Anda di halaman 1dari 13

Dosen Pembina :

Dr. Sukardi, M.T


Dr. Ernawati, M.Pd

KELOMPOK II

INOVASI PENDIDIKAN
TEKNOLOGI KEJURUAN

“The Meaning of
Educational Change”
Izzan Muhammad Urfan / 16138044
Rahmadoni / 16138071
Ratumas Ayu Atika Putri R / 16138075
A. PERMASALAHAN UMUM DARI MAKNA PERUBAHAN
INDIVIDU DI MASYARAKAT

Perubahan bisa terjadi karena dipaksakan atas kita


melalui peristiwa alamiah atau perubahan yang
sengaja) ataupun karena kita secara sukarela turut
rta dalam atau bahkan memprakarsai perubahan
tika kita mendapati ketidakpuasan,
tidakkonsistenan atau ketidaktoleransian pada
adaan yang sekarang. Di salah satu kasus, makna
erubahan akan jarang tampak pada permulaan dan
mbivalensinya akan meliputi transisinya. Inovasi
papun “tidak dapat diasimilasikan kecuali apabila
juannya terbagi” (Marris, h. 121, di buku edisi bahasa
alia)
Perubahan masyarakat akan tampak bila tatanan sosial dan
kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan
tatanan sosial dan kehidupan masyarakat yang baru. Perubahan
yang mungkin terjadi bisa berupa kemajuan atau bahkan
kemunduran. Unsur unsur kemasyarakatan yang berubah
biasanya meliputi kelompok kelompok sosial, stratifikasi sosial,
pola interaksi, status dan wewenang, serta pola kehidupan
masyarakat.
Komponen komponen yang membentuk sistem sosial itu
meliputi “tindakan tindakan” nyata yang saling bergantung dan
juga arti arti simbolis yang di anut bersama. Komponen
komponen tadi meliputi benda benda materil, hasil ciptaan
manusia dalam lingkungan, sifat sifat biologis manusi, persepsi
individu, harapan, sikap, dan tujuan.
Fullan M. G. & Stiegelbauer, S.(1991) juga menjelaskan
akan pentingnya peran orang tua dan masyarakat dalam
pembaharuan pendidikan. Bentuk keterlibatan orangtua
mencakup:

1. Keterlibatan langsung disekolah ( contoh sebagai


sukarelawan atau asisten)
2. Keterlibatan orangtua dirumah (membantu anak belajar
dirumah)
3. Relasi sekolah orangtua/masyarakat
4. Badan penasehat pendidikan
B. MAKNA SUBJEKTIF DARI PERUBAHAN PENDIDIKAN

Realitas subjektif kegiatan harian para guru


dijelaskan oleh Jackson (1968), Smith dan
Geoffrey (1968), Lortie (1975), House dan Lapan
(1978) dan Huberman (1980). Penjelasannya
adalah bahwa para guru terbawa pada pola
pengajaran ‘budaya teknis’ guru ragu-ragu
tentang bagaimana mempengaruhi siswanya,
khususnya tentang tujuan non kognitif, dan
bahkan para guru ragu apakah yang disampaikan
memiliki pengaruhnya. Sedangkan para siswa
merupakan gabungan individu-individu  yang
dipengaruhi oleh kekuatan yang berbeda dan
beragam yang tidak mungkin digeneralisasikan.
Penelitian yang lain terhadap upaya perubahan
menunjukkan bahwa tidak semua guru mengalami
kenyamanan. Baik Gross et.al (1971) dan Charters dan
Pellegrin (1973) dalam penelitian mereka terhadap empat
kasus dari susunan kepegawaian yang berbeda (yang
terkenal hanya dua dari sekian banyak penelitian)
menemukan bahwa para guru menerima mandat (perintah)
untuk dilaksanakan kepada siswa dalam keadaan merasa
kacau, frustasi, gelisah dan berusaha agar tidak tertinggal.
Tetapi, para guru harus percaya dengan melaksanakan
inovasi karena inovasi adalah acts of Faith, akan berguna
dan berhasil walaupun, hasil tidak segera terlihat (House,
1974).
C. MAKNA OBJEKTIF DARI PERUBAHAN PENDIDIKAN

