Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNTUK MEMBANGUN WAWASAN GLOBAL WARGA NEGARA MUDA

Mukhamad Murdiono
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta email:
mukhamad_murdiono@uny.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai dasar yang perlu
dikembangkan dalam pendidikan kewarganegaraan untuk membangun wawasan global warga
negara muda. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode grounded theory.
Sumber data terdiri atas sumber kepustakaan dan responden yang dipilih dengan
menggunakan metode purposive sampling.Teknik pengumpulan data menggunakan studi
dokumentasi, wawancara, dan observasi. Analisis data meng- gunakan analisis induktif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai dasar yang perlu dikem- bangkan dalam pendidikan
kewarganegaraan untuk membangun wawasan global warga negara muda dalam konteks
Indonesia antara lain adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan sosial,
kompetisi, menghormati orang lain, kemerdekaan, dan perdamaian.

Kata Kunci: pendidikan kewarganegaraan, wawasan global, warga negara muda

CIVIC EDUCATION TO BUILD YOUNG CITIZENS’ GLOBAL INSIGHT

Abstract: This study was aimedtofind thebasic valueswhich needed tobe developedin civic
education to build young citizens’ global insight. This study utilized the qualitative apporach
with the grounded theory method. The data source consisted of literature and respondents
selected using the purposive sampling method. The data were collected using the
documentation, interviews, and observations. The data were analyzed using the inductive
analysis. The findings showed that the basic values which needed tobe developed in civic
education to build a global insight of young citizens in the context of Indonesia include:
divinity, humanity, unity, democracy, social justice, competition, respect for others, freedom,
and peace.

Keywords: civic education, global insight, young citizens


PENDAHULUAN merintah dan warga negara (Kim dkk,
Globalisasi yang terus berkembang 2011: 809). Dunia yang tanpa batas di era
dan terjadi hampir di seluruh negara di global tidak hanya menyebabkan informasi
dunia, di- tandai dengan kemajuan di yang datang dari negara lain dapat dengan
berbagai bidang ke- hidupan manusia, mudah masuk ke suatu negara, tetapi juga
termasuk kemajuan di bidang teknologi. sebagai tantangan yang harus dihadapi oleh
Kemajuan di bidang teknologi, ter- utama setiap negara.
teknologi komunikasi dan informasi, Informasi yang datang silih berganti
menjadikan dunia tempat berpijak semakin me- miliki dampak terhadap kehidupan
tan- pa batas (borderless). Peristiwa yang warga ne- gara di dunia. Ideologi, gaya
terjadi di suatu negara dapat dengan mudah hidup, dan keya- kinan atau kepercayaan
diketahui oleh seseorang yang berada di yang berkembang di suatu negara dapat
negara lain. In- formasi dengan cepat mempengaruhi kebiasaan dan pola-pola
mengalir ke berbagai be- lahan dunia kehidupan yang sudah mapan di negara lain.
dengan bantuan teknologi internet. Nilai-nilai dasar dalam bentuk ideologi
Penggunaan teknologi internet bangsa yang telah lama dijadikan se- bagai
memudahkan orang di seluruh penjuru landasan bagi kehidupan warga negara
planet bumi untuk mengakses informasi perlahan mulai terkikis. Gejala mulai
tanpa mengenal batas waktu dan wilayah. terkikis- nya nilai-nilai dasar ini sangat
Internet dapat berperan da- lam pertukaran kentara dari peri- laku yang ditunjukkan
informasi dan ide-ide antara pe- generasi muda. Perilaku

349
350

yang menjadi kecenderungan global, seperti memunculkan berbagai permasalahan yang

gaya hidup yang hedonis dan konsumtif tidak hanya dialami oleh satu negara, tetapi

sangat mudah ditiru oleh generasi muda. juga menjadi masalah lintas negara.

Apabila peri- laku imitatif berlebihan Penelitian Karsten dkk. (1998:94)

terhadap kecenderung- an global dibiarkan, menemukan setidaknya ada 19

tidak menutup kemungkin- an nilai-nilai kecenderungaan global yang perlu

dasar itu dapat luntur dan pudar. diantisipasi oleh setiap negara. Tujuh di

Kecenderungan dan gaya hidup yang antaranya diidentifikasi se- bagai

ber- kembang di negara maju akan diikuti kecenderungan yang tidak diinginkan, tapi

oleh nega- ra-negara yang sedang sangat mungkin akan terjadi. Kewarga-

berkembang. Pola hidup konsumerisme dan negaraan berkembang menjadi

hedonistik yang tumbuh su- bur di kewarganega- raan global (global

masyarakat Barat dengan budaya indivi- citizenship) yang dapat dipahami sebagai

dualisme, perlahan mencemari budaya konstruksi multidimensi yang bergantung

luhur bangsa-bangsa Timur yang terkenal pada saling keterkaitan antara di- mensi

santun dan memiliki semangat kolektivisme tanggungjawab sosial, kompetensi glo- bal,

kuat. Globali- sasi yang terus berkembang dan keterlibatan warga negara secara global

di abad ke-21 me- mengaruhi setiap aspek (Morais dan Ogden, 2011: 449).

kehidupan masyarakat, termasuk Kecenderungan global yang terjadi

keyakinan, norma-norma, nilai-nilai, dan perlu diberikan prioritas tertinggi dan

perilaku, serta ekonomi dan perdagangan membutuhkan

(Banks, 2008:132). Persoalan


kecenderungan global yang dapat mengikis
nilai-nilai luhur bangsa perlu dihadapi dan
diberikan jalan ke- luar. Salah satu cara
yang dapat dilakukan ada- lah dengan
penguatan nilai-nilai luhur bangsa yang
dijadikan sebagai landasan dalam kehi-
dupan berbangsa dan bernegara melalui
jalur pendidikan, khususnya pendidikan
kewargane- garaan.
Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi di era global abad ke-21
telah mengubah dunia begitu cepat.
Perubahan- perubahan itu telah
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda
351

perhatian besar dari para pembuat pesatnya kemajuan teknologi dan

kebijakan di setiap negara. Karsten dkk. komunikasi; dan (3) meningkatnya populasi

(1998:94) menge- mukakan bahwa tujuh penduduk dunia yang diikuti dengan

kecenderungan global yang perlu munculnya permasalahan ling- kungan.

diantisipasi oleh setiap negara antara lain: Pendapat senada dikemukakan Titus

(1) kesenjangan ekonomi antar negara akan (1999:133) yang menyatakan bahwa dunia

semakin meluas secara signifikan; (2) in- se- makin kompleks dan saling terkait.

formasi teknologi secara dramatis akan Komplek- sitas itu memunculkan

mengu- rangi privasi individu; (3) serangkaian persoalan lintas negara, seperti

peningkatan perbeda- an antara mereka penolakan dan pengaturan senjata nuklir,

yang memiliki dan tidak me- miliki akses polusi lingkungan yang men- dunia, dan

terhadap teknologi informasi; (4) konflik munculnya kekuatan ekonomi dunia yang

kepentingan antara negara maju dan saling terkait.

berkembang akan meningkat; (5) biaya Permasalahan-permasalahan global

untuk memperoleh air bersih akan naik lintas negara yang muncul sebagai akibat

secara drama- tis karena pertumbuhan gempuran globalisasi dan kemajuan

penduduk dan kerusak- an lingkungan; (6) teknologi yang begitu pesat memerlukan

penggundulan hutan secara dramatis akan pemecahan melalui pende- katan baru

mempengaruhi keragaman kuali- tas hidup; dalam pendidikan kewarganegaraan.

dan (7) pertumbuhan penduduk di ne- gara Pendekatan baru ini disebut Charles Titus

berkembang akan menyebabkan pening- se- bagai civic education untuk pemahaman

katan populasi terutama anak-anak yang global,

hidup dalam kemiskinan. Kecenderungan-


kecende- rungan tersebut perlu diantisipasi
oleh para pembuat kebijakan di suatu
negara.
Memasuki paruh awal abad ke-21,
setiap negara di dunia akan menghadapi
berbagai per- masalahan global yang perlu
ditangani dengan serius. Cogan (1998:7)
menegaskan bahwa seti- daknya ada tiga
permasalahan global utama yang dihadapi
negara-negara di seluruh dunia. Ketiga
permasalahan itu meliputi: (1) berkem-
bangnya ekonomi global; (2) semakin
Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3
352

yaitu berupa cara pandang dan dedikasi siap untuk meng- ambil peran sebagai warga

baru pada pendidikan kewarganegaraan. global dewasa dan bertanggung jawab.

Pendekatan ini pernah diujicobakan oleh Warga negara muda atau generasi

Boulding (Titus, 1999:131-132) di Amerika muda memiliki peran penting dalam

dengan kesimpulan bahwa warga Amerika pergaulan inter- nasional. Di dunia, ada

mengakui sebagai pen- duduk planet yang banyak forum atau or- ganisasi internasional

menjadi desa buwana (glo- bal village). yang didirikan oleh para pemuda. Forum

Keadaan seperti ini mensyaratkan perhatian atau organisasi itu dibentuk se- bagai wadah

dan aksi warga negara pada skala lintas untuk melakukan kegiatan kepe- mudaan

negara dan lintas budaya. Dengan demi- tingkat internasional. Pendirian forum

kian, jelas perlu ada perspektif baru dalam kepemudaan internasional itu sesuai dengan

mengembangkan budaya yang disebut tujuannya masing-masing. Misalnya ada

Boulding (1988) sebagai “global civic forum pemuda internasional Seliger, Rusia

culture” atau yang sekarang biasa dikenal (Seliger Youth Forum), forum pemuda

dengan “transnational civil society” (Parker internasional un- tuk kebijakan, perubahan,

dkk, 1999: 130). dan pembangunan di India (International

Pendidikan kewarganegaraan Youth Forum for Policy, Change, and

memiliki peran strategis dalam membangun Development), Forum Pemuda Asia (Asian

wawasan global warga negara. Pendidikan Youth Forum), dan lain-lain. Ke-

kewarganega- raan tidak sebatas


mempelajari hak dan ke- wajiban warga
negara, melainkan lebih luas dan mendalam
termasuk mempersiapkan warga negara
menjadi warga global. Pendidikan ke-
warganegaraan membekali peserta didik di
se- kolah dengan pengetahuan tentang isu-
isu glo- bal, budaya, lembaga dan sistem
internasional dan merupakan indikasi dari
pendekatan mini- malis yang bisa
mengambil tempat secara eks- klusif di
dalam kelas. Osler dan Starkey (Bourke
dkk, 2012:163) mengemukakan bahwa
pendidikan kewarganegaraan
mencerminkan pendekatan maksimal yang
bertujuan untuk memastikan peserta didik
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda
353

terlibatan generasi muda Indonesia dalam warga negara muda dengan pemahaman

fo- rum-forum kepemudaan internasional global yang memadai. Banks (2008:135)

harus di- bekali dengan berbagai mengemukakan bahwa perlu ada konsepsi

pengetahuan atau wa- wasan global. Salah ulang terhadap pen- didikan

satu cara yang dapat dila- kukan yaitu kewarganegaraan di abad ke-21 agar

mengembangkan wawasan global warga mampu secara efektif mendidik peserta

negara muda melalui pendidikan kewar- didik menjadi warga negara yang berfungsi.

ganegaraan di sekolah. Agar re- formulasi berhasil, pengetahuan

Pendidikan kewarganegaraan untuk yang menda- sari konstruksi harus bergeser

membangun wawasan global sangat dari mainstream pengetahuan akademik

diperlukan bagi peserta didik sebagai menuju pengetahuan akademik

warga negara muda. Agbaria (2011:61-62) transformatif. Mainstream pengeta- huan

menjelaskan pentingnya pendidikan global memperkuat pengetahuan tradisional dan

untuk membangun wawasan global warga ilmu-ilmu sosial mapan serta perilaku dan

negara di era global. Generasi muda akan pe- ngetahuan yang dilembagakan dalam

menghadapi tatanan dunia baru. Kontak budaya populer, baik di sekolah-sekolah

sehari-hari mereka mencakup individu dari maupun per- guruan tinggi.

beragam etnis, jenis kelamin, bahasa, ras, Salah satu tujuan penting dari

dan latar belakang sosial ekonomi. Mereka pengetahu- an transformatif adalah untuk

akan mengalami beberapa masalah yang meningkatkan

serius seper- ti: kesehatan, ketidakadilan,


kerusakan ling- kungan, ledakan penduduk,
migrasi transnasio- nal, nasionalisme etnis,
dan penurunan negara- bangsa. Semua
anak, tanpa memandang tempat kelahiran,
memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan. Tetapi, anak-anak yang
berhasil menyelesaikan pendidikan
(lulusan) di abad ke- 21 harus dilengkapi
dengan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang mereka butuhkan untuk
menjadi warga negara yang kompeten,
bertang- gung jawab dan manusiawi.
Pendidikan kewarganegaraan harus
di- kembangkan agar mampu membekali
Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3
354

kemampuan manusia sebagai warga negara kewarganegaraan terbukti efektif untuk

glo- bal. Pendidikan kewarganegaraan membangun kompetensi politik dan war- ga

transformatif mengakui dan memvalidasi negara muda yang demokratis dan bertang-

identitas budaya siswa. Hal ini berakar pada gungjawab.

pengetahuan aka- demis transformatif dan Untuk membangun wawasan global

memungkinkan siswa memperoleh war- ga negara muda, pendidikan

informasi, keterampilan, dan nilai- nilai kewarganegaraan lebih menekankan pada

yang diperlukan untuk melawan ketidak- pengembangan peserta didik agar memiliki

setaraan dalam masyarakat, bangsa, dan sikap dan kemauan mela- kukan interaksi

dunia. Selain itu, untuk mengembangkan dengan sesama manusia yang mendasarkan

nilai-nilai dan perspektif kosmopolitan dan pada prinsip-prinsip menjaga har- kat dan

mengambil tindakan menciptakan keadilan martabat manusia sebagai mahluk yang

dalam komuni- tas masyarakat multikultural paling mulia. Ada dua prinsip yang

demokratis. Hal ini mendorong mendasari prinsip-prinsip moral yang akan

keterampilan berpikir kritis yang disebut dikembangkan sebagai warga negara, yaitu

oleh DeJaeghere sebagai pendidikan simpati dan respek. Simpati merupakan

kewarganegaraan kritis (Banks, 2008:135). nilai-nilai dan sikap yang dimiliki seseorang

Penelitian yang dilakukan Bourke untuk selalu memberikan perhatian kepada

dkk. (2012:164) menunjukkan bahwa orang lain, terutama jika da- lam keadaan

peserta didik yang memiliki kesadaran yang tidak lebih baik dari diri kita.

tinggi cenderung da- pat diandalkan, lebih


hati-hati, teliti, bertang- gung jawab,
terorganisasi, berorientasi pada prestasi dan
selalu siap sebagai warga negara. Lebih
lanjut, Bourke dkk. menambahkan bahwa
mereka yang memiliki keramahan tinggi
pada umumnya dianggap baik hati,
fleksibel, koope- ratif, peduli, sopan,
percaya diri dan toleran. Pengalaman-
pengalaman yang diperoleh peser- ta didik
dapat menjadi bekal mereka untuk
membentuk kepribadian sebagai warga
dunia. Penelitian sejenis yang dilakukan
Gainous dan Martens (2012:253) juga
membuktikan bahwa pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda
355

Respek dimaknai sebagai kemampuan pendekatan kualitatif dengan metode

sese- orang untuk menjaga diri sendiri dari grounded theory. Pe- neliti yang

perbuatan yang dapat merugikan atau menggunakan pendekatan kualitatif

mengganggu hak- hak yang dimiliki oleh menekankan pada hakikat realitas sosial

orang lain (Zamroni, 2007:127). Dengan yang dibangun berdasarkan keadaan yang

demikian, pengembangan pendidikan senyatanya terjadi. Peneliti dan apa yang

kewarganegaraan selain menekan- kan diteliti memiliki hubungan yang sangat

pada aspek pengetahuan, nilai-nilai, dan dekat (Denzin dan Lin- coln, 2005:10; Flick

sikap juga harus menumbuhkan respek dan dkk., 2004:3). Penelitian kualitatif sering

empati yang bersifat global, melewati juga disebut sebagai penelitian naturalistik.

batas- batas bangsa dan negara. Sebab situasi lapangan penelitian bersifat

Dari uraian permasalahan yang telah natural atau wajar, sebagaimana adanya

dikemukakan, peneliti tertarik untuk tanpa dimanipulasi atau diatur dengan

melakukan kajian mendalam melalui eksperi- men atau tes (Denzin dan Lincoln,

penelitian tentang nilai-nilai dasar apa saja 2005:3; Na- sution, 1988:18). Oleh karena

yang perlu dikembang- kan dalam itu, informasi yang diperoleh adalah

pendidikan kewarganegaraan untuk peristiwa dari situasi yang alamiah tentang

membangun wawasan global warga negara nilai-nilai dasar yang perlu dikembangkan

muda. Mengembangkan kerangka dalam pendidikan kewar- ganegaraan untuk

konseptual- filosofis tentang pendidikan membangun wawasan global

kewarganegaraan global merupakan


langkah mendesak dan stra- tegis sebagai
bagian dari pengembangan dasar pijakan
bagi pembuatan kebijakan pendidikan
berwawasan global secara lebih luas.
Selama ini, penelitian yang terkait dengan
pendidikan kewarganegaraan global jarang
dilakukan. Hasil kajian melalui penelitian
diharapkan akan mem- perkaya baik secara
teoretis maupun praktis dalam
mengembangkan pendidikan kewargane-
garaan berwawasan global.

METODE
Penelitian ini menggunakan
Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3
356

warga negara muda. Penggunaan metode data dalam penelitian ini meng- ikuti

grounded theory dalam penelitian ini langkah-langkah yang dikembangkan oleh

dikarena- kan datanya bersifat deskriptif, Miles dan Huberman (1992:20) yang terdiri

bertujuan untuk menggambarkan realitas, atas tiga alur kegiatan yang dilakukan secara

dan berupaya untuk menemukan teori yang bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian

dibangun dari data. Peneliti yang data, dan penarikan kesimpulan.

menggunakan metode ini berha- rap bahwa


teori yang ditemukan berkaitan de- ngan HASIL DAN PEMBAHASAN

teori lain dalam bidang mereka masing- Berdasarkan data penelitian yang
masing secara kumulatif, sehingga diper- oleh di lapangan, terlihat bahwa ada
implikasi dari teori tersebut akan membawa beberapa nilai dasar dalam pendidikan
manfaat (Strauss dan Corbin, 2009: 12). kewarganegaraan untuk membangun
Untuk kepentingan analisis dalam wawasan global warga ne- gara muda. Nilai-
peneli- tian, sumber data dibagi menjadi nilai dasar inilah yang dijadi- kan sebagai
dua kategori, yaitu: pertama, sumber bahan pijakan dalam pengembangan pen- didikan
cetak (kepusta- kaan), meliputi buku teks, kewarganegaraan global. Nilai-nilai da- sar
dokumen-dokumen kurikulum, jurnal, yang dikembangkan dalam pendidikan ke-
makalah, kliping, surat ka- bar, tabloid, dan warganegaraan global bertujuan untuk mem-
lain-lain yang berkaitan de- ngan
pendidikan kewarganegaraan untuk mem-
bangun wawasan global warga negara
muda. Kedua, sumber responden (human
resources), dipilih menggunakan metode
purposive sam- pling, yang terdiri dari
pakar pendidikan kewar- ganegaraan, pakar
politik internasional/perspek- tif global,
pakar filsafat, dan pakar sejarah. Tek- nik
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain: studi dokumentasi,
wawacara, dan observasi. Penelitian ini
meng- gunakan analisis induktif, yakni
proses pemba- hasannya meliputi pola-pola,
tema-tema dan kategori-kategori yang
berasal dari data, bukan ditentukan sebelum
pengumpulan dan analisis data. Analisis
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda
357

bentuk warga negara yang memiliki me- ngembangkan semangat berkompetisi

berbagai karakteristik yang diperlukan di di era global, kita harus tetap bersandar

era global. Warga negara yang hidup di era pada Panca- sila sebagai filosofi bangsa.

global abad ke- 21 akan menghadapi Temuan penelitian yang lain

permasalahan-permasalah- an yang menunjuk- kan bahwa dalam konteks

semkain kompleks baik dalam skala lokal pendidikan kewarga- negaraan global yang

maupun global. dikembangkan di Indo- nesia, nilai-nilai

Dua nilai dasar penting yang perlu yang dikembangkan mengacu pada nilai-

di- kembangkan dalam pendidikan nilai Pancasila sebagai dasar negara. Semua

kewarganegara- an global, yakni keadilan nilai yang ada dalam Pancasila dapat

sosial dan semangat berkompetisi. dijadikan sebagai landasan dalam

Keadilan sosial penting untuk di- pengembang- an pendidikan

kembangkan karena tidak menutup kewarganegaraan global di In- donesia.

kemungkin- an di era global ketimpangan Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persa- tuan,

akan semakin nyata. Tidak bisa dimungkiri kerakyatan, dan keadilan dapat dijadikan

bahwa kemiskinan menjadi salah satu sebagai pijakan dalam pergaulan

masalah besar yang dihadapi sejumlah internasional. Nilai-nilai Pancasila dapat

negara di dunia. Oleh karena itu, perlu ada dijadikan sebagai jangkar transendental

upaya untuk menciptakan keadilan sosial bagi warga negara In- donesia, yakni nilai-

dan kesejahteraan yang merata untuk nilai yang dijadikan seba-

semua umat manusia di atas muka bumi.


Semangat untuk berkompetisi perlu
di- kembangkan karena di era global
persaingan, terutama di bidang ekonomi,
akan semakin ke- tat. Jika kita tidak bisa
berkompetisi dengan ne- gara lain, hanya
akan menjadi objek. Warga ne- gara global
harus memiliki semangat dan ke-
mampuan untuk berkompetisi dalam
berbagai bidang. Di bidang ekonomi,
globalisasi ditandai dengan pasar terbuka
(open market) yang dapat dimasuki oleh
siapa saja. Pasar yang semakin terbuka
memudahkan setiap orang atau negara
terlibat dalam persaingan ekonomi. Dalam
Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3
358

gai pegangan dan dasar pijakan dalam tanggungjawab sosial (social responsibility),

kehidup- an sehari-hari. kompetensi global (global competence), dan

Selain itu, pendidikan ke- terlibatan dalam kewargaan global

kewarganegaraan global yang (global civic engagement). Ketiga dimensi

dikembangkan di Indonesia harus mengacu kewarganegaraan global ini dapat dijelaskan

pada konstitusi negara atau bisa di- sebut sebagai berikut.

sebagai nilai-nilai konstitusional. Dalam Pertama, tanggung jawab sosial

konstitusi negara Indonesia jelas disebut (social responsibility) dimaknai sebagai

ada nilai-nilai hubungan antarnegara. tingkat kesa- daran saling ketergantungan

Pembukaan UUD 1945 secara jelas dan kepedulian sosial kepada orang lain,

menyatakan bahwa tu- juan berdirinya masyarakat, dan ling- kungan. Siswa dapat

negara Republik Indonesia sa- lah satunya berlatih mengembangkan tanggung jawab

adalah “ikut melaksanakan ketertib- an sosial dengan cara ikut serta mengevaluasi

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, per- masalah-masalah sosial dan

damaian abadi, dan keadilan sosial”. mengidentifikasi kasus atau contoh-contoh

Dengan demikian jelas bahwa konstitusi ketidakadilan dan kesenjangan global.

kita membuka peluang untuk Selain itu, siswa berlatih menghormati

mengembangkan nilai-nilai hu- bungan perbedaan dan membangun etika pelayanan

antarnegara yang didalamnya memuat nilai sosial untuk meng- atasi isu-isu global dan

kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan lokal. Mereka mema- hami keterkaitan

sosial. antara perilaku lokal dan kon-

Temuan penelitian seperti telah


dikemu- kakan, mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan Morais dan
Ogden (2011) yang menemukan tentang
dimensi-dimensi kewarga- negaraan global
yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran kewarganegaraan di seko-
lah. Siswa berlatih dan belajar bersama guru
dan temannya untuk mengembangkan
dimensi- dimensi kewarganegaraan global
agar siap men- jadi warga negara global
yang cerdas dan ber- karakter. Ada tiga
dimensi utama yang sering disebut dalam
kewarganegaraan global, yakni
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda
359

sekuensi global. Siswa ditumbuhkan global yang berubah dengan cepat, siswa

kesadaran- nya bahwa di era global mereka perlu memiliki kompetensi global. Sebagai

akan bertemu dan berkomunikasi dengan war- ga negara muda, siswa memiliki

orang lain yang me- miliki latar belakang kesempatan yang luas untuk belajar dan

yang berbeda. Perbedaan itu bukan hanya berlatih mengem- bangkan pemahaman

dalam hal budaya yang ada di satu negara, global. Dimensi kompe- tensi global dapat

tetapi sudah melintasi batas-batas wilayah dikembangkan dalam pem- belajaran

negara (transnational). pendidikan kewarganegaraan dengan

Sebagai warga negara global, siswa menggunakan pendekatan berpikir kritis.

ber- latih untuk memiliki tanggungjawab Dimensi kompetensi global dapat

sosial yang sangat diperlukan di era global. dipela- jari siswa dengan mempelajari

Dimensi tang- gung jawab sosial dapat beberapa perma- salahan penting, antara

dikembangkan dalam pembelajaran lain kesadaran diri (self- awareness),

kewarganegaraan dengan meme- lajari komunikasi antarbudaya (intercul- tural

beberapa permasalahan penting, antara lain communication), dan pengetahuan global

kesenjangan dan keadilan global (global (global knowledge). Siswa menyadari

justice and disparities), empati dan peduli keterba- tasan diri mereka sendiri dan

(alt- ruism and empathy), tanggung jawab kemampuan untuk terlibat dalam pertemuan

pribadi dan saling keterkaitan global antarbudaya. Siswa sebagai bagian dari

(global intercon- nectedness and personal warga dunia, akan bertemu atau

responsibility). Mela- lui pembelajaran bersentuhan dengan budaya lain. Di era

dialogis-kritis, siswa dilatih dan


dikembangkan tanggungjawabnya sebagai
warga negara. Semua perilaku yang
dilakukan, baik dalam skala lokal maupun
global, harus mampu
dipertanggungjawabkan.
Kedua, kompetensi global (global
com- petence) yang diartikan sebagai
kemampuan memiliki pikiran yang terbuka
dan secara aktif berusaha memahami
norma-norma budaya orang lain dan
memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki
untuk berinteraksi, berkomunika- si, dan
bekerja secara efektif. Menghadapi du- nia
Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3
360

global, siswa juga harus menunjukkan secara sukarela atau membantu organisasi

keteram- pilan komunikasi antarbudaya dan sipil global. Siswa dapat membangun

memiliki ke- mampuan untuk terlibat dalam aspirasi politik mereka dengan me-

pertemuan antar- budaya. Selain itu, siswa nyintesiskan pengetahuan dan pengalaman

perlu menunjukkan minat dan pengetahuan glo- bal dalam domain publik. Aspirasi dapat

tentang isu-isu dan pe- ristiwa-peristiwa ber- bentuk kritik terhadap kebijakan publik

yang terjadi di dunia. Peris- tiwa yang yang dikeluarkan pemerintah. Sementara itu,

terjadi di suatu negara, dengan ban- tuan aktivis- me warga negara global dapat

teknologi internet, sangat mudah dan cepat dilakukan siswa melalui keterlibatan dalam

menjadi isu utama di negara lain. perilaku bermanfaat

Ketiga, keterlibatan dalam kewargaan yang dapat memajukan agenda global.

global (global civic engagement) yang Tiga dimensi global yang telah
dimak- nai sebagai tindakan dan atau dijelaskan di atas, menjadi nilai-nilai dasar
kecenderungan untuk mengenali masalah- yang penting untuk dikembangkan dalam
masalah kemasyara- katan baik di tingkat pendidikan kewar- ganegaraan global.
lokal, regional, nasional, maupun global Keterampilan-keterampilan hidup yang
dan menanggapinya melalui tin- dakan didapatkan siswa melalui pembe- lajaran
seperti kesukarelaan, aktivitas politik, dan kewarganegaraan sangat bermanfaat da- lam
partisipasi masyarakat. Siswa sebagai war- kehidupan bermasyarakat. Keterampilan
ga negara muda perlu dikembangkan seperti tanggung jawab sosial, kompetensi
kemam- puannya untuk berpartisipasi se-
secara aktif dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan berbagai permasalahan
global yang muncul. Keterlibatan dalam
hidup kewargaan merupakan salah satu
unsur penting dari modal sosial (social
capital). Siswa dapat berlatih berpartisipasi
dalam kewargaan global dengan belajar
tentang be- berapa masalah global, antara
lain keterlibatan dalam organisasi
kemasyarakatan, aspirasi po- litik, dan
aktivisme warga negara global. Keter-
libatan dalam organisasi kemasyarakatan
global dapat dilakukan siswa dengan cara
terlibat atau berkontribusi untuk bekerja
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda
361

bagai warga negara global, dan ketergantungan, pembangunan berkelan-

keterlibatan da- lam aktivitas politik jutan, perdamaian dan konflik. Tema-tema

merupakan bagian penting yang harus un- tuk mengembangkan pengetahuan dan

dikembangkan. Agar siswa dapat pema- haman siswa tentang pendidikan

menguasai keterampilan-keterampilan kewargane- garaan global dijabarkan lebih

hidup se- bagai warga negara seperti telah rinci lagi ke da- lam subtema yang

disebutkan, pembelajaran disesuaikan dengan tingkat usia siswa.

kewarganegaraan yang dikem- bangkan di Keterampilan yang dikembangkan

sekolah perlu menerapkan pende- katan dalam pendidikan kewarganegaraan global

dan strategi pembelajaran yang tepat. antara lain meliputi berpikir kritis,

Strategi pembelajaran kewarganegaraan kemampuan untuk me- ngemukakan

yang dapat diterapkan untuk pendapat secara efektif, kemam- puan untuk

mengembangkan kete- rampilan hidup melawan ketidakadilan, memiliki rasa

siswa sebagai warga negara an- tara lain hormat terhadap orang dan lingkungan, dan

melalui strategi dialogis-kritis. kerjasama serta resolusi konflik. Berbagai

Temuan penelitian terkait nilai-nilai ke- terampilan ini dijabarkan ke dalam

da- lam pendidikan kewarganegaraan tema-tema pembelajaran yang

global juga senada dengan pendidikan dikembangkan sesuai de- ngan tingkat

kewarganegaraan global yang kemampuan dan usia siswa. Ke- terampilan

dikembangkan Oxfam (2006). Da- lam yang dikembangkan mulai dari ke-

kurikulum pendidikan kewarganegaraan


yang dikembangkan Oxfam, ada tiga kunci
uta- ma untuk mengembangkan pendidikan
kewar- ganegaraan global, yang meliputi
pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan, serta nilai dan sikap. Ketiga
kunci utama dalam pendidikan
kewarganegaraan global dikembangkan ke
da- lam tema-tema atau topik-topik yang
disesuai- kan dengan usia siswa.
Pengetahuan dan pemahaman yang
di- kembangkan dalam pendidikan
kewarganega- raan global antara lain
meliputi: keadilan sosial dan persamaan,
keberagaman, globalisasi dan saling
Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3
362

terampilan yang sederhana sampai pada membangun wa- wasan global warga negara

kete- rampilan yang lebih kompleks. muda. Nilai-nilai dasar yang perlu

Nilai dan sikap yang dikembangkan dikembangkan dalam pen- didikan

da- lam pendidikan kewarganegaraan global kewarganegaraan global dalam konteks

antara lain meliputi: rasa identitas dan harga Indonesia antara lain ketuhanan,

diri, empati, komitmen terhadap keadilan kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,

sosial dan kejujuran, menghormati keadilan sosial, kompe- tisi, menghormati

keragaman, kepedulian terhadap lingkungan orang lain, kemerdekaan,n dan perdamaian.

dan komitmen terhadap pembangunan Nilai-nilai dasar ini penting untuk

berkelanjutan, dan keyakinan bahwa orang dikembangkan dalam rangka mengem-

dapat menciptakan perbedaan. Nilai dan bangkan wawasan global warga negara

sikap yang dikembangkan dalam pen- muda agar dapat berperan secara efektif

didikan kewarganegaraan global dalam kancah global tanpa meninggalkan

disesuaikan dengan karakteristik jati diri sebagai bangsa Indonesia yang

perkembangan dan usia siswa. memiliki Pancasila se- bagai falsafah dalam

Dari pembahasan yang telah kehidupan berbangsa dan bernegara.

dikemuka- kan, menunjukkan bahwa nilai-


nilai dasar uta- ma dalam pendidikan
kewarganegaraan untuk membangun
wawasan global warga negara muda dalam
konteks Indonesia antara lain: ke- tuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
keadilan sosial, kompetisi, menghormati
orang lain, kemerdekaan, dan perdamaian.
Sebagian nilai-nilai dasar utama dalam
pendidikan ke- warganegaraan global dalam
konteks Indonesia merupakan nilai utama
yang dimuat dalam Pan- casila dan
konstitusi negara Republik Indo- nesia.

PENUTUP
Dari penelitian yang telah dilakukan
da- pat disimpulkan bahwa ada nilai-nilai
dasar utama yang perlu dikembangkan
dalam pendi- dikan kewarganegaraan untuk
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda
363

UCAPAN TERIMA KASIH for The 21st Century: Setting The


Context”, dalam Cogan, J.J dan
Peneliti mengucapkan terima kasih
Derricot, R. (eds.), Citizenship for
ke- pada Menteri Pendidikan dan
The 21st Century: An In- ternational
Kebudayaan Re- publik Indonesia yang
Perspective on Education. London:
telah memberikan bantu- an beasiswa
Kogan Page Limited. Hlm.
BPPS untuk menyelesaikan pene- litian
dan studi program doktor. Artikel ini me-
Denzin, N. K. dan Lincoln, Y. S. 2005. The
rupakan bagian dari disertasi peneliti untuk
me- nyelesaikan program doktor Sage Handbook of Qualitative
Research. California: Sage
Pendidikan Kewar- ganegaraan di Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Publications.

Indonesia, Bandung.
Gainous, J. dan Martens, M. 2012. “The
Effec- tiveness of Civic Education:
Daftar Pustaka
Are “Good” Teachers Actually Good
Agbaria, A. K. 2011. “The Social Studies
For “All” Stu- dents?”, dalam
Education Discourse Community on
American Politics Re- search, 40 (2),
Globalization: Exploring The
hlm. 232-266.
Agenda of Preparing For The Global
Age”, dalam Journal of Studies in
Flick, U., Kardorff, E., dan Steinke, I. 2004.
International Edu- cation, 15 (1),
“What Is Qualitative Research? An
hlm. 57-74.

Banks, J. A. 2008. “Diversity, Group


Identity, and Citizenship Education
in A Global Age”, dalam
Educational Researcher, 37 (3), hlm.
129-139.

Bourke, L., Bamber, P., dan Lyons, M.


2012. “Global Citizens: Who Are
They?”, da- lam Education,
Citizenship and Social Justice, 7 (2),
hlm. 161-174.

Cogan, J.J. 1998. “Citizenship Education


Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3
364

Introduction To The Field”, dalam


Flick, U., Kardorff, E.V., dan Steinke,
I. (eds.), A Companion to Qualitative
Research. London: Sage Publications.
Hlm. 3-11

Karsten, S., et al. 1998. “Challenges Facing


The 21St Century Citizen: Views of
Po- licy Makers”, dalam Cogan, J.J
dan Der- ricot, R. (eds.), Citizenship
for The 21st Century: An
International Perspective on
Education. London: Kogan Page
Limit- ed. Hlm.

Kim, B. J., Kavanaugh, A. L., & Hult, K.


M. 2011. “Civic Engagement and
Internet Use in Local Governance:
Hierarchial Linear Models for
Understanding The Role of Local
Community Groups”, da- lam
Administration & Society, 43 (7),
hlm. 807-835.

Miles, M. B. dan Huberman, A. M. 1992.


Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber tentang Metode-metode Baru,
alih bahasa
T. R. Rohidi. Jakarta: UI Press.

Morais, D.B. dan Ogden, A.C. 2011. Initial


Development and Validation of The
Global Citizenship Scale, dalam
Journal of Studies in International
Education, 15 (5), hlm. 445-446.
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda
365

Nasution, S. 1988. Metode Penelitian


Natura- listik-Kualitatif. Bandung:
Tarsito.

Oxfam 2006. Education for Global


Citizenship: A Guide for Schools.
Oxford: Oxfam Development
Education.

Parker, W.C., Ninomiya, A., dan Cogan, J.


1999. “Educating World Citizens:
To- ward Multinational Curriculum
Develop- ment”, dalam American
Educational Re- search Journal, 36
(2), hlm. 117-145.

Straus, A. dan Corbin, J. 2009. Dasar-


Dasar Penelitian Kualitatif:
Tatalangkah dan Teknik-Teknik
Teoritisasi Data, alih ba- hasa M.
Shodiq dan I. Muttaqien. Yog-
yakarta: Pustaka Pelajar.

Titus, C. 1999. Civic Education untuk Pe-


mahaman Global, dalam Branson,
M.S. dkk. (eds.), Belajar Civic
Education Dari Amerika, alih bahasa
Syafruddin, M.Y. Alimi, & M. N.
Khoiron. Yogyakarta: LKIS dan The
Asia Foundation (TAF).

Zamroni. 2007. Pendidikan dan Demokrasi


Dalam Transisi: Prakondisi Menuju
Era Globalisasi. Jakarta: PSAP
Muhamma- diyah.
Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3

Anda mungkin juga menyukai