Anda di halaman 1dari 24

Pendidikan Dalam Masyarakat Modern

A. Pendahuluan
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai
budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Dalam masyarakat modern tentunya akan
berdampak dengan pendidikan dalam masyarakat modern yang telah mengangkat nilai-nilai modern dari
luar. Tujuan penulisan bab ini adalah untuk membahas mengenai arah dan tujuan pendidikan, yang
diharapkan dan diangankan masyarakat untuk masa yang akan datang. Makalah ini akan membahas tentang
1) Pandangan mengenai masyarakat modern, 2) Persepsi masyarakat mengenai pendidikan yang
diharapkan untuk masa yang akan datang, 3) Pendidikan dalam Mayarakat Sederhana dan Modern, 4)
Aplikasi pendidikan dalam masa depan di Indonesia.

B. Masyarakat Modern
Pengertian masyarakat modern sangat relative. Ada baiknya pertama tama kita mencari tahu persepsi
kelompok masyarakat disekitar kita mengenai ciri ciri suatu masyarakat modern. Masyarakat modern
adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke
kehidupan dalam peradaban masa kini. Dalam masyarakat modern segala sesuatu diusahakan atau
dikerjakan dengan sungguh-sungguh serta rasional sehingga menyebabkan selalu timbul pertanyaan dalam
masyarakat apakah kegunaan sesuatu bagi usaha menguasai lingkungan sekitarnya. Akibat dari kehidupan
tersebut, maka akan timbul sikap dalam masyarakat modern, diantaranya :
1. Terlalu percaya dengan peralatan dan teknik yang berjalan secara mekanis sebagai satu hasil pemikiran
manusia (Ilmu pengetahuan). Dalam hal ini masyarakat tergolong dalam paham positivism
2. Berbuat dan bertindak sesuai dengan rencana yang terperinci sehingga tidak jarang manusia dikendalikan
oleh rencana yang disusunnya.
3. Timbul rasa kehilangan orientasi dan jati diri yang dapat melemahkan kehidupan bathin dan keagamaan.
Yang paling fundamental dalam masyarakat modern adalah kepercayaan akan kemajuan ilmu pengetahuan.
Bagi mereka, masa depan bersifat terbuka. Mereka percaya bahwa kondisi kemanusiaan, fisik, spiritual dapat
diperbaiki dengan penggunaan sain dan teknologi. Beberapa akibat dari kehidupan masyarakat modern
adalah mereka terasing secara kehidupan sosial yang disebabkan oleh pertumbuhan urbanisme yang
mendorong mobilitas dan melemahkan ikatan-ikatan kekeluargaan.
Setelah itu kita lihat apa yang dikatakan oleh pengamat dan pemikir mengenai masa depan. Setelah
mewawancarai beberapa orang ( siswa, mahasiswa, guru, dosen ) mendapat kesan bahwa pengertian
masyarakat modern bagi setiap individu berbeda. Ada yang menganggap masyarakat modern adalah
masyarakat yang meniru cara hidup masyarakat barat. Ada juga yang berpendapat bahwa masyarakat
modern adalah masyarakat yang hidup dalam alam teknologi maju sekarang ini. Dan dari percakapan itu
dirangkum tentang apa yang dianggap sebagi cirri-ciri masyarakat modern : 1) pandangan masyarakat modrn
lebih secular, rasional, logis, kritis dan berorientasi kepada masalah praktis. 2) Masyarakat modern menyukai
hal hal yang praktis, efisien, dan cepat. 3) masyarakat modern bersikap konsumtif karena pengaruh media,
individualis, dan kurang bermasyarakat. 4) Masyarakat modern sangat bergantung pada teknologi. 5)
Masyarakat mpdern memiliki kebebasan yang lebih besar dalam menentukan arah perkembangannya. 6)
Pengaruh nilai-nilai agama, budaya dan keluarga dalam masyarakat modern cenderung berkurang. 7) Nilai-
nilai agama, budaya dan keluarga ditafsirkan berdasarkan pandangan yang realistis, ekonomis dan praktis.
8) Masyarakat modern lebih terbuka dan toleran. 9) Hubungan orang tua anak lebih bebas. Kebebasan anak
dalam menentukan pendidikannya lebih besar. 10) Masyarakat modern lebih mobil. Batar antar kelompok
etnik dan bangsa menjadi kabur. 11) Pendidikan lebih berorientasi pada masa depan dan pada kebutuhan
actual dalam masyarakat. 12) Arus informasi antar bangsa lebih cepat dan mudah. Kejadian yang terjadi di
suatu pelosok dunia dapat diketahui langsung oleh pengamat di tempat lain. Perpindahan penduduk antar
bangsa mudah. Pengaruh kebudayaan, nilai sosial kemasyarakatan, agama dan teknologi satu bangsa
kepada bangsa lain menjadi sangat besar.
Para pemangat atau pemikir juga mengungkapkan beberapa kecenderungan masyarakat modern yang
sudah dan sedang terjadi di Negara-negara maju di Eropa dan Amerika. Pertama kecenderungan sosial yang
ditandai dengan :
1. Adanya saling ketergantungan secara nasional dna global (Benjamin 1989). Adanya saling
ketergantungan antara multietnik dan multicultural. Juga adanya saling keterkaitan antar system yang
kompleks, baik yang dibuat manusia, contohya pembangkit tenaga nuklir dan Negara, atau yang diciptakan
alam (biosfer). Akibatnya bumi kita menjadi seperti menyusut besarnya. Sebagai contoh, kemajuan di bidang
komunikasi, mikro elektronik, dan transportasi menjadikan masyarakat secara fisik sangat mudah dan
menyenangkan untuk melakuakn perjalanan seputar bumi. Capra, dalam Benjamin 1989 (hal 8), menulis :
Kita hidup dalam dunia yang secara global saling berhubungan, dalam masa fenomena biologis, psikologis,
sosial dan lingkungan semuanya saling bergantungan.
2. Meningkatnya hubungan dalam derap langkah dan kompleksitas (Benjamin 1989). Penyebab pertama
perubahan ini adalah teknologi Brown (1979 hlm. 3) menuliskan : Kalau kita dapat membuat indeks untuk
mengukur perubahan itu, kita mungkin berkesimpulan bahwa tiga decade yang akan membawa kita paling
sedikit sama nilainya dengan dua abad perubahan sebagaimana diukur dalam besaran-besaran historis.
Sejarawan Arthur M. Sclesinger (1986 hal. 20) menambahkan bahwa kenaikan kumulatif dalam laju
perubahan ini merupakan factor yang menentukan dalam membentuk dunia yang modern.
3. Waktu paruh yang sangat singkat dari pengetahuan (Alley 1985). Dalam suatu perubahan waktu yang
digerakkan oleh teknologi baru dan penemuan penemuan di bidang sains, pengetahuan itu sendiri
mengalami restrukturasi yang sangat cepat. Jumlah pengetahuan berkembang secara geometris dan tak
seorangpun yang dapa mengikutinya. Selama abad ke 20 ini pengetahuan yang tersedia di dunia ini selalu
berlipat ganda (Kirschenbaum dan Simon 1974; Cornish 1988).

Kedua kecenderungan ekonomi yang ditandai dengan :


1. Pergeseran ke ekonomi yang didasarkan pada informasi dan pelayanan ( Benjamin 1989). Ekonomi
Amerika Serikat misalnya sedang dan sudah mengalami suatu pergeseran dari industry manufaktur yang
sudah lama berdiri ke arah industry yang didasarkan pada pelayanan, informasi, dan teknologi tinggi
(Meierhenry 1989).
2. Pengaruh dari teknologi tinggi. Dalam jangka pendek akan berlaku aturan ekonomi micro bioelectronics
(Shane 1987). Pengamat lain menekankan makin pentingnya biogenetic, fisika, robotic, telekomunikasi,
mikroelektronik, ruang angkasa dan kelautan (Toffler 1980; Pulliam 1980). Tetapi, walaupun banyak
masyarakat akan mempergunakan teknologi di masa depan, hanya persentase yang relative masih kecil saja
dari jumlah total angkatan kerja yang membutuhkan tenaga dengan pengetahuan teknologi yang canggih
(forbes 1984). Sayangnya, teknologi tinggi menerima publikasi yang sangat tinggi.
3. Kebutuhan untuk lebih sering mengganti pekerjaan. Pengamat masa depan memperkirakan berbagai
sector ekonomi akan gampang bergolak tak terkendali pada saat para pekerja akan diberhentikan. Disaat laju
perkembangan teknologi meningkat segala kecepatannya segala macam industry akan lahir, berkembang ke
kedewasaan, dan mati lagi dalam jangka waktu satu decade saja. Dalam lingkungan yang demikian, para
pekerja lebih jadi menyadari bahwa sangat perlu berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lainnya
sampai sebanyak empat atau lima kali dlam kurun waktu masa kerja mereka (Gay 1981; Shane 1987; Toffler
1980; Cornish 1986).

Ketiga, kecenderungan struktur keluarga yang ditandai dengan :


1) Makin bersar persentase wanita yang mingisi lowongan pekerjaan. Di Amerika Serikat misalnya, 50 juta
wanita mengisi lowongan pekerjaan yang ada, hamper 53% dari mereka yang berusia diatas 16 tahun
mampu untuk bekerja, dan menempati 49% dari umlah lowongan pekerjaan total. Di masa depan laju
perkembangan jumlah wanita yang akan masuk ke pasaran tenaga kerja akan sama cepatnya dibandingkan
dengan kelompok tenaga kerja yang lainnya.
2) Makin banyaknya jumlah keluarga dengan satu orangtua (single parents families). Banyak factor yang
berperan meningkatnya jumlah keluarga dengan satu orang tua, tetapi perceraian mungkin merupakan factor
yang paling tampak walaupun bukan factor yang paling penting yang mempengaruhi pergeseran ini. Di
Amerika satu diantara tujuh anak dibesarkan dalam keluarga dengan satu orangtua dan perbandingan itu
meningkat menjadi satu diantara empat anak di daerah perkotaan (Toffler 1980).

Keempat, kecenderungan demografi yang ditandai dengan :


1) Makin meningkatnya usia rata-rata penduduk suatu Negara dan meningkatnya jumlah populasi penduduk
berusia diatas 65 tahun
2) Makin tersebar dan bercampurnya kelompok-kelompok etnis sehingga baatas kelompok mayoritas dan
kelompok minoritas makin kabur.
Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan harapan dan kekhawatiran masyarakat sekarang terhadap
perubahan dan kecenderungan yang sedang dan akan terjadi terhadap nilaai-nilai dan pandangan hidup
masyarakat yang sedang berubah kea lam teknologi dan kemajuan. Perubahan-perubahan tersebut tentunya
akan mempengaruhi nilai-nilai dan pengetahuan yang akan diberikan lewat jenjang pendidikan formal dan
nonformal. Ada yang bersikap sangat hati-hati, tetapi ada juga yang bersikap optimis, bahkan terlalu optimis.

C. Pendidikan dalam Masyarakat Modern


Berbicara mengenai pendidikan tidak terlepas dari sudut pandang serta pendekatan yang digunakan. Untuk
melihat pendidikan secara utuh maka diperlukan suatu pendekatan sistem, sehingga pendidikan dilihat
secara menyeluruh dan tidak lagi parsial atau pragmatis. Menurut UU SPN No. 20 Tahun 2003, Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara. Sebelum membahas bentuk pendidikan yang diharapkan bagi masyarakat modern Indonesia,
kita akan melihat pendidikan yang ada sekarang baik ditingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Pendidikan
formal tingkat dasar dan menengah didasarkan pada kurikulum yang disusun berdasarkan pokok-pokok
bahasan yang sering merupakan kumpulan pokok bahasan yang cukup banyak dan tidak punya hubungan
yang kuat satu dengan yang lain. Isi kurikulum lebih berorientasi pada kuantitas (jumlah pokok bahasan)
dibandingkan kualitas. Sasaran pengajaran lebih kepada pembahasan jumlah topic yang banyak daripada
pendalaman dan aplikasi. Pengajaran di dalam kelas berorientasi pada tujuan instruksional / pengajaran
yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya dan kurang berorientasi pada perbedaan individu siswa
dan tingkat kemampuan mereka. Oleh karena itu, tujuan pengajaran lebih merupakan ukuran keberhasilan
guru menyajikan materi pengajaran daripada ukuran tingkat pemahaman siswa / mahasiswa. Evaluasi
keberhasilan pengajaran juga lebih berorientasi pada keberhasilan guru. Evaluasi terhadap keberhasialn
siswa dilaksanakan dengan tes-tes pilihan berganda yang hanya mengukur kemampuan siswa memilih
jawaban yang benar. Keberhasilan siswa diukur dengan skor 0 s/d 100. Tetapi skor itu tidak bisa dipakai oleh
guru untuk menyatakan apakah siswa yan punya siswa 100 adalah siswa yang bersikap lebih kritis, atau
dapat mempertahankan pendapatnya lebih baik dari pada siswa yang mendapat skor 60. Dalam pengajaran
dikelas siswa kurang dilatih untuk mengembangkan sikap kritis, mandiri, dan bertanggung jawab. Juga siswa
kurang mendapat latihan untuk mengembangkan kemampuan merancang langkah-langkah yang sistematis
dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang rumit dan baru. Hal yang sama banyak juga ditemui di
dalam perkuliahan di tingkat perguruan tinggi. System dikte dan ujian yang hanya menyakan hal-hal yang
sudah pernah dibahas menyebabkan banyak mahasiswa menjadi individu-individu yang mengandalkan
kemampuan menghafal saja.
Pendidikan sekarang juga kurang berorientasi pada kebutuhan nyata lapangan pekerjaan. Banyak keluhan
mengenai lulusan perguruan tinggi yang kurang dapt menyesuaikan diri dengan mudah kalau terjun ke
masyarakat. Pendidikan sekarang juga masih terkotak-kotak dan kurang terintegrasi.
Dari pembahasan mengenai masyarakat-masyarakat modern, kita melihat adanya harapan bahwa individu
dalam masyarakat modern mampu berpikir kritis, mandiri, mampu menerapkan dan mengembangkan
pengetahuannya, serta bersikap terbuka. Perlu kita pikirkaan perubahan dalam bidang pendidikan untuk
mempersiapkan individu-individu tersebut.
Dari wawancara dengan beberapa dosen, guru, siswa, mahasiswa mengenai pendidikan dimasa yang akan
dating, dapat disimpulkan mengenai persepsi mereka sebagai berikut : 1) Sebaiknya siswa/mahasiswa diberi
lebih banyak kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka secara bebas. 2) Guru/dosen supaya lebih
terbuka. 3) Guru harus terus belajar karena pengetahuan berkembang cepat. 4) Siswa/mahasiswa diberi
kebebasan untuk menentukan pilihan dan arah pendidikan mereka. 5) Dengan makin mudahnya arus
informasi, perqan guru/dosen lebih berat karena harus dapat melayani pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan pengaruh dan penerapan IPTEK dalam masyarakat. 6) Sikap siswa/mahasiswa akan
lebih kritis karena mudahnya memperoleh informasi di luar sekolah.
Para pakar pendidikan, ilmuah, dan birokrat di Indonesia juga menyampaikan pendapat mereka mengenai
pendidikan dalam masyarakat indonesiaa masa depan (modern). Prof. Harsya Bahtiar, Direktur BALITBANG
Departemen P dan K (Kompas, 11 Agustus 1990, hlm. 4), berpendapat bahwa pendidikan modern
berorientasi kepada siswa/mahasiswa aktif, dalam arti peran siswa/mahasiswa lebih besar dalam memilih
minat dan arah profesi, sadar akan apa yang akan dipilih, menjadi subjek pendidikan, aktif dalam membentuk
pengertian, kritis, kreatif dan inovatif.
Ismael Saleh, mantan Menkeh (Kompas, 4 Oktober 1990, hlm.6), berpendapat bahwa pendidikan dalam
fakultas hokum harus berorientasi pada pemenuhan kebutuhan peningkatan penguasaan ilmu-ilmu yang
dioerlukan bagi berbagai macam profesi atau praktisi hukum sesuai den gan perkembangan dan perubahan
sosial, politik, dan ekonomi. Pengajar fakultas hukum harus berorientasi ke masa depan dan berfikir
berdasarkan metode penelitian dan pengajaran dan interdislipinier. Pendapat ini diperkuat oleh rof. MOchtar
Kusumaatmaja (Suara Pembaruan, 12 Februari 1992, hlm.8), yang menyatakan bahwa lulusan fakultas
hukum masa yang akan dating harus memperoleh pengetahuan yang relevan dengan kenyataan yang
dijumpai dalam masyarakat. Lulusan fakultas hokum harus dipersiapkan untuk mampu memecahkan
persoalan-persoalan praktis dalam masyarakat dan mudah menyesuaikan diri dengan lapangan pekerjaan
yang digeluti. Pendidikan dalam fakultas hukum harus menyesuaikan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat.
Suharsono Sagir (Pikiran Rakyat,20 Agustug 1990, hlm. 8) melihat pentingnya peranan pendidikan
matematika dan bahasa dalam masyarakat modern. Penguasaan matematika dan bahasa menjadi sangat
penting karena penguasaan bahasa yang baik membuat seseorang mampu berkomunikasi, mengemukakan
ide, dan mampu membaca serta menulis. Penguasaan atas matematika membuat seseorang mampu untuk,
1) Berfikir logis, rasional, dan sistematis, 2) Memilih alternative, 3) Berpikir kreatif inovatif, dan 4) Berhitung,
mengukur, membaca dan menafsir data, mencari hubungan kasual fungsional, menganalisis,
memformulasikan gejala dan kendala.
Suharsono Sagir lebih jauh menyatakan bahwa penguasaan bahasa dan matematika penting karena 1)
dalam masyarakat modern penguasaan IPTEK dominan, 2) pemilihan tenaga siap pakai banyak berorientasi
pada mereka yang memiliki kemampuan matematika dan bahasa yang baik. Oleh karena itu, pendidikan
masa depan sebaiknya 1)integrative, menggabungkan kemampuan verbal, ilmiah, bernalar, inovatif dengan
sikap moral, toleran, terbuka dan profesional, dan 2) meningkatnya kepedulian tehadap masalah-masalah
sosial, lingkungan, dan kemasyarakatan.
Prof. B.J. Habibie (Pikiran Rakyat, 5 Februari 1992, hlm. 1) berharap kurikulum pendidikan modern bisa
berorientasi kepada pasar, yaitu berorientasi kepada kebutuhan yang ada dan berdaya serap besar di
lapangan pekerjaan. Pendidikan hendaknya mampu melahirkan manusia-manusia kritis, inovatif, bukan yang
hanya menghafal atau punya gelar kesarjanaan saja. Umar Khayam (Suara Merdeka, 30 Oktober1991) juga
berpendapat bahwa pendidikan harus berorientasi ekonomi pasar. Harus ada pendidikan progersif, yang
selain berorientasi tenaga terampil dan berilmu pengetahuan modern juga, mampu melakukan penelitian dan
pengembangan.
Media masa juga mencoba menangkap pandangan-pandangan umum yang ada dalam masyarakat
mengenai pendidikan dalam masyarakat modern antara lain : 1) bahwa pendidikan harus dikaitkan dengan
kehidupan nyata (Suara Pembaharuan, 6 Mei 1992, hlm. 2) pendidikan harus berorientasi pembangunan
global, persaingan industry dan perdagangan (Pikiran Rakyat, 26 Novermber 1990). Harus ada
keseimbangan antara pendidikan IPTEK dan pendidikan watak.
Pandangan para pendidik di Negara maju mengenai pendidikan untuk masa yang akan dating antara lain
adalah (Benjamin 1989) :
1) Belajar aktif, yaitu siswa/mahasiswa harus berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Mereka juga harus
lebih aktif dalam menentukan arah pendidikan mereka sendiri. Mereka harus diberi lebih banyak otonomi dan
kemampuan untuk memilih, lebih banyak pengalaman dengan dunia nyata. Mereka harus diberi kebebasan
dalam menentukan apa yang mau mereka pelajari.
2) Siswa/mahasiswa harus mampu berpikir kritis, mampu menghindari bias dan propaganda, berargumen,
bertanya, mencari tahu menggunakan proses sains, secara intelektual fleksibel, mampu berfikir mengenai
sistem yang kompleks, berpikir holistik, abstrak, kreatif, dan berpandangan kritis.
3) Pendidikan harus berorientasi pada hal-hal nyata, menanamkan kepekaan terhadap masalah-masalah
actual dengan terjun langsung ke lapangan dan menanamkan sikap sebagai anggota masyarakat yang
bertanggung jawab.
4) Pendidikan untuk manusia seutuhnya artinya tidak hanya kognitif tetapi juga sikap, watak, dan nilai
kepribadian.
5) Tersedianya fasilitas dan kemungkinan untuk berkomunikasi dan transportasi dan meningkatkan
kemungkinan kontak dengan orang dari bangsa atau Negara lain. Hal ini tidak saja membuat kita hidup
dalam dunia yang secara global saling bergantungan, tetapi juga keragaman budaya dan etnik yang besar
akan muncul dalam masyarakat dan Negara kita. Jadi, untuk masa depan dibutuhkan pendidikan yang
mempersiapkan generasi yang siap mengerti, dapat mengatasi perubahan, keragaman, dan saling
ketergantungan secara rasional dan internasional. Pendidikan dalam masyarakat seperti ini harus dapat
membantu siswa/mahasiswa untuk bersikap fleksibel dan mampu mengatasi situasi yang membingungkan.
6) Dalam lingkungan dimana orang akan terus menerus berhadapan dengan sistem sosial dan teknologi
yang kompleks, pengetahuan yang umum tidaklah berarti tidak dibutuhkan lagi. Pendidikan umum liberal
education menghasilkan pandangan yang luas (broad vision), kemampuan untuk melihat banyak dimensi
dari persoalan-persoalan dan kehidupan.
7) Pendidikan untuk masa depan akan terpusat pad aide-ide dan persoalan-persoalan, bukan terpecah-
pecah pada pokok-pokok yang diskret. Ini diakibatkan oleh sifat saling kebergantungan dari dunia dan
persoaln-persoalannya. Kompleksitas dari persoalan-persoalan masa sekarang ini mengharuskan kita untuk
menarik menyelesaikannya dari pengetahuan dalam bidang yang beragam, supaya dapat melihat kesulitan-
kesulitan lain yang timbul akibat langkah penyelesaian yang terlalu dangkal dan tergesa-gesa. Contohnya
penggunaan pestisida untuk meningkatkan produksi bahan makanan menimbulkan persoalan lain, seperti
timbulnya polusi lingkungan dan penyakit pada manusia.
8) Pendidikan yang berorientasi kepada kemampuan individu. Tujuan pendidikan sebaiknya untuk
mengembangkan kemampuan setiap individu.
9) Berorientasi pada pendekatan proses dalam meningkatkan pengetahuan.
10) Adanya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain atau bangsa lain.
Pendapatan perlu mempersiapkan tenaga kerja yang mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
lain untuk membuat keputusan.

D. Pendidikan dalam Mayarakat Sederhana dan Modern


Dalam kebudayaan masyarakat sederhana agen pendidikan yang formal termasuk di dalamnya keluarga dan
kerabat. Sedangkan sekolah muncul relatif terlambat dalam lingkungan masyarakat sederhana. Adapun
beberapa kondisi menurut Imran Manan (1989 : 57) yang mendorong timbulnya lembaga pendidikan
(sekolah) dalam masyarakat sederhana adalah :
1. Perkembangan agama dan kebutuhan untuk mendidik para calon ulama, pendeta.
2. Pertumbuhan dari dalam (lingkungan masyarakat itu sendiri) atau pengaruh dari luar.
3. Pembagian kerja dalam masyarakat yang menuntut keterampilan dan dan teknik khusus.
4. Konflik dalam masyarakat yang mengancam nilai-nilai tradisional dan akhirnya menuntut pendidikan untuk
menguatkan penerimaan nilai-nilai warisan budaya.
Perbandingan Pendidikan Masyarakat Modern dan sederhana
1. Dalam masyarakat sederhana guru-guru mempraktekkan apa yang mereka ajarkan sedangkan dalam
masyarakat modern guru guru tidak bisa sekalian menjadi eksekutif karena tidak mempunyai lagi yang di
ajarkan.
2. Guru-guru dalam msayarakat sederhana sangat terikat pada murid-murudnya ,anggota kerabatnya dan
juga pada apa yang diajarkannya sedangkan pada masyarakat modern tidak terlibat secara langsung dengan
sukses atau gagal muridnya, kurang merasakan insentif hidup atau mati untuk mengajar secara efektif.
3. Dalam masyarakat Sederhana mengajarkan dan belajar menjadi lebih mudah sebab objek pengajaran
selalu dapat diperoleh sedangkan masyarakat modern pada umumnya sulit didapatkan.
4. Masyarakat modern mengajarkan anak-anak mereka lebih banyak pengetahuan daripada masyarakat
sederhana, masyarakat modern lebih banyak metode mengajar dan menggunakan waktu lebih banyak dalam
pengajaran formal
E. Aplikasinya bagi Pendidikan di Indonesia
Melihat kecenderungan dan orientasi masyarakat modern seperti yang dibahas dalam bagian awal bab
ini,disini akan dibahas mengenai dua aplikasi dalam bidang pendidikan di Indonesia.
Pertama, pendidikan masa depan harus mendidik manusia seutuhnya, dalam arti mempersiapkan individu
Indonesia yang memiliki nilai pribadi yang utuh, bersikap kritis, dan dibekali dengan ilmu dan ketrampilan.
Penanaman nilai-nilai agama dan moral menjadi sangat penting, terutama melihat kecenderungan makin
bertambahnya jumlah keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, dan makin banyaknya keluarga dengan
satu orangtua saja. Orangtua yang sibuk bekerja hanya mempunyai yang sangat sedikit untuk berinteraksi
dengan anak-anaknya. Akibatnya pendidikan nilai bagi anak-anaknya lebih banyak diserahkan kepada
pengasuh, atau bahkan diabaikan sama sekali.
Kedua, pendidikan harus menghasilkan manusia yang kritis, mandiri, dan mampu mengembangkan diri
sendiri. Tujuan ini merupakan suatu tugas yang sangat berat, tidak bisa dirancang dan dilaksanakan dalam
sekejap waktu. Tugas ini sangat bergantung pada system pendidikan, sikap guru/dosen dan mahasiswa,
serta nilai-nilai budaya yang berlaku. Sebagai contoh, mendidik sikap kritis menuntut guru/dosen bersikap
terbuka, memiliki pengetahuan yang luas lewat membaca dan penelitian. Selain itu, juga menuntut sikap rasa
ingin tahu dari mahasiswa yang besar. Oleh karena itu, dalam pengajaran interaksi yang aktif antara
pengajar dengan mahasiswa sangat penting.

F. Kesimpulan
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya
yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Dalam masyarakat modern segala sesuatu
diusahakan atau dikerjakan dengan sungguh-sungguh serta rasional sehingga menyebabkan selalu timbul
pertanyaan dalam masyarakat apakah kegunaan sesuatu bagi usaha menguasai lingkungan sekitarnya. Dari
pembahasan mengenai masyarakat-masyarakat modern, kita melihat adanya harapan bahwa individu dalam
masyarakat modern mampu berpikir kritis, mandiri, mampu menerapkan dan mengembangkan
pengetahuannya, serta bersikap terbuka. Perlu kita pikirkaan perubahan dalam bidang pendidikan untuk
mempersiapkan individu-individu tersebut.
Pandangan para pendidik mengenai pendidikan untuk masa yang akan datang antara lain : 1) Belajara aktif
bagi siswa/mahasiswa, 2) siswa/mahasiswa harus berfikir kritis, 3) Pendidikan harus berorientasi pada hal-
hal nyata, 4) pendiidkan untuk manusia seutuhnya artinya tidak kognitif tetapi juga sikap, watak, dan nilai
kepribadian, 5)Tersedianya fasilitas untuk kontak dengan bangsa lain, 6) dengan lingkungan dimana orang
akan terus berhadapan dengan teknologi sehingga pengetahuan umum tidak dibutuhkan lagi, 7) pendidikan
untuk masa depan akan terpusat pada ide-ide dan persoalan-persoalan, 8) pendidikan berorientasi pada
kemampuan individu, 9) berorientasi pada pendekatan proses dalam meningkatkan pengetahuan, 10)
adanya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan bangsa lain, 11) pendidikan
perlu dimulai dari usia dini.
Pendidikan di Indonesia harus mempersiapkan individu yang memiliki nilai pribadi yang utuh, bersikap kritis,
dan dibekali dengan ilmu dan ketrampilan serta mampu mengembangkan dirinya sendiri. Untuk itu dalam
pengajaran interaksi yang aktif antar pengajar dengan siswa sangat penting.

DAFTAR PUSTAKA

http://sriwahyuwidyaningsih.blogspot.com/2013/08/pendidikan-dalam-masyarakat-modern-dan.html
Alley, J.
1984 A Nation at Risk: Another View, Phi Delta Kappa, 65 (10), Blooming IN, hlm. 684-485.
Benjamin, S.
1989 An Ideascape for Education: What Futurists Reocommend, Educational Leadership, 7 (1), hlm. 8-14.
Brown, L.
1979 Futurist and Education: An ASCD Task Force Report.
Comish, E.
1986 Eduvcating Children for the 21th Century, Curriculum Review, 25 (4), hlm. 12-17.
Pulliam, J.
1980 Toward a Futuristic Theory of Education.

Situs : https://lutfitariana.wordpress.com/pengetahuan/pendidikan-dalam-masyarakat-modern/

https://www.academia.edu/8744104/PENDIDIKAN_DALAM_MASYARAKAT_MODERN
modern

PENDIDIKAN

Menurut Pannen (2001: 1) dalam Zakir (2010) pendidikan digambarkan


sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari subsistem-subsistem dan
membentuk satu sistem yang utuh. Sistem pendidikan ini memperoleh input
dari masyarakat dan lingkungan serta akan memberikan output bagi
masyarakat dan lingkungan tersebut.

Sedangkan menurut UU SPN No. 20 Tahun 2003, Pendidikan merupakan


usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.

Kegiatan belajar mengandung tiga proses, yaitu


mendengarkan, memperhatikan dan melakukan. Kebudayaan tertentu
memberikan penekanan yang berlainan terhadap satu atau terhadap yang
lain. Seperti pendidikan barat membaca lebih banyak dari pada
memperhatikan dan mendengar, meskipun keseimbangan bergeser sedikit
demi sedikit karena pemakaian televise sebagai media. Orang cina belajar
melalui memperhatikan, anak pilaga belajar melalui kesalahan yang
kemudian diperbaiki oleh orang dewasa.

Semua kebudayaan menggunakan upah dan hukuman untuk mendorong


belajar dan membetulkan perilaku yang salah. Upah dari memuji sampai
memberikan hadiah, hukuman mulai dari tidak membenarkan dan
menertawakan sampai pengurungan dan pemukulan.

Pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena apabila kita sadari


arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka
seluruh upaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatankekuatan
masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil
hubungan kita dengan orang lain baik di rumah, sekolah, tempat permainan,
pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita
ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian
rupa dibentuk oleh masyarakat kita.

Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi


kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat
melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan
nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang
diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya
meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak
masing-masing periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan,
secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat
diartikan sebagai proses sosialisasi.

Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang


individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar
dirinya, yakni keluarga. Seorang bayi yang baru lahir tentunya hidup dalam
keadaan yang tidak berdaya sama sekali. Menyadari hal demikian sang ibu
berupaya memberikan segala bentuk curahan kasih sayang dan buaian cinta
kasih melalui air susunya, perawatan yang lembut serta gendongan yang
begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut berlangsung selama
si bayi masih tetap memerlukan pertolongan intensif dari manusia lain.
Sampai pada umur lima tahun bayi itu tumbuh dan berkembang dengan
sehat di dalam mahligai cinta kasih perpaduan sepasang manusia yang
menjadi orang tuanya. Dari sini bisa kita sadari selain anggota keluarga baru
itu belajar mengetahui, mempelajari serta melakukan berbagai reaksi
terhadap stimulus dari dunia barunya maka bisa kita cermati pula bahwa
sang bayi juga memahami esensi nilai-nilai kemanusiaan dari keluarganya
dalam bentuk gerak tubuh, belajar berbicara, tertawa serta semua tindak
tanduk yang menggambarkan bahwa jiwa raganya telah terpaut erat oleh
belaian kasih sayang manusia dewasa.
Ilustrasi di atas hanyalah sekelumit kecil dari siklus belajar individu di dalam
masyarakat. Proses tersebut berlangsung pula ketika kita menjadi manusia
dewasa. Apabila kita memenuhi kewajiban sebagai saudara laki-laki, suami
atau warga Negara serta menjalankan hal-hal lain yang tertanam kuat dalam
benak kesadaran kita, itu berarti kita melakukan tugas yang sudah
ditentukan secara eksternal oleh hukum-hukum kodrat sosial (droit) dan
kebiasaan-kebiasaan yang berkembang begitu alamiah dari lingkungan
sosial. Kewajiban itu muncul bukan hasil dari proses pemaksaan eksternal
yang mekanistis melainkan selalu diikuti oleh gejala resiprositas individu
dengan lingkungan luarnya sehingga pada tahap akhirnya masyarakat telah
menghasilkan ribuan atau bahkan jutaan manusia yang tunduk lahir batin
dengan ketentuan-ketentuan kolektif (Abdullah dan Van der Leeden, 1986).

Dalam masyarakat yang bersifat heterogen dan pluralistik, terjaminnya


integrasi sosial merupakan fungsi pendidikan sekolah yang cukup penting.
Masyarakat Indonesia mengenal bermacam-macam suku bangsa masing-
masing dengan adat istiadatnya sendiri, bermacam-macam bahasa daerah,
agama, pandangan politik dan lain sebagainya. Dalam keadaan demikian
bahaya disintegrasi sosial sangat besar. Sebab itu tugas pendidikan sekolah
yang terpenting adalah menjamin integrasi sosial. Untuk menjamin integrasi
sosial itu, caranya ialah sebagai berikut :

1. Sekolah mengajarkan bahasa nasional. Bahasa nasional ini


memungkinkan komunikasi antara sukusuku dan golongan yang
berbeda-beda dalam masyarakat.Pengajaran bahasa nasional ini
merupakan cara yang paling efektif untuk menjamin integrasi sosial.
2. Sekolah mengajarkan pengalaman-pengalaman yang sama kepada
anak melalui keseragaman kurikulum dan buku-buku pelajaran dan
buku bacaan di sekolah. Dengan pengalaman yang sama itu akan
berkembang sikap dan nilai-nilai yang sama dalam diri anak.
3. Sekolah mengajarkan kepada anak corak kepribadian nasional
(national identity) melalui pelajaran sejarah dan geografi nasional,
upacara-upacara bendera, peringatan hari besar nasional, lagu-lagu
nasional dan sebagainya. Pengenalan kepribadian nasional itu akan
menimbulkan perasaan nasionalisme dan perasaan nasionalisme itu
akan membangkitkan patriotisme.

Sebagai salah satu upaya pengendalian sosial ada empat cara yang dapat
digunakan sekolah yakni:

1. Transmisi kebudayaan, termasuk norma-norma, nilai-nilai dan


informasi melalui pengajaran secara langsung, misalnya tentang
falsafah negara, sifat-sifat warga negara yang baik, struktur
pemerintahan, sejarah bangsa dan sebagainya.
2. Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti perkumpulan
sekolah, Pramuka, kelompok olah raga, dan sebagainya yang dapat
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mempelajari dan
mempraktikkan berbagai keterampilan sosial.
3. Memperkenalkan anak dengan tokoh-tokoh yang dapat dijadikan
anak sebagai figur tauladannya. Dalam hal ini guruguru dan
pemimpin sekolah memegang peranan yang penting.
4. Menggunakan tindakan positif dan negatif untuk mengharuskan
murid mengikuti tata perilaku yang layak dalam bimbingan sosial.
Yang termasuk dalam tindakan positif ialah pujian, hadiah dan
sebagainya sedangkan cara yang negative berupa hukuman, celaan
dan sebagainya.

Sekolah tak dapat melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada dan
dari kontrol pihak yang berkuasa. Sekolah hanya dapat mengikuti
perkembangan dan perubahan masyarakat dan tak mungkin mempelopori
atau mendahuluinya. Jadi tidak ada harapan sekolah dapat membangun
masyarakat baru lepas dari proses perubahan sosial yang berlangsung dalam
masyarakat itu.

MASYARAKAT MODERN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan munculnya
perubahan dalam masyarakat. Semakin maju perkembangan dalam
masyarakat maka semakin banyak pula keperluan yang harus dipenuhi.
Masyarakat modern dalam lingkungan kebudayan ditandai dengan
perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi untuk menghadapi keadaan
sekitarnya. Menurut R. Tilaar (1979 : 17) dalam zakir (1010), ada beberapa
indicator masyarakat modern dan disimpulkan sebagai berikut :

1. Saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungan dengan


tujuan menciptakan perubahan secara timbal balik
2. Usaha untuk mengeksplorasi lingkungan dalam rangka untuk
mengatasi tantangan-tantangan yang ditimbulkan dari lingkungan
itu sendiri.
3. Dorongan rasa ingin tahu dan ingin mengatasi tantangan-tantangan
menyebabkan manusia ingin mengusasi lingkungan
4. Berpikir lebih objektif dan rasional
5. Selalu berusaha untuk memahami semua gejala yang dihadapi dan
bagaimana organisasikannya sehingga kehidupannya lebih baik

Terkait dengan perubahan nilai sosial, kecenderungan yang ada di


masyarakat kita saat ini adalah penghargaan berlebih terhadap pendidikan.
Hal ini tidak bisa dilepaskan dari adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Pada zaman dulu, manusia dinilai dari kepemilikan tanah, keturunan atau
kekayaan yang dia miliki. Sementara saat ini, manusia ditempatkan dalam
kotak-kotak ijazah, dimana dia dilihat sebagai siswa sekolah A atau
mahasiswa universitas B, bukan dia sebagai seseorang dengan kualitas
personalnya yang utuh. Pendidikan seolah-olah menjadi tangga untuk
menuju status sosial yang lebih tinggi.

Perubahan sosial, tidak bisa dilepaskan dari komunikasi sosial. Komunikasi


sosial itu sendiri bisa dilihat dalam berbagai konteks. Salah satunya adalah
konteks komunikasi kelompok. Dalam konteks inilah, perspektif mengenai
pendidikan berkembang. Komunikasi kelompok yang penuh dengan social
contact, melahirkan wacana seputar pendidikan yang ujung-ujungnya
menggeser arti dari pendidikan itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Alvin
Betrand, awal dari proses perubahan adalah komunikasi, yaitu penyampaian
ide, gagasan, nilai, keyakinan, dan sebagainya, dari satu pihak ke pihak lain
sehingga dicapai pemahaman bersama. Selain itu, perubahan perspektif
masyarakat mengenai pendidikan yang bermutu, menurut David Mc Clelland,
dipengaruhi juga oleh adanya need of achievement atau hasrat meraih
prestasi yang melanda masyarakat (hamemayu.2008)

Masyarakat moder menjadi mabuk pendidikan. Seorang anak misalnya,


baru berumur 3 tahun sudah dimasukkan Play Group. Menginjak 5 tahun
masuk Taman Kanak-kanak. Setahun kemudian masuk Sekolah Dasar. Usia
puber dimasukkan ke SMP. Tiga tahun berselang, masuk SMA. Lulus dari
SMA, langsung ke perguruan tinggi. Tidak cukup sampai disitu, dilanjutkan
dengan S2, S3 dan seterusnya. Bagus memang, karena dengan realitas
sosial yang seperti itu, berarti perhatian kita terhadap pendidikan memang
terbukti semakin meningkat. Tapi yang disayangkan, anak-anak seperti
kehilangan masa kecilnya. Ketika mereka harusnya bermain, mereka justru
dipaksa untuk mengenal dan menguasai beban yang diluar kapasitas mereka
(hamemayu. 2008).

Dalam masyarakat modern segala sesuatu diusahakan atau dikerjakan


dengan sungguh-sungguh serta rasional sehingga menyebabkan selalu
timbul pertanyaan dalam masyarakat apakah kegunaan sesuatu bagi usaha
menguasai lingkungan sekitarnya. Akibat dari kehidupan tersebut, maka
akan timbul sikap dalam masyarakat modern, diantaranya :

1. Terlalu percaya dengan peralatan dan teknik yang berjalan secara


mekanis sebagai satu hasil pemikiran manusia (Ilmu pengetahuan).
Dalam hal ini masyarakat tergolong dalam paham positivisme
2. Berbuat dan bertindak sesuai dengan rencana yang terperinci
sehingga tidak jarang manusia dikendalikan oleh rencana yang
disusunnya.
3. Timbol rasa kehilangan orientasi dan jati diri yang dapat
melemahkan kehidupan bathin dan keagamaan.
Tanpa disadari masyarakat modern semakin tergantung pada alat
dan teknologi yang diciptakan untuk menguasai dunia sekitarnya. Tidak
jarang mereka kehilangan identitas karena sudah dikuasai oleh mekanisme
yang mereka ciptakan sehingga mereka hidup tanpa jiwa dan tanpa
kekuasaan.

Dalam masyarakat modern (komplek penduduk rapat) kompleksitas


dan kerapatan pendudukak yang tinggi membuat mereka kurang
sensitive terhadap emosional mereka apalagi masalah keagamaan mereka.
Mereka cenderung ragu-ragu dalam memilih kepercayaan (Imran Manan :
1989 : 53). Yang paling fundamental dalam masyarakat modern adalah
kepercayaan akan kemajuan ilmu pengetahuan. Bagi mereka, masa depan
bersifat terbuka. Mereka percaya bahwa kondisi kemanusiaan, fisik, spiritual
dapat diperbaiki dengan penggunaan sain dan teknologi. Beberapa akibat
dari kehidupan masyarakat modern adalah mereka terasing secara
kehidupan social yang disebabkan oleh pertumbuhan urbanisme yang
mendorong mobilitas dan melemahkan ikatan-ikatan kekeluargaan.

MASYARAKAT SEDERHANA (TRADISIONAL)

Konsep klasik tentang masyarakat sederhana adalah pandangan Robert


Redfield tentang folk society sebagai suatu bentuk ideal yang kira-kira
mendekati sebagai bentuk masyarakat non urban (termasuk orang Eskimo
dan petani mexico), masyarakat yang demikian adalah kecil, terasing dan
tidak atau setengah melek huruf, homogeny dan sangat terintegrasi, bersifat
consensus dengan solidaritas kelompok yang tinggi dan pembagian kerja
yang sederhana. Banyak dari perlakuannya bersifat kekeluargaan, tradisional
dan relative statis.
Bagi filosof zaman pencerahan, masyarakat sederhana merupakan cerminan
orang dalam keadaan alamiah sebelum terbentuknya pemerintah pada
institusi-institusi masa kini. Semakin beragam masyarakat yang dipelajari,
semakin ditemui elemen yang sama dari semua masyarakat. Yang mungkin
dapat dibuatkan plot untuk mengawasi perjalanan social budaya dimasa
depan.

Sikap berpikir subjektif yang menyatukan dirinya dalam memahami gejala


yang timbul merupakan salah satu ciri masyarakat yang hidup dalam
lingkungan yang sederhana. Masyarakat sederhana (tradisional) masih
bersikap untuk berpikir secara massif (pola pikir yang tidak objektif dan
rasional) untuk menganalisis, menilai dan menghubungkan suatu gejala
dengan gejala yang lain.

Sikap berpikir subjektif yang menyatukan dirinya dalam memahami gejala


yang timbul merupakan salah satu ciri masyarakat yang hidup dalam
lingkungan yang sederhana. Masyarakat sederhana (tradisional) masih
bersikap untuk berpikir secara massif (pola pikir yang tidak objektif dan
rasional) untuk menganalisis, menilai dan menghubungkan suatu gejala
dengan gejala yang lain (Zakir. 2010).

Manusia yang hidup tradisional (sederhana) biasanya masih ditandai dengan


sikap berpikir analogis dengan mengadakan generalisasi, penggunaan waktu
secara subjektif serta kurang mengenal waktu secara fisik. Masyarakat
sederhana menurut Robert Redfield dalam Imran Manan (1983 : 52)
mengistilahkannya dengan Folk Sociaty yaitu masyarakat yang kecil,
homogen, sangat terintegrasi, terasing, solidaritas kelompok yang tinggi,
pembagian kerja yang sederhana, sebagian anggota masyarakat memiliki
pengetahuan dan perhatian yang sama dan biasa dengan pemikiran, sikap-
sikap dan aktivitas dari seluruh anggota masyarakat.
Komuniktas masyarakat sederhana menimbang segala-galanya dengan
prinsip-prinsip yang telah baku, mereka cendrung untuk berubah sangat
lambat.

PENDIDIKAN DALAM MAYARAKAT SEDERHANA DAN MODERN

Menurut Abid Pendidikan modern yang diselenggarakan memang hanya


untuk memenuhi kebutuhan kerja, untuk mencari materi, bukan untuk
penyempurnaan hidup. Tidak sebagaimana tujuan pendidikan dalam
masyarakat tradisional, yang mempunyai tujuan perfection
(penyempurnaan), maka dalam pendidikan tradisional moralitas ,
kerendahan hati menjadi perhatian utama, terutama yang berlatarbelakang
agama.

Sangat berbeda dengan masyarakat modern, anak-anak masyarakat


sederhana turut serta secara aktif dalam kehidupan masyarakat.
Dari umur muda mereka diharapkan mempunyai tanggung jawab sesuai
dengan kekuatan dan pengalamannya. Masyarakat sederhana mempunyai
pengetahuan yang kurang terspesialisasi dan sedikit keterampilan
yang diajarkan membuat mereka tiada keperluan rasanya untuk
menciptakan institusi yang terpisah bagi pendidikan sepeti
sekolah. Sebagai gantinya anak-
anak memperoleh warisan budaya dengan mengamati dan
meniru orang dewasa dalam berbagai kegiatan seperti upacara, berburu,
pertanian dan panen. Dalam kebudayaan masyarakat sederhana agen
pendidikan yang formal termasuk di dalamnya kelauarga dan kerabat.
Sedangkan sekolah muncul relative terlambat dalam lingkungan
masyarakat sederhana. Adapun beberapa kondisi menurut Manan (1989 :
57) yang mendorong timbulnya lembaga pendidikan (sekolah) dalam
masyarakat sederhana adalah :

1. Perkembangan agama dan kebutuhan untuk mendidik para calon


ulama, pendeta, dll.
2. Pertumbuhan dari dalam (lingkungan masyarakat itu sendiri) atau
pengaruh dari luar.
3. Pembagian kerja dalam masyarakat yang menuntut keterampilan
dan dan teknik khusus.
4. Konflik dalam masyarakat yang mengancam nilai-nilai tradisional
dan akhirnya menuntut pendidikan untuk menguatkan penerimaan
nilai-nilai warisan budaya.

Untuk mempelajari sesuatu biasanya anak-anak dalam masyarakat


sederhana akan pergi kepada orang yang mereka anggap ahlinya.
Mereka pempelajrinya tidak hanya hal tersebut secara universal disetujui
bahwa ada hal-hal tertentu yang harus diketahui untuk perkembangan
mereka dan hubungannya dengan kehidupan mereka masa sekarang dan
akan dating. Artinya mereka belajar untuk kelangsungan hidupnya.

Dalam mempelajari keterampilan anak-anak masyarakat sederhana selalu


memiliki hubungan yang intim dengan visi orang dewasa, sehingga
menimbulkan nilai-nilai kekeluargaan yang erat di antara mereka. Begitu
juga dengan guru-guru, sangat terikat tidak hanya dengan murd-murudnya,
yang mungkin anggota kerabatnya, tetapi juga kepada hasil dari apa yang
diajarkannya. Jika ia gagal mengkomunikasikan keterampilannya secara
efektif, dia akan dapat merasakan langsung akibatnya dengan segera.

Dalam suatu masyarakat sederhana tidak mempunyai orang yang khusus


berfungsi mengajar. Anggota-anggota masyarakat yang lebih tua mengajar
kelaurga yang muda, walupun untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti untuk
menjadi guru mengaji, sebagai penceramah, dll. Sebagai hasilnya mereka
yang mengajar turut serta secara penuh dalam kehidupan masyarakat di
sekitarnya, karena guru-guru dalam masyarakat langsung mempraktekkan
apa yang mereka ajarkan, seperti seorang guru mengaji langsung
mempraktekkan apa yang mereka ajarkan, seorang ahli bertani langsung
mempraktekkan apa yang akan mereka wariskan (ajarkan)

kepada pewarisnya, dll.


Dalam masyarakat sederhana pembelajaran menjadi lebih mudah sebab
objek pembelajaran selalu dapat diperoleh. Walaupun begitu di sejumlah
masyarakat sederhana ada juga sejumlah pengetahuan khusus yang mesti
diajarkan dengan jelas, karena pengetahuan ini dipercayai menjamin
kelangsungan dan kesuburan masyarakat. Sedangkan dalam masyarakat
modern pendidikan memisahkan anak dari orang tuanya untuk memperoleh
ketampilan (ilmu pengetahuan dan teknologi) serta akan membutuhkan
waktu yang lebih panjang dari pada masyarakat sederhana. Dengan
didirikannya lemabaga-lembaga formal (sekolah) membuat mereka lebih
banyak terpisah dengan lingkungan masyarakat nmereka sedniri. Hal ini
mengakibatkan anak-anak dalam masyarakat meodern akan terasing dengan
lingkungan masyarakatnya yang pada akhirnya akan mengurangi kepedulian
diantara mereka.

Dalam masyarakat modern pengetahuan yang akan diajarkan akan


membutuhkan seorang tenaga pengajar yang professional. Hal ini
berimplikasi dengan cara pandang mereka bawah mereka akan dapat
memetik keuntungan ataupun kerugian dari spesialisasi, pengetahuan dan
keahlian yang telah mereka kuasai.

Dengan adanya tenaga-tenega professional, lembaga formal, serta sarana-


dan parsaran yang memadai akan melahirkan masyarakat modern yang juga
akan memiliki kaulifikasi atau kompetensi sesuai dengan apa yang telah
digariskan dalam perencanaan pembelajaran. Akan tetapi kebanyakan
tenaga pengejar (guru) dalam masyarakat modern cenderung mangajarkan
sesuatu kepada muridnya jauh dengan realita yang ada. Sebagai contoh
seorang guru bidang ekonomi yang mengajarkan cara menjadi manager
keuangan, tidak akan terlibat langsung menjadi manager keuangan. Hal ini
berimplikasi kepada jauhnya sesuatu apa yang mereka pelajari dari diri dan
lingkungan mereka sendiri.

Anak-anak dalam masyarakat modern cenderung berada dibawah tekanan


yang besar dari orang tua dan guru-gurunya untuk menguasai pelajaran
yang ditentukan dan dalam waktu yang telah ditentukan. Gejala ini akan
berpotensi menimbulkan gejala kelainan mental jika hasil yang akan dicapai
terlalau berat dibandingkan dengan kemampuan anak.

KESIMPULAN

Satu perbedaan yang sangat mendasar antara pendidikan dalam masyarakat


sederhana dengan masyarakat modern adalah pergeseran dari kebutuhan
individu untuk mempelajari sesuatu yang disetujui oleh setiap orang untuk
kelangsungan hidupnya baik masa sekarang maupun masa akan datang.

Semakin besar pengetahuan dan kompleks keterampilan yang akan dipelajari


maka semakin lama waktu diperlukan untuk kelangsungan kehidupan
bermasyarakat.

Tugas pendidikan dalam masyarakat adalah membangkitkan rasa ingin tahu


intelektual, yaitu perhatian terhadap pengetahuan yang terpisah dari aplikasi
praktisnya. Hal ini sangatlah tidah mudah, karena diperlukan sikap, disiplin
dan intelektual yang tidak bersifat pragmatis, instant dan serba cepat.

Dengan adanya perbandingan pendidikan dalam masyarakat ini dieperolah


perbandingan yang lebih seimbang kritis mengenai sisstem pendidikan kita.
Jelas, bahwa dalam pendidikan tidak bias memindahkan praktek-praktek
yang komplek kedalam kebudayaan yang lebih komplek dan besar dan
mengharapkan akan hasil. Sebaliknya sukses masyarakat sederhana dalam
mengurus aspek-aspek tertentu dalam mendorong pendidikannya, akan
mendorong kita untuk mengatasi masalah-masalah pendidikan kita seperti
masalah mengintegrasikan anak-anak kedalam komunitas kedalam
lingkungannya dan membangkitkan minat, motivasi serta perhatian siswa
selama masa pendidikan merupakan permasalahan-permasalahan yang perlu
dicarai solusinya dengan prespektif dan optimisme yang lebih besar.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abid pada 19 May 2009 dalam http://jauhdimata.com/moralitas-dalam-


pendidikan-modern. diabded 1 oktober 2011

Hamemayu (2008). Masyarakat Modern Memakai Pendidikan


dalam http://akuhayu.wordpress.com/2008/11/20/masyarakat-modern-
memaknai-pendidikan/ diabded 9-12-2011

heru setyawan 04.04


dalam http://zonainfosemua.blogspot.com/2011/02/pendidikan-modern-
atau-pendidikan.html. diabded 1 oktober 2011

Joni. Raka (1989). Anthropologi Pendidikan suatu pengantar. Departemen P


& K, PP-LPTK, Jakarta.

Manan, Imran (1989), Anthropologi Pendidikan (Suatu pengantar),


Departemen P & K, PP-LPTK, Jakarta.

Zakir Supratman (2010). Pendidikan dalam Masyarakat Modern dan


Sederhana. STAIN Bukittinggi
http://nudnudlubis.blogspot.co.id/2016/01/pendidikan-dalam-masyarakat-modern.html?m=1

Pendidikan Dalam Masyarakat Modern


Sederhana

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu dalam masyarakat merupakan potensi yang harus dikembangkan untuk
mendukung dan melancarkan kegiatan pembangunan dalam masyarakat tersebut. Manusia
sebagai individu, sebagaimana kodratnya memiliki sifat baik maupun buruk. Sifat-sifat yang
kurang baik inilah perlu dibina dan dirubah sehingga melahirkan sifat-sifat yang baik lalu dibina
dan dikembangkan. Proses perubahan dan pembinaan tersebut disebut dengan pendidikan.

Melalui pendidikan, manusia diharapkan menjadi individu yang mempunyai kemampuan


dan keterampilan untuk secara mandiri meningkatkan taraf hiudupnya baik lahir maupun bathin
serta meningkatkan peranannya sebagai individu/pribadi, warga masyarakat, warga Negara dan
sebagai khalifah-Nya

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi pembahasan dalam makalah


mengenai Pendidikan dalam Masyarakat Modern dan Sederhana.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah

1. Mengetahui apa itu pendidikan

2. Mengetahui pendidikan masyarakat modern

3. Mengetahui pendidikan masyarakat sederhana

4. Melengkapi nilai tugas mata kuliah landasan ilmiah ilmu pendidikan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan

Berbicara mengenai pendidikan tidak terlepas dari sudut pandang serta pendekatan yang
digunakan. Untuk melihat pendidikan secara utuh maka diperlukan suatu pendekatan sistem,
sehingga pendidikan dilihat secara menyeluruh dan tidak lagi parsial atau pragmatis.

Pendidikan merupakan suatu proses, dimana proses tersebut dapat berlangsung dimana
dan kapan saja, tidak hanya dalam lingkungan yang formal seperti di sekolah atau kampus karena
pendidikan tidak hanya sekolah atau kuliah. Perkembangan seseorang mulai dari kecil, remaja
sampai dewasa, di sekolah, di masyarakat dan di rumah merupakan proses pendidikan yang
menyeluruh.

Menurut Pannen (2001 : 1) pendidikan digambarkan sebagai suatu kesatuan yang terdiri
dari subsistem-subsistem dan membentuk satu sistem yang utuh. Sistem pendidikan ini
memperoleh input dari masyarakat dan lingkungan serta akan memberikan output bagi
masyarakat dan lingkungan tersebut.

Sedangkan menurut UU SPN No. 20 Tahun 2003, Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

B. Karakteristik Umum Pendidikan dalam Kebudayaan

Hampir semua kegiatan belajar yang sadar dari manusia mengandung tiga proses yaitu
mendengarkan, memperhatikan dan melakukan. Setiapkebudayaan-kebudayaan
tertentu memberikan penekanan yang berlainan terhadap satu atau terhadap yang lain dari
ketiga proses ini dan memberikan tekanan yang begitu besar pada salah satu ketiga proses ini
dalam mempelajari hal-hal tertentu.sebagai contoh pendidikan dibarat masa kini, anak-anak
disana lebih banyak membaca dari pada memperhatikan dan mendengar meskipun kita ketahui
keseimbangan bergeser sedikit karena pemakaian media dan banyaknya pendidikan yang terdiri
dari belajar melalui bekerja.

Semua kebudayaan menggunakan upah dan hukuman untuk mendorong belajar dan
membetulkan perilaku yang salah. Upah itu bermacam mulai dari memuji dan menghargai sampai
pada pemberian hadiah, hukuman mulai dari tidak membenarkan dan menawarkan sampai pada
pengurungan dan pemukulan.
C. Masyarakat

Masyarakat (society) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan komuniti


manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan
perhubungan antara pelbagai individu. Dari segi perlaksaan, ia bermaksud sesuatu yang dibuat -
atau tidak dibuat - oleh kumpulan orang itu. Masyarakat merupakan subjek utama dalam
pengkajian sains sosial.

D. Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai


orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya
masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak
semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern, sebab orang kota tidak memiliki
orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengakibatkan munculnya perubahan dalam masyarakat Masyarakat modern dalam lingkungan
kebudayan ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi untuk menghadapi
keadaan sekitarnya.

Dalam masyarakat modern segala sesuatu diusahakan atau dikerjakan dengan sungguh-
sungguh serta rasional sehingga menyebabkan selalu timbul pertanyaan dalam masyarakat
apakah kegunaan sesuatu bagi usaha menguasai lingkungan sekitarnya. Akibat dari kehidupan
tersebut, maka akan timbul sikap dalam masyarakat modern, diantaranya :

1. Terlalu percaya dengan peralatan dan teknik yang berjalan secara mekanis sebagai satu hasil
pemikiran manusia (Ilmu pengetahuan). Dalam hal ini masyarakat tergolong dalam paham positivism.

2. Berbuat dan bertindak sesuai dengan rencana yang terperinci sehingga tidak jarang manusia
dikendalikan oleh rencana yang disusunnya.

3. Timbul rasa kehilangan orientasi dan jati diri yang dapat melemahkan kehidupan bathin dan
keagamaan.

Tanpa disadari masyarakat modern semakin tergantung pada alat dan teknologi yang
diciptakan untuk menguasai dunia sekitarnya. Tidak jarang mereka kehilangan identitas karena
sudah dikuasai oleh mekanisme yang mereka ciptakan sehingga mereka hidup tanpa jiwa dan
tanpa kekuasaan. Dalam masyarakat modern (komplek penduduk rapat) kompleksitas dan
kerapatan penduduk yang tinggi membuat mereka kurang sensitif terhadap emosional
mereka apalagi masalah keagamaan mereka. Mereka cenderung ragu-ragu dalam memilih
kepercayaan (Imran Manan : 1989 : 53).

Yang paling fundamental dalam masyarakat modern adalah kepercayaan akan kemajuan
ilmu pengetahuan. Bagi mereka, masa depan bersifat terbuka. Mereka percaya bahwa kondisi
kemanusiaan, fisik, spiritual dapat diperbaiki dengan penggunaan sain dan teknologi. Beberapa
akibat dari kehidupan masyarakat modern adalah mereka terasing secara kehidupan sosial yang
disebabkan oleh pertumbuhan urbanisme yang mendorong mobilitas dan melemahkan ikatan-
ikatan kekeluargaan.

E. Masyarakat Sederhana (Tradisional)

Sikap berpikir subjektif yang menyatukan dirinya dalam memahami gejala yang timbul
merupakan salah satu ciri masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sederhana. Masyarakat
sederhana (tradisional) masih bersikap untuk berpikir dengan pola pikir yang tidak objektif dan
rasional untuk menganalisis, menilai dan menghubungkan suatu gejala dengan gejala yang lain.

Manusia yang hidup tradisional (sederhana) biasanya masih ditandai dengan sikap
berpikir analogis dengan mengadakan generalisasi, penggunaan waktu secara subjektif serta
kurang mengenal waktu secara fisik. Masyarakat sederhana menurut Robert Redfield dalam Imran
Manan (1983 : 52) mengistilahkannya dengan Folk Sociaty yaitu masyarakat yang kecil,
homogen, sangat terintegrasi, terasing, solidaritas kelompok yang tinggi, pembagian kerja yang
sederhana, sebagian anggota masyarakat memiliki pengetahuan dan perhatian yang sama dan
biasa dengan pemikiran, sikap-sikap dan aktivitas dari seluruh anggota masyarakat. Komuniktas
masyarakat sederhana menimbang segala-galanya dengan prinsip-prinsip yang telah baku,
mereka cendrung untuk berubah sangat lambat.

F. Perbandingan Masyarakat Modern dan Sederhana

1. Masyarakat sederhana sangat homogen; sebagian besar anggota-anggotanya memliki pengetahuan


dan perhatian yang sama dan biasa dengan pemikiran, sikap-sikap dan aktivitas dari seluruh anggota
masyarakat sedangkan masyarakat modern industri kompleks, terspesialisasi dan rapat penduduknya
dan banyak inforamsi yang terkumpul.

2. Dalam masyarakat modern unit keluarga yang tipikal adalah keluarga batin, yang terdiri dari suami,
istri dan anak-anak sedangkan dalam masyarakat sederhana unit keluargnya adalah keluarga luas,
atau kelompok kekerabatan yang terdiri dari generasi yang diikat bersama melalui garis laki-laki

3. Dalam masyarakat modern meyakini akan kemajuan dan bersifat terbuka, ia berpendapat bahwa
kondisi kemanusiaan, fisik dan spritual dapat diperbaiki sedangkan pada masyarkat sederhana
semuanya itu tidak bisa dirobah, manusia dan lingkungannya membentuk satu kesatuan yang tidak
bisa dibagi.

4. Masyarakat sederhana dalam memenuhi kebutuhannya relatif tetap dan dikenal semua sedangkan
masyarakat modern mesti harus terus menerus menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru untuk
mengerakkan roda ekonomi.

G. Pendidikan dalam MayarakatSederhana dan Modern


Dalam kebudayaan masyarakat sederhana agen pendidikan yang formal termasuk di
dalamnya keluarga dan kerabat. Sedangkan sekolah muncul relatif terlambat dalam lingkungan
masyarakat sederhana. Adapun beberapa kondisi menurut Imran Manan (1989 : 57) yang
mendorong timbulnya lembaga pendidikan (sekolah) dalam masyarakat sederhana adalah:

1. Perkembangan agama dan kebutuhan untuk mendidik para calon ulama, pendeta, dll.

2. Pertumbuhan dari dalam (lingkungan masyarakat itu sendiri) atau pengaruh dari luar.

3. Pembagian kerja dalam masyarakat yang menuntut keterampilan dan dan teknik khusus.

4. Konflik dalam masyarakat yang mengancam nilai-nilai tradisional dan akhirnya menuntut pendidikan
untuk menguatkan penerimaan nilai-nilai warisan budaya.

Anakanak dalam masyarakat modern terhadap pendidikan mempunyai sebabsebab


berlawanan, ketidak mampuannya menghubungkan informasi yang diperolehnya disekolah
dengan apa yang mesti dia ketahui supaya bekerja produktif dan menikmatinya dalam
kehidupannya. Sementara anak-anak masyarakat sederhana selalu dalam hubungan yang intim
dengan visi orang dewasa terhadap keterampilan yang sedang dipelajarinya, sebaliknya anak-anak
masyarakat modern pada umumnya terpisah secara fisik dan psikologi dari pekerjaan-pekerjaan
yang akan menggunakan pengetahuanya.

Perbandingan Pendidikan Masyarakat Modern dan sederhana:

1. Dalam masyarakat sederhana guru-guru mempraktekkan apa yang mereka ajarkan sedangkan dalam
masyarakat modern guruguru tidak bisa sekalian menjadi eksekutif karena tidak mempunyai lagi
yang di ajarkan.

2. Guru-guru dalam masayarakat sederhana sangat terikat pada murid-murudnya, anggota kerabatnya
dan juga pada apa yang diajarkannya sedangkan pada masyarakat modern tidak terlibat secara
langsung dengan sukses atau gagal muridnya, kurang merasakan insentif hidup atau mati untuk
mengajar secara efektif.

3. Dalam masyarakat Sederhana mengajarkan dan belajar menjadi lebih mudah sebab objek pengajaran
selalu dapat diperoleh sedangkan masyarakat modern pada umumnya sulit didapatkan.

4. Masyarakat modern mengajarkan anak-anak mereka lebih banyak pengetahuan daripada masyarakat
sederhana, masyarakat modern lebih banyak metode mengajar dan menggunakan waktu lebih banyak
dalam pengajaran formal.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Satu perbedaan yang sangat mendasar antara pendidikan dalam masyarakat sederhana
dengan masyarakat modern adalah pergeseran dari kebutuhan individu untuk mempelajari
sesuatu yang disetujui oleh setiap orang untuk kelangsungan hidupnya baik masa sekarang
maupun masa akan datang. Semakin besar pengetahuan dan kompleks keterampilan yang akan
dipelajari maka semakin lama waktu diperlukan untuk kelangsungan kehidupan bermasyarakat.

Tugas pendidikan dalam masyarakat adalah membangkitkan rasa ingin tahu intelektual,
yaitu perhatian terhadap pengetahuan yang terpisah dari aplikasi praktisnya. Hal ini sangatlah
tidah mudah, karena diperlukan sikap, disiplin dan intelektual yang tidak bersifat pragmatis,
instant dan serba cepat. Dengan adanya perbandingan pendidikan dalam masyarakat ini
dieperolah perbandingan yang lebih seimbang kritis mengenai sisstem pendidikan kita. Jelas
bahwa dalam pendidikan tidak bisa memindahkan praktek-praktek yang komplek kedalam
kebudayaan yang lebih komplek dan besar dan mengharapkan akan hasil. Sebaliknya sukses
masyarakat sederhana dalam mengurus aspek-aspek tertentu dalam mendorong pendidikannya,
akan mendorong kita untuk mengatasi masalah-masalah pendidikan kita seperti masalah
mengintegrasikan anak-anak kedalam komunitas kedalam lingkungannya dan membangkitkan
minat, motivasi serta perhatian siswa selama masa pendidikan merupakan permasalahan-
permasalahan yang perlu dicarai solusinya dengan prespektif dan optimisme yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA
Manan, Imran (1989), Anthropologi Pendidikan (Suatu pengantar), Departemen P & K, PP-LPTK,
Jakarta.
Tim Penyusun Kamus. 1988. Kamus Besar Berbahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka

http://ramanesfi.blogspot.co.id/2014/11/pendidikan-dalam-masyarakat-modern.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai