Anda di halaman 1dari 57

MANAJEMEN LINGKUNGAN

(PENGELOLAAN)

Oleh:
Prof. Dr. Totok Gunawan, M.S.
Fak. Geografi UGM, 2017
PENGERTIAN DAN LINGKUP
KAJIAN
Pengelolaan SDA berbeda dengan Pengelolaan
Lingkungan (Hidup)
Pengelolaan Lingkungan (Hidup) merupakan
produk lingkungan total
Produk Lingkungan total merupakan hasil
intervensi manusia dalam pemanfaatan SDA
Pengelolaan Lingkungan mrpk merger dari
tataruang lingkungan dan strategi pengelolaan
lingkungan
Pengelolaan SDA merupakan upaya manusia
dalam menjaga hubungan timbal-balik dengan
SDA
.Pemanfaatan SDA & LH yang melampaui
DD Lingkungan menimbulkan kerusakan
komponen2 lingkungan
.DD Lingkungan mempunyai kepekaan dan
stabilitas ekosistem yang berbeda
antarkondisi bentanglahan
Kondisi bentanglahan tersusun oleh
berbagai jenis batuan, morfologi dan
morfometri, kelerengan, dan iklim
.Tingkat kerusakan komponen2 lingkungan
ditunjukkan oleh indikator kerusakan
komponen2 lingkungan
Indikator kerusakan komponen2 lingkungan
mempunyai klasifikasi dan kriteria yang
menjadi standar tingkat kerusakan
komponen2 lingkungan
Tingkat kerusakan komponen2 lingkungan
menjadi dasar untuk identifikasi masalah
lingkungan
.Survei cepat identifikasi kerusakan komponen2
lingkungan dengan cara membuat profil
longitudinal ekosistem bentanglahan dan profil
ekologi bentanglahan
.Profil ekosistem bentanglahan (landscape
ecosystem) berupa tata ruang lahan
berdasarkan kelas lahan (kemampuan &
kesesuaian)
.Profil ekologi bentanglahan (landscape ecology)
berupa tata ruang hayati berdasarkan kelas-
kelas habitat yang mendukung keanekaragaman
.Tumpangtindih (overlay) antara profil ekosistem
(bentanglahan) dan profil ekologi (habitat)
membentuk tata ruang lingkungan (biogeofisik-
kimia)
.Profil bentanglahan sosio-kultural (cultural
landscape) berupa tata ruang lahan
berdasarkan kelas kearifan lokal masyarakat
.Tumpang-tindih antara profil biogeofisik-kimia dan
profil sosio-kultural membentuk tata ruang
lingkungan total (sosio-biogeofisik-kimia)
.Identifikasi kerusakan komponen2 sosio-
biogeofisik-kimia digunakan sebagai dasar
identifikasi masalah lingkungan aspek
sosio-biogeofisik-kimia.
.Kerusakan komponen lingkungan bisa
terjadi terhadap satu komponen namun
dapat menular ke komponen lain dalam
satu ekosistem dan akhirnya merambah
menjadi masalah lingkungan kompleks
.Pengelolaan lingkungan berbeda dengan
pengelolaan SDA, perbedaannya terletak
pada objeknya yaitu Lingkungan dan SDA
.Pengelolaan lingkungan dilakukan terhadap
lingkungan total dalam satu kesatuan
ekosistem, sedang pengelolaan SDA
dilakukan terhadap SDA individu seperti
lahan, hutan, pantai, perdesaan,
perkotaan, sungai, danau, waduk, DAS
dsb.
.Pengelolaan lingkungan hutan mangrove
berbeda dengan pengelolaan SD hutan
mangrove
.Pengelolaan lingkungan pantai berlumpur
berbeda dengan pengelolaan SD pantai
berlumpur
.Pengelolaan lingkungan perdesaan
berbeda dengan pengelolaan SD
perdesaan
FILOSOFI DAN IDEOLOGI
Landasan Filosofis Pengelolaan SDA VS
Pengelolaan Lingkungan berbasis SDGs,
Landasan Sosiologis Pengelolaan SDA VS
Pengelolaan Lingkungan berbasis LOCAL WISDOM
Landasan Ideologi Pengelolaan SDA VS Pengelolaan
Lingkungan berbasis KONSEP EKOLOGIS
Manajemen/Pengelolaan SD Alam (Natural
Resources Management) dan SD Buatan/Binaan
(Cultural Resources Manage)
Manajemen/Pengelolaan Lingkungan Alam (Natural
Envi Management) dan Lingkungan Buatan/Binaan
(Cultural Envi Management)
Pedoman Umum Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan (PSDALH) adalah
UURI No.32/2009
Kebijakan Pengelolaan SDALH sbg Landasan
penegakan dan penataan ruang
Dasar Pemikiran PSDALH adalah Kekayaan
dan Jasling serta Pemerataan pembangunan
Pendekatan PSDALH adalah pengelolaan dan
pengembangan wilayah berkelanjutan
Reformasi Kerangka Rencana PSDALH
menuju Pemerintahan Bersih (Good
Governance)
Pengelolaan SD Alam Hayati (biotik) secara
Ekologis dibatasi dan ditentukan oleh Satuan
Habitat
Pengelolaan SD Alam Non Hayati (Abiotik)
secara Ekosistem dibatasi dan ditentukan
oleh Satuan Fisiografis
Evaluasi DD Lingkungan menjadi Landasan
penyusunan Program dan Kegiatan PSDALH
Isu-Isu Kerusakan Lingkungan menjadi
Rekomendasi penting sbg dasar penetuan
Kebijakan PSDALH
Identifikasi dan analisis masalah SDALH
menjadi dasar pemetaan Potensi dan
Kendala Penyusunan Kebijakan Pengelolaan
Potensi dan Kendala SDALH menjadi
Landasan Dasar Penyusunan Rencana Aksi
Program dan Kegiatan
Program dan Kegiatan menjadi Landasan
Dasar Penyusunan Renstra/RKAT Lintas
Departemen/Stakeholder
Leading Sector Program dan Kegiatan siapa
berbuat apa dalam PSDALH
MASALAH VERSUS
MANAJEMEN LINGKUNGAN
KERUSAKAN SUMBERDAYA ALAM (SDA)
DAN LINGKUNGAN hampir semua akibat
dari kesalahan kebijakan manajemen SDA
& LINGKUNGAN
KEBIJAKAN MANAJEMEN SDA &
LINGKUNGAN sangat dipengaruhi latar
belakang (backgroud) dan kemampuan
IPTEKS dan FALSAFAH yang dikuasai
oleh stakeholders sebagai LEADERSHIP
SUMBER MASALAH LINGKUNGAN dapat ditinjau
dari aspek KEBUTUHAN SDA yang mendesak,
disisi lain BERSIFAT KOMERSIAL untuk
menurap keuntungan jangka pendek
kurang/tidak berfikir jangka panjang kearah
berkelanjutan (SDGs)
FALSAFAH BERKELANJUTAN
(SUSTAINABILITY) ada di dalam
FILOSOFI/IDEOLOGI EKOLOGI yang dapat
diteladani di dalam menghadapi
kehidupan/kenyataan hidup
PENDEKATAN PROFIL
LINGKUNGAN
Cara Cepat Identifikasi Masalah Lingkungan
Dengan Cara Membuat Profil Ekologi dan Profil
Ekosistem Bentanglahan
Profil Ekologi dibatasi oleh Habitat sedang
Profil Ekosistem dibatasi oleh Fisiografi.
Habitat dan Fisiografi tersebut di lapangan
merupakan Batas Tata Ruang Lingkungan.
Konsep Tata Ruang Lingkungan mrpk Alokasi
Pemanfaatan Ruang Berbasis Lingkungan
Kerusakan komponen lingkungan mengubah
TATA RUANG LINGKUNGAN
EKOSISTEM/EKOLOGI
BENTANGLAHAN
Analisis Ekosistem Bentangalam (landscape
ecosystem analysis) mendeskripsi satuan-
satuan bentanglahan ke dalam satuan-satuan
bentuklahan (landform analysis) yang lebih kecil,
dan bahkan ke dalam analisis satuan-satuan
lingkungan terkecil (small environmental landunit
analysis) ruang mikro ataupun ruang mikroba
Analisis Ekologi Bentanglahan (landscape
Ecological Analysis) mendiskripsi satuan-satuan
habitat organisme makro (hewan) hingga
organisme mikro (bakteri).
CULTURAL ECOLOGY
Analisis Ekologi Budaya (Culture Ecological
Analysis) mendiskripsi satuan2 budaya ke
dalam satuan2 budaya lokal yang
menunjukkan kearifan lokal
Ekologi Budaya menggambarkan
bagaimana pendekatan manusia
menghadapi lingkungannya dalam
mempertahankan hidup dan menuju ke
arah peningkatan budaya (inovative)
Pengembangan Budaya Manusia
menghasilkan budaya manusia baru
(Cultural Landscape) sejalan dengan
tingkat perkembangan budaya manusia
yang dikuasai
Perkembangan budaya manusia mulai dari
deterministik sangat tergantung pada
lingkungan alam hingga sistemik, adaptif,
dan dinamik
ANALISIS EKOSISTEM
BENTANGLAHAN/BUDAYA
Analisis Ekosistem Bentanglahan (Nat.
Landscape Ecosystem) disusun dari komponen2
lingkungan biogeofisik/kimia (batuan, tanah,
vegetasi & penggunaan lahan, kemiringan
lereng, ketinggian tempat) disusun dalam bentuk
basisdata geofisik/kimia
Analisis Ekosistem bentangbudaya (Cultural
Landscape ecosystem) disusun dari komponen2
lingkungan sosial-budaya (hasil intervensi
manusia terhadap alamnya) dapat disusun
dalam bentuk basisdata sosek-budaya
ANALISIS BENTANGALAM HAYATI
(LINGKUNGAN FAUNA) KE DALAM
SATUAN2 HABITAT HEWAN MAKRO
(MAMALIA), MESO (UNGGAS), DAN
ORGANISME MIKRO (MIKROBA)
ANALISIS BENTANGALAM HAYATI
(LINGKUNGAN FLORA) KE DALAM
SATUAN2 HABITAT VEGETASI HUTAN,
BELUKAR, SEMAK, DAN RUMPUT
SERTA HERBA MIKRO
ANALISIS HABITAT FAUNA dan FLORA
habitat hewan dan tumbuhan/tanaman
(tms organisme mikroba) disusun dari
komponen2 syarat hidup hewan dan
tumbuhan/tanaman (tms organisme
mikroba) disusun dalam bentuk
BASISDATA hewan/tumbuhan-tanaman
BASIS DATA DAN TATA
RUANG LINGKUNGAN
DATA SPASIAL HASIL PEMETAAN
PROFIL LINGKUNGAN MENGHASILKAN
3 TATA RUANG LINGKUNGAN:
(1) BASISDATA GEOFISIK/ABIOTIK
(2) BASISDATA HAYATI/BIOTIK
(3) BASISDATA SOSEK-BUDAYA
KE TIGA KOMPOSIT BASISDATA
TERSEBUT MERUPAKAN POTENSI
LINGKUNGAN SUATU WILAYAH
BASIS DATA
BIOGEOFISIK/KIMIA BERBASIS
SIG
KAJIAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN EKOSISTEM
MANGROVE AKIBAT
AKTIVITAS PENGEMBANGAN
TAMBAK (PERIKANAN) DALAM
RANGKA PELESTARIAN
LINGKUNGAN DI PROVINSI
GORONTALO
KAJIAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN AKIBAT
AKTIVITAS PENAMBANAGAN
PASIR SEBAGAI DASAR
PENDIDIKAN LINGKUNGAN
MASYARAKAT DI DAS
JENEBERANG SULAWESI
SELATAN
KAJIAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN AKIBAT
KEJADIAN BANJIR SBG
DASAR PELESTARIAN SUNGAI
SORI SONDOSIA DI
KECAMATAN BOLO
KABUPATEN BIMA NTB
KAJIAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN LAHAN BEKAS
TAMBANG BATUBARA SBG
DASAR REKOMENDASI
STRATEGI KEHIDUPAN
MASYARAKAT DI DAERAH
TANJUNG ENIM SUMATERA
SELATAN
KAJIAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN HUTAN
LINDUNG ULU MASEN AKIBAT
KONVERSI LAHAN DALAM
RANGKA PELESTARIAN
HABITAT GAJAH SUMATERA
DI ACEH BESAR
KAJIAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN MATAAIR
WELIMAN AKIBAT
PENCEMARAN INDUSTRI
KAYU LAPIS SEBAGAI DASAR
PENGELOLAAN AIR BERSIH DI
DAERAH LITAMALI NTT
KAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
PERAIRAN SUNGAI TAPAK
AKIBAT PENCEMARAN LIMBAH
KAWASAN INDUSTRI SEBAGAI
DASAR PELESTARIAN TAMBAK
BANDENG DI KECAMATAN TUGU
KOTA SEMARANG
KAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN
LAHAN DALAM KAITANNYA DENGAN
PENERTIBAN NILAI HARGA TANAH
(NJOP) DI SEPANJANG JALAN
KALIURANG KAB SLEMAN
KAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
AKIBAT PENCEMARAN LIMBAH
RUMAH TANGGA (DOMESTIK)
DALAM SISTEM PENGELOLAAN
LIMBAH CAIR TERKAIT DENGAN
PENANGANAN KESEHATAN
MASYARAKAT (STUDI KASUS DI
DESA BANTUL KAB BANTUL)
TIPE-TIPE PETA (DASAR
&TEMATIK)
Ketersediaan Data menjadi bagian penting dalam
Perencanaan Tata Ruang Lingkungan

Pengumpulan Data dapat dilakukan secara Terestris


(Survei Lapangan) dan dapat dibantu dengan Citra
Satelit (Landsat)

Pemetaan Data (Tematik) merupakan bentuk visualisasi


data membentuk PETA SPASIAL Manual dan Digital

BASISDATA merupakan kumpulan PETA SPASIAL


dalam bentuk Digital
BASISDATA SOSIO-
BIOGEOFISIK/KIMIA
DATA SOSIO-BIOGEOFISIK/KIMIA berasal dari DATA BIOTIK
dan DATA GEOFISIK biasanya berupa data bentangalami dan
DATA SOSIO-KULTURAL berupa bentangbudaya
DATA BIOTIK (alami) seperti endemik tumbuhan (TB) alami
seperti paku-pakuan, TB savana, TB rawa payau, TB bakau,
dll. (budaya) seperti tanaman semusim, setahun, dan tahunan
DATA GEOFISIK (alami) seperti batuan, perbukitan, tanah, iklim,
sungai, danau kawah, (budaya) seperti Tanggul, Terasering,
Gully Plug, Dpi, Dpn, Embung, dsb.
DATA SOSIO-KULTURAL (budaya) seperti sawah, kebun
campuran, perkebunan, pekarangan, dll.
BASISDATA SOSIO-BIOGEOFISIK/KIMIA seperangkat data
tematik yang dioverlay dalam format dan skala yang sama
sehingga mudah dipanggil dan direvisi dari hasil survei
lapangan dalam bentuk data grafis ataupun data atribut
JENIS-JENIS PETA SPASIAL
Ada beberapa jenis PETA SPASIAL, yaitu:
(1) PETA DASAR (basemap) diturunkan dari PETA RBI
isinya: lokasi permukiman, jalan, ketinggian, gunung,
sungai besar.
(2) PETA TEMATIK DASAR adalah peta dasar yang
dibutuhkan oleh semua pengguna, spt. Peta
Penggunaan Lahan
(3) PETA TEMATIK ANALISIS adalah peta tematik yang
hanya dibutuhkan oleh pengguna tertentu, spt. Peta
Tekstur Tanah
(4) PETA TEMATIK SINTESIS adalah peta tematik yang
merupakan hasil pemetaan kompleks wilayah, spt. Peta
Kemiskinan, Peta Lahan Kritis
PENYUSUNAN BASIS DATA
Langkah pertama adalah pembuatan PETA DASAR (basemap)
yang diturunkan dari PETA RBI (TOPOGRAFI) kmdn
dilakukan DIGITASI
Membuat PETA TEMATIK tertentu kmdn didigitasi dan dioverlay
diatas PETA DASAR menjadi PETA TEMATIK DIGITAL
tertentu yang sudah mempunyai posisi geografis
Setelah membuat beberapa PETA TEMATIK DIGITAL,
selanjutnya, overlay dari beberapa PETA TEMATIK DIGITAL
membentuk BASISDATA PETA TEMATIK DIGITAL
Setelah terbentuk BASISDATA kmdn setiap terjadi kerusakan
lingkungan baru dapat dimasukkan ke dalam BASISDATA
PETA TEMATIK DIGITAL, tentu saja data baru tersebut harus
dilakukan DIGITASI DATA terlebih dahulu karena harus satu
sistem yang sama
ANALISIS/SINTESIS
BASISDATA
Analisis basisdata geofisik diperoleh kesesuaian
aspek geofisik menghasilkan zona-zona ruang
geofisik sesuai dengan kualitas daya dukung
lingkungan geofisik
Analisis basisdata hayati diperoleh zona-zona
habitat yang mempunyai kualitas daya dukung
lingkungan syarat hidup organisme
Analisis basisdata sosio-kultural diperoleh zona-
zona lingkungan sosial-budaya (urban and rural
ecology) sesuai dengan kualitas daya dukung
lingkungan sosial budaya
ZONASI LINGKUNGAN
ZONA-ZONA KUALITAS DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN GEOFISIK DAPAT
MENJADI SATUAN ANALISIS
LINGKUNGAN ASPEK GEOFISIK
ZONA-ZONA KUALITAS DAYA DUKUNG
HAYATI DAPAT MENJADI SATUAN
ANALISIS LINGKUNGAN ASPEK HAYATI
ZONA-ZONA KUALITAS LINGKUNGAN
SOSIAL BUDAYA DAPAT MENJADI SATUAN
ANALISIS LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA
OVERLAY ZONA-ZONA KUALITAS
LINGKUNGAN BIO-GEOFISIK DAPAT
MENJADI SATUAN ANALISIS LINGKUNGAN
BIO-GEOFISIK
OVERLAY ZONA-ZONA KUALITAS
LINGKUNGAN KULTURAL-GEOFISIK DAPAT
MENJADI SATUAN ANALISIS LINGKUNGAN
KULTURAL-GEOFISIK
OVERLAY ZONA-ZONA KUALITAS
LINGKUNGAN SOSIO-BIO-GEOFISIK
DAPAT MENJADI SATUAN ANALISIS
LINGKUNGAN SOSIO-BIO-GEOFISIK
(TOTAL LINGKUNGAN)
ZONA-ZONA KUALITAS LINGKUNGAN
TOTAL MENJADI DASAR IDENTIFIKASI
MASALAH LINGKUNGAN DAN MENJADI
DASAR PENYUSUNAN STRATEGI
PENGELOLAAN LINGKUNGAN.
TATA RUANG DAN
KESERASIAN LINGKUNGAN
-RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
ADALAH PRODUK PEMDA SBG RAMBU2
PEMANFAATAN SDA &LH
-TATA GUNA LAHAN (SAAT INI) ADALAH
RENCANA TATA RUANG LAHAN OLEH MASY
ATAU BERBASIS MASYARAKAT
-TATA RUANG LINGKUNGAN ADALAH TATA
RUANG BERBASIS LINGKUNGAN
-APA PERBEDAAN KETIGA BENTUK TATA
RUANG WILAYAH/LAHAN/LINGKUNGAN TSB?
HUBUNGAN TATA RUANG LINGKUNGAN
DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
-DARI KETIGA BENTUK TATA RUANG
TERSEBUT BAGAIMANA KAITANNYA
DENGAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
UURI NO. 32/2009 TTG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
MEMBERIKAN ARAHAN TENTANG
MANAJEMEN LINGKUNGAN MELALUI 6P
(PERENCANAAN, PEMANFAATAN,
PENGENDALIAN, PEMELIHARAAN,
PENGAWASAN, DAN PENEGAKAN HUKUM)
STRATEGI PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
-KETIDAKSERASIAN LINGKUNGAN
MERUPAKAN PENYIMPANGAN
TERHADAP PEMANFAATAN
RUANG/LAHAN MENJADI PENYEBAB
MASALAH LINGKUNGAN
STRATEGIK DAN KEBIJAKAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN MRPK
REKOMENDASI UPAYA PEMECAHAN
(SOLUSI) MASALAH LINGKUNGAN
PERUMUSAN STRATEGI DAN
KEBIJAKAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN DIDASARKAN PADA 6P
YANG DIAMANATKAN SEBAGAIMANA
DISEBUTKAN DALAM UURI NO. 32
TAHUN 2009
PENGELOLAAN LINGKUNGAN (SDALH)
MENJADI KOMPETENSI UTAMA DALAM
MENCETAK DOKTOR ILMU
LINGKUNGAN
STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
MERUPAKAN LANGKAH PRAKTIS
DALAM UPAYA PENANGANAN
MASALAH LINGKUNGAN DITINJAU
DARI PENYEBAB DAN DAMPAK YANG
DITIMBULKAN
STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
MELIPUTI KOMPONEN ABIOTIK,
BIOTIK, DAN SOSIO-KULTURAL
KEBIJAKAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
merupakan langkah-langkah yang diambil
berdasarkan PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KEBIJAKAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
IDEALISME yang muncul sebagai respon
berdasarkan FAKTA TEMUAN DATA
(SEBAB-AKIBAT) sebagai langkah
PEMECAHAN MASALAH LINGKUNGAN
KEBIJAKAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN (SDALH) merupakan hasil
rangkuman analisis dan sintesis terhadap
FAKTA EMPIRIS TERHADAP TEMUAN
DATA DAN INFORMASI (sebab-
akibat/dampak)
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN sebagai
dasar menciptakan TEMUAN
PENELITIAN
DISKUSI TEORITIK DAN
TEMUAN PENELITIAN
DISKUSI TEORITIK mendiskusikan hasil
kajian terhadap kajian lain guna
menunjukkan KEASLIAN PENELITIAN
DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF
TEMUAN PENELITIAN DISERTASI
merupakan IDE BESAR ataupun IDE
BARU yang dapat dimunculkan sebagai
NOVELTIS (KEBARUAN) kasus di daerah
kajian
IDE BESAR/IDE BARU MANAJEMEN
SDALH SBG TEMUAN PENELITIAN
IDE BESAR/IDE BARU
MANAJEMEN/PENGELOLAAN
SUMBERDAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN HIDUP (SDALH) SBG
TEMUAN PENELITIAN merupakan
jawaban hipotesis (research question)
HASIL PEMECAHAN MASALAH
LINGKUNGAN
KAPAN DAN BAGAIMANA MEMPEROLEH
TEMUAN PENELITIAN DALAM
MANAJEMEN SDALH
MEMPEROLEH DATA DAN PEMETAAN
DATA SPASIAL hasil analisis dan
pengolahan data bukan tujuan akhir
PENELITIAN DISERTASI
MEMBACA, MENGANALISIS DAN
MENAFSIRKAN DATA SPASIAL HASIL
PENELITIAN DAPAT MENGHASILKAN
TEMUAN PENELITIAN SEBAGAI
KEUNGGULAN PENELITIAN
CONTOH TEMUAN PENELITIAN
DALAM MANAJEMEN SDALH
(1) Petani nelayan Pasuruhan (Jatim) berhasil
mendapatkan hadiah Kalpataru atas
keberhasilan pengendalian tzunami dengan
menemukan jenis mangrove (Rizopora) sebagai
penghalang gelombang laut
(2) Petani padi Pasuruhan (Jatim) berhasil
mendapatkan hadiah Kalpataru atas
keberhasilan pengendalian hama wereng coklat
dengan mengembangkan hama alami sebagai
komunitas wereng coklat
(3) Petani kebun Pasuruhan (Jatim) berhasil
mendapatkan hadiah Kalpataru atas
keberhasilan pengendalian lahan kritis
menjadi lahan hijau dan penampungan
mataair shg menjadi kantong pembibitan
dan percontohan penghijauan
(4) Temuan dalam pengendalian arus
gelombang laut di Pantura (Semarang) dg
membangun tanggul laut pemecah
gelombang
(5) Pengendalian banjir (Rob) dengan cara
simulasi untuk mengatur keseimbangan
besarnya pelepasan banjir limpasan
(6) Pengendalian banjir limpasan dg
mengatur keseimbangan dengan
membuat lubang-lubang timbunan air
hujan
(7) Temuan DAS kecil di Jawa (< 5000 sd
6000 ha), di luar Jawa (<100.000 ha)
(8) Pencemaran kimia air Waduk
Gajahmungkur Wonogiri (Jateng) lebih di
dominasi oleh kegiatan Jakapung
daripada dari Daerah Tangkapan Air
(DTA) waduk
(9) Blooming gulma (Enceng Gondok) di
Rawa Pening (Jateng) lebih di dominasi
oleh kegiatan pertanian komoditas tinggi
dari pada pertanian padi sawah
(10) Pertanian komoditas tinggi (kobis) di
Tawangmangu (Jateng) pestisida yang
tertinggal di dalam tubuh kobis mencapai
60%, sisanya di dalam tanah, aliran
permukaan, dan menguap
(11) Kehilangan lapisan tanah (erosi)
permukaan lebih tinggi di bawah tanaman
ketela pohon daripada tanaman lain
(12) Kehilangan unsur hara di dalam tanah
di bawah tanaman ketela pohon hanya se
dalam solum tanah 40 cm, sedang lapisan
tanah di bawahnya masih utuh
(13) Pendugaan produksi padi sawah harus
memperhatikan ekosistem bentanglahan
dari pada luas tanam (koreksi topografi)
(14) Kesesuaian tanaman jagung yang
optimal pada kelas Sesuai Marginal (S3)

Anda mungkin juga menyukai