Terdapat setidaknya tiga komponen atau dimensi yang


diungkapkan dalam mengimplementasikan kebijakan atau
program baru:
1. Kemungkinan digunakannya materi yang diperbaiki atau
baru (sumber instruksional langsung seperti teknologi
atau materi kurikulum)
2. Kemungkinan digunakannya pendekatan pengajaran
baru (yaitu aktifitas atau strategi pengajaran baru), dan
3. Kemungkinan berubahnya keyakinan (yaitu teori dan
asumsi kependidikan yang mendasari program atau
kebijakan baru tertentu).
Dalam mengambil perubahan kependidikan yang lain
untuk menggambarkan signifikansi perubahan dimensi
yang berbeda. Hampir setiap program mengubah bagian
atau menyatakan ketiga aspek, entah menunjuknya pada
seni, bahasa, penelitian sosial, karir pendidikan,
penggunaan mikrokomputer, Program Lanjutan atau Pionir,
pendidikan khusus dan sebagainya. Intinya adalah bahwa
program perubahan pendidikan memiliki realita objektif
yang mungkin lebih atau kurang dapat didefinisikan dalam
pengertian apa yang diyakini, praktik pengajaran, dan
sumber yang tercakup. Inovasi yang merupakan
seperangkat sumber dan materi adalah aspek yang paling
terlihat dari perubahan, dan yang termudah adalah
memanfaatkannya, tetapi hanya secara literal.
D. IMPLIKASI REALITAS OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF UNTUK
MEMAHAMI PERUBAHAN KEPENDIDIKAN

Sebelum membahas implikasi dari perubahan pendidikan ada


beberapa temuan menarik untuk dikaji, dan oleh Fullan
sudah diringkas sebagai berikut :

1. Pendidikan guru ternyata tidak membekali para siswanya


untuk menghadapi realitas kelas yang nanti menjadi tugas
pokoknya.
2. Organisasi adalah yang bersifat seluler mengakibatkan
para guru selalu dihadapkan pada berbagai masalah dan
ketakutan yang bersifat pribadi.
3. Para guru umumnya gagal mengembangkan budaya kerja
sebagai guru.
4. Jika guru menghadapai persoalan dan ingin meminta
bantuan penyelesaiaannya, sumber- sumber yang paling
efektif  digunakan guru pada umumnya cenderung
mengikuti apa yang dikatakan guru itu sendiri.
Implikasi objektif dan subjektif dari
pengimplementasian perubahan yang sebenarnya,
tidak ada cara lain yang bahkan suatu bagian dari
perubahan yang sedemikian jelas bisa
diimplementasikan. Seluruh program yang baru
mungkin tidak sepenuhnya diimplementasikan,
dan tidak dapat dikembangkan pada poin yang
menjadi berguna. Dan apabila demikian, mungkin
didapati bahwa sebagian tidak wajar, gagasan
yang tidak ada gunanya pada urutan yang
pertama. Nasehat yang baik untuk memelihara
kesehatan berpikir ketika perubahan tampak
tidak dapat dipahami .
Dalam inovasi dan perubahan pendidikan kita perlu
mencontoh negara finlandia, Amerika Serikat sendiri
sebagai super-power dunia mengakui kehebatan
Finlandia yang berpenduduk sekitar 5,5 juta manusia
dalam pendidikan nasionalnya yang telah mengangkat
taraf hidup rakyat Finlandia yang luar biasa. Ternyata
Finlandia telah mulai merekonstruksi pendidikan
nasionalnya sejak 40 tahun yang lalu dimulai dari
pendidikan gurunya (LPTK). Mereka tidak mengenal
ujian nasional, juga tidak mengenal perubahan
kurikulum yang signifikan tetapi yang menjadi pokok
pembaharuannya ialah mempersiapkan guru-gurunya
yang andal sejak periode pre-service
Kebijakan pendidikan yang dilaksanakan oleh Finlandia berkaitan
dengan Pendidikan adalah :
1. Mereka mengadakan transformasi pendidikan gurunya dengan
mengubah program pendidikan guru secara radikal.
2. Mereka mengubah kurikulumnya berlawanan dengan
kurikulum yang menekankan pada fakta dan ujian yang
ternyata hanya menambah beban peserta-didik.
3. Pada tingkat sekolah menengah ditekankan pada
pengembangan karya dan pendidikan teknis.
4. Menekankan pada belajar secara bebas. Peserta-didik diberi
kebebasan memilih program studinya nanti di universitas.
5. Mereka menerapkan inovasi-inovasi dalam mengajar dan
pelajaran pada setiap tingkat pendidikan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai