Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNTUK MEMBANGUN WAWASAN GLOBAL WARGA NEGARA MUDA

Mukhamad Murdiono
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
email: mukhamad_murdiono@uny.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai dasar yang perlu dikembangkan dalam
pendidikan kewarganegaraan untuk membangun wawasan global warga negara muda. Penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode grounded theory. Sumber data terdiri atas sumber
kepustakaan dan responden yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling.Teknik
pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi, wawancara, dan observasi. Analisis data meng-
gunakan analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai dasar yang perlu dikem-
bangkan dalam pendidikan kewarganegaraan untuk membangun wawasan global warga negara muda
dalam konteks Indonesia antara lain adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan
sosial, kompetisi, menghormati orang lain, kemerdekaan, dan perdamaian.

Kata Kunci: pendidikan kewarganegaraan, wawasan global, warga negara muda

CIVIC EDUCATION TO BUILD YOUNG CITIZENS’ GLOBAL INSIGHT

Abstract: This study was aimedtofind thebasic valueswhich needed tobe developedin civic education
to build young citizens’ global insight. This study utilized the qualitative apporach with the grounded
theory method. The data source consisted of literature and respondents selected using the purposive
sampling method. The data were collected using the documentation, interviews, and observations. The
data were analyzed using the inductive analysis. The findings showed that the basic values which
needed tobe developed in civic education to build a global insight of young citizens in the context of
Indonesia include: divinity, humanity, unity, democracy, social justice, competition, respect for others,
freedom, and peace.

Keywords: civic education, global insight, young citizens

PENDAHULUAN merintah dan warga negara (Kim dkk, 2011:


Globalisasi yang terus berkembang dan 809). Dunia yang tanpa batas di era global tidak
terjadi hampir di seluruh negara di dunia, di- hanya menyebabkan informasi yang datang dari
tandai dengan kemajuan di berbagai bidang ke- negara lain dapat dengan mudah masuk ke
hidupan manusia, termasuk kemajuan di bidang suatu negara, tetapi juga sebagai tantangan yang
teknologi. Kemajuan di bidang teknologi, ter- harus dihadapi oleh setiap negara.
utama teknologi komunikasi dan informasi, Informasi yang datang silih berganti me-
menjadikan dunia tempat berpijak semakin tan- miliki dampak terhadap kehidupan warga ne-
pa batas (borderless). Peristiwa yang terjadi di gara di dunia. Ideologi, gaya hidup, dan keya-
suatu negara dapat dengan mudah diketahui kinan atau kepercayaan yang berkembang di
oleh seseorang yang berada di negara lain. In- suatu negara dapat mempengaruhi kebiasaan
formasi dengan cepat mengalir ke berbagai be- dan pola-pola kehidupan yang sudah mapan di
lahan dunia dengan bantuan teknologi internet. negara lain. Nilai-nilai dasar dalam bentuk
Penggunaan teknologi internet memudahkan ideologi bangsa yang telah lama dijadikan se-
orang di seluruh penjuru planet bumi untuk bagai landasan bagi kehidupan warga negara
mengakses informasi tanpa mengenal batas perlahan mulai terkikis. Gejala mulai terkikis-
waktu dan wilayah. Internet dapat berperan da- nya nilai-nilai dasar ini sangat kentara dari peri-
lam pertukaran informasi dan ide-ide antara pe- laku yang ditunjukkan generasi muda. Perilaku

349
350

yang menjadi kecenderungan global, seperti perhatian besar dari para pembuat kebijakan di
gaya hidup yang hedonis dan konsumtif sangat setiap negara. Karsten dkk. (1998:94) menge-
mudah ditiru oleh generasi muda. Apabila peri- mukakan bahwa tujuh kecenderungan global
laku imitatif berlebihan terhadap kecenderung- yang perlu diantisipasi oleh setiap negara antara
an global dibiarkan, tidak menutup kemungkin- lain: (1) kesenjangan ekonomi antar negara
an nilai-nilai dasar itu dapat luntur dan pudar. akan semakin meluas secara signifikan; (2) in-
Kecenderungan dan gaya hidup yang ber- formasi teknologi secara dramatis akan mengu-
kembang di negara maju akan diikuti oleh nega- rangi privasi individu; (3) peningkatan perbeda-
ra-negara yang sedang berkembang. Pola hidup an antara mereka yang memiliki dan tidak me-
konsumerisme dan hedonistik yang tumbuh su- miliki akses terhadap teknologi informasi; (4)
bur di masyarakat Barat dengan budaya indivi- konflik kepentingan antara negara maju dan
dualisme, perlahan mencemari budaya luhur berkembang akan meningkat; (5) biaya untuk
bangsa-bangsa Timur yang terkenal santun dan memperoleh air bersih akan naik secara drama-
memiliki semangat kolektivisme kuat. Globali- tis karena pertumbuhan penduduk dan kerusak-
sasi yang terus berkembang di abad ke-21 me- an lingkungan; (6) penggundulan hutan secara
mengaruhi setiap aspek kehidupan masyarakat, dramatis akan mempengaruhi keragaman kuali-
termasuk keyakinan, norma-norma, nilai-nilai, tas hidup; dan (7) pertumbuhan penduduk di ne-
dan perilaku, serta ekonomi dan perdagangan gara berkembang akan menyebabkan pening-
(Banks, 2008:132). Persoalan kecenderungan katan populasi terutama anak-anak yang hidup
global yang dapat mengikis nilai-nilai luhur dalam kemiskinan. Kecenderungan-kecende-
bangsa perlu dihadapi dan diberikan jalan ke- rungan tersebut perlu diantisipasi oleh para
luar. Salah satu cara yang dapat dilakukan ada- pembuat kebijakan di suatu negara.
lah dengan penguatan nilai-nilai luhur bangsa Memasuki paruh awal abad ke-21, setiap
yang dijadikan sebagai landasan dalam kehi- negara di dunia akan menghadapi berbagai per-
dupan berbangsa dan bernegara melalui jalur masalahan global yang perlu ditangani dengan
pendidikan, khususnya pendidikan kewargane- serius. Cogan (1998:7) menegaskan bahwa seti-
garaan. daknya ada tiga permasalahan global utama
Perkembangan teknologi informasi dan yang dihadapi negara-negara di seluruh dunia.
komunikasi di era global abad ke-21 telah Ketiga permasalahan itu meliputi: (1) berkem-
mengubah dunia begitu cepat. Perubahan- bangnya ekonomi global; (2) semakin pesatnya
perubahan itu telah memunculkan berbagai kemajuan teknologi dan komunikasi; dan (3)
permasalahan yang tidak hanya dialami oleh meningkatnya populasi penduduk dunia yang
satu negara, tetapi juga menjadi masalah lintas diikuti dengan munculnya permasalahan ling-
negara. Penelitian Karsten dkk. (1998:94) kungan. Pendapat senada dikemukakan Titus
menemukan setidaknya ada 19 kecenderungaan (1999:133) yang menyatakan bahwa dunia se-
global yang perlu diantisipasi oleh setiap makin kompleks dan saling terkait. Komplek-
negara. Tujuh di antaranya diidentifikasi se- sitas itu memunculkan serangkaian persoalan
bagai kecenderungan yang tidak diinginkan, lintas negara, seperti penolakan dan pengaturan
tapi sangat mungkin akan terjadi. Kewarga- senjata nuklir, polusi lingkungan yang men-
negaraan berkembang menjadi kewarganega- dunia, dan munculnya kekuatan ekonomi dunia
raan global (global citizenship) yang dapat yang saling terkait.
dipahami sebagai konstruksi multidimensi yang Permasalahan-permasalahan global lintas
bergantung pada saling keterkaitan antara di- negara yang muncul sebagai akibat gempuran
mensi tanggungjawab sosial, kompetensi glo- globalisasi dan kemajuan teknologi yang begitu
bal, dan keterlibatan warga negara secara global pesat memerlukan pemecahan melalui pende-
(Morais dan Ogden, 2011: 449). katan baru dalam pendidikan kewarganegaraan.
Kecenderungan global yang terjadi perlu Pendekatan baru ini disebut Charles Titus se-
diberikan prioritas tertinggi dan membutuhkan bagai civic education untuk pemahaman global,

Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda


351

yaitu berupa cara pandang dan dedikasi baru terlibatan generasi muda Indonesia dalam fo-
pada pendidikan kewarganegaraan. Pendekatan rum-forum kepemudaan internasional harus di-
ini pernah diujicobakan oleh Boulding (Titus, bekali dengan berbagai pengetahuan atau wa-
1999:131-132) di Amerika dengan kesimpulan wasan global. Salah satu cara yang dapat dila-
bahwa warga Amerika mengakui sebagai pen- kukan yaitu mengembangkan wawasan global
duduk planet yang menjadi desa buwana (glo- warga negara muda melalui pendidikan kewar-
bal village). Keadaan seperti ini mensyaratkan ganegaraan di sekolah.
perhatian dan aksi warga negara pada skala Pendidikan kewarganegaraan untuk
lintas negara dan lintas budaya. Dengan demi- membangun wawasan global sangat diperlukan
kian, jelas perlu ada perspektif baru dalam bagi peserta didik sebagai warga negara muda.
mengembangkan budaya yang disebut Boulding Agbaria (2011:61-62) menjelaskan pentingnya
(1988) sebagai “global civic culture” atau yang pendidikan global untuk membangun wawasan
sekarang biasa dikenal dengan “transnational global warga negara di era global. Generasi
civil society” (Parker dkk, 1999: 130). muda akan menghadapi tatanan dunia baru.
Pendidikan kewarganegaraan memiliki Kontak sehari-hari mereka mencakup individu
peran strategis dalam membangun wawasan dari beragam etnis, jenis kelamin, bahasa, ras,
global warga negara. Pendidikan kewarganega- dan latar belakang sosial ekonomi. Mereka akan
raan tidak sebatas mempelajari hak dan ke- mengalami beberapa masalah yang serius seper-
wajiban warga negara, melainkan lebih luas dan ti: kesehatan, ketidakadilan, kerusakan ling-
mendalam termasuk mempersiapkan warga kungan, ledakan penduduk, migrasi transnasio-
negara menjadi warga global. Pendidikan ke- nal, nasionalisme etnis, dan penurunan negara-
warganegaraan membekali peserta didik di se- bangsa. Semua anak, tanpa memandang tempat
kolah dengan pengetahuan tentang isu-isu glo- kelahiran, memiliki hak untuk mendapatkan
bal, budaya, lembaga dan sistem internasional pendidikan. Tetapi, anak-anak yang berhasil
dan merupakan indikasi dari pendekatan mini- menyelesaikan pendidikan (lulusan) di abad ke-
malis yang bisa mengambil tempat secara eks- 21 harus dilengkapi dengan sikap, pengetahuan,
klusif di dalam kelas. Osler dan Starkey dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk
(Bourke dkk, 2012:163) mengemukakan bahwa menjadi warga negara yang kompeten, bertang-
pendidikan kewarganegaraan mencerminkan gung jawab dan manusiawi.
pendekatan maksimal yang bertujuan untuk Pendidikan kewarganegaraan harus di-
memastikan peserta didik siap untuk meng- kembangkan agar mampu membekali warga
ambil peran sebagai warga global dewasa dan negara muda dengan pemahaman global yang
bertanggung jawab. memadai. Banks (2008:135) mengemukakan
Warga negara muda atau generasi muda bahwa perlu ada konsepsi ulang terhadap pen-
memiliki peran penting dalam pergaulan inter- didikan kewarganegaraan di abad ke-21 agar
nasional. Di dunia, ada banyak forum atau or- mampu secara efektif mendidik peserta didik
ganisasi internasional yang didirikan oleh para menjadi warga negara yang berfungsi. Agar re-
pemuda. Forum atau organisasi itu dibentuk se- formulasi berhasil, pengetahuan yang menda-
bagai wadah untuk melakukan kegiatan kepe- sari konstruksi harus bergeser dari mainstream
mudaan tingkat internasional. Pendirian forum pengetahuan akademik menuju pengetahuan
kepemudaan internasional itu sesuai dengan akademik transformatif. Mainstream pengeta-
tujuannya masing-masing. Misalnya ada forum huan memperkuat pengetahuan tradisional dan
pemuda internasional Seliger, Rusia (Seliger ilmu-ilmu sosial mapan serta perilaku dan pe-
Youth Forum), forum pemuda internasional un- ngetahuan yang dilembagakan dalam budaya
tuk kebijakan, perubahan, dan pembangunan di populer, baik di sekolah-sekolah maupun per-
India (International Youth Forum for Policy, guruan tinggi.
Change, and Development), Forum Pemuda Salah satu tujuan penting dari pengetahu-
Asia (Asian Youth Forum), dan lain-lain. Ke- an transformatif adalah untuk meningkatkan

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3


352

kemampuan manusia sebagai warga negara glo- Respek dimaknai sebagai kemampuan sese-
bal. Pendidikan kewarganegaraan transformatif orang untuk menjaga diri sendiri dari perbuatan
mengakui dan memvalidasi identitas budaya yang dapat merugikan atau mengganggu hak-
siswa. Hal ini berakar pada pengetahuan aka- hak yang dimiliki oleh orang lain (Zamroni,
demis transformatif dan memungkinkan siswa 2007:127). Dengan demikian, pengembangan
memperoleh informasi, keterampilan, dan nilai- pendidikan kewarganegaraan selain menekan-
nilai yang diperlukan untuk melawan ketidak- kan pada aspek pengetahuan, nilai-nilai, dan
setaraan dalam masyarakat, bangsa, dan dunia. sikap juga harus menumbuhkan respek dan
Selain itu, untuk mengembangkan nilai-nilai empati yang bersifat global, melewati batas-
dan perspektif kosmopolitan dan mengambil batas bangsa dan negara.
tindakan menciptakan keadilan dalam komuni- Dari uraian permasalahan yang telah
tas masyarakat multikultural demokratis. Hal dikemukakan, peneliti tertarik untuk melakukan
ini mendorong keterampilan berpikir kritis yang kajian mendalam melalui penelitian tentang
disebut oleh DeJaeghere sebagai pendidikan nilai-nilai dasar apa saja yang perlu dikembang-
kewarganegaraan kritis (Banks, 2008:135). kan dalam pendidikan kewarganegaraan untuk
Penelitian yang dilakukan Bourke dkk. membangun wawasan global warga negara
(2012:164) menunjukkan bahwa peserta didik muda. Mengembangkan kerangka konseptual-
yang memiliki kesadaran tinggi cenderung da- filosofis tentang pendidikan kewarganegaraan
pat diandalkan, lebih hati-hati, teliti, bertang- global merupakan langkah mendesak dan stra-
gung jawab, terorganisasi, berorientasi pada tegis sebagai bagian dari pengembangan dasar
prestasi dan selalu siap sebagai warga negara. pijakan bagi pembuatan kebijakan pendidikan
Lebih lanjut, Bourke dkk. menambahkan bahwa berwawasan global secara lebih luas. Selama
mereka yang memiliki keramahan tinggi pada ini, penelitian yang terkait dengan pendidikan
umumnya dianggap baik hati, fleksibel, koope- kewarganegaraan global jarang dilakukan. Hasil
ratif, peduli, sopan, percaya diri dan toleran. kajian melalui penelitian diharapkan akan mem-
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh peser- perkaya baik secara teoretis maupun praktis
ta didik dapat menjadi bekal mereka untuk dalam mengembangkan pendidikan kewargane-
membentuk kepribadian sebagai warga dunia. garaan berwawasan global.
Penelitian sejenis yang dilakukan Gainous dan
Martens (2012:253) juga membuktikan bahwa METODE
pendidikan kewarganegaraan terbukti efektif Penelitian ini menggunakan pendekatan
untuk membangun kompetensi politik dan war- kualitatif dengan metode grounded theory. Pe-
ga negara muda yang demokratis dan bertang- neliti yang menggunakan pendekatan kualitatif
gungjawab. menekankan pada hakikat realitas sosial yang
Untuk membangun wawasan global war- dibangun berdasarkan keadaan yang senyatanya
ga negara muda, pendidikan kewarganegaraan terjadi. Peneliti dan apa yang diteliti memiliki
lebih menekankan pada pengembangan peserta hubungan yang sangat dekat (Denzin dan Lin-
didik agar memiliki sikap dan kemauan mela- coln, 2005:10; Flick dkk., 2004:3). Penelitian
kukan interaksi dengan sesama manusia yang kualitatif sering juga disebut sebagai penelitian
mendasarkan pada prinsip-prinsip menjaga har- naturalistik. Sebab situasi lapangan penelitian
kat dan martabat manusia sebagai mahluk yang bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya
paling mulia. Ada dua prinsip yang mendasari tanpa dimanipulasi atau diatur dengan eksperi-
prinsip-prinsip moral yang akan dikembangkan men atau tes (Denzin dan Lincoln, 2005:3; Na-
sebagai warga negara, yaitu simpati dan respek. sution, 1988:18). Oleh karena itu, informasi
Simpati merupakan nilai-nilai dan sikap yang yang diperoleh adalah peristiwa dari situasi
dimiliki seseorang untuk selalu memberikan yang alamiah tentang nilai-nilai dasar yang
perhatian kepada orang lain, terutama jika da- perlu dikembangkan dalam pendidikan kewar-
lam keadaan yang tidak lebih baik dari diri kita. ganegaraan untuk membangun wawasan global

Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda


353

warga negara muda. Penggunaan metode bentuk warga negara yang memiliki berbagai
grounded theory dalam penelitian ini dikarena- karakteristik yang diperlukan di era global.
kan datanya bersifat deskriptif, bertujuan untuk Warga negara yang hidup di era global abad ke-
menggambarkan realitas, dan berupaya untuk 21 akan menghadapi permasalahan-permasalah-
menemukan teori yang dibangun dari data. an yang semkain kompleks baik dalam skala
Peneliti yang menggunakan metode ini berha- lokal maupun global.
rap bahwa teori yang ditemukan berkaitan de- Dua nilai dasar penting yang perlu di-
ngan teori lain dalam bidang mereka masing- kembangkan dalam pendidikan kewarganegara-
masing secara kumulatif, sehingga implikasi an global, yakni keadilan sosial dan semangat
dari teori tersebut akan membawa manfaat berkompetisi. Keadilan sosial penting untuk di-
(Strauss dan Corbin, 2009: 12). kembangkan karena tidak menutup kemungkin-
Untuk kepentingan analisis dalam peneli- an di era global ketimpangan akan semakin
tian, sumber data dibagi menjadi dua kategori, nyata. Tidak bisa dimungkiri bahwa kemiskinan
yaitu: pertama, sumber bahan cetak (kepusta- menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi
kaan), meliputi buku teks, dokumen-dokumen sejumlah negara di dunia. Oleh karena itu, perlu
kurikulum, jurnal, makalah, kliping, surat ka- ada upaya untuk menciptakan keadilan sosial
bar, tabloid, dan lain-lain yang berkaitan de- dan kesejahteraan yang merata untuk semua
ngan pendidikan kewarganegaraan untuk mem- umat manusia di atas muka bumi.
bangun wawasan global warga negara muda. Semangat untuk berkompetisi perlu di-
Kedua, sumber responden (human resources), kembangkan karena di era global persaingan,
dipilih menggunakan metode purposive sam- terutama di bidang ekonomi, akan semakin ke-
pling, yang terdiri dari pakar pendidikan kewar- tat. Jika kita tidak bisa berkompetisi dengan ne-
ganegaraan, pakar politik internasional/perspek- gara lain, hanya akan menjadi objek. Warga ne-
tif global, pakar filsafat, dan pakar sejarah. Tek- gara global harus memiliki semangat dan ke-
nik pengumpulan data yang digunakan dalam mampuan untuk berkompetisi dalam berbagai
penelitian ini antara lain: studi dokumentasi, bidang. Di bidang ekonomi, globalisasi ditandai
wawacara, dan observasi. Penelitian ini meng- dengan pasar terbuka (open market) yang dapat
gunakan analisis induktif, yakni proses pemba- dimasuki oleh siapa saja. Pasar yang semakin
hasannya meliputi pola-pola, tema-tema dan terbuka memudahkan setiap orang atau negara
kategori-kategori yang berasal dari data, bukan terlibat dalam persaingan ekonomi. Dalam me-
ditentukan sebelum pengumpulan dan analisis ngembangkan semangat berkompetisi di era
data. Analisis data dalam penelitian ini meng- global, kita harus tetap bersandar pada Panca-
ikuti langkah-langkah yang dikembangkan oleh sila sebagai filosofi bangsa.
Miles dan Huberman (1992:20) yang terdiri Temuan penelitian yang lain menunjuk-
atas tiga alur kegiatan yang dilakukan secara kan bahwa dalam konteks pendidikan kewarga-
bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, negaraan global yang dikembangkan di Indo-
dan penarikan kesimpulan. nesia, nilai-nilai yang dikembangkan mengacu
pada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.
HASIL DAN PEMBAHASAN Semua nilai yang ada dalam Pancasila dapat
Berdasarkan data penelitian yang diper- dijadikan sebagai landasan dalam pengembang-
oleh di lapangan, terlihat bahwa ada beberapa an pendidikan kewarganegaraan global di In-
nilai dasar dalam pendidikan kewarganegaraan donesia. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persa-
untuk membangun wawasan global warga ne- tuan, kerakyatan, dan keadilan dapat dijadikan
gara muda. Nilai-nilai dasar inilah yang dijadi- sebagai pijakan dalam pergaulan internasional.
kan sebagai pijakan dalam pengembangan pen- Nilai-nilai Pancasila dapat dijadikan sebagai
didikan kewarganegaraan global. Nilai-nilai da- jangkar transendental bagi warga negara In-
sar yang dikembangkan dalam pendidikan ke- donesia, yakni nilai-nilai yang dijadikan seba-
warganegaraan global bertujuan untuk mem-

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3


354

gai pegangan dan dasar pijakan dalam kehidup- sekuensi global. Siswa ditumbuhkan kesadaran-
an sehari-hari. nya bahwa di era global mereka akan bertemu
Selain itu, pendidikan kewarganegaraan dan berkomunikasi dengan orang lain yang me-
global yang dikembangkan di Indonesia harus miliki latar belakang yang berbeda. Perbedaan
mengacu pada konstitusi negara atau bisa di- itu bukan hanya dalam hal budaya yang ada di
sebut sebagai nilai-nilai konstitusional. Dalam satu negara, tetapi sudah melintasi batas-batas
konstitusi negara Indonesia jelas disebut ada wilayah negara (transnational).
nilai-nilai hubungan antarnegara. Pembukaan Sebagai warga negara global, siswa ber-
UUD 1945 secara jelas menyatakan bahwa tu- latih untuk memiliki tanggungjawab sosial yang
juan berdirinya negara Republik Indonesia sa- sangat diperlukan di era global. Dimensi tang-
lah satunya adalah “ikut melaksanakan ketertib- gung jawab sosial dapat dikembangkan dalam
an dunia yang berdasarkan kemerdekaan, per- pembelajaran kewarganegaraan dengan meme-
damaian abadi, dan keadilan sosial”. Dengan lajari beberapa permasalahan penting, antara
demikian jelas bahwa konstitusi kita membuka lain kesenjangan dan keadilan global (global
peluang untuk mengembangkan nilai-nilai hu- justice and disparities), empati dan peduli (alt-
bungan antarnegara yang didalamnya memuat ruism and empathy), tanggung jawab pribadi
nilai kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan dan saling keterkaitan global (global intercon-
sosial. nectedness and personal responsibility). Mela-
Temuan penelitian seperti telah dikemu- lui pembelajaran dialogis-kritis, siswa dilatih
kakan, mendukung penelitian sebelumnya yang dan dikembangkan tanggungjawabnya sebagai
dilakukan Morais dan Ogden (2011) yang warga negara. Semua perilaku yang dilakukan,
menemukan tentang dimensi-dimensi kewarga- baik dalam skala lokal maupun global, harus
negaraan global yang dapat dikembangkan mampu dipertanggungjawabkan.
dalam pembelajaran kewarganegaraan di seko- Kedua, kompetensi global (global com-
lah. Siswa berlatih dan belajar bersama guru petence) yang diartikan sebagai kemampuan
dan temannya untuk mengembangkan dimensi- memiliki pikiran yang terbuka dan secara aktif
dimensi kewarganegaraan global agar siap men- berusaha memahami norma-norma budaya
jadi warga negara global yang cerdas dan ber- orang lain dan memanfaatkan pengetahuan
karakter. Ada tiga dimensi utama yang sering yang dimiliki untuk berinteraksi, berkomunika-
disebut dalam kewarganegaraan global, yakni si, dan bekerja secara efektif. Menghadapi du-
tanggungjawab sosial (social responsibility), nia global yang berubah dengan cepat, siswa
kompetensi global (global competence), dan ke- perlu memiliki kompetensi global. Sebagai war-
terlibatan dalam kewargaan global (global civic ga negara muda, siswa memiliki kesempatan
engagement). Ketiga dimensi kewarganegaraan yang luas untuk belajar dan berlatih mengem-
global ini dapat dijelaskan sebagai berikut. bangkan pemahaman global. Dimensi kompe-
Pertama, tanggung jawab sosial (social tensi global dapat dikembangkan dalam pem-
responsibility) dimaknai sebagai tingkat kesa- belajaran pendidikan kewarganegaraan dengan
daran saling ketergantungan dan kepedulian menggunakan pendekatan berpikir kritis.
sosial kepada orang lain, masyarakat, dan ling- Dimensi kompetensi global dapat dipela-
kungan. Siswa dapat berlatih mengembangkan jari siswa dengan mempelajari beberapa perma-
tanggung jawab sosial dengan cara ikut serta salahan penting, antara lain kesadaran diri (self-
mengevaluasi masalah-masalah sosial dan awareness), komunikasi antarbudaya (intercul-
mengidentifikasi kasus atau contoh-contoh tural communication), dan pengetahuan global
ketidakadilan dan kesenjangan global. Selain (global knowledge). Siswa menyadari keterba-
itu, siswa berlatih menghormati perbedaan dan tasan diri mereka sendiri dan kemampuan untuk
membangun etika pelayanan sosial untuk meng- terlibat dalam pertemuan antarbudaya. Siswa
atasi isu-isu global dan lokal. Mereka mema- sebagai bagian dari warga dunia, akan bertemu
hami keterkaitan antara perilaku lokal dan kon- atau bersentuhan dengan budaya lain. Di era

Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda


355

global, siswa juga harus menunjukkan keteram- bagai warga negara global, dan keterlibatan da-
pilan komunikasi antarbudaya dan memiliki ke- lam aktivitas politik merupakan bagian penting
mampuan untuk terlibat dalam pertemuan antar- yang harus dikembangkan. Agar siswa dapat
budaya. Selain itu, siswa perlu menunjukkan menguasai keterampilan-keterampilan hidup se-
minat dan pengetahuan tentang isu-isu dan pe- bagai warga negara seperti telah disebutkan,
ristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia. Peris- pembelajaran kewarganegaraan yang dikem-
tiwa yang terjadi di suatu negara, dengan ban- bangkan di sekolah perlu menerapkan pende-
tuan teknologi internet, sangat mudah dan cepat katan dan strategi pembelajaran yang tepat.
menjadi isu utama di negara lain. Strategi pembelajaran kewarganegaraan yang
Ketiga, keterlibatan dalam kewargaan dapat diterapkan untuk mengembangkan kete-
global (global civic engagement) yang dimak- rampilan hidup siswa sebagai warga negara an-
nai sebagai tindakan dan atau kecenderungan tara lain melalui strategi dialogis-kritis.
untuk mengenali masalah-masalah kemasyara- Temuan penelitian terkait nilai-nilai da-
katan baik di tingkat lokal, regional, nasional, lam pendidikan kewarganegaraan global juga
maupun global dan menanggapinya melalui tin- senada dengan pendidikan kewarganegaraan
dakan seperti kesukarelaan, aktivitas politik, global yang dikembangkan Oxfam (2006). Da-
dan partisipasi masyarakat. Siswa sebagai war- lam kurikulum pendidikan kewarganegaraan
ga negara muda perlu dikembangkan kemam- yang dikembangkan Oxfam, ada tiga kunci uta-
puannya untuk berpartisipasi secara aktif dalam ma untuk mengembangkan pendidikan kewar-
mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai ganegaraan global, yang meliputi pengetahuan
permasalahan global yang muncul. Keterlibatan dan pemahaman, keterampilan, serta nilai dan
dalam hidup kewargaan merupakan salah satu sikap. Ketiga kunci utama dalam pendidikan
unsur penting dari modal sosial (social capital). kewarganegaraan global dikembangkan ke da-
Siswa dapat berlatih berpartisipasi dalam lam tema-tema atau topik-topik yang disesuai-
kewargaan global dengan belajar tentang be- kan dengan usia siswa.
berapa masalah global, antara lain keterlibatan Pengetahuan dan pemahaman yang di-
dalam organisasi kemasyarakatan, aspirasi po- kembangkan dalam pendidikan kewarganega-
litik, dan aktivisme warga negara global. Keter- raan global antara lain meliputi: keadilan sosial
libatan dalam organisasi kemasyarakatan global dan persamaan, keberagaman, globalisasi dan
dapat dilakukan siswa dengan cara terlibat atau saling ketergantungan, pembangunan berkelan-
berkontribusi untuk bekerja secara sukarela atau jutan, perdamaian dan konflik. Tema-tema un-
membantu organisasi sipil global. Siswa dapat tuk mengembangkan pengetahuan dan pema-
membangun aspirasi politik mereka dengan me- haman siswa tentang pendidikan kewargane-
nyintesiskan pengetahuan dan pengalaman glo- garaan global dijabarkan lebih rinci lagi ke da-
bal dalam domain publik. Aspirasi dapat ber- lam subtema yang disesuaikan dengan tingkat
bentuk kritik terhadap kebijakan publik yang usia siswa.
dikeluarkan pemerintah. Sementara itu, aktivis- Keterampilan yang dikembangkan dalam
me warga negara global dapat dilakukan siswa pendidikan kewarganegaraan global antara lain
melalui keterlibatan dalam perilaku bermanfaat meliputi berpikir kritis, kemampuan untuk me-
yang dapat memajukan agenda global. ngemukakan pendapat secara efektif, kemam-
Tiga dimensi global yang telah dijelaskan puan untuk melawan ketidakadilan, memiliki
di atas, menjadi nilai-nilai dasar yang penting rasa hormat terhadap orang dan lingkungan, dan
untuk dikembangkan dalam pendidikan kewar- kerjasama serta resolusi konflik. Berbagai ke-
ganegaraan global. Keterampilan-keterampilan terampilan ini dijabarkan ke dalam tema-tema
hidup yang didapatkan siswa melalui pembe- pembelajaran yang dikembangkan sesuai de-
lajaran kewarganegaraan sangat bermanfaat da- ngan tingkat kemampuan dan usia siswa. Ke-
lam kehidupan bermasyarakat. Keterampilan terampilan yang dikembangkan mulai dari ke-
seperti tanggung jawab sosial, kompetensi se-

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3


356

terampilan yang sederhana sampai pada kete- UCAPAN TERIMA KASIH


rampilan yang lebih kompleks. Peneliti mengucapkan terima kasih ke-
Nilai dan sikap yang dikembangkan da- pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Re-
lam pendidikan kewarganegaraan global antara publik Indonesia yang telah memberikan bantu-
lain meliputi: rasa identitas dan harga diri, an beasiswa BPPS untuk menyelesaikan pene-
empati, komitmen terhadap keadilan sosial dan litian dan studi program doktor. Artikel ini me-
kejujuran, menghormati keragaman, kepedulian rupakan bagian dari disertasi peneliti untuk me-
terhadap lingkungan dan komitmen terhadap nyelesaikan program doktor Pendidikan Kewar-
pembangunan berkelanjutan, dan keyakinan ganegaraan di Sekolah Pascasarjana Universitas
bahwa orang dapat menciptakan perbedaan. Pendidikan Indonesia, Bandung.
Nilai dan sikap yang dikembangkan dalam pen-
didikan kewarganegaraan global disesuaikan Daftar Pustaka
dengan karakteristik perkembangan dan usia Agbaria, A. K. 2011. “The Social Studies
siswa. Education Discourse Community on
Dari pembahasan yang telah dikemuka- Globalization: Exploring The Agenda of
kan, menunjukkan bahwa nilai-nilai dasar uta- Preparing For The Global Age”, dalam
ma dalam pendidikan kewarganegaraan untuk Journal of Studies in International Edu-
membangun wawasan global warga negara cation, 15 (1), hlm. 57-74.
muda dalam konteks Indonesia antara lain: ke-
tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, Banks, J. A. 2008. “Diversity, Group Identity,
keadilan sosial, kompetisi, menghormati orang and Citizenship Education in A Global
lain, kemerdekaan, dan perdamaian. Sebagian Age”, dalam Educational Researcher, 37
nilai-nilai dasar utama dalam pendidikan ke- (3), hlm. 129-139.
warganegaraan global dalam konteks Indonesia
merupakan nilai utama yang dimuat dalam Pan- Bourke, L., Bamber, P., dan Lyons, M. 2012.
casila dan konstitusi negara Republik Indo- “Global Citizens: Who Are They?”, da-
nesia. lam Education, Citizenship and Social
Justice, 7 (2), hlm. 161-174.
PENUTUP
Dari penelitian yang telah dilakukan da- Cogan, J.J. 1998. “Citizenship Education for
pat disimpulkan bahwa ada nilai-nilai dasar The 21st Century: Setting The Context”,
utama yang perlu dikembangkan dalam pendi- dalam Cogan, J.J dan Derricot, R. (eds.),
dikan kewarganegaraan untuk membangun wa- Citizenship for The 21st Century: An In-
wasan global warga negara muda. Nilai-nilai ternational Perspective on Education.
dasar yang perlu dikembangkan dalam pen- London: Kogan Page Limited. Hlm.
didikan kewarganegaraan global dalam konteks
Indonesia antara lain ketuhanan, kemanusiaan, Denzin, N. K. dan Lincoln, Y. S. 2005. The
persatuan, kerakyatan, keadilan sosial, kompe- Sage Handbook of Qualitative Research.
tisi, menghormati orang lain, kemerdekaan,n California: Sage Publications.
dan perdamaian. Nilai-nilai dasar ini penting
untuk dikembangkan dalam rangka mengem- Gainous, J. dan Martens, M. 2012. “The Effec-
bangkan wawasan global warga negara muda tiveness of Civic Education: Are “Good”
agar dapat berperan secara efektif dalam kancah Teachers Actually Good For “All” Stu-
global tanpa meninggalkan jati diri sebagai dents?”, dalam American Politics Re-
bangsa Indonesia yang memiliki Pancasila se- search, 40 (2), hlm. 232-266.
bagai falsafah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Flick, U., Kardorff, E., dan Steinke, I. 2004.
“What Is Qualitative Research? An

Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda


357

Introduction To The Field”, dalam Flick, Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Natura-
U., Kardorff, E.V., dan Steinke, I. (eds.), listik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.
A Companion to Qualitative Research.
London: Sage Publications. Hlm. 3-11 Oxfam 2006. Education for Global Citizenship:
A Guide for Schools. Oxford: Oxfam
Karsten, S., et al. 1998. “Challenges Facing Development Education.
The 21St Century Citizen: Views of Po-
licy Makers”, dalam Cogan, J.J dan Der- Parker, W.C., Ninomiya, A., dan Cogan, J.
ricot, R. (eds.), Citizenship for The 21st 1999. “Educating World Citizens: To-
Century: An International Perspective on ward Multinational Curriculum Develop-
Education. London: Kogan Page Limit- ment”, dalam American Educational Re-
ed. Hlm. search Journal, 36 (2), hlm. 117-145.

Kim, B. J., Kavanaugh, A. L., & Hult, K. M. Straus, A. dan Corbin, J. 2009. Dasar-Dasar
2011. “Civic Engagement and Internet Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan
Use in Local Governance: Hierarchial Teknik-Teknik Teoritisasi Data, alih ba-
Linear Models for Understanding The hasa M. Shodiq dan I. Muttaqien. Yog-
Role of Local Community Groups”, da- yakarta: Pustaka Pelajar.
lam Administration & Society, 43 (7),
hlm. 807-835. Titus, C. 1999. Civic Education untuk Pe-
mahaman Global, dalam Branson, M.S.
Miles, M. B. dan Huberman, A. M. 1992. dkk. (eds.), Belajar Civic Education Dari
Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Amerika, alih bahasa Syafruddin, M.Y.
tentang Metode-metode Baru, alih bahasa Alimi, & M. N. Khoiron. Yogyakarta:
T. R. Rohidi. Jakarta: UI Press. LKIS dan The Asia Foundation (TAF).

Morais, D.B. dan Ogden, A.C. 2011. Initial Zamroni. 2007. Pendidikan dan Demokrasi
Development and Validation of The Dalam Transisi: Prakondisi Menuju Era
Global Citizenship Scale, dalam Journal Globalisasi. Jakarta: PSAP Muhamma-
of Studies in International Education, 15 diyah.
(5), hlm. 445-446.

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3

Anda mungkin juga menyukai