurangi infeksi sekunder
Imobilisasi luka
Berikan ATS
inj. ceftriaxone 2x1 gr IV
inj. ketorolac 3x 30 mg IV
inj. Ranitidin 2x50 mg IV
Drip ABU 10cc dalam 100 cc NaCl 0,9% dengan gtt XL/menit dilanjutkan
dengan IVFD RL gtt XX/menit.
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Gigitan Ular
Famili
Elapidae,Famili
Crotalidae/Viper
idae, Famili
Hydrophidae,
Famili
Colubridae
WHO : 40.000-
50.000 kematian
akibat gigitan ular
setiap tahun, sekitar
25.000-30.000 Cedera yang
berasal dari Asia disebabkan oleh
gigitan dari ular baik
ular berbisa ataupun
tidak berbisa dan
sering mengakibatkan
luka tusukan yang
ditimbulkan oleh
hewan taring dan
dapat menyebabkan
keracunan
Gigitan Ular
Beberapa enzim yang terkandung dalam bisa ular antara lain :6,7
Zinc metalloproteinase haemorrhagins: Merusak endotel vaskular
perdarahan.
Procoagulant enzymes: Mengandung serine protease dan enzim
prokoagulan zat pengaktif faktor X, prothrombin dan faktor koagulan
yang menstimulasi pembekuan darah dengan membentuk benang fibrin
Ironisnya proses ini membuat darah menjadi sukar membeku.
Phospholipase A2 (lecithinase): Merusak mitokondria, sel darah merah,
leukosit, platelet, saraf tepi, otot skeletal, endotel vaskular, dan membran-
membran lain, menghasilkan aktifitas neurotoksik di presinaps, dan memicu
pelepasan histamin dan antikoagulan.
Acetylcholinesterase
Hyaluronidase: meningkatkan penyebaran bisa ke seluruh jaringan.
Enzim proteolitik : meningkatkan permeabilitas vaskular edema,
munculnya bulla, lebam, dan nekrosis pada tempat gigitan.
Gigitan Ular
Patofisiologi
Gigitan Ular
Manifestasi
Gigitan Ular
Derajat Venerasi Luka gigit Nyeri Udem/ Eritem Tanda sistemik
0 0 + +/- < 3cm/12 jam 0
I +/- + + 3-12 cm /12 jam 0
II + + +++ > 12-25 cm/12 jam +
Neurotoksik, mual,
pusing, syok
III ++ + +++ > 25 cm/12 jam ++
Syok, petekia,
ekimosis, gangguan
faal ginjal ringan
IV +++ + +++ Pada satu ekstremitas ++
secara menyeluruh Gangguan faal
ginjal, koma,
perdarahan
Klasifikasi ini mengacu pada Schwartz dan Way untuk menentukan pedoman terapi serum anti bisa ular (SABU):
Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika derajat meningkat maka
diberikan SABU.
Derajat II: 3-4 vial (5 20 cc) SABU
Derajat III: 5-15 vial SABU
Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU
Gigitan Ular
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Gigitan Ular
Pemeriksaan Penunjang
20-minute Whole Blood Clotting Test
Desaturasi
Urinalisis
Gigitan Ular
Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
Indikasi:
Tanda Sistemik Keracunan
Abnormalitas hemostatik
Klinis: perdarahan sistemik yang spontan. Laboratorium: koagulopati (20 WBCT, PT) atau
trombositopenia (<100 x 109/liter or 100.000/cu mm)
Tanda neurotoksik
Klinis: oliguria dan/atau anuria. Laboratorium: peningkatan ureum dan kreatinin darah.
Hemoglobin atau mioglobinuria
Klinis: urin berwarna coklat tua, nyeri otot. Pemeriksaan: dipstik urin, rabdomiolisis
generalisata.
Tanda Lokal Keracunan
Edema lokal yang melebihi separuh ekstremitas yang digigit ular (tanpa tourniquet) dalam 48
jam awal setelah gigitan. Edema jari-jari setelah digigit (jari kaki terutama jari tangan).
Edema yang menyebar dengan cepat (misalnya edema menyebar sampai ke pergelangan tangan
dalam beberapa jam setelah gigitan pada tangan).
Pembesaran KGB lokal pada ekstremitas yang digigit.
Antivenom