Anda di halaman 1dari 30

DEMAM TIFOID

Nama : Hendra Saleh


Stambuk : N 111 17 027

Pembimbing Klinik : Dr. Kartin Akune, Sp.A


BAB I
PENDAHULUAN
• Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella
thypi, yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama yang terletak di
daerah tropis dan subtropis, dengan gejala utama demam, gangguan saluran pencernaan, serta
gangguan susunan saraf pusat/kesadaran.
• Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Kasus
tersangka tifoid menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata angka kesakitan
500/100.000 penduduk dengan kematian antara 0,6-5% berkaitan dengan lingkungan dan sanitasi
yang buruk dengan angka kejadian yang masih sangat tinggi.1,3

• Diagnosis dini adalah suatu hal yang penting disamping tindakan pencegahannya. Diagnosis demam
tifoid dibuat berdasarkan gejala dan tanda klinis, pemeriksaan darah lengkap dan uji serologis.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan biakan untuk menemukan kuman penyebab.4
• Penatalaksanaan dari demam tifoid yaitu dapat berupa medika mentosa dan non-medika
mentosa. Pemberian antibiotik perlu dilakukan untuk membunuh kuman dan mencegah
pasien menjadi karier, obat kloramfenikol masih merupakan baku emas dalam pengobatan
demam tifoid diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
• Komplikasi yang dapat terjadi antara lain peritonitis, perdarahan, perforasi, gangguan
kesadaran, dan lain sebagainya.4
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
• Nama Penderita : An. F
• Jenis Kelamin : Laki – Laki
• Umur : 14 tahun 3 bulan
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Jamur
• Tanggal masuk : 16 Desember 2017
AMNESIS

Keluhan Utama : Demam


Riwayat Penyakit Sekarang :
• Demam yang dialami penderita sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam turun dengan obat
penurun demam dan kemudian meningkat lagi. Demam terus menerus, meningkat terutama pada malam
hari dan turun pada pagi hari. Demam tidak disertai menggigil, berkeringat dan kejang.
• Pasien juga mengeluhkan adanya sakit perut, mual, dan muntah. Muntah sebanyak 3 kali sebelum masuk
rumah sakit. Isi muntahan berupa air dan makanan yang sebelumnya dikonsumsi, tidak ada lendir dan tidak
ada darah. Nafsu makan anak menurun sejak terjadinya demam, namun minum masih kuat. Belum buang
air besar selama 2 hari. Buang air kecil normal seperti biasa, berwarna kuning muda, dan tidak ada sakit
waktu buang air kecil.
• Anak mengeluh sakit kepala dan merasa lemas. Selama sakit, pasien tidak mengalami penurunan kesadaran.
Nyeri retroorbital (-), Batuk (-), pilek (-), sesak (-), nyeri dada (-), sakit menelan (-), mimisan (-),
pendarahan spontan (-), nyeri sendi (-), serta tidak ada riwayat berpergian 2 minggu terakhir
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
• Pasien belum pernah menderita sakit yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
• Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di dalam keluarga.
Riwayat Sosial-Ekonomi :
• Pasien berasal dari keluarga dengan sosial-ekonomi menengah.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
• Pasien seorang anak yang aktif dan memiliki kebiasaan bermain diluar lingkungan rumah namun
kurang memperhatikan kebersihan tangan sebelum makan dan kebiasaan jajan sembarangan
waktu sekolah. Pasien tinggal di rumah permanen, dan tempat pembuangan sampah berada
jauh dari rumah.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
• Selama masa kehamilan ibu pasien tidak mempunyai keluhan dan masalah lainnya. Pasien lahir spontan, cukup
bulan, langsung menangis dengan berat badan lahir 3100 gram, panjang badan 48 cm. Proses persalinan di Rumah
Sakit. Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.
Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :
• Tumbuh dan kembang anak sesuai dengan usianya, dan saat ini anak tidak mengalami keterlambatan atau
gangguan tumbuh dan kembang.
Anamnesis Makanan:
• Pasien mengkomsumsi ASI hingga berusia 2 tahun. Pasien mengkomsumsi susu formula dari umur 2 – 6 tahun.
Pasien memperoleh makanan tambahan berupa bubur sejak umur 6 bulan dan makan makanan keluarga sejak
umur ± 1,5 tahun sampai sekarang.
Riwayat Imunisasi:
• Lengkap
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : Sakit Sedang Tanda Vital


• Kesadaran : Kompos mentis
• Tekanan Darah : 100/60 mmHg
• Berat Badan : 34 kg
• Denyut Nadi : 78 kali/menit
• Tinggi Badan : 142 cm
• Pernapasan : 24 kali/menit
• Status Gizi :

BB/TB : CDC 97 % (Gizi baik) • Suhu : 37,70C


BB/U : CDC 65 % (Berat badan kurang)

TB/U : CDC 86 % (Normoheight)


• Kulit
• Pucat (-), turgor kulit kembali cepat (<2 detik).

Kepala
• Bentuk :Normocephal
• Rambut :Tidak mudah tercabut, berwarna hitam
• Mata :Edema palpebral (-/-), Conjungtiva: anemis (-/-)
• Sclera :Ikterik (-/-)
• Telinga :Otorrhea (-/-)
• Hidung :Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
• Mulut :Bibir kering (-), sianosis (-)
• Lidah :Lidah kotor dengan pinggiran eritematous (+)
• Gusi :Perdarahan (-)
• Tenggorokan :Tonsil T1/T1
• Pharynx :Hiperemis (-)
• Kelenjar :Pembesaran kelenjar getah bening (-); pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
• Bentuk simetris, retraksi otot dinding dada (-)
Paru-paru
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi intercostal (-)
• Palpasiq : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-), nyeri tekan (-)
• Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
• Auskultasi : Bronchovesiculer (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
• Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V lineaparasternal
dextra, batas kiri jantung SIC V linea axilla anterior
• Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Permukaan kesan datar
• Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
• Perkusi : Tympani (+).
• Palpasi : Nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepartidak, lien tidakteraba.
Genitalia : Tidak ada kelainan (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
Punggung : Tidak ada deformitas
Otot-otot : Eutrofi, tonus otot baik
++/++ −/−
Refleks : Fisiologis (++/++), patologis (−/−)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Hasil
Pemeriksaan Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi

WBC 10,6 x 103 /uL 4,8 – 10,0 ↑

RBC 4.3 x 106 /uL 4,0 – 5,50 Normal

HGB 12,8 g/dl 12,0 – 18,0 Normal

HCT 40,2 % 30,0 – 47,0 Normal

PLT 254 x 103 /uL 150 – 450 Normal

Pemeriksaan Darah Rutin


RESUME

• Seorang pasien anak laki-laki usia 13 tahun masuk RS dengan keluhan febris. Febris terus
menerus yang di alami sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Febris turun dengan obat
antipiretik dan kemudian meningkat lagi. Febris dirasakan hampir sepanjang hari dan makin
meningkat saat malam hari. Febris tidak disertai menggigil dan berkeringat. Anak tampak lemas
dan mengeluh sakit kepala dan merasa lemas. Pasien mengeluh sakit perut, mual dan muntah
(+) 3 kali sebelum masuk rumah sakit berisi makanan dan air, belum defekasi selama 2 hari,
serta nafsu makan anak menurun. Tidak ada penurunan kesadaran.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, suhu: 37,7 °C, denyut nadi: 78
x/menit, dan respirasi: 24 x/menit. Pemeriksaan pada kepala menunjukkan adanya lidah kotor
dengan pinggiran eritematous. Dan pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri epigastric (+).
Hasil pemeriksaan penunjang untuk darah rutin menunjukkan WBC 10,6 x 103 /uL, RBC 4,3 x
106/uL, HGB 12,8 g/dL, HCT 40,2 %, PLT 254 x 103 /uL.
DIAGNOSIS KERJA
• Demam Tifoid
TERAPI
Medikamentosa
• IVFD RL 18 tetes/menit
• Chloramfenicol tablet 4 x 500 mg
• Paracetamol tablet 500 mg 4 x 1 tab
• Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Non Medikamentosa
• Tirah baring
• Diet makanan yang terjaga higenitasnya
• Makanan lebih baik dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu
panas atau dingin agar tidak merangsang pencernaan
ANJURAN
• IgM Anti Salmonella
Perawatan Hari ke-1 (17 Desember 2017)
S Demam hari ke-8, naik turun, mual (+) muntah (-), sakit perut (+), sakit menelan (-), batuk (-), flu (-)
BAB (-) 3 hari, BAK lancar

O Keadaan Umum: Sakit Sedang


Kesadaran: Komposmentis
Denyut Nadi : 88 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 23 x/menit
Suhu Tubuh : 38 oC

TD : 110/70 mmHg
Berat Badan : 34 kg
Tinggi Badan : 142 cm
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Rhonki-/-, Wheezing -/-
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)
Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor : (+), tepi lidah hiperemis (+)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali seger

A Suspek Demam Tifoid


P Non-Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan yang terjaga higenitasnya
- Makanan lebih baik dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas atau dingin agar tidak merangsang pencernaan
Medikamentosa
- IVFD RL 18 tetes/menit
- Chloramfenicol tablet 4 x 500 mg
- Paracetamol tablet 500 mg 4 x 1 tab
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Perawatan Hari ke – 2 (18 Desember 2017)
S Demam hari ke-9
Muntah (-), sakit perut (+), sakit kepala (-), batuk (-), flu (-) BAB (-) 4 hari, BAK lancar
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut Nadi : 90 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 24 x/menit
Suhu Tubuh : 38 oC
Berat Badan : 34 kg
Tinggi Badan : 142 cm
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-

Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (-), kesan normal
- Perkusi : Timpani (-) diseluruh abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)

Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor : (+)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera

Hasil Lab
Anti Salmonella IgM : Positif 6
A Demam Tifoid
P Non-Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan yang terjaga higenitasnya
- Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas atau dingin agar tidak merangsang pencenaan
Medikamentosa
IVFD RL 18 tetes/menit
Inj. Chloramfenicol 4 x 500 mg/IV
Paracetamol tablet 4 x 500 mg
Perawatan Hari ke – 3 ( 19 Desember 2017)
S Demam hari 9, bebas demam hari ke-1
mual (-), sakit kepala (-), muntah (-), sakit perut (-), sakit kepala (-), batuk (-), flu (-)
BAB dan BAK lancar
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut Nadi : 90 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 22 x/menit
Suhu Tubuh : 36,8 oC

Berat Badan : 34 kg
Tinggi Badan : 142 cm
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen.
- Palpasi : Hepatomegali (-), Nyeri Tekan (-)
Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor : berkurang
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera
A Demam Tifoid
P Non-Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan yang terjaga higenitasnya
- Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas atau dingin agar tidak merangsang pencenaan
Medikamentosa
IVFD RL 18 tetes/menit
Inj. Chloramfenicol 4 x 500 mg/IV
Perawatan hari ke – 4 ( 20 Desember 2017)
S Demam hari 9, bebas demam hari ke-2
mual (-), sakit kepala (-), muntah (-), sakit perut (-), sakit kepala (-), batuk (-), flu (-), BAB lancar dan BAK lancar
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut Nadi : 95 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 20x/menit
Suhu Tubuh : 36,6 oC
Berat Badan : 34 kg
Tinggi Badan : 142 cm
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen.
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor : (-)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera
A Demam Tifoid
P Non-Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan yang terjaga higenitasnya
- Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas atau dingin agar tidak merangsang pencenaan
Medikamentosa
- Aff infus
- Chloramfenicol tablet 4 x 500 mg
- Paracetamol tablet 4 x 500 mg (jika perlu)
Pengobatan di rumah:
- Tirah baring
- Diet makanan yang terjaga higenitasnya
- Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas atau dingin agar tidak merangsang pencenaan
Medikamentosa
- Chloramfenicol 4 x 500 mg diberikan sampai 7 hari bebas demam
BAB III
DISKUSI KASUS
• Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi, yang masih
dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama yang terletak di daerah tropis dan subtropis, dengan
gejala utama demam, gangguan saluran pencernaan, serta gangguan susunan saraf pusat/kesadaran.
• Etiologi dari demam typhoid yaitu bakteri Salmonella typhi, family Enterobacteriaceae dan termasuk bakteri gram
negatif. Salmonella memiliki: Antigen O (somatic), yaitu komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada
panas, antigen H (flagellum), yaitu protein yang labil terhadap panas dan antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.1,2
• Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata antara 10-14 hari. Gejala klinis demam
tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat
sehingga harus dirawat. Manifestasi klinis untuk demam typhoid yaitu demam pada awal penyakit, anoreksia, myalgia,
sakit kepala, sakit perut, mula-mula terjadi diare kemudian konstipasi mulai menonjol. Mual dan muntah dapat timbul
di minggu ke 2 atau ke 3. Lidah kotor serta hepatosplenomegaly dan distensi abdomen dan disertai nyeri. Rose spot
(ruam makulopapular yang berwarna merah 1-5 mm). Muncul hari ke 7-10 selama 2-3 hari.1,3
GEJALA-GEJALA KLINIS

• Demam
• Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remittent dan tidak terlalu tinggi. Pada
minggu I, suhu tubuh cenderung meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore hari dan malam hari. Dalam minggu II, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu III
suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu III. 5
• Gangguan saluran cerna
• Pada mulut; nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah (rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih
kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat dijumpai adanya kembung
(meteorismus). Hepar dan lien yang membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terdapat juga konstipasi
pada anak yang lebih tua dan remaja, akan tetapi dapat juga normal bahkan terjadi diare pada anak yang lebih
muda. 5
• Gangguan kesadaran
• Umumnya kesadaran penderita menurun walau tidak berapa dalam, dapat berupa apatis sampai somnolen. 5
• Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan Febris 1 minggu, remitten/continous memberat pada malam hari, turun dengan
antipiretik. Disertai mual dan muntah, sakit perut, tidak BAB 4 hari. Tidak ada penurunan
kesadaran. Lidah kotor (+), dengan tepi kemerahan. Pada pemeriksaan IgM Anti
Salmonella, didapatkan hasil pemeriksaan positif. Berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang tersebut bahwa pasien ini didiagnosis
sebagai demam thypoid.
• Pasien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jajanan pinggir jalan serta tidak mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, yang merupakan faktor resiko untuk menularnya
bakteri Salmonella.
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yakni pemeriksaan darah lengkap dan uji
serologis. Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid
dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun
mendeteksi antigen itu sendiri. Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam
tifoid ini meliputi uji Widal, tes TUBEX®; dan Polymerase Chain Reaction (PCR).

• Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan anti salmonella IgM dapat mendeteksi tipes yang
lebih akurat dari pemerksaan tes widal.
TERAPI

• Penatalaksanaan demam tifoid terbagi atas 3 yaitu perawatan, diet dan obat-obatan.
Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi serta
pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas.
• Tirah baring (istirahat mutlak) dilakukan di tempat tidur dan letak baring harus sering
diubah. Lamanya tirah baring berlangsung sampai 5 hari bebas demam, dilanjutkan dengan
mobilisasi secara bertahap.
• Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral Diet harus mengandung kalori dan protein yang
cukup.
• Penanganan pada kasus demam tifoid berupa pemberian chloramfenicol yang merupakan
baku emas (gold standar) pada penanganan demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah
50mg/kgBB/hari oral atau IV dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
• Pada kasus ini diberikan chloramphenicol tablet 4 x 500 mg sebagai antibiotik pada kasus
demam tifoid. Untuk anak pada kasus ini di dapatkan dosis 1700-3400mg/hari. Bila perlu
dapat diberikan cefixime 20 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis untuk 8 hari, ceftriaxon 50
mg/kgBB/hari intramuscular untuk 5 hari, dan ofloxacin 15 mg/kgBB/hari selama 2 hari.
• Selain itu diberikan pengobatan simtomatik yaitu paracetamol dengan dosis 10 – 15
mg/kgBB/hari diberikan sebanyak 3 - 4 kali sehari. Untuk anak pada kasus ini didapatkan
dosis 340 – 510 mg/kali. Diberikan sediaan paracetamol tablet, dimana untuk anak ini
diberikan 4 x 500 mg per hari bila demam.
• Pemantauan terapi dapat dilakukan dengan mengevaluasi demam melalui monitor suhu,
apabila pada hari ke 4-5 setelah pengobatan demam tidak reda, maka harus segera
kembali dievaluasi adakah komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi S. typhi terhadap
antibiotik, atau kemungkinan salah menegakkan diagnosis. Pasien dapat dipulangkan apabila
tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, klinis perbaikan, dan
tidak dijumpai komplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan di rumah.9
KOMPLIKASI

Komplikasi intraintestinal
• Perdarahan usus
• Perforasi usus
• Peritonitis
Komplikasi ekstraintestinal
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu
• meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain.
• Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.
• Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan perpirasi akibat
suhu tubuh yang tinggi.
• Bonam karena tidak di dapatkan komplikasi yang berat. Dengan pengobatan yang tepat
dan teratur, pasien dapat kembali beraktivitas seperti semula. Pasien juga diharapkan
untuk tidak lagi makan sembarangan untuk menghindari infeksi Salmonella kembali.

Anda mungkin juga menyukai