• Diagnosis dini adalah suatu hal yang penting disamping tindakan pencegahannya. Diagnosis demam
tifoid dibuat berdasarkan gejala dan tanda klinis, pemeriksaan darah lengkap dan uji serologis.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan biakan untuk menemukan kuman penyebab.4
• Penatalaksanaan dari demam tifoid yaitu dapat berupa medika mentosa dan non-medika
mentosa. Pemberian antibiotik perlu dilakukan untuk membunuh kuman dan mencegah
pasien menjadi karier, obat kloramfenikol masih merupakan baku emas dalam pengobatan
demam tifoid diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
• Komplikasi yang dapat terjadi antara lain peritonitis, perdarahan, perforasi, gangguan
kesadaran, dan lain sebagainya.4
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
• Nama Penderita : An. F
• Jenis Kelamin : Laki – Laki
• Umur : 14 tahun 3 bulan
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Jamur
• Tanggal masuk : 16 Desember 2017
AMNESIS
Kepala
• Bentuk :Normocephal
• Rambut :Tidak mudah tercabut, berwarna hitam
• Mata :Edema palpebral (-/-), Conjungtiva: anemis (-/-)
• Sclera :Ikterik (-/-)
• Telinga :Otorrhea (-/-)
• Hidung :Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
• Mulut :Bibir kering (-), sianosis (-)
• Lidah :Lidah kotor dengan pinggiran eritematous (+)
• Gusi :Perdarahan (-)
• Tenggorokan :Tonsil T1/T1
• Pharynx :Hiperemis (-)
• Kelenjar :Pembesaran kelenjar getah bening (-); pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
• Bentuk simetris, retraksi otot dinding dada (-)
Paru-paru
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi intercostal (-)
• Palpasiq : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-), nyeri tekan (-)
• Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
• Auskultasi : Bronchovesiculer (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
• Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V lineaparasternal
dextra, batas kiri jantung SIC V linea axilla anterior
• Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Permukaan kesan datar
• Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
• Perkusi : Tympani (+).
• Palpasi : Nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepartidak, lien tidakteraba.
Genitalia : Tidak ada kelainan (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
Punggung : Tidak ada deformitas
Otot-otot : Eutrofi, tonus otot baik
++/++ −/−
Refleks : Fisiologis (++/++), patologis (−/−)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Hasil
Pemeriksaan Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
• Seorang pasien anak laki-laki usia 13 tahun masuk RS dengan keluhan febris. Febris terus
menerus yang di alami sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Febris turun dengan obat
antipiretik dan kemudian meningkat lagi. Febris dirasakan hampir sepanjang hari dan makin
meningkat saat malam hari. Febris tidak disertai menggigil dan berkeringat. Anak tampak lemas
dan mengeluh sakit kepala dan merasa lemas. Pasien mengeluh sakit perut, mual dan muntah
(+) 3 kali sebelum masuk rumah sakit berisi makanan dan air, belum defekasi selama 2 hari,
serta nafsu makan anak menurun. Tidak ada penurunan kesadaran.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, suhu: 37,7 °C, denyut nadi: 78
x/menit, dan respirasi: 24 x/menit. Pemeriksaan pada kepala menunjukkan adanya lidah kotor
dengan pinggiran eritematous. Dan pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri epigastric (+).
Hasil pemeriksaan penunjang untuk darah rutin menunjukkan WBC 10,6 x 103 /uL, RBC 4,3 x
106/uL, HGB 12,8 g/dL, HCT 40,2 %, PLT 254 x 103 /uL.
DIAGNOSIS KERJA
• Demam Tifoid
TERAPI
Medikamentosa
• IVFD RL 18 tetes/menit
• Chloramfenicol tablet 4 x 500 mg
• Paracetamol tablet 500 mg 4 x 1 tab
• Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Non Medikamentosa
• Tirah baring
• Diet makanan yang terjaga higenitasnya
• Makanan lebih baik dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu
panas atau dingin agar tidak merangsang pencernaan
ANJURAN
• IgM Anti Salmonella
Perawatan Hari ke-1 (17 Desember 2017)
S Demam hari ke-8, naik turun, mual (+) muntah (-), sakit perut (+), sakit menelan (-), batuk (-), flu (-)
BAB (-) 3 hari, BAK lancar
TD : 110/70 mmHg
Berat Badan : 34 kg
Tinggi Badan : 142 cm
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Rhonki-/-, Wheezing -/-
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)
Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor : (+), tepi lidah hiperemis (+)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali seger
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (-), kesan normal
- Perkusi : Timpani (-) diseluruh abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)
Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor : (+)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera
Hasil Lab
Anti Salmonella IgM : Positif 6
A Demam Tifoid
P Non-Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan yang terjaga higenitasnya
- Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas atau dingin agar tidak merangsang pencenaan
Medikamentosa
IVFD RL 18 tetes/menit
Inj. Chloramfenicol 4 x 500 mg/IV
Paracetamol tablet 4 x 500 mg
Perawatan Hari ke – 3 ( 19 Desember 2017)
S Demam hari 9, bebas demam hari ke-1
mual (-), sakit kepala (-), muntah (-), sakit perut (-), sakit kepala (-), batuk (-), flu (-)
BAB dan BAK lancar
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut Nadi : 90 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 22 x/menit
Suhu Tubuh : 36,8 oC
Berat Badan : 34 kg
Tinggi Badan : 142 cm
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen.
- Palpasi : Hepatomegali (-), Nyeri Tekan (-)
Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor : berkurang
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera
A Demam Tifoid
P Non-Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan yang terjaga higenitasnya
- Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas atau dingin agar tidak merangsang pencenaan
Medikamentosa
IVFD RL 18 tetes/menit
Inj. Chloramfenicol 4 x 500 mg/IV
Perawatan hari ke – 4 ( 20 Desember 2017)
S Demam hari 9, bebas demam hari ke-2
mual (-), sakit kepala (-), muntah (-), sakit perut (-), sakit kepala (-), batuk (-), flu (-), BAB lancar dan BAK lancar
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut Nadi : 95 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 20x/menit
Suhu Tubuh : 36,6 oC
Berat Badan : 34 kg
Tinggi Badan : 142 cm
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen.
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor : (-)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera
A Demam Tifoid
P Non-Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan yang terjaga higenitasnya
- Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas atau dingin agar tidak merangsang pencenaan
Medikamentosa
- Aff infus
- Chloramfenicol tablet 4 x 500 mg
- Paracetamol tablet 4 x 500 mg (jika perlu)
Pengobatan di rumah:
- Tirah baring
- Diet makanan yang terjaga higenitasnya
- Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas atau dingin agar tidak merangsang pencenaan
Medikamentosa
- Chloramfenicol 4 x 500 mg diberikan sampai 7 hari bebas demam
BAB III
DISKUSI KASUS
• Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi, yang masih
dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama yang terletak di daerah tropis dan subtropis, dengan
gejala utama demam, gangguan saluran pencernaan, serta gangguan susunan saraf pusat/kesadaran.
• Etiologi dari demam typhoid yaitu bakteri Salmonella typhi, family Enterobacteriaceae dan termasuk bakteri gram
negatif. Salmonella memiliki: Antigen O (somatic), yaitu komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada
panas, antigen H (flagellum), yaitu protein yang labil terhadap panas dan antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.1,2
• Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata antara 10-14 hari. Gejala klinis demam
tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat
sehingga harus dirawat. Manifestasi klinis untuk demam typhoid yaitu demam pada awal penyakit, anoreksia, myalgia,
sakit kepala, sakit perut, mula-mula terjadi diare kemudian konstipasi mulai menonjol. Mual dan muntah dapat timbul
di minggu ke 2 atau ke 3. Lidah kotor serta hepatosplenomegaly dan distensi abdomen dan disertai nyeri. Rose spot
(ruam makulopapular yang berwarna merah 1-5 mm). Muncul hari ke 7-10 selama 2-3 hari.1,3
GEJALA-GEJALA KLINIS
• Demam
• Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remittent dan tidak terlalu tinggi. Pada
minggu I, suhu tubuh cenderung meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore hari dan malam hari. Dalam minggu II, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu III
suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu III. 5
• Gangguan saluran cerna
• Pada mulut; nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah (rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih
kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat dijumpai adanya kembung
(meteorismus). Hepar dan lien yang membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terdapat juga konstipasi
pada anak yang lebih tua dan remaja, akan tetapi dapat juga normal bahkan terjadi diare pada anak yang lebih
muda. 5
• Gangguan kesadaran
• Umumnya kesadaran penderita menurun walau tidak berapa dalam, dapat berupa apatis sampai somnolen. 5
• Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan Febris 1 minggu, remitten/continous memberat pada malam hari, turun dengan
antipiretik. Disertai mual dan muntah, sakit perut, tidak BAB 4 hari. Tidak ada penurunan
kesadaran. Lidah kotor (+), dengan tepi kemerahan. Pada pemeriksaan IgM Anti
Salmonella, didapatkan hasil pemeriksaan positif. Berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang tersebut bahwa pasien ini didiagnosis
sebagai demam thypoid.
• Pasien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jajanan pinggir jalan serta tidak mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, yang merupakan faktor resiko untuk menularnya
bakteri Salmonella.
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yakni pemeriksaan darah lengkap dan uji
serologis. Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid
dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun
mendeteksi antigen itu sendiri. Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam
tifoid ini meliputi uji Widal, tes TUBEX®; dan Polymerase Chain Reaction (PCR).
• Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan anti salmonella IgM dapat mendeteksi tipes yang
lebih akurat dari pemerksaan tes widal.
TERAPI
• Penatalaksanaan demam tifoid terbagi atas 3 yaitu perawatan, diet dan obat-obatan.
Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi serta
pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas.
• Tirah baring (istirahat mutlak) dilakukan di tempat tidur dan letak baring harus sering
diubah. Lamanya tirah baring berlangsung sampai 5 hari bebas demam, dilanjutkan dengan
mobilisasi secara bertahap.
• Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral Diet harus mengandung kalori dan protein yang
cukup.
• Penanganan pada kasus demam tifoid berupa pemberian chloramfenicol yang merupakan
baku emas (gold standar) pada penanganan demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah
50mg/kgBB/hari oral atau IV dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
• Pada kasus ini diberikan chloramphenicol tablet 4 x 500 mg sebagai antibiotik pada kasus
demam tifoid. Untuk anak pada kasus ini di dapatkan dosis 1700-3400mg/hari. Bila perlu
dapat diberikan cefixime 20 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis untuk 8 hari, ceftriaxon 50
mg/kgBB/hari intramuscular untuk 5 hari, dan ofloxacin 15 mg/kgBB/hari selama 2 hari.
• Selain itu diberikan pengobatan simtomatik yaitu paracetamol dengan dosis 10 – 15
mg/kgBB/hari diberikan sebanyak 3 - 4 kali sehari. Untuk anak pada kasus ini didapatkan
dosis 340 – 510 mg/kali. Diberikan sediaan paracetamol tablet, dimana untuk anak ini
diberikan 4 x 500 mg per hari bila demam.
• Pemantauan terapi dapat dilakukan dengan mengevaluasi demam melalui monitor suhu,
apabila pada hari ke 4-5 setelah pengobatan demam tidak reda, maka harus segera
kembali dievaluasi adakah komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi S. typhi terhadap
antibiotik, atau kemungkinan salah menegakkan diagnosis. Pasien dapat dipulangkan apabila
tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, klinis perbaikan, dan
tidak dijumpai komplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan di rumah.9
KOMPLIKASI
Komplikasi intraintestinal
• Perdarahan usus
• Perforasi usus
• Peritonitis
Komplikasi ekstraintestinal
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu
• meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain.
• Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.
• Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan perpirasi akibat
suhu tubuh yang tinggi.
• Bonam karena tidak di dapatkan komplikasi yang berat. Dengan pengobatan yang tepat
dan teratur, pasien dapat kembali beraktivitas seperti semula. Pasien juga diharapkan
untuk tidak lagi makan sembarangan untuk menghindari infeksi Salmonella kembali